Anda di halaman 1dari 29

FILSAFAT HUKUM

Oleh : Dr. Luh Putu Sudini, S.H.,M.Hum


NIDN. 0805016503

PRODI MAGISTER KENOTARIATAN


DENPASAR
2017
LETAK FILSAFAT DLM
PEMBIDANGAN FILSAFAT.
Untuk mencari kaitan antara filsafat dan filsafat
hukum, maka perlu dikaji terlebih dahulu mengenai
pembidangan filsafat tsb.
Mengingat demikian, luasnya bidang filsafat, maka
masingmasing ahli memberikan pembidangan yg
berbeda


Thomas A. Cowan :
Mendefinisikan Filsafat Hukum adalah : aplikasi ide-
ide filsafat dalam studi hukum. Oleh karena itu,
Filsafat hukum mencermati unsur-unsur ideal
hukum, yakni hukum yang seharusnya (ius
constituendum), bukan hukum positif (ius
constitutum). Ini berarti, Filsafat hukum sedikit sekali
membahas sanksi, tetapi lebih banyak menyimak
dasar – dasar moral aturan hukum atau doktrin
hukum.
Filsafat Hukum bersama-sama dg Teori Ilmu Hukum,
dan Dogmatika Hukum atau Ilmu Hukum Dogmatik
terletak pada aspek teoritis yang merupakan akal budi
untuk menguasai hukum secara ilmiah dalam arti
memahami hukum melalui studi yang sistematis,
metodis, dan rasional untuk memperbaiki aspek
praktikalnya.
Aspek praktikal dari rechtsbeoefening (pengembanan
hukum)adalah aktivitas manusia untuk mewujudkan
hukum dalam kehidupan masyarakat sehari-hari
secara nyata. Aspek praktikal itu meliputi
pembentukan hukum, penerapan hukum, dan
bantuan hukum.
Obyek Filsafat Hukum :
Berdasarkan uraian di atas, obyek filsafat hukum
adalah : mempelajari nilai-nilai dan asas-asas hukum.
Hal ini dilandasi oleh dua sudut pandang , yaitu : (1)
aksiologis, beranjak dari paradigma filsafat hukum
alam yang intinya mencari dan menyusun dasar
fundamental dari paradigma hukum yang ideal non
sekuler; (2) logis – transendental dari dparadigma
filsafat positivisme yang intinya menemukan dasar
umum berlakunya hukum positif yang dapat
disamakan dengan ground norm (norma dasar)
menurut Stuffenbautheorie Hans Kelsen.
Dari sisi refleksi intelektual (teoritis), obyek filsafat
hukum adalah : landasan dan batas-batas norma hukum.
Tugas atau ruang lingkupnya meliputi :
a)Ontologi hukum (ajaran eksistensi atau pengada), yaitu
pengkajian tentang hakikat hukum serta hubungan
hukum dan moral. Dalam konteks keilmuan, ontologi
dikatakan menyangkut persoalan eksistensi dari obyek
ilmu.
b)Aksiologi hukum (ajaran nilai), yaitu : pengkajian
tentang penetapan isi nilai-nilai, seperti keadilan,
kebenaran, kepatutan, persamaan, dan kebebasan.
Dalam konteks keilmuan, aksiologi adalah segi
penerapan kaidah-kaidah ilmiah.
c) Epistemologi hukum (ajaran pengetahuan), yaitu
pengkajian terhadap pertanyaan sejauh mana
pengetahuan tentang hakikat hukum dimungkinkan.
Dalam konteks keilmuan, epistemologi pada pokoknya
mempersoalkan metode ilmu pengetahuan.
d) Ideologi hukum (ajaran idea), yaitu pengejewantahan
menyeluruh tentang manusia dan masyarakat.
E) Teleologi hukum (ajaran finalitet atau tujuan),
menentukan makna dan tujuan hukum.
F) Filsafat ilmu dari ilmu hukum, yaitu pengkajian
tentang meta teori hukum dan meta – meta teori dari
dogmatik hukum. Dan
G) Logika hukum, yaitu pengkajian tentang cara
berpikir dan berargumentasi yuridis. Logika hukum
prosesnya kini telah melepaskan diri dari filsafat hukum
serta dipandang sbg mata kuliah yg berdiri sendiri, dan dlm
studi hukum di Amerika merupakan kajian “penalaran
hukum” (legal reasoning).
Obyek Teori Ilmu Hukum:
Adalah : phenomena umum tatanan hukum positif,
yg tugas atau ruang lingkup kajiannya adalah
melanjutkan ajaran hukum umum, analisis bahan
hukum, metode dalam hukum, dan kritik ideologi
terhadap hukum.
Obyek Ilmu Hukum Dogmatik
(Dogmatik hukum):
Adalah : hukum positif (hukum yang berlaku di suatu
negara pada waktu tertentu/sekarang).
Pusat perhatiannya (focus of interest pada norma
hukum dan pengertian hukum.
Eksplanasinya atau penjelasannya bersifat teknis
yuridis. Ruang lingkup atau tugasnya meliputi :
1. Deskripsi hukum positif, tugas itu mengenai isi maupun
struktur hukum positif, merupakan tata hukum
(keseluruhan aturan hukum yg berlaku) yg tersusun secara
hierarkhis dari cita hukum, diimplementasikan ke dlm
asas-asas hukum dan dijabarkan ke dlm hukum positif mll
perundang-undangan dan yurisprudensi.
2. Sistematisasi hukum positif, tugas yg didasarkan pada dua
asumsi, yaitu : a. aturan hukum disamakan dg norma yg
isinya adalah “ought dan may” (keharusan dan
kemungkinan). b)sistem hukum terdiri atas kumpulan
norma yg diinterpretasikan oleh ilmuwan hukum sbg suatu
bidang pengertian yg non- kontradiktur.
3. Analisis hukum positif, merupakan suatu “sistem
terbuka” dan berarti bahwa aturan hukum dan
keputusan dlm suatu hubungan, yg dlm hal ini norma
hukum bertumpu pada asas hukum dan di balik asas
hukum dpt disistematisasi gejala-gejala lainnya (non
hukum).
4. Interpretasi atau penafsiran hukum, merupakan
tugas untuk menentukan arti atau makna yg tepat
dari suatu aturan hukum, dan interpretasi memiliki
karakter hermeneutic (filsafat penafsiran dokumen).
5. Evaluasi hukum positif, merupakan sifat normatif
murni ilmu hukum Dogmatik, sehingga tidak “bebas
nilai”, tetapi sarat nilai. Dengan demikian berkaitan
langsung dengan “rechtsidee” (cita hukum).
Rechtsidee menjadi tujuan hukum. Ilmu hukum
dogmatik berusaha mewujudkan tujuan hukum itu
dlm setiap putusan dan pendapat hukum. Dengan
demikian, anotasi (komentar) atas putusan hakim
senantiasa sarat diwarnai rechtsidee.
Mengingat obyek filsafat hukum adalah nilai-nilai
dan asas-asas hukum, juga cita hukum yg berwatak
abstrak transendental. Oleh sebab itu perlu
dikemukakan pengertian dan fungsi mengenai asas
hukum dan cita hukum tersebut.
Asas hukum adalah : pangkal tolak dan daya dorong
normatif bagi proses dinamik pembentukan hukum
yg tidak terjangkau oleh segala pengaruh dari luar
dirinya.
Definisi tsb mengandung konsep bahwa : asas
hukum ialah dasar normatif pembentukan hukum,
dan asas hukum membutuhkan bentuk yuridis untuk
menjadi aturan hukum positif. Asas hukum juga
menentukan isi hukum, dan dlm setiap tata hukum
selalu ada asas hukum yg dipositifkan.
Fungsi Asas Hukum :
1. Membimbing para legislator dlm proses
pembentukan hukum;
2. Memberikan kekuatan hukum materiil pada diktum
hukum positif (contoh asas monogami dlm UU No. 1
Tahun 1974);
3. Dasar penafsiran hukum oleh hakim, bahkan dasar
bagi hakim untuk mengesampingkan norma hukum
yg dipandang ketinggalan jaman.
Cita Hukum :
Adalah : suatu realitas kesadaran transendental dari
masyarakat tentang ide keadilan yang sifatnya abstrak
dan universal. Karl Larenz dlm bukunya
berjudul :”Methodenlehre der Rechtswissenschaft,
mendefinisikan bhw cita hukum adalah : suatu
apriori yg bersifat normatif sekaligus konstitutif
merupakan prasyarat transendental yg mendasari
setiap hukum positif.
Fungsi Cita Hukum:
Fungsi cita hukum dlm kaitannya dg hukum positif
Dapat dicermati dari :1)fungsi konstitutif bhw cita
hukum merupakan dasar suatu tata hukum , dan
tanpa itu hukum positif akan kehilangan kekuatan
normatifnya; 2) Fungsi regulatif merupakan tolok
ukur tentang kualitas hukum positif adil atau tidak
adil, sesuai atau tidak dengan asas pengayoman.
Peran cita hukum:
Peran cita hukum dpt dilihat dlm pembentukan
hukum baik tidak tertulis dan hukum tertulis. Dalam
pembentukan hukum tidak tertulis, perannya secara
langsung mll tahapan dari cara kebiasaan
ketatakelakuan, dari tatakelakuan ke adat-
istiadat, dan dari adat-istiadat ke hukum.
Tahapan itu, dilandasi oleh endapan-endapan atau
kristalisasi nilai – nilai di bawah bimbingan cita
hukum dan cita moral dlm masyarakat.
Di balik itu, dlm pembentukan hukum tertulis jenjang-
jenjang yg membentuk kristalisasi nilai tidak kita
temukan, sehingga dpt dikatakan peran cita hukum di
sini secara tidak langsung. Hal ini disebabkan paradigma
pembentukan hukum tertulis terutama Undang-undang
bukan lagi sekedar menuliskan kebiasaan sbg kristalisasi
nilai – nilai yg ada dlm masyarakat. Akan tetapi UU sudah
merupakan produk politik, kebijakan publik untuk
mengendalikan masyarakat (control social) yg dikehendaki
dan atas persetujuan bersama Pemerintah (executive) dan
DPR (legislative).
Deff. Filsafat hukum:
Apabila mengkaji berbagai kepustakaan mengenai
filsafat hukum akan ditemukan berbagai deffinisi,
perumusan, ataupun uraian yg dikemukakan oleh
para penulisnya.
Soetiksno merumuskan bhw filsafat hukum mencari
hakikat drpd hukum, yg menyelidiki kaidah hukum
sbg pertimbangan nilai-nilai.
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto :
merumuskan filsafat hukum itu sbg perenungan dan
perumusan nilai-nilai juga mencakup penyerasian
nilai-nilai, misalnya penyerasian antara ketertiban dg
ketentraman, antara kebendaan dan keakhlakan, dan
antara kelanggengan atau konservatisme dg
pembaharuan.
Satjipto Rahardjo, mengemukakan bhw Filsafat
hukum itu mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yg
bersifat dasar dari hukum, contoh : hakikat hukum,
dasar-dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum.
Pengertian Filsafat Hukum:
Secara Umum, Filsafat Hukum adalah :
a)Sebagai cabang filsafat, yaitu filsafat etika atau moral;
b)Bahwa yang menjadi obyek pembahasannya adalah
hakikat hukum, yaitu inti atau dasar yg sedalam-
dalamnya dari hukum;
c) Mempelajari/menyelidiki lebih lanjut hal-hal yg tidak
dapat dijawab oleh ilmu-ilmu hukum.
Manfaat Filsafat Hukum:
Secara praktis, manfaat mempelajari filsafat hukum
adalah :
1. Sisi ideal akan dpt ditemukan hukum yg abadi
(eternal law), penegakan hukum yg sempurna, dan
ketertiban masyarakat yg kekal;
2. Sisi keilmuan ilmu hukum akan dpt memperluas
cakrawala pemikiran para sarjana hukum, sehingga
pemikirannya ttg hukum tdk artificial atau dangkal;
Sisi praktis akan diperoleh pengertian-pengertian
atau istilah-istilah hukum yg umum abstrak, yg
memberikan arah pada pemikiran hukum dan
mempengaruhi jalan pikiran para hakim dlm
menjatuhkan putusan atas perkara atau sengketa
konkrit yg diperiksa dan diadili secara cermat dan
adil.

Anda mungkin juga menyukai