Anda di halaman 1dari 7

Nama : DIMAS ARIEF WIDIANTO, S.

H
Nim : 2220215310034 (A) PMIH
Mata Kuliah : UAS Teori Dan Filsafat Hukum
Dosen : Prof. Dr. Abdul Halim Barkatullah, S. Ag, S.H., M.Hum.

SOAL?
1. Apa hubungan antar filsafat Hukum dengan Teori Hukum?

2. Apa yang dimaksud dengan Problem Hukum? Dan apabila suatu Problem tidak dapat
dijawab oleh Ilmu Hukum Dogmatik, maka digunakanlah Teori Hukum, karena “Teori
Hukum adalah Meta dari Ilmu Hukum Dogmatik” Apa makna dari ungkapan ini dalam
menjawab suatu problem Hukum?

3. Apa makna Teori Hukum? Dan apa fungsi Teori Hukum dalam suatu karya Ilmiah
Hukum?

4. Jelaskan makna dari teori-teori dibawah ini:

a. Teori Negara Hukum

b. Teori Negara Kesehjateraan

c. Teori Perlindungan Hukum

d. Asas lex superior derogat legi inferiori

e. Asas lex posterior derogat legi priori

5. Apa judul dan intisari Teori pada Tugas Anda? Jelaskan dengan singkat!

JAWABAN :

1. Hubungan Filsafat Hukum dengan Teori Hukum suatu hubungan dari disiplin meta
(filsafat hukum) dengan disiplin objek (teori hukum) dimana filsafat hukum
memperhatikan secara esensial pemikiran yang bersifat spekulatif, sedangkan teori
hukum berusaha kearah pendekatan gejala hukum secara positif keilmuan. Pada
dasarnya Filsafat Hukum merupakan bagian tertinggi dalam ilmu hukum setelah
dogmatika hukum dan teori hukum. Kajian filsafat hukum ditujukan kepada filsafat

1
itu sendiri yang merupakan hukum sebagai objek kajian filsafat. Artinya bahwa
hukum (tidak terbatas pada peraturan perundang-undangan/positif hukum saja, tetapi
hukum dalam artian luas) akan dikaji secara mendalam. Jika dalam filsafat hukum
yang cenderung menciptakan pemikiran yang spekulatif pada Teori Hukum lebih
kepada upaya pendekatan hukum secara ilmiah-positif.

• Menurut M. Van Hoecke mengurai bahwa ilmu hukum dalam arti luas terdiri
atas filsafat hukum, dogmaika hukum dan teori hukum. Dalam penjelasannya dengan
menggunakan meta teori bahwa filsafat hukum adalah teori dari teori hukum dan
meta teori dari dogmatika hukum dan juga teori tentang hukum. Filsafat hukum
sendiri tidak mempunyai meta teori karena sebagai filsafat ia merefleksi dirinya
sendiri untuk mempertanggungjawabkan keberadaannya dan menjelaskan makna dan
karakternya. Dengan demikian bahwa obyek kajian ilmu hukum adalah tatanan
hukum normatif yang berlaku positif maupun ilmu-ilmu hukum dalam tataran
dogmatik hukum yang meliputi pula interpretasi, dan konstruksi serta teori-teori
tentang argumentasi hukum; sedangkan kajian ilmu-ilmu hukum empirik, meliputi
perbandingan hukum, sosiologi hukum, sejarah hukum, antropologi hukum dan
psikologi hukum. Kajian teori hukum adalah juga tatanan hukum positif yang
meliputi analisis tentang pengertian hukum, asas-asas dan kaidah-kaidah hukum,
analisis konsep yuridis, hubungan antara hukum dan logika, teori argumentasi dan
metode penemuan hukum yang meliputi metode interpretasi dan metode konstruksi.
Sementara kajian filsafat hukum adalah bagian dari dan dipengaruhi oleh filsafat
umum dan teori ilmu hukum yang bersifat ekstra yuridis dan kritis yang inti
persoalannya meliputi landasan daya ikat dari hukum serta landasan penilaian
keadilannya. Hubungan antara teori hukum dan filsafat hukum adalah suatu
hubungan dari disiplin meta (filsafat hukum) dengan disiplin objek (teori hukum)
dimana filsafat hukum memperhatikan secara esensial pemikiran yang bersifat
spekulatif, sedangkan teori hukum berusaha kearah pendekatan gejala hukum secara
positif keilmuan. Selanjutnya Lili Rasjidi dan Ira Thania (2004: 36) menjelaskan
bahwa teori hukum merefleksikan objek dan metode dari berbagai bentuk ilmu
hukum Terdapat dua pandangan besar mengenai teori hukum yang bertolak belakang
namun ada dalam satu realitas, seperti ungkapan gambaran sebuah mata uang yang
memiliki
2
dua belah bagian yang berbeda. Pertama, pandangan yang didukung oleh tiga
argumen yaitu pandangna bahwa hukum sebagai suatu sistem yang pada prinsipnya
dapat diprediksi dari pengetahuan yang akurat tentang kondis sistem itu sekarang,
perilaku sistem ditentukan oleh bagian-bagian yang terkecil dari sistem itu dan teori
hukum mampu menjelaskan persoalannya sebagaimana adanya tanpa berkaitan
dengan orang (pengamat). Hal ini membawa kita kepada pandangan bahwa teori
hukum itu deterministik, reduksionis, dan realistik

2. Persoalan Hukum, Ketika berbicara persoalan hukum, maka tidak terlepas dari
berbagai problem atau permasalahan yang menyangkut substansi dari hukum itu
sendiri. Problem ini dapat dilihat pertama kali dalam hal pendefinisian hukum.
Banyak para ahli hukum berbeda dalam mengartikannya. Hal ini disebabkan oleh
sudut pandang yang berbeda dalam memahami hukum tersebut. Bahkan seorang ahli
hukum sekaliber Van Apeldoorn tidakdapat mendefisikan secara jelas tentang hukum.
Dalam artian tidak memberikan pengertian secara universal. Lawrence M. Friedman
menggambarkan betapa rumitnyadan luasnya serta sangat bervariasi apa yang disebut
dengan hukum, sehingga kebanyakan orang tidak menemukan secara pasti definisi
hukum.4 Karena hukum tidak hanya bergelut pada teorisasi saja melainkan juga
berperan dalam tataran praktis. Apa yang ada dalam teori tidak selamanya identik
dengan praktik yang sesungguhnya. Pengalaman hukum yang diperoleh di lapangan
dapat memberikan definisi sesuai dengan apa yang telah dialami oleh praktisi hukum.
Itulah yang kemudian terdapat duamacam hukum yang telah dikenal yaitu law in book
(hukum dalam teori) dan law action (hukum dalam praktik pelaku hukum. Seorang
peneliti hukum juga harus mengetahui secara menyeluruh tentang peristilahan dalam
hukum. Banyak sekali istilah hukum yang menimbulkan pemaknaan yang berbeda
sehingga dalam meneliti tidak mengalami problem kerancuan.7 Ketika memahami
istilah-istilah hukum dengan makna yang keliru, maka sudah barang tentu
menghasilkan penelitian yang tidak sesuai dengan harapan. Disamping itu,
permasalahan hukum yang seringkali terjadi dalam masyarakat
Problem Hukum merupakan masalah hukum adalah permasalahan hukum yang lahir
karena tidak ditaatinya norma-norma hukum yang berlaku (hukum positif) baik itu

3
secara sengaja maupun tidak sengaja hingga menimbulkan suatu masalah hukum.
Teori hukum, dalam hubungannya dengan dogmatik hukum, sebagai suatu meta-teori
dari dogmatik hukum. Sebuah meta-teori adalah disiplin yang obyek studinya adalah
sebuah ilmu yang lain. Jika dogmatik hukum mempelajari aturan-aturan itu sendiri
dari suatu sudut pandang tehnikal (walaupun tidak dogmatik), maka teori hukum
pertama-tama adalah refleksi terhadap tehnik hukum itu. Dogmatika hukum dan teori
hukum jelas mensituasikan diri pada tataran yang berbeda, tidak tumpang tindih,
melainkan yang satu terhadap yang lainnya memiliki wilyah telaah yang mandiri.
Dogmatika hukum bertujuan untuk memberikan suatu pemaparan dan sistematisasi
hukum positif yang berlaku sedangkan teori hukum bertujuan untuk memberikan
refleksi atas pemaparan dan sistematisasi dari problem hukum.

3. Makna Teori Hukum yaitu ilmu yang mempelajari pengertian-pengertian pokok dari
sistem hukum. Pengertian-pengertian pokok seperti misalnya subjek hukum, perbuatan
hukum dan lain-lain yang memiliki pengertian yang bersifat umum dan teknis. Sebagai
teori ia menjelaskan apa itu hukum dan bagaimana ia ada.

Fungsi Teori Hukum dalam penulisan sebuah karya ilmiah sangat penting dan
bermanfaat menjadi “pisau” untuk menganalisis permasalahan hukum guna
membangun sebuah argumen juga sebagai alat dalam menganalisis dan mengkaji
penelitian-penelitian hukum.

• Menurut Hans Kelsen, teori hukum merupakan ilmu pengetahuan mengenai


hukum yang berlaku dan bukan hanya mengenai hukum yang seharusnya. Yang
dimaksud dariteori hukum menurut beliau adalah teori hukum murni, yang juga
bisa disebut sebagai teori hukum positif. Teori hukum murni atau teori hukum
positif yang dimaksud karena hanya menjelaskan hukum serta berupaya untuk
membersihkan objek penjelasan dari segala hal yang tidak memiliki sangkut paut
dengan hukum. Sebagai teori, Hans Kelsenjuga menjelaskan apa yang dimaksud
dari hukum dan bagaimana hukum tersebut ada. Menurut Dr. H. Salim HS., S.H.,
M.S. Teori hukum (legal theory) mempunyai kedudukan yang sangat penting di
dalam penelitian disertasi dan tesis, karena teori hukum itu, dapat digunakan
sebagai pisau analisis untuk mengungkapkan fenomena- fenomena hukum, baik

4
dalam tataran hukum normatif maupun empiris. Teori-teori yang menganalisis
tentang hukum, baik dalam tataran normatif maupun empirik, cukup banyak,
namun yang banyak digunakan oleh para peneliti, baik peneliti disertasi maupun
peneliti tesis, yaitu (1) teori keadilan (justice theory), (2) teori fungsional
(functional theory), (3) teori kekerasan dalam rumah tangga (violence household
theory), (4) teori peran (role of theory), (5) teori demokrasi (democration theory),
(6) teori tanggung jawab hukum (legal liability theory), dan (7) teori kontrak (the
contracttheory).

4. Makna dari:

a. Teori Negara Hukum : Teori negara hukum menyajikan konsep-konsep atau ide-
ide bagaimana membangun negara hukum yang baik, bagaimana cara hidup
bersama, bermasyarakat, dan bernegara yang dapat melindungi berbagai
kepentingan dan mengatur cara penyelesaian jika terjadi benturan antara berbagai
kepentingan dengan berpijak pada prinsip tegaknya kepastian hukum,
terwujudnya rasa keadilan serta kedamaian antara berbagai pihak yang
berkepentingan tersebut dan sekaligus memberi arahan kepada kehidupan yang
lebih baik.

b. Teori Negara Kesehjateraan : Teori negara kesejahteraan menyatakan bahwa


negara harus aktif mengupayakan kesejahteraan, bertindak adil yang dapat
dirasakan seluruh masyarakat secara merata dan seimbang. Negara kesejahteraan
menunjuk pada sebuah model ideal pembangunan yang difokuskan pada
peningkatan kesejahteraan melalui pemberian peran yang lebih penting kepada
negara dalam memberikan pelayanan social secara universal dan komprehensif
kepada warganya.

c. Teori Perlindungan Hukum : Teori pelindungan hukum bahwa hukum bertujuan


mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam
masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap
kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai
kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan

5
kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk
menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.

d. Asas lex superior derogat legi inferiori : Lex superior derogat legi inferiori adalah
asas yang menyatakan jika terdapat pertentangan antara peraturan perundang-
undangan yang tinggi dengan yang rendah, maka yang tinggilah yang harus
didahulukan. Prinsip ini merupakan salah satu dari prinsip-prinsip dalam hierarki
peraturan perundang undangan.

e. Asas lex posterior derogat legi priori : Asas lex posterior derogat legi priori adalah
sederhananya, asas ini berarti peraturan yang baru mengesampingkan peraturan
lama. Asas ini bertujuan untuk mencegah ketidakpastian hukum yang mungkin
timbul manakala terdapat dua peraturan yang sederajat berdasarkan hierarki.

5. Judul makalah :

“KEBEBASAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT MENURUT RKUHP”

Intisari dari makalah ini yaitu :

Kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah hak setiap warga negara. Namun harus
tetap bertanggung jawab sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku. Baik
melalui lisan atau melalui tulisan. Kemerdekaan mengemukakan pendapat merupakan
contoh dari beberapa Hak Asasi Manusia (HAM).
Kebebasan berpendapat yang sesuai bagi Bangsa Indonesia yaitu konsep negara yang
demokratis dalam segala bidang. yaitu warga negara secara sah dapat mengemukakan
apa yang ada di dalam pikirannya untuk mengkritik setiap kebijakan public yang dibuat
oleh pemerintah beserta lembaga negara sehingga kebijakan tersebut bisa di control
sendiri oleh rakyat apabila kebijakan tersebut tidak sesuai dengan tujuan dari kebijakan
public tersebut.
Secara keseluruhan, RKUHP masih dinilai banyak memiliki pro dan kontra terhadap
perspektif Pancasila. Dalam RKUHP sendiri semestinya ditinjau kembali dalam
konteks kebebasan berpendapat dan berekspresi dinilai mengabaikan prinsip persamaan
didepan hukum, terutama dalam pasal penghinaan terhadap kepala negara, hal itu
menimbulkan ketidakpastian hukum lantaran parameter penghinaan tidak jelas.
Urgensi dari pasal tersebut perlu untuk ditinjau Kembali.
6
7

Anda mungkin juga menyukai