Anda di halaman 1dari 4

NAMA DWI HARJANTO

NIM 11000123410054
TUGAS RESUME 6 MPH

Sisi Lain Tentang Konsep, Karakter, Fungsi, dan Tujuan Ilmu


Hukum serta Ragam Metodologinya

A. PENGERTIAN ILMU HUKUM


John Austin berpendapat bahwa hukum adalah perintah yang diberikan oleh pihak
yang memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. Dia juga menyatakan bahwa hukum
bertujuan untuk mengatur tindakan makhluk berpikir, dan perintah ini diberikan oleh
makhluk berpikir yang memiliki kekuasaan. Di sisi lain, Mochtar Kusumaatmadja
menganggap ilmu hukum sebagai penelitian tentang hukum yang berlaku di suatu negara
atau masyarakat pada waktu tertentu. Pendapat Gustav Radbruch, sebaliknya, mengatakan
bahwa ilmu hukum adalah disiplin ilmu yang memeriksa makna objektif dari tata hukum
positif.
Dalam bahasa Belanda, ilmu hukum sering disebut sebagai "rechtswetenschap," yang
dalam konteks yang lebih khusus merujuk pada dogmatika hukum. Ini berarti dogmatika
hukum digunakan untuk mendeskripsikan hukum positif, mengorganisasikannya secara
sistematis, dan terkadang memberikan penjelasan. Secara keseluruhan, ilmu hukum
adalah bidang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai objeknya, dan hukum bisa
menjadi objek studi dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, ilmu hukum sering
dianggap sebagai ilmu yang bersifat multidisiplin.
B. KARAKTER ILMU HUKUM
Pengembangan ilmu hukum adalah proses persiapan dalam membuat keputusan
hukum yang dapat dibenarkan secara rasional, sehingga dapat ditempatkan dalam
kerangka hukum yang berlaku sebagai bagian dari sistem masyarakat secara keseluruhan.
Dalam pengembangan ilmu hukum, dilakukan pembentukan konsep-konsep, kategori-
kategori, teori, klasifikasi, dan metode yang berfungsi untuk melakukan semua tugas
tersebut.
Dengan kata lain, ilmu hukum adalah disiplin ilmu yang mengidentifikasi,
menjelaskan, menginterpretasikan, dan mengorganisasi seluruh hukum positif yang
berlaku di suatu masyarakat atau negara dengan menggunakan konsep, kategori, teori,
klasifikasi, dan metode yang telah dikembangkan secara khusus untuk tujuan tersebut.
Sebagai ilmu praktis, ilmu hukum merupakan titik konvergensi berbagai bidang ilmu
lainnya, terutama ilmu sosial, bahasa, sejarah, dan lain sebagainya.
Objek studi ilmu hukum terdiri dari dua unsur yang saling terkait, yaitu realitas sosial
dan norma hukum. Penentuan data yang relevan secara hukum didasarkan pada norma
hukum yang mungkin diterapkan dalam proses penyelesaian masalah hukum yang timbul
melalui analisis. Kegiatan dalam pengembangan ilmu hukum melibatkan pengumpulan
dan pengorganisasian materi hukum berupa perundang-undangan, putusan hukum, hukum
tidak tertulis, dan pandangan pakar hukum yang memiliki otoritas.
Pengembangan ilmu hukum pada dasarnya memiliki dua sifat yang berkaitan. Di satu
sisi, ia bersifat ideografis, yaitu berusaha untuk mengindividualisasikan makna objektif
yang sah dari peraturan hukum yang pada dasarnya bersifat umum, dan selalu mengacu
pada nilai-nilai. Di sisi lain, ia juga bersifat nomotetik, yaitu berusaha untuk
menghasilkan keputusan dengan merujuk pada prinsip kesetaraan, karena keputusan yang
diambil harus tetap menjaga ketertiban, keadilan, dan konsistensi dalam masyarakat.
C. FUNGSI ILMU HUKUM
Ilmu hukum memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi Ekspresif: Ilmu hukum mengungkapkan pandangan hidup, nilai-nilai, budaya,
dan prinsip keadilan.
2. Fungsi Instrumental: Ilmu hukum digunakan untuk menciptakan dan menjaga
ketertiban, stabilitas, dan prediktabilitas dalam masyarakat. Ini juga berperan dalam
pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat serta berkontribusi pada kemakmuran
dan kesejahteraan masyarakat.
3. Fungsi sebagai Sarana Pendidikan dan Perubahan Masyarakat: Ilmu hukum berfungsi
sebagai alat untuk pendidikan dan membantu dalam proses perubahan dalam
masyarakat.
4. Fungsi sebagai Sarana Intelektual: Ilmu hukum digunakan sebagai sumber
pengetahuan intelektual yang membantu dalam pembentukan hukum melalui
pembuatan undang-undang dan yurisprudensi, serta dalam penyelenggaraan sistem
hukum.
D. TUJUAN ILMU HUKUM
Pengembangan ilmu hukum memiliki peran kritis terhadap objek kajiannya. Hal ini
dilakukan dengan mengacu pada gagasan hukum sebagai norma kritis, dengan tujuan
mendorong penerapan dan perkembangan hukum yang lebih sesuai dengan maksudnya.
Beberapa tujuan dari ilmu hukum dalam konteks hukum adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan hukum materiil.
2. Mengidentifikasi apa yang diatur oleh hukum mengenai isu tertentu dengan merujuk
pada peraturan hukum yang relevan.
3. Memberikan penjelasan historis tentang situasi dalam kerangka hukum yang berlaku.
4. Melakukan kritik terhadap struktur hukum, peraturan positif, atau keputusan hukum
berdasarkan prinsip-prinsip doktriner, kebijakan, dan politik hukum yang telah
disetujui dengan mengacu pada cita-cita hukum, cita-cita negara, dan tujuan negara.
5. Menghilangkan kontradiksi yang muncul dalam tata hukum.
6. Merekomendasikan penafsiran atas peraturan hukum.
7. Mengusulkan perubahan atau amandemen terhadap peraturan hukum yang ada atau
pembentukan undang-undang baru.
E. BERBAGAI MACAM ILMU HUKUM
1. Ilmu Hukum Dogamtis
Pandangan tradisional menjelaskan bahwa ilmu hukum dogmatis adalah ilmu
hukum yang ideal dalam bentuknya. Dalam bahasa Jerman, istilah ini disebut sebagai
"rechtswissenschaft" atau "rechtsdogmatik." Istilah ini mencakup semua kegiatan
ilmiah yang bertujuan untuk memahami isi dari suatu sistem hukum positif yang
konkret. Dalam literatur, berbagai pendekatan yang berbeda terhadap dogmatika
hukum dapat ditemukan. Mereka yang menekankan sifat normatif dari objeknya
cenderung melihat ilmu hukum dogmatis sebagai ilmu yang berkaitan dengan norma.
Scholten menjelaskan bahwa ilmu hukum melibatkan tidak hanya dimensi
pemaparan tetapi juga dimensi pengkajian atau analisis. Oleh karena itu, dogmatika
hukum dapat dianggap sebagai fenomena yang kompleks.
2. Ilmu Hukum Empirik
Gejala-gejala hukum dilihat sebagai fenomena empiris yang murni. Mereka
merupakan kenyataan dalam masyarakat yang dapat diamati melalui pengindraan
manusia. Gejala-gejala ini dapat dipelajari dan diselidiki menggunakan metode
empiris yang sesuai dengan standar penelitian. Pendekatan ini sama sekali tidak
melibatkan penilaian atau kritik terhadap gejala-gejala hukum yang sedang dipelajari
dan dijelaskan. Dalam konteks ini, ilmu hukum bersifat netral dan bebas nilai. Ilmu
hukum empiris tidak terlibat dalam aplikasi hukum itu sendiri.
Pendekatan ilmu hukum empiris harus dilihat sebagai pendekatan positivis
hukum. Ini menganggap hukum sebagai kenyataan yang dapat dijelaskan, dan
berpendapat bahwa dalam mempelajarinya, kita harus menjauhkan diri sejauh
mungkin dari penilaian pribadi, penormaan, atau kritik. Ilmu hukum empiris dengan
tegas menggambarkan fakta-fakta semata.
Degemkamp dan Heijen memberikan definisi ilmu hukum sebagai suatu
kumpulan pertanyaan yang terorganisir, yang dapat diverifikasi secara logis atau
empiris, dan dalam kerangka ini memberikan pemahaman sistematik tentang
fenomena hukum. Ini adalah pendekatan yang menghasilkan keputusan tentang
hukum dan praktik hukum dalam arti yang lebih luas yang bersifat individual, tanpa
upaya mengembangkan kriteria keberlakuan intersubjektif.

Anda mungkin juga menyukai