Anda di halaman 1dari 37

Perkembangan Aliran Filsafat Hukum

• Aliran Hukum Alam


• Positivisme Hukum
• Aliran Sosialis
• Aliran utilitis
• Realisme Hukum
• Critical legal studies
• Legal pluralism

1
F.S.G Northop:

• Legal Positivism
• Pragmatic Legal Realism
• Neo Kantian and Kelsenian Ethical
Jurisprudencer;
• Fungtional Antropological or Sosiological
Jurisprudence
• Naturalistic Jurisprudence

2
Penggolongan aliran lain yang lebih luas;
• Hukum Alam
• Rationalis
• Positivisme
• Analitical Jurisprudence
• Reine Rechtslehre
• Histhorische Rechtsshule
• Utilisme
• Sociological Yurisprudence
• Freirechtslehre
• Postmodern
3
Aliran Hukum Alam
NATURAL LAW/IUS NATURALE
Adalah hukum yang berlaku universal , artinya
berlaku dimanapun juga, dan pada saat kapanpun
juga.
Konsepsi hukum alam mencerminkan usaha manusia
dan kerinduan manusia akan keadilan mutlak
(absolute justice) serta usaha manusia menemukan
hukum yang lebih tinggi dari hukum positif.
Tetapi yang menjadi kajian filsafat hukum hanya
hukum alam yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia manusia saja.

4
CORAK HUKUM ALAM
Corak Hukum Alam Berlainan Sesuai dengan
Ukuran Yang Digunakan

• Hukum alam yang otoriter dan hukum alam


yang individualistis
• hukum alam yang progresif sebagai lawan
hukum alam yang konservatif
• Hukum alam yang religius (irrational) sebagai
lawan hukum alam rational
• Hukum alam yang mutlak dan hukum alam
yang relatif
5
Peranan Hukum Alam dalam sejarah

• Merupakan alat yang menyebabkan hukum Romawi


menyebar keseluruh dunia dan bahkan bersifat
cosmopolit.
• Merupakan senjata yang dipergunakan kedua belah
pihak saat berlangsung pertentangan antara negara
dan gereja.
• Memberikan dasar atas kesempurnaan hukum
internasional
• Memberikan dasar atas kemerdekaan individu
melawan absolutisme
• Memberikan dasar bagi hakim- hakim Amerika
untuk menafsirkan hukum.
6
ASAS-ASAS HK ALAM YG MASIH HIDUP DALAM
HUKUM POSITIF

• Pacta sunt servanda


• mare liberum
• onrechtmatigedaad
• Menghukum yang melakukan agresor.
• Wan Prestasi

7
Kesimpulan:
o Pengakuan adanya norma-norma hukum
yang lebih tinggi (higer law) atas norma-
norma hukum yang berlaku di berbagai
negara (ius constitutum): Ius Cogens
o Norma hukum alam berfungsi sebagai
pembenaran maupun penolakan atas
norma-norma hukum positif

8
o Norma hukum alam berasal dari Tuhan, akal
budi manusia dan gejala-gejala alam
o Hukum positif semestinya berasal dari
hukum alam
o Teori hukum alam klasik: fokus pada kajian
muatan moral hukum positif
o Teori hukum alam modern: fokus pada
fungsi-fungsi hukum

9
ALIRAN POSITIVISME
Hart dalam (Positivisme and the separation of law and
morals, mengemukakan 5 ciri positisvisme yang
terdapat dalam ilmu dewasa ini ( contemporary
jurisprudence):
1. Hukum adalah suatu perintah yang datang dari
manusia.
2. tidak ada hubungan yang mutlak antara hkm dan
kesusilaan, atau antara hukum yang berlaku (law as
it is) dan hukum yang dicita-citakan )law as ought to
be)

10
3. Analisa mengenai pengertian hukum legal
concept adalah penting dan harus dibedakan
dari:
a. Penyelidikan secara sejarah tentang sebab
musabab hukum atau tentang sumber hukum.
b. Penyelidikan secara sosiologis mengenai
hubungan hukum dan gejala kemasyarakat
lainnya.
c. Penyelidikan hkm yang didasarkan pada
kesusilaan , tujuan sosial, fungsi hkm dsbnya.,

11
4. Sistem hukum adalah suatu sistem logika yang
tertutup (closed logical system), pada sistem
tsb ketentuan-ketentuan hukum yang benar
bisa diperoleh dari alat logika (logica means)
dari peraturan hukum yang telah ditetapkan
sebelumnya, tanpa memperhatikan tujuan
sosial, politik dan moral.

12
Bahwa sistem hukum adalah sistem logika
tertutup mempuyai hubungan yang erat
dengan adanya perbedaan yang tajam antara
“ada” dan “seharusnya” ( a strict separation
between is and ought).
5. Pertimbangan mengenai kesusilan tidak dapat
dibuat atau dibuktikan dengan menggunakan
argumentasi-argumentasi dan bukti-bukti
berdasarkan logika.

13
Aliran Positivisme
1790-1859
The Imperative School, karianya terkenal adalah The
province of jurisprudence determined. Dalam
memberikan definisi hukum Austin menganti cita-cita
tentang keadilan (idea of justice) dengan perintah
yang berdaulat (negara) command of the sovereign,
i.e the state).
Law is; a rule laid down for the guidance of an
inteligent being by an intelligent being having power
over them.

14
Hukum adalah suatu peraturan yang dibuat
untuk dipergunakan sebagai pedoman
makhluk berakal, oleh makhluk berakal yang
mempunyai kekuasaan terhadapnya.

Hukum dipisah dari keadilan, tidak didasarkan


pada baik buruk tetapi didasaklan pada
kekuasaan yang lebih kuat ( the power of a
superior).

15
• Austin mengadakan perbedaan antara hukum
yang dibuat tuhan untuk manusia (Law of
God, law set by God to man) dan hukum yang
dibuat manusia untuk manusia ( human
laws/law set by man to man).

• Law of God tidak mempunyai arti juridis,


berbeda dengan scolastik yang melihat ada
hubungan antara devine law (hukum keramat)
dengan hukum buatan manusia.
16
Hukum buatan manusia dibedakan atas :
(1) hukum yang sungguh-sungguh dapat disebut
hukum ( Laws properly so colled= positive law,
yaitu hukum yang dibuat penguasa politik
yang sedang berkuasa atas orang-orang yang
secara politik ada di bawahnya. dan
(2) hukum yang tidak tepat disebut hukum
( laws improperly socolled) tidak dibuat
penguasa politik yang disebut positive
morality

17
Unsur-unsur Hukum;
a. Commond (perintah)
b. Sanction (sanksi)
c. Duty (tugas/kewajiban)
d. Sovereigny (kedaulatan)
Dibelakang kedaulatan ada unsur lain bukan
unsur hukum (pre legal element) unsur
tersebut tidak dapat diterangkan dari satu
pengertian, tetapi hrs dianggap sebagai
fakta yang ada, yaitu ( the habit of
obidience from the bulk of a given society.
18
John Austin terkenal dgn “Law As Command”
o Hukum adalah :
1. Perintah berbuat atau tidak berbuat yang
dipatuhi oleh warga negara sebagai suatu
kebiasaan.
2. Perintah ditujukan kepada masyarakat pada
umumnya.
3. Dibuat oleh otoritas yang berkuasa.
o Otoritas berdaulat adalah yang dipatuhi oleh
warga
o Pemegang otoritas tidak tunduk pada pihak
lainnya
o Pentingnya sanksi dalam hukum 19
Klasifikasi Aturan
1. Aturan yang disebut sebagai hukum
(laws is properly so called)
a. Mengandung perintah dan larangan yang
ditujukan kepada masyarakat secara
keseluruhan.
b. Merupakan norma yang berasal dari Tuhan
dan norma buatan manusia: hukum positif
yang ditetapkan oleh otoritas politik dan
positive morality.
2. Aturan atau ketentuan yang tidak
disebut sebagai hukum (laws
improperly so called)
20
Teori Positivisme
Oleh Hart ‘Concept Of Law’
o Koreksi terhadap pemikiran Austin bahwa hukum
adalah perintah dan kepatuhan terhadap hukum
sebagai suatu kebiasaan. Teori Austin tidak dapat
menjelaskan keberlanjutan hukum yang telah ada
pada generasi berikut.
o Primary Rules: norma hukum yang memuat
kewajiban-kewajiban
o Secondary Rules: norma hukum yang memuat
kewenangan kepada subjek hukum

21
Secondary Rules
o Rules of change: aturan yang memfasilitasi
lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif
untuk mengubah primairy rules.
o Rules of adjudication: aturan penyelesaian
sengketa atau kasus hukum.
o Rules of recognition: aturan yang memberi
pedoman atau kriteria untuk menentukan
bahwa suatu norma adalah norma hukum.

22
Positivisme Hukum
(Hans Kelsen)
Reine Rechtslehre/ Wiener Rechtsscule

o Hukum berbeda dengan keadilan. Analisis


hukum secara normatif harus terpisah dengan
keadilan yang cenderung bersifat ideologis.

23
Ilmu hukum tidak mempersoalkan apakah
Grundnorm baik atau buruK, karena baik
buruh adalah masalah politik.
Ilmu hukum tidak mempersoalakan apakah
hukum itu adil atau tidak adil, karena keadilan
adalah masalah etika.
Ilmu hukum tidak mempersoalkan apakah
hukum diterima atau tidak oleh masyarakat
karena persoalan itu berada dalam lapangan
sosiologi.

24
• Il Huk hanya membahas apakah hkm itu dalam
kenyataan what the law is, tdk membahas hkm
yg seharusnya what the law ought to.
• Il Huk hanyalah bersifat formal (wadah)
sepenuhnya krn il huk adalah ilmu science yg
harus dilepaskan dari instrik & keinginan.
• Oki il huk tidak memberi penilaian efektifitas
norma hukum (teori efektifitas hukum
Surjono S, Sajipto Raharjo, Syofyan Thalib, Ade
Saptomo tdk berlaku disini

25
• Namun bukan berarti keadilan tidak
berhubungan dengan hukum. Keadilan
berperan dalam proses pembuatan hukum
dan pelaksanaan hukum di pengadilan.
• Namun bukan berarti keadilan tidak
berhubungan dengan hukum. Keadilan
berperan dalam proses pembuatan hukum
dan pelaksanaan hukum di pengadilan.

26
o Keadilan dapat dimaknai sebagai legalitas.
Keadilan adalah jika suatu aturan
diterapkan pada semua kasus yang mana
menurut isinya memang aturan tersebut
harus diterapkan.
o Keadilan dalam arti legalitas adalah suatu
kualitas yang tidak berhubungan dengan isi
tata aturan positif, tetapi dengan
pelaksanaannya.

27
• Menurut legalitas, pernyataan bahwa
tindakan individu adil atau tidak adil berarti
legal atau ilegal, yaitu tindakan tersebut
sesuai atau tidak dengan norma hukum
yang valid untuk menilai sebagai bagian
dari tata hukum positif.
• The pure theory of law merupakan jalan
tengah antara mazhab hukum alam dan
positivisme empiris.

28
o Mazhab hukum alam tidak memisahkan
hukum dan moral tapi memisahkan antara
hukum dan fakta. Sebaliknya positiveisme
empiris tidak dapat memisahkan antara
hukum dan fakta tetapi memisahkan antara
hukum dan moral.
o The pure theory of law memisahkan antara
hukum dan moral dan juga memisahkan
antara hukum dan fakta.

29
o Teori hukum umum meliputi nomostatics
yaitu melihat perbuatan yang diatur oleh
hukum dan nomodinamic yang melihat
hukum yang mengatur perbuatan tertentu.
o Hukum adalah tata aturan sebagai suatu
sistem tentang perilaku manusia. Hukum
tidak hanya menunjuk pada suatu aturan
tunggul tetapi seperangkat aturan yang
memiliki satu kesatuan sehingga dapat
dipahami sebagai suatu sistem. Tidak
mungkin memahami hukum jika hanya
memperhatikan satu aturan saja.

30
HISTORISCHE RECHTSSCHULE
Aliran dalam filsafat hukum yang dipelopori oleh
Friedrich von Savigny dengan pengikutnya al Fuchta
dan Julius Stahl.
Waktu itu Jerman dalam keadaan terpecah dan
hukumnya pluralisitis.
Untuk menghilangkaan pluralistis tersebut Thibaut
seorang sarjana dari Heidelberg menyusun suatu
rencana kodifikasi hukum perdata Jerman. Rencana
kodifikasi itu tiruan dari code Napoleon di Perancis

31
Terhadap rencana kodifikasi itu Von Savigny sangat
keberatan, terutama karena isinya tiruan dan hukum
Perancis. Didorong semangat nasionalisme Von
Savigny mendirikan Historische Rechtsshule. Jadi
aliran ini secara langsung timbul sebagai reaksi atas
rencana kodifikasi hukum yang dilakukan oleh
Thibaut. Atas ajaran von Savigny kodifikasi hukum
jerman itu baru dapat dilakukan 100 tahun
kemudian.
Secara langsung HR lahir sebagai reaksi atas
kepercayaan adanya hukum alam yang berlaku
universil.
32
Apabila orang berbicara hukum alam , fikirannya
terarah pada hukum romawi. Seolah-olah hukum
romawi itu hukum alam yang dituliskan (ratio scripta)
Hukum romawi telah dijadikan hukum positif dengan
adanya code napoleon. Sehingga code napoleon
hendak diberlakukan di Jerman pada dasarnya
dilandasi anggapan hukum alamlah yang berlaku di
Jerman.
Von Savigny menentang dengan alasan tidak ada hukum
yang berlaku universil hukum itu selalu berdasar pada
volksgeist (catatan sangat sakral)

33
Volksgeist selalu berbeda, sehingga tidak mungkin ada
hukum yang berlaku untuk semua bangsa.
Inti ajaran HR adalah:
• Hukum tidak dibuat, tetapi tumbuh bersama-sama
dengan masyarakat
• ( Das Rechtswird nicht gemacht, es ist und wird mit
dem volke). Pertumbuhan hukum pada dasarnya
tidak terasa dan merupakan suatu proses organis,
karena itu uu kurang penting dibanding dengan
kebiasaan. Dengan kata lain sumber hukum yang
utama adalah kebiasaan.

34
• Sejalan dengan perubahan dari masyarakat primitif
ke masyarakat modern, proses pembuatan hukum
makin lama-makin rumit. Dalam masyarakat modern
volksgeist tidak dapat menjelamakan dirinya secara
langsung menjadi hukum, tetapi harus dirumuskan
oleh para ahli hukum, serta kemudian disahkan
sebagai hukum oleh pembuat UU.
Dengan demikian para ahli hukum lebih besar
peranannya dari pembuat UU karena ahli hukum
yang merumuskan secara teknis dari volksgeist,
sedangkan pembuat UU tinggal mengesahkan.

35
• Hukum tidak mempunyai validitas dan daya
berlaku universal . Setiap bangsa
membutuhkan kebiasaan hukum sendiri,
sebagaimana dalam bidang bahasa. Dengan
demikian tidak ada hukum yang bisa
diterapkan kepada semua bangsa seperti
bahasa.
• Sejarah hukum sangat penting untuk
menyelidiki perkembangan volksgeist yang
tercermin dari hukum bangsa yang
bersangkutan.
36

Anda mungkin juga menyukai