Anda di halaman 1dari 38

PASCASARJANA

Universitas Merdeka Malang

TEORI HUKUM
Oleh : DEWI ASTUTTY M.
TEORI HUKUM
Apakah hukum itu?

Merupakan sikap pertanyaan yang penuh curiga

Memahami permainan bahasa

Pertanyaan yang sangat populer, bagi filsafat, akademisi maupun praktisi


(profesional), meskipun bukan pertanyaan yang mudah dijawab (Anthony
Allotc) – sejak Plato – Haut, dari Aristoteles hingga Dworkin, bahkan semua
ahli hukum lain mencoba menjawab persoalan ini dengan bekerja keras,
sulit dihitung berapa literatur yang mencoba memecahkan persoalan ini.
TEORI HUKUM

MERUPAKAN SIKAP PERTANYAAN YANG PENUH CURIGA

Nietzche menyebutnya – inilah ‘ The ant of mistrus’t, yaitu :


sikap menolak perspektif resmi.

Seni kecurigaan ini mendorong untuk melihat tembus dan


melakukan gerilya pemikiran (under ground). Pada tataran itu,
keragaman irasionalitas & perbedaan pendapat akan
memperoleh tempat, sehingga mampu mengarahkan analisis
menjadi lebih tajam, sikap ini cukup bijaksana (berdampak
positif), ketimbang menganggap hal diatas sebagai sesuatu
yang merusak.
APAKAH SAMA TEORI HUKUM
DENGAN ILMU HUKUM

???
RECHTS TEORIE

RECHTWETENSCHAP
ISTILAH RECHWETENSCHAP

EROPA CONTINENTAL

RECHTWETENSCHAP

RECHTTEORIE
ANGLO – SAXON
Konsep ilmu hukum (J.J.H. Bruggink)

FILSAFAT HUKUM

META TEORI
META TEORI
TEORI HUKUM

META TEORI

DOGMATIK HUKUM
TEORI TEORI
TEORI

HUKUM POSITIF
AULIS AARNIO MENGATAKAN

Bahwa ilmu hukum adalah ilmu


tentang makna-makna. Menentukan
makna dari sesutu adalah menginter-
pretasi sesuatu itu. Dengan
demikian,memaparkan aturan hukum
adalah menafsirkan aturan hukum.
LAPISAN ILMU HUKUM, KONSEP,
EKSPLANASI , SIFAT
LAPISAN ILMU
KONSEP EKSPLANASI SIFAT
HUKUM

FH grondbegrippen reflektif spekulatif

TH Algemene begrippe analitis Normatif


empiris

DH Technich juridisch Technis juridisch normatif


begrippen
KONSEP HUKUM DAN TIPE-TIPE KAJIANNYA
KONSEP HUKUM TIPE KAJIAN METODE PENELITI ORIENTASI

Hukum sbg asas Filsafat Hukum Logika induksi, Pemikir Filsafat


kebenaran dan berpangkal pd premis
keadilan bersifat normatif yg diyakini &
kodrati & universal self efiden
Hukum adl norma Ajaran hukum murni Doktrinal, dengan Yurist, Positivistik
positif did. sistem yg mengkaji hukum logika deduktif untuk akademisi
hukum Nasional positif membangun sistem kontinental
hukum Positif
Hukum adalah yang American sociologikal Doktrinal dan non American Law
diputuskan hakim, jurisprudence, doktrinal, dg logika lawyer
inkonkreto & mengkaji law as its induksi utk mengkaji
tersistematisasi decided by judge court behavioua
sebagai judges
through, judicial
processes
Hukum sbg pola Sosiologi hukum Non doktrinal dg Sosiolog Struktural
perilaku sosial yg mengkaji law as it in pendekatan struktural
terlembagakan society dan umumnya
terkuantifikasi
TEORI HUKUM
TEORI HUKUM

Ilmu eksplanasi hukum yang sifatnya interdisipliner

EKSPLANASI
Dalam teori hukum sifatnya eksplanasi analisis, sedangkan dalam
dogmatik hukum merupakan eksplanasi teknik yuridis dan dalam bidang
filsafat sebagai eksplanasi reflektif

SIFAT INTERDISIPLINER TERJADI MELALUI 2 CARA :


a. Menggunakan hasil disiplin lain untuk eksplanasi hukum
b. Dengan metode sendiri meneliti bidang bidang (sejarah, sosiologi
hukum, dll).
TEORI HUKUM
BIDANG KAJIAN TEORI HUKUM :
1. Analisis bahan hukum
 Meliputi konsep hukum, norma hukum, sistem hukum, konsep hukum teknis,
lembaga hukum-figur hukum, fungsi hukum dan sumber hukum.
2. Ajaran metode hukum
 Meliputi metode dogmatik hukum, metode pembentukan hukum & metode
penerapan hukum.
3. Metode keilmuan dogmatik hukum
 Apakah sebagai disiplin logika, disiplin eksperimental ataukah disiplin
hermeneutik.
4. Kritik ideologi hukum
 Yang dimaksud dengan ideologi adalah keseluruhan nilai dan norma yang
membangun visi orang terhadap manusia dan masyarakat
SIFAT KEILMUAN TEORI HUKUM
TEORI HUKUM
Empiris Kontemplatif
Obyek 1. Gejala umum dalam hukum positif (algemene
rechtsleer)
2. Kegiatan hukum :
 Dogmatik hukum
 Pembentukan hukum
 Penemuan hukum
Sasaran Teoretis
Perspektif Ekstern Intern
Teori kebenaran Korespondensi Pragmatis
Proporsisi Informatif atau empiris Normatif dan evaluatif
FILSAFAT HUKUM
J. GIJSSELS
Filsafat hukum adalah filsafat umum yg diterapkan pada hukum dan gejala hukum

RUANG FILSAFAT HUKUM MELIPUTI


a. Ontologi hukum :
Mempelajari hakikat hukum misalnya hakikat demokrasi, dll.
b. Axiologi hukum :
Mempelajari isi dari nilai seperti kebenaran, keadilan, kebebasan, dll.
c. Ideologi hukum :
Rincian dari keseluruhan orang & masyarakat yg dapat memberikan dasar atau legitimasi
bagi keberadaan lembaga2 hukum yg akan datang, sistem hukum atau bagian dari sistem
hukum.
d. Epistemologi hukum :
Merupakan suatu studi meta filsafat.
e. Teleologi hukum :
Menentukan isi & tujuan hukum.
f. Keilmuan hukum :
Merupakan meta teori bagi hukm
g. Logika hukum :
Mengarah kpd argumentasi hukum, bangunan logis dr sistem hukum & struktur sistem
hukum.
PRAKTEK HUKUM
Dogmatik hukum, teori hukum, filsafat hukum pada
akhirnya harus diarahkan kpd praktek hukum

EKSPLANASI
Dalam teori hukum sifatnya eksplanasi analisis, sedangkan dalam
dogmatik hukum merupakan eksplanasi teknik yuridis dan dalam bidang
filsafat sebagai eksplanasi reflektif

SIFAT INTERDISIPLINER TERJADI MELALUI 2 CARA :


a. Menggunakan hasil disiplin lain untuk eksplanasi hukum
b. Dengan metode sendiri meneliti bidang bidang (sejarah, sosiologi
hukum, dll).
PRAKTEK HUKUM
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT HUKUM, TEORI HUKUM DAN DOGMATIK HUKUM

FILSAFAT HUKUM

META TEORI
META TEORI
TEORI HUKUM

META TEORI

DOGMATIK HUKUM
TEORI TEORI
TEORI

HUKUM POSITIF
TUGAS ILMU HUKUM DOGMATIK
(Ilmu Hukum Normatif)

D.H.M. Meuwissen dalam buku “Van Apeldoorn’s Inleiding Tot


De Studie van Het Nederlandse Recht (bab XVI)
menggambarkan ilmu hukum dogmatik sebagai ilmu hukum
normatif, mempunyai 5 tugas :
 Deskripsi hukum positif
 Sistematisasi hukum positif
 Analisis hukum positif
 Interprestasi hukum positif
 Menilai hukum positif
TUGAS ILMU HUKUM DOGMATIK
(Ilmu Hukum Normatif)
DESKRIPSI HUKUM POSITIF
Tugas ini meliputi isi maupun struktur hukum positif

SISTEMATISASI HUKUM POSITIF


 Dilakukan untuk mendeskripsikan & menganalisis isi & struktur hukum positif.
 J.W. haris  untuk sistematisasi harus didasarkan 2 fungsi :
1. Aturan hukum disamakan dengan norma yang isinya adalah “an ought” or “a may”.
2. Sistem hukum terdiri dari kumpulan norma yg diinterpretir oleh ilmuwan hukum sbg
suatu bidang
 Dalam usaha sistematisasi hukum terdapat 4 prinsip penalaran:
1. Derogasi : menolak suatu aturan yang bertentangan dengan aturan yg lebih tinggi.
2. Non kontradiksi : tidak boleh menyatakan ada-tidaknya suatu kewajiban dikaitkan
dengan suatu situasi yang sama.
3. Submisi : adanya hubungan logis antara dua aturan dalam hubungan aturan yang
lebih tinggi denganyang lebih rendah.
4. Eksklusi : tiap sistem hukum diidentifikasikan oleh
TUGAS ILMU HUKUM DOGMATIK
(Ilmu Hukum Normatif)
ANALISIS HUKUM POSITIF
Merupakan suatu open systeem, yg berarti bahwa aturan hukum dan
keputusan harus dipikirkan dalam suatu hubungan & juga bahwa norma
hukum bertumpu atas asas hukum & dibalik asas hukum dapat di
sistematisasikan gejala-gejala lainnya

INTERPRESTASI HUKUM POSITIF


 Interpretasi memiliki karakter harmeneutik
 Metode interpretasi hukum: intrepetasi gramatikal, interpretasi sistematis,
wets-en rachtshistorische interpretatie, interpretasi perbandingan hukum,
interpretasi antisipasi, interpretasi teleologis

MENILAI HUKUM POSITIF


 Sifat normatif murni ilmu hukum
 Hukum dogmatik tidak bebas nilai tapi sarat nilai
 Berkaitan langsung dengan rechtsidee
DASAR DASAR KAJIAN ILMU HUKUM
PERUMUSAN MASALAH
 Titik sentral kajian hukum
 Memberikan arah dlm menjawab pertanyaan atau isu hukum yang
diketengahkan

METODE
 Dengan cara/langkah apakah yg pasti, dia membangun teorinya.
 Harus menyajikan langkah-langkahnya shg pihak lain dapat mengontrol hasil
teorinya (controlerbaar)
 Harus mempertanggungjawabkan knp memilih cara/langkah yg demikian

PERUMUSAN TEORI
 Dirumuskan dalam konsep yg jelas (melalui definisi presisi atau stipulatif).
 Disusun secara konsisten, tidak boleh saling bertentangan.
 Sederhana
 Akurat.
PENALARAN HUKUM
PENALARAN ADALAH SUATU BENTUK PIKIRAN

Konsep:
Definisi
Deskripsi
Klasifikasi

Proporsisi
(statement)

Penalaran (Reasoning)
Deduksi
induksi
PENALARAN HUKUM
KAJIAN ILMU HUKUM NORMATIF
Proses nalar (penalaran)

PENALARAN HUKUM
Penalaran hukum juga bertumpu atas aturan berpikir yang dikenal dengan
“logika”

PENGGUNAAN LOGIKA
Penggunaan logika dalam ilmu hukum (normatif) mengandung ciri khas yg
berkenaan dengan :
 Hakekat hukum (the nature of laws)
 Sumber hukum (the sources of laws)
 Jenis hukum (the kind of laws)
PENALARAN HUKUM
DEFINISI
Penalaran beranjak dari konsep. Salah satu cara yg sering digunakan
menjelaskan konsep adalah definisi.

DEFINISI LAZIMNYA DIBEDAKAN :


 Definisi nominal
 Definisi leksikal
 Definisi presisi Populer dalam
 Definisi stipulatif bidang hukum
 Definisi riil
PENALARAN HUKUM
DEFINISI PRESISI
 Batasan yg pasti tentang suatu konsep hukum untuk kepastian hukum
dan penegakan hukum secara “fair”.
 Mengandung unsur leksikal & stipulatif.

DEFINISI STIPULATIF
Dapat berupa pengenalan terminologi baru atau memberikan pengertian
baru terhadap term yg sudah ada

ATURAN DEFINISI
 Harus singkat
 Antara definisi dan defiendum sifatnya convertible ( a=b, b=a)
 Tidak boleh negatif
 Definendum tidak boleh masuk dalam definisi
PENALARAN HUKUM
KLASIFIKASI KONSEP

DARI SEGI KUANTITAS


 Konsep singular (mengenai satu)
 Konsep partikular (mengenai beberapa)
 Konsep universal (mengenai semua)

DARI SEGI ISI


 Konsep deskriptif
 Konsep prespektif
• Bersifat normatif karena mengandung norma
• (konsep normatif : perintah, larangan, izin, dispensasi)
 Konsep evaluatif
PENALARAN HUKUM

BAHASA HUKUM
 Mempunyai kekhasan yang terletak pada fungsinya yang
normatif.
 Dalam bahasa normatif akan dirumuskan norma-norma
yang berisi :
Perintah
Larangan
Izin
Dispensasi
PENALARAN HUKUM
KESESATAN (FALLACIES) DALAM HUKUM

 Logika sejak semula sudah menaruh perhatian terhadap


kesesatan penalaran.
 Mengetahui kesesatan  memahami apa yang salah,
dimana letak kesalahannya  sehingga tidak terjebak
penalaran itu.
 Model-model kesesatan tertentu dalam bidang hukum bisa
bukanlah suatu kesesatan penalaran asal digunakan
secara tepat.
PENALARAN HUKUM

Kesesatan yang Bukan Kesesatan Dalam Penalaran Hukum

ARGUMENTUM AD IGNORANTIM
Terjadi apabila mengargumentasikan suatu posisi sebagai benar karena
tidak terbukti salah atau suatu proposisi salah karena tidak terbukti benar

ARGUMENTUM AD VERECUNDIAM
menolak/menerima argumentasi bukan karena nilai penalarannya, tetapi
karena orang yg mengemukakan adalah orang yg berwibawa, berkuasa,
ahli, dapat dipercaya
PENALARAN HUKUM
ARGUMENTUM AD HOMINEM
Menolak/menerima suatu argumentasi atau usul bukan karena penalaran,
tetapi karena keadaan orangnya (misal menolak karena yg beragumen
seorang negro, dll)

ARGUMENTUM AD MISERICORDIAM
Suatu argumentasi yang bertujuan untuk menimbulkan belas kasihan

ARGUMENTUM AD BACULUM
Menerima/menolak suatu argumentasi hanya karena suatu ancaman.
Ancaman itu membuat orang takut. (dalam bidang hukum cara itu tidak
sesat apabila digunakan untuk mengingatkan orang tentang suatu
ketentuan hukum, misalnya papan peringatan ditaman kota)
PENALARAN HUKUM
PENALARAN INDUKSI DALAM HUKUM

 Pengangan perkara di pengadilan selalu berawal


dari langkah induksi.
 Langkahnya : merumuskan fakta, mencari
hubungan sebab akibat, mereka-reka probabilitas.
 Dengan langkah tsb, hakim pengadilan pd tingkat
pertama adalah “iudex facti”.
 Langkah-langkah induksi ini dibatasi oleh asas
hukum pembuktian.
PENALARAN HUKUM
PENALARAN INDUKSI DALAM HUKUM
HUBUNGAN KAUSAL

Hubungan kausal memainkan peranan penting dalam penanganan perkara


& sangat tergantung dr jenis hukum atau macam-macam hukum. Hubungan
kausal dalam hukum pidana belum tentu cocok untuk hukum perdata atau
hukum administrasi untuk sengketa TUN.

HUBUNGAN KAUSAL DALAM HUKUM PIDANA

Hukuman kausal diperlukan dalam : delik materil & delik yang dikwalisir
oleh akibatnya. Teori hubungan kausal dalam hukum pidana : Teori conditio
sinequa non, teori adekuat, teori yang menggeneralisir, teori obyektif&
teori relevansi.
PENALARAN HUKUM
PENALARAN INDUKSI DALAM HUKUM
HUBUNGAN KAUSAL DALAM HUKUM PERDATA
Dalam hukum perdata dikenal teori hubungan kausal: teori condo sinequa non,
teori causa proxima & teori adekuat (secara wajar dpt diduga menimbulkan
akibat)

HUBUNGAN KAUSAL DALAM HUKUM ADMINISTRASI (SENGKETA TUN)


Teori yang digunakan adalah hubungan langsung

PROBABILITAS
Merupakan konsep sentral dalam penalaran induktif. Probabilitas dalam
hukum tergantung dari standar pembuktian. Standar pembuktian didukung alat
bukti dan beban pembuktian
PENALARAN HUKUM
DEDUKSI DALAM PENALARAN HUKUM
Dalam penanganan perkara/sengketa hukum, langkah awal adalah langkah
induksi untuk mengumpulkan fakta. Setelah fakta dirumuskan, diikuti dengan
penerapan hukum. Langkah penerapan hukum adalah langkah deduksi.

Langkah penerapan hukum diawali dengan identifikasi aturan hukum, yang


seringkali dijumpai keadaan :
 Kekosongan hukum (leemten in het recht)
 Antinomi (konflik norma hukum)
 Norma yg kabur (vage normen)

Dalam menghadapi kekosongan hukum, orang berpegang pada asas “ius curia
novit”  hakim dianggap tahu hukum, dia tidak boleh menolak suatu perkara
karena alasan tidak ada aturannya atau aturannya tidak jelas. Wajib menggali
nilai-nilai hukum yg hidup dlm masyarakat  inilah langkah rechtsvinding.
Dalam usaha mengisi kekosongan hukum, pegangan dasar adalah “ratio
hukum” dari hukum positif itu
PENALARAN HUKUM
DEDUKSI DALAM PENALARAN HUKUM
Konflik norma hukum dapat digambarkan dalam
skema pertentangan hukum yg di dasarkan pada
aturan pertentangan dalam logika

A a E
PERINTAH KONTRARIS LARANGAN

C D C
SUBALTERNASI KONTRADIKTORIS SUBALTERNASI

I b O
IZIN SUBKONTRARIS DISPENSASI
PENALARAN HUKUM
DEDUKSI DALAM PENALARAN HUKUM
KEMUNGKINAN BENAR – SALAH

a. Pertentangan kontraris (A-E) perintah – larangan :


Tidak mungkin dua proporsisi sama-sama benar, mungkin dua-duanya salah.
Jika yang satu benar, yang lainnya mungkin salah.
b. Subkontraris (I-O) izin-dispensasi:
Tidak dapat dua-duanya salah, mungkin dua-duanya benar.
c. Subalternasi (A-I; E-O) perintah izin larangan-dispensasi:
Kalau perintah benar mungkin izin benar tetapi tidak sebaliknya, demikian juga kalau
larangan benar mungkin dispensasi benar tetapi tidak sebaliknya.
d. Kontradiktoris (A-O; E-I) perintah – dispensasi larangan – izin:
Kalau proporsisi yang satu benar yang lain pasti salah.
PENALARAN HUKUM
DEDUKSI DALAM PENALARAN HUKUM
ILMU HUKUM MENGETENGAHKAN SEBAGAI ASAS-ASAS
PENYELESAIAN KONFLIK A DALAH
a. Asas lex posterior(lex posterior derogat legi priori): undang undang yg
kemudian mengalahkan yg terdahulu.
b. Asas lex specialis (lex specialis derogat legi generali): undang undang khusus
mengalahkan yg umum.
c. Asas lex superior (lex superior derogat legi inferiori): undang undang yg lebih
tinggi mengalahkan yg lebih rendah.

DALAM MENERAPKAN ASAS-ASAS TERSEBUT, PERSOALAN


YG TIMBUL ADALAH
a. Adakah hukum positif yg mengatur tentang itu? Apakah ada ketentuan
hukum positif yg justru melemahkan asas tsb.?
b. Apakah suatu aturan hukum batal demi hukum apabila asas tersebut
diterapkan?
PENALARAN HUKUM
DEDUKSI DALAM PENALARAN HUKUM
Dalam menghadapi keaadan seperti diatas, dianjurkan langkah-
langkah praktis untuk menyelesaikan konflik, yaitu :
a. Disavowal (pengingkaran)
b. Reinterpretation (reinterpretasi)
c. Invalidation (pembatalan): abstract and formal invalidation
or non-aplication
d. Remedy (pembetulan)

Dalam menghadapi norma hukum yg kabur, langkah pertama jufa


harus berpegang pada rasio hukum yg terkandung dalam aturan
itu dan selanjutnya menetapkan metode interpretasi apakah yg
paling tepat untuk menjelaskan norma yg kabur itu
PEMECAHAN MASALAH HUKUM
legal problem solving; legal analysis

LANGKAH – LANGKAH ANALISIS HUKUM


1. Pengumpulan fakta
2. Klasifikasi hakekat permasalahan hukum

3. Identifikasi dan pemilahan isu hukum yg relevan


(pertanyaan hukum)

4. Penemuan hukum yg berkaitan dengan isu hukum tsb


5. Penerapan hukum

Anda mungkin juga menyukai