Anda di halaman 1dari 5

A.

Urgensi dan Tujuan Teori Hukum


Menurut Dragan Milovanovic (1994), jurisprudence adalah studi tentang ;
a. The exixting system of written rules, established in codified form by the state
(statutory and case law)
Sistem yang eksis dari aturan-aturan yang tertulis yang dibuat dalam bentuk
kodifikasi oleh Negara yang mencakupi perundang-undangan dan putusan
pengadilan.
b. Yang pengsistemannya berlangsung secara terus menerus ke dalam sekumpulan
hukum yang relevan, yang dikoordinasi oleh beberapa asas-asas tentang
pembenaran.
c. Aplikasi dari wacana hukum doctrinal yang disusun oleh suatu struktur
morfologis yaitu makna-makna kata, dan struktur sintesis yaitu konstruksi-
konstruksi linear dari naratif-naratif dan teks-teks dalam melakukan penalaran
yang benar dalam hukum.
d. Aplikasi formal dan logis dari proposisi-proposisi hukum yang abstrak dan umum
serta doktrin-doktrin dengan menggunakan wacana hukum doctrinal terhadap
situasi-situasi factual oleh kelompok spesialis yang menyediakan suatu derajat
tinggi dalam kemungkinan penyelesaian suatu persoalan yang dipersengketakan.
e. Bagaimana semua konflik menjadi tak terelakkan, sehingga dapat dimasukkan ke
dalam kategori yang lebih luas bagi beberapa postulat-postulat yang menyediakan
sekumpulan premis-premis dan criteria inti bagi resolusi yang tepat, dari
perbedaan-perbedaan di dalam suatu sistem pengaturan diri sendiri yang formal.1

Teori hukum adalah ilmu, bukan kemauan. Teori hukum menggunakan hukum
positif sebagai bahan penelitian dengan telaah filosofis sebagai sarana bantuan untuk
menjelaskan tentang hukum. Teori hukum berupaya untuk menjelaskan hukum secara
mendasar, dengan kata lain untuk memberikan jawaban atas pertanyaan “mengapa
hukum itu adalah sebagaimana ia adanya”, menggali lebih dalam samapi pada
landasan timbulnya dan mencari sebab dan motif dari hukum. Teori hukum adalah
suatu upaya untuk mempelajari hukum, mengintegrasikan hukum ke dalam
masyarakat.
1
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Prenadamedia Group, Jakarta, 2009, hlm.14.
Teori hukum menjelaskan hukum dengan cara menafsirkan suatu arti atau
pengertian, menentukan syarat atau unsur sahnya suatu peristiwa sehingga dapat
dikatakan bahwa itu adalah peristiwa hukum serta menilai suatu peristiwa hukum.
Pada dasarnya teori hukum bertujuan untuk menjelaskan kejadian-kejadian dalam
bidang hukum dan membantu melihat peristiwa hukum dari sudut pandang yang
berbeda. Yang menjadi urgensi dari teori hukum adalah teori hukum memiliki
kegunaan diantaranya, untuk menjelaskan hukum dengan cara menafsirkan sesuatu
arti/pengertian, suatu syarat atau unsur sahnya suatu peristiwa hukum, dan hirarkhi
kekuatan peraturan hukum, untuk menilai suatu peristiwa hukum, dan untuk
memprediksi tentang suatu hal yang akan terjadi.

B. Perkembangan Pemikiran Hukum


Dalam ilmu hukum terdapat 2 jenis penelitian hukum:
1. Normatif
Yaitu peraturan perundang-undangan yang dipelajari dari norma
2. Empiris
3. Hukum dalam kenyataannya. Wujud hukumnya adalah perilaku hukum.

Karakter dari norma hukum adalah berupa gebod (perintah), verbod (larangan), sanksi,
dan vritselling (dispensasi). Hukum berasal dari nilai dalam masyarakat yang bersifat
keadilan, kebenaran, kodrati. Dituangkan kedalam azas hukum dan norma hukum.

Ada beberapa pandangan dalam perspektif hukum :

1. Filosofis
Tentang adil/tidak adilnya suatu hal, adanya hubungan moral dengan hukum,
hubungan kekuasaan dengan hukum.
2. Hukum Dari Segi Ilmu
Ilmu hukum lebih luas dari teori hukum karena teori hukum hanya membahas
esensi hukum saja.
3. Hukum Sebagai Norma
4. Hukum Sebagai Perilaku Sosial/Kenyataan
Maksudnya adalah hukum mengatur perubahan perilaku masyarakat, pengalaman
hukum juga dapat menjadi suatu hukum.

Dalam perkembangannya, hukum di bagi menjadi berbagai aliran yaitu:

1. Hukum Alam
Dimulai oleh para ahli filsafat yang memikirkan tentang keadilan, hak, dan
kewajiban. Karena menurut para filsuf hukum tidak bias terlepas dari konteks
moral manusia.
Salah satu filsuf hukum alam yang terkenal yaitu Thomas Aquinas membagi
hukum menjadi 4 (empat) golongan :
a. Lex Aeterna (rasio Tuhan sumber dari segala hukum, tak dapat ditangkap
panca indra manusia).
b. Lex Divina (bagian rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh manusia/Kitab
Suci).
c. Lex Naturalis (penjelmaan dari lex aeterna di dalam rasio manusia).
d. Lex Positivis (pelaksanaan dari hukum alam oleh manusia dengan syarat
khusus yang diperlukan manusia oleh keadaan dunia).

2. Hukum Positif
Sebelum lahirnya aliran hukum positif pada abad pertengahan telah berkembang
aliran legisme yang mengidentikkan hukum dengan undang-undang. Tidak ada
hukum di luar undang-undang, satu-satunya sumber hukum adalah undang-
undang.
Ciri-ciri positivism dalam ilmu hukum menurut H.L.A. Hart adalah :
1. Hukum itu adl perintah dari manusia (command of human being). Manusia
yang di maksud adalah penguasa.
2. Analisa konsepsi hukum adalah penting. Analisa yang dibedakan dengan
penyeledikan. Analisis yang demikian berbeda dengan studi historis,
sosiologis dan berlainan pula dari suatu penilaian kritis.
3. Tidak ada hubungan mutlak antara hokum dengan moral. Keputusan
tersebut dapat di deduksikan secara logis dari peraturan yang sudah ada
lebih dahulu, tanpa menuju kepada tujuan sosial, kebijakan serta moralitas.
John Austin law is a command of law giver. Dikatakan juga bahwa hukum adalah
suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (closed logical system), hukum
dipisahkan dari keadilan.
Aliran Hukum murni dari Hans Kelsen:
a. Bahwa hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang tidak yuridis
seperti etis, sosiologis, politis, dan sebagainya.
b. Stufenbau des Rechts. Suatu sistem hukum adalah merupakan suatu
hierarkir dari hukum di mana suatu ketentuan hukum tertentu bersumber
pada ketentuan hukum lainnya yang lebih tinggi. Ketentuan yang tertinggi
adalah Grundnorm atau norma dasar.
c. Hukum sebagai sollen yuridis (das “Sollen”) terlepas dari “das Sein”.

3. Utilitarianisme
Dipelopori oleh Jeremy Bentham (1748-1832), John Stuart Mill (1806-1873). Dan
Rudolf von Jhering (1818-1889). Undang-undang yang banyak memberikan
kebahagiaan pada bagian terbesar masyarakat akan dinilai sebagai undang-undang
yang baik.
Ajaran Jeremy Bentham dikenal sebagai utilitarianisme yang individual,
sedangkan Rudolf von Jhering mengembangkan ajaran yang bersifat sosial. Teori
Rudolf merupakan gabungan antara teori Stuart Mill dan positivism hukum John
Austin.

4. Pendekatan Sejarah
Tokohnya adalah Von Savigny, yang menyatakan bahwa hakikat dari setiap
sistem hukum sebagai pencerminan dari jiwa rakyat (volksgeist) yang
mengembangkan hukum tersebut. Von Savigny menolak bahwa hukum itu bukan
dibuat, melainkan hukum ditemukan dalam masyarakat (das recht wird nict
gemacht, est ist und wird mit dem volke). Hukum tumbuh bersama dengan
pertumbuhan dan menjadi kuat bersama-sama dengan kekuatan rakyat dan hukum
mati manakala bangsa itu kehilangan kebangsaannya.

5. Pendekatan Antropologis
Tokohnya Henry Maine, pendekatan antropologis tidak menyukain perundang-
undangan dan kodifikasi. Masyarakat berkembang dari statis menuju progresif.
Perjalanan masyarakat yang menjadi progresif terlihat dengan adanya
pengembangan dari situasi yang ditentukan oleh status pada penggunaan
kesepakatan. Dengan kata lain, hukum dapat ditentukan oleh dirinya sendiri,
bebas untuk melakukan kesepakatan/kontrak dengan pihak lain. Adapun
penyelesaian sengketanya yaitu:
a. Avoid (menghindar)
b. Negosiasi
c. Mediasi
d. Yustisi (Penyelesaian hukum)

6. Sociological Jurisprudence
Pencetus mazhab ini adalah Roscoue Pound, Eugene Ehrlich, Benjamin Cardozo,
Kantorowics dan Gurvitch. Inti dari pemikirannya adalah hukum yang baik
merupakan hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
Hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat.

7. Realisme Hukum
Kart Llewellyn beranggapan bahwa realism bukanlah merupakan suatu aliran di
dalam filsafat hukum, tetapi hanya merupakan gerakan di dalam cara berfikir dan
cara bekerja tentang hukum.

Anda mungkin juga menyukai