Hukum alam adalah hukum yang berlaku abadi dan universal. Melihat dari sumbernya,
hukum alam ada yang bersumber dari Tuhan dan ada yang bersumber dari akal pikiran. Hukum
alam sebenarnya bukan suatu jenis hukum, tetapi penamaan untuk berbagai ide yang di
kelompokkan menjadi satu nama yaitu Hukum Alam. Salah satu yang menjadi cirri khas dari
pemikiran hukum alam adalah tidak di pisahkan secara tegas antara hukum, dan moral. Hukum
alam berjalan di luar fenomena yang dapat diamati, dengan kata lain hukum alam adalah hukum
yang berlaku mutlak bagi siapapun, dimanapun, dan dimanapun. Hukum alam tidak dapat di
batasi oleh manusia, waktu dan tempat.
Hukum alam merupakan lawan dari positivism hukum, akan tetapi banyak dogmatism
hukum yang dikaitkan dengan teori hukum alam. Di dalam hukum alam terdapat keyakinan
bahwa suatu sistem hukum ideal yang diciptakan oleh Tuhan, alam, dan alam pikiran manusia itu
sendiri.1 Positivisme hukum berpendapat sumber hukum harus menjadi hukum yang ditetapkan
oleh beberapa otoritas hukum yang diakui secara sosial. Aliran hukum ini berpandangan bahwa
tidak terdapat hubungan antara hukum dan moral karena penilaian moral tidak dapat di tetapkan
oleh argumen yang rasional. Positivisme hukum beranggapan bahwa hukum yang baik adalah
hukum yang diundangkan otoritas yang berwenang dalam hukum atau berdasarkan perintah
penguasa. Dalam positivisme hukum, hukum hanyalah aturan yang mengatur kehidupan
masyarakat secara konkrit yang sifatnya empiris. Hukum tidak mencakup norma agama, norma
susila,dan norma kesopanan.2
Menurut pendapat penulis, hukum yang baik di terapkan di Indonesia adalah positivisme
hukum. Karena di dalam positivism hukum diatur secara jelas batasan-batasan dalam sistem
hukumnya. Dalam positivisme hukum pembentukan dan pemberlakuan hukum terlihat jelas,
bentuknya peraturan tertulis disertai dengan sanksi yang tegas, yang disahkan oleh kekuasaan
yang berdaulat, dan terpisah dari nilai-nilai moral (baik dan buruk) yang ada. Hukum positif di
Indonesia adalah hukum yang berlaku sah di Indonesia saat hukum yang telah dibuat dan
1
Lon L.Fuller, Anatomy of the law (New York: The New American Library, 1969).
2
Lili Rasyidi dan B. Arief Sidarta, Filsafat Hukum: Mazhab dan Refleksinya, Cetakan kedua, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994), hlm.23.
disahkan oleh badan yang berwenang untuk diberlakukan. Istilah hukum positif tersebut adalah
bukti konkrit dari konsep positivisme dalam hukum positif di Indonesia.