Sisi Lain Tentang Konsep, Karakter, Fungsi, dan Tujuan Ilmu
Hukum serta Ragam Metodologinya
A. PENGERTIAN ILMU HUKUM
John Austin berpendapat bahwa hukum adalah perintah yang diberikan oleh pihak yang memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. Dia juga menyatakan bahwa hukum bertujuan untuk mengatur tindakan makhluk berpikir, dan perintah ini diberikan oleh makhluk berpikir yang memiliki kekuasaan. Di sisi lain, Mochtar Kusumaatmadja menganggap ilmu hukum sebagai penelitian tentang hukum yang berlaku di suatu negara atau masyarakat pada waktu tertentu. Pendapat Gustav Radbruch, sebaliknya, mengatakan bahwa ilmu hukum adalah disiplin ilmu yang memeriksa makna objektif dari tata hukum positif. Dalam bahasa Belanda, ilmu hukum sering disebut sebagai "rechtswetenschap," yang dalam konteks yang lebih khusus merujuk pada dogmatika hukum. Ini berarti dogmatika hukum digunakan untuk mendeskripsikan hukum positif, mengorganisasikannya secara sistematis, dan terkadang memberikan penjelasan. Secara keseluruhan, ilmu hukum adalah bidang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai objeknya, dan hukum bisa menjadi objek studi dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, ilmu hukum sering dianggap sebagai ilmu yang bersifat multidisiplin. B. KARAKTER ILMU HUKUM Pengembangan ilmu hukum adalah proses persiapan dalam membuat keputusan hukum yang dapat dibenarkan secara rasional, sehingga dapat ditempatkan dalam kerangka hukum yang berlaku sebagai bagian dari sistem masyarakat secara keseluruhan. Dalam pengembangan ilmu hukum, dilakukan pembentukan konsep-konsep, kategori- kategori, teori, klasifikasi, dan metode yang berfungsi untuk melakukan semua tugas tersebut. Dengan kata lain, ilmu hukum adalah disiplin ilmu yang mengidentifikasi, menjelaskan, menginterpretasikan, dan mengorganisasi seluruh hukum positif yang berlaku di suatu masyarakat atau negara dengan menggunakan konsep, kategori, teori, klasifikasi, dan metode yang telah dikembangkan secara khusus untuk tujuan tersebut. Sebagai ilmu praktis, ilmu hukum merupakan titik konvergensi berbagai bidang ilmu lainnya, terutama ilmu sosial, bahasa, sejarah, dan lain sebagainya. Objek studi ilmu hukum terdiri dari dua unsur yang saling terkait, yaitu realitas sosial dan norma hukum. Penentuan data yang relevan secara hukum didasarkan pada norma hukum yang mungkin diterapkan dalam proses penyelesaian masalah hukum yang timbul melalui analisis. Kegiatan dalam pengembangan ilmu hukum melibatkan pengumpulan dan pengorganisasian materi hukum berupa perundang-undangan, putusan hukum, hukum tidak tertulis, dan pandangan pakar hukum yang memiliki otoritas. Pengembangan ilmu hukum pada dasarnya memiliki dua sifat yang berkaitan. Di satu sisi, ia bersifat ideografis, yaitu berusaha untuk mengindividualisasikan makna objektif yang sah dari peraturan hukum yang pada dasarnya bersifat umum, dan selalu mengacu pada nilai-nilai. Di sisi lain, ia juga bersifat nomotetik, yaitu berusaha untuk menghasilkan keputusan dengan merujuk pada prinsip kesetaraan, karena keputusan yang diambil harus tetap menjaga ketertiban, keadilan, dan konsistensi dalam masyarakat. C. FUNGSI ILMU HUKUM Ilmu hukum memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1. Fungsi Ekspresif: Ilmu hukum mengungkapkan pandangan hidup, nilai-nilai, budaya, dan prinsip keadilan. 2. Fungsi Instrumental: Ilmu hukum digunakan untuk menciptakan dan menjaga ketertiban, stabilitas, dan prediktabilitas dalam masyarakat. Ini juga berperan dalam pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat serta berkontribusi pada kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. 3. Fungsi sebagai Sarana Pendidikan dan Perubahan Masyarakat: Ilmu hukum berfungsi sebagai alat untuk pendidikan dan membantu dalam proses perubahan dalam masyarakat. 4. Fungsi sebagai Sarana Intelektual: Ilmu hukum digunakan sebagai sumber pengetahuan intelektual yang membantu dalam pembentukan hukum melalui pembuatan undang-undang dan yurisprudensi, serta dalam penyelenggaraan sistem hukum. D. TUJUAN ILMU HUKUM Pengembangan ilmu hukum memiliki peran kritis terhadap objek kajiannya. Hal ini dilakukan dengan mengacu pada gagasan hukum sebagai norma kritis, dengan tujuan mendorong penerapan dan perkembangan hukum yang lebih sesuai dengan maksudnya. Beberapa tujuan dari ilmu hukum dalam konteks hukum adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan hukum materiil. 2. Mengidentifikasi apa yang diatur oleh hukum mengenai isu tertentu dengan merujuk pada peraturan hukum yang relevan. 3. Memberikan penjelasan historis tentang situasi dalam kerangka hukum yang berlaku. 4. Melakukan kritik terhadap struktur hukum, peraturan positif, atau keputusan hukum berdasarkan prinsip-prinsip doktriner, kebijakan, dan politik hukum yang telah disetujui dengan mengacu pada cita-cita hukum, cita-cita negara, dan tujuan negara. 5. Menghilangkan kontradiksi yang muncul dalam tata hukum. 6. Merekomendasikan penafsiran atas peraturan hukum. 7. Mengusulkan perubahan atau amandemen terhadap peraturan hukum yang ada atau pembentukan undang-undang baru. E. BERBAGAI MACAM ILMU HUKUM 1. Ilmu Hukum Dogamtis Pandangan tradisional menjelaskan bahwa ilmu hukum dogmatis adalah ilmu hukum yang ideal dalam bentuknya. Dalam bahasa Jerman, istilah ini disebut sebagai "rechtswissenschaft" atau "rechtsdogmatik." Istilah ini mencakup semua kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memahami isi dari suatu sistem hukum positif yang konkret. Dalam literatur, berbagai pendekatan yang berbeda terhadap dogmatika hukum dapat ditemukan. Mereka yang menekankan sifat normatif dari objeknya cenderung melihat ilmu hukum dogmatis sebagai ilmu yang berkaitan dengan norma. Scholten menjelaskan bahwa ilmu hukum melibatkan tidak hanya dimensi pemaparan tetapi juga dimensi pengkajian atau analisis. Oleh karena itu, dogmatika hukum dapat dianggap sebagai fenomena yang kompleks. 2. Ilmu Hukum Empirik Gejala-gejala hukum dilihat sebagai fenomena empiris yang murni. Mereka merupakan kenyataan dalam masyarakat yang dapat diamati melalui pengindraan manusia. Gejala-gejala ini dapat dipelajari dan diselidiki menggunakan metode empiris yang sesuai dengan standar penelitian. Pendekatan ini sama sekali tidak melibatkan penilaian atau kritik terhadap gejala-gejala hukum yang sedang dipelajari dan dijelaskan. Dalam konteks ini, ilmu hukum bersifat netral dan bebas nilai. Ilmu hukum empiris tidak terlibat dalam aplikasi hukum itu sendiri. Pendekatan ilmu hukum empiris harus dilihat sebagai pendekatan positivis hukum. Ini menganggap hukum sebagai kenyataan yang dapat dijelaskan, dan berpendapat bahwa dalam mempelajarinya, kita harus menjauhkan diri sejauh mungkin dari penilaian pribadi, penormaan, atau kritik. Ilmu hukum empiris dengan tegas menggambarkan fakta-fakta semata. Degemkamp dan Heijen memberikan definisi ilmu hukum sebagai suatu kumpulan pertanyaan yang terorganisir, yang dapat diverifikasi secara logis atau empiris, dan dalam kerangka ini memberikan pemahaman sistematik tentang fenomena hukum. Ini adalah pendekatan yang menghasilkan keputusan tentang hukum dan praktik hukum dalam arti yang lebih luas yang bersifat individual, tanpa upaya mengembangkan kriteria keberlakuan intersubjektif.