Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fadhila Sasikirana

NPM : 1806182946
Prog. : PAR

Nature of Jurisprudence
Karl Llewellyn dalam bukunya “Jurisprudence (1962)” menyebutkan bahwa
yurisprudensi adalah sebesar hukum dan bahkan lebih besar daripada hukum. Adapun
yurisprudensi sendiri diartikan sebagai “the natural order of society”, dimana seluruh aspek
sistem hukum baik dari sisi proses legislatif ataupun yudisial. Yurisprudensi juga membahas
bagaimana profesi hukum bekerja, sehingga yurisprudensi sampai sekarang diakui sebagai
salah satu bidang studi yang harus dipelajari dan penting adanya di tengah masyarakat. Selain
itu, terdapat hubungan antara yurisprudensi dengan bidang studi lain yang tentunya dapat
memberikan kontribusi secara substansial bagi perkembangan ilmu hukum.
Apabila mengacu pada pepatah lama, setiap ahli hukum tidak hanya memiliki
gagasan-gagasan tersendiri terkait pokok bahasan dan batasan-batasan dari yurisprudensi
yang tepat, namun para ahli hukum juga memiliki cara pendekatan yang didasarkan pada
masyarakat setempat. Teori tradisional terkait yurisprudensi mencerminkan ideologi yang
lama. Selanjutnya, di antara hukum dan struktur sosial memiliki hubungan yang erat,
sehinggaa dapat menimbulkan konteks ideologi teori hukum.
Selanjutnya, apabila membahas mengenai relevansi yurisprudensi maka dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan terkait pembelajaran ilmu hukum di antara negara yang
menganut common law system dengan negara yang menganut civil law system. Dimana, pada
negara common law kurang adanya instruksi yang sistematis terkait pembelajaran ilmu
hukumnya, sehinggaa pada negara common law jarang ditemukan pengacara yang memiki
kecenderungan terhadap filosofis. Sedangkan pada negara civil law pembelajaran hukum
dilaksanakan dengan lebih filosofis dan rasional, dengan tetap mengedepankan sikap
filosofis.
Yurisprudensi melibatkan studi tentang pertanyaan teoritis umum mengenai sifat
hukum dan sistem hukum terkait hubungan hukum dengan keadilan dan moralitas, dan juga
terkait sifat sosial hukum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yurisprudensi menawarkan
petunjuk, arahan, dan pandangan yang tentunya akan mengajarkan para siswa yang sedang
mempelajari ilmu hukum terkait dasar-dasar dari suatu argumen moral.
Karakter yurisprudensi berfokus pada aturan yang diatur oleh tindakan pejabat beserta
hubungannya dengan keadaan masyarakat. Banyak yurisprudensi klasik yang digolongkan
sebagai positivis dalam pendekatannya terhadap pengetahuan sosial, sehingga yurisprudensi
yang demikian disebut sebagai teori hukum positivis. Kerapkali yurisprudensi juga dilihat
sebagai studi tentang pola perilaku faktual. Untuk bentuk atau struktur logis dari proposisi
hukum, para ahli hukum telah cenderung mengadopsi jenis yurisprudensi konseptual dengan
menekankan pada bentuk dasar konsep hukum tanpa memperhatikan isinya.
Yurisprudensi dibutuhkan secara komprehensif sebab hukum sebagai sistem norma
dan sebagai bentuk kontrol sosial masing-masing mewakili aspek yang sama vitalnya dari
hukum itu sendiri. Seiring perkembangan zaman, terdapat perkembangan yang signifikan
dalam yurisprudensi. Hal ini dibuktikan dari meningkatnya minat dan perhatian para filsuf
profesional terhadap konsep dan masalah hukum. Selain itu, timbulnya banyak pertanyaan
dari para ahli hukum terkait filsafat moral dan politik, disamping memperluas wilaya
yurisprudensi, juga mendorong para filsuf untuk menaruh minat pada teori hukum.
Selanjutnya terdapat beberapa ahli yang memberikan beberapa pemahaman terkait dengan
yurisprudensi.
A. J.Austin : The Uses of the Study of Jurisprudence “Proper Subject of
Jurisprudence”
Beliau berpendapat bahwa yurisprudensi bersifat khusus atau nasional. Oleh karena itu,
sistem merupakan subjek dari sains yang luas, yakni sains mana yang dinamai dengan
Komparatif Yurisprudensi, atau prinsip umum hukum positif.
B. W.L Twinning: Some Jobs for Jurisprudence
Membahas mengenai beberapa pekerjaan yang berkaitan dengan yurisprudensi,
diantaranya adalah pengacara, master dari setiap cabang ilmu pengetahuan, ahli hukum,
semua pihak yang menjalankan kegiatan hukum mulai dari pengacara hingga hakim,
serta dari pembaharu hukum sampai penulis buku teks. Terkait fungsi yurisprudensi
adalah untuk mengidentifikasi, mengartikulasikan, dan memeriksa secara arititis dari
teori-teori yang ada.
C. J. Shklar : Legalism
Selain legalisme dianggap sebagai suatu ideologi dasar yang mengatur bagaimana cara
berpikir hukum yang beraneka ragam. Legalisme ssebenarnya merupakan sikap etis yang
menganggap perilaku moral sebagai masalah untuk mengikuti aturan, dan hubungan
moral terdiri dari tugas dan hak yang ditentukan oleh aturan itu sendiri. Legalisme
diimplementasikan melalui kebijakan, dalam struktur kelembagaan, dan dalam sikap
intelektual.
D. Terry Eagleton : Ideology
Ideologi dianggap sebagai karakteristik sistem kepercayaan yang ada di dalam suatu
kelompok atau kelas sosial yang terdiri dari elemen terkait maupun elemen tidak terkait.
Ideologi diartikan dalam arti negatif maupun positif, pada arti negatif ideologi dianggap
sebagai suatu kesatuan nilai, arti, dan kepercayaan yang akan dilihat secara kritis atau
negatif dikarenakan berbagai alasan. Sedangkan, dalam pengertian positifnya ideologi
dianggap sebgai suatu kesatuan kepercayaan yang berhubungan dan menginspirasi suatu
grup atau kelas sosial dalam rangka penanaman ketertarikan terhadap politik.
E. D. Hume : A Treatise of Human Nature “Is and Ought”
Terdapat beberapa hal yang tidak terbayangkan sebelumnya, sehingga memerlukan
pengamatan dan penjelasan lebih lanjut yang kemudian dijadikan alat untuk
menyimpukan terkait apa yang seharusnya dan tidak seharusnya.
F. K. Popper : The Poverty of Historicism “Method of Science”
Pengujian sebuah hipotesis sekaligus berbagai pernyataan akan membentuk suatu
prediksi atau prognosis. Selanjutnya, prognosis tersebut akan dibandingkan dengan hasil
dari suatu eksperimen atau pengamatan. Akan timbul dua kemungkinan dari hasil
pengujian tersebut. Pertama, apabila dihasilkan sebuah kesepakatan maka dianggap
sebagai pembenaran dari hipotesis. Kedua, apabila tidak mencapai kesepakatan maka
dianggap sebagai sebuah pembuktian kesalahan. Dalam ilmu pengetahuan sosial,
objeknya selalu bersifat abstrak yang berupa konstruksi teoritis.
G. T. S. Kuhn : The Structure of Scientific Revolution
Penelitian yang didasarkan pada penemuan ilmu pengetahuan yang diakui di masa
lampau, disebut sebagai ilmu penelitian biasa yang kemudian disebut sebagai paradigma.
Namun, seiring perkembangan waktu maka sangat memungkinkan munculnya
pengetahuan-pengetahuan baru, hal ini disebabkan ilmu pengetahuan yang sudah ada
dirasa sudah tidak cocok lagi untuk diterapkan.
H. U. Campbell : Seven Theories of Human Society
Parokialisme muncul sebab para teoris memiliki kebiasaan untuk mengidentifikasi aspek
familiar dari kehidupan sosial di sekitar mereka dan mencoba melihat sebuah fenomena
sosial dengan cara yang familiar bagi mereka. Mengingat hal tersebut bukan merupakan
suatu hal yang baik, maka untuk menghindari hal tersebut ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yakni: kejelasan, konsistensi, penilaian empiris, penjelasan yang memadai,
dan rasionalitas normatif.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis berpendapat bahwa penting bagi penulis
selaku mahasiswa ilmu hukum untuk mempelajari yurisprudensi secara keseluruhan. Hal ini
disebabkan adanya keterkaitan antara perkembangan ilmu hukum dari waktu ke waktu
dengan yurisprudensi. Sehingga dengan memahami yurisprudensi secara keseluruhan, penulis
berharap dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu hukum kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai