Anda di halaman 1dari 22

RINGKASAN TEORI HUKUM

TEORI POKOK-POKOK
TEORI HUKUM Hukum Alam
ALAM Dalam teori hukum alam terdapat ke khasan yaitu tidak dipisahkannya
(NATURAL LAW) secara tegas antara hukum dan moral.
Penganut aliran ini memandang hukum dan moral sebagai pencerminan
dan pengaturan secara internal dan eksternal kehidupan manusia dan
hubungan sesama manusia.

Sumber hukum Alam :


 Hukum alam yang bersumber dari Tuhan (Irrasionalisme)
 Hukum alam yang bersumber dari rasio manusia (Rasionalisme)
 Hukum alam yang bersumber dari panca indera manusia
(Empirisme)

1.      Hukum Alam Bersumber dari Tuhan


Kelompok ini berpendapat bahwa sumber hukum alam adalah
kitab suci, manusia dikuasai oleh hukum alam dan adat kebiasaan.
Hukum alam adalah hukum yang lahir bersamaan dengan
terciptanya manusia dan tidak berubah sepanjang zaman (kodrat)
hukum alam adalah hukum yang tertinggi.
A.    Thomas Aquinas
Menurutnya ada dua pengetahuan yang berjalan bersamaan yaitu
pengetahuan alamiah yang berpangkal pada akal dan pengetahuan iman
yang berpangkal pada wahyu ilahi. Untuk ketentuan hukum, ia
mendefinisikannya sebagai ketentuan akal untuk kebaikan umum yang
dibuat oleh orang yang mengurus masyarakat. Ada empat macam hukum
yang diberikan oleh Thomas Aquinas, yaitu :
1.   Lex Aeterna (Hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh
panca indera manusia), Maksudnya ini merupakan hukum Tuhan.
Hukum Tuhan yang tidak dapat diterima oleh pikiran secara
rasional, melainkan hanya dapat diresapi dan diyakini secara
Irasional sebagai bentuk Keyakinan pada Hukum-hukum Tuhan.
2.   Lex Divina (Hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap panca indera
manusia).
3.   Lex Naturalis (Hukum alam merupakan penjelamaan lex aeterna ke
dalam rasio manusia), Maksudnya manusia dapat menangkap
adanya ketentuan Hukum Tuhan dengan mengamati ciptaannya
berupa alam kehidupan dan lain sebagainya.
4.   Lex Positivis (Hukum Alam yang diterapkan ke dalam kehidupan
manusia di dunia) yaitu hukum alam dituangkan kedalam bentuk
wujud yang lebih kongkret (nyata) dalam kehidupan manusia
seperti membentuk undang-undang.

2.      Hukum Alam yang bersumber dari Rasio Manusia


Kelompok ini berpendapat bahwa hukum yang universal dan abadi
itu berasal dari rasio manusia. Hukum alam muncul dari pikiran manusia
tentang apa yang baik, benar atau buruk diserahkan kepada moral alam.
A.    Hugo De Groot (Grotius)
∙      Hukum alam adalah hukum yang muncul sesuai kodrat manusia
yang tidak mungkin dapat di ubah oleh Tuhan sekalipun karena
hukum alam diperoleh manusia dari akalnya tetapi Tuhanlah yang
memberikan kekuatan mengikatnya.
∙      Hukum yang dibuat manusia harus dibatasi dengan tiang hukum
alam, yakni : Semua prinsip ku punya dan kau punya, milik orang lain
harus dijaga, prinsip kesetiaan pada janji, prinsip ganti rugi dan
prinsip perlunya hukuman karena pelanggaran atas hukum alam.
Dengan demikian hukum akan ditaati karena hukum akan memberikan
keadilan sesuai dengan porsinya.
B.     Samuel von Pufendorf
Pufendorf berpendapat bahwa hukum alam adalah aturan yang
berasal dari akal pikiran yang murni. Dalam hal ini unsur naluriah
manusia lebih berperan. Akibatnya ketika manusia mulai hidup
bermasyarakat, timbul pertentangan kepentingan atau dengan yang
lainnya. Agar tidak terjadi pertentangan terus-menerus dibuatlah
perjanjian secara sukarela diantara rakyat. Baru setelah itu, diadakan
perjanjian berikutnya, berupa perjanjian penaklukan oleh raja.

3.      Hukum alam yang bersumber dari panca indera manusia


Kelompok ini berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang
sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau
bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan
hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan
pengalaman manusia.  Paham ini diperoleh oleh Francis Bacon yang
hidup antara tahun 1561 – 1626, Thomas Hobbes (1588 – 1679) : John
Locke (1632 – 1704) dan David Hume (1711 – 1776)
TEORI HUKUM Teori Positivisme Hukum
POSITIP (LEGAL
https://sites.google.com/a/unida.ac.id/gelardwi/pengantar-ilmu-
POSITIVISM)
hukum/positivisme-hukum

Teori hukum positif lahir sebagai sebuah antitesa dari teori


hukum alam. Aliran hukum positif memandang perlu memisahkan
secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan
hukum yang seharusnya, das Sein dan das Sollen). Dalam kacamata
positivis, tiada hukum lain kecuali perintah penguasa (law is a
command of the lawgivers). Bahkan bagian dari Aliran Hukum Positif
yang dikenal dengan nama Legisme, berpendapat lebih tegas bahwa
hukum itu identik dengan undang-undang.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu
alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan
menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal
adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya
aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk
memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme
khususnya idealisme Jerman Klasik).
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi
tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan
apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk,
maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.

Ciri-ciri Positivisme Hukum Menurut HLA Hart :


a.     Hukum Merupakan perintah dari manusia (Command of human
being)
b.    Tidak ada hubungan mutlak/penting antara hukum di satu sisi
dengan moral di pihak lain, atau antara hukum yang berlaku
dengan hukum yang sesungguhnya.
c.     Analisis terhadap konsepsi hukum dinilai penting untuk dilakukan
dan harus dibedakan dari studi yang historis maupun sosiologis,
dan harus dibefakan pula dari penilaian yang bersifat kritis.
d.    Pengertian bahwa sistem hukum merupakan sistem yang logis dan
bersifat tertutup, dan didalamnya keputusan-keputusan hukum
yang tepat/benar biasanya dapat diperoleh dengan alat-alat logika
dari peraturan-peraturan hukum yang telah ditentukan sebelumnya
tanpa memperhatikan tujuan-tujuan sosial, politik, dan ukuran-
ukuran moral.
e.    Bahwa pertimbangan-pertimbangan moral tidak dapat dibuat atau
dipertahankan sebagai pernyataan kenyataan yang harus
dibuktikan dengan argumentasi rasional, pembuktian atau
percobaan.

Positivisme hukum dapat dibedakan dalam dua corak, yaitu


1) Aliran hukum positif analitis (Analytical jurisprudence) yang
dipelopori oleh John Austin
2) Aliran hukum murni (Reine Rechtslehre) yang dipelopori oleh
Hans Kelsen.

1) Aliran Hukum Positif Analitis


Hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakikat hukum terletak
pada unsur “perintah”. Pihak superior menentukan apa yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Kekuasaan dari superioritas
memaksa orang lain untuk taat. Ia memberlakukan hukum dengan cara
menakut-nakuti dan mengarahkan tingkah laku orang lain ke arah yang
diinginkannya. Hukum adalah perintah yang memaksa, yang dapat saja
bijaksana dan adil atau sebaliknya.
Austin pertama-tama membedakan hukum dalam dua jenis yaitu
hukum dari Tuhan untuk manusia (the divine laws) dan hukum yang
dibuat oleh manusia. Mengenai hukum yang dibuat oleh manusia
kemudian dapat dibedakan lagi ke dalam hukum yang sebenarnya dan
hukum yang tidak sebenarnya. Hukum dalam arti yang sebenarnya ini
disebut juga dengan hukum positif meliputi hukum yang dibuat oleh
penguasa dan hukum hukum yang disusun oleh manusia secara
individu untuk melaksanakan hak-hak yang diberikan kepadanya.
Hukum yang tidak sebenarnya adalah hukum yang tidak dibuat oleh
penguasa, sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum.
Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur yaitu:
a. Perintah (command);
b. Sanksi (sanction);
c. Kewajiban (duty);
d. Kedaulatan (soveregnity).

2) Aliran Hukum Murni


Menurut Hans Kelsen, hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir
yang non-yuridis, seperti unsursosiologis, politis, historis, bahkan etis.
Pemikiran inilah yang dikenal dengan Teori Hukum Murni (Reine
Rechtlehre) dari Hans Kelsen. Jadi hukum adalah suatu
Sollenskategorie (kategori keharusan/ideal), bukan Seinskategorie
(kategori faktual). Hukum adalah suatu keharusan yang mengatur
tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional. Dalam hal ini yang
dipersoalkan oleh hukum bukanlah “bagaimana hukum itu seharusnya”
(what the law ought to be), tetapi “apa hukumnya” (what the law is).
Dengan demikian, walaupun hukum itu Sollenskategorie, yang dipakai
adalah hukum positif (Ius Constitutum), bukan yang dicita-citakan (Ius
Constituendum).
Menurut Friedman, esensi ajaran Hans Kelsen adalah sebagai berikut:
∙         Tujuan teori hukum seperti halnya ilmu adalah untuk
mengurangi kekalutan serta meningkatkan kesatuan;
∙         Teori hukum adalah ilmu, dan bukan kehendak. Ia adalah
pengetahuan tentang hukum yang ada, dan bukan tentang hukum
yang seharusnya ada;
∙         Ilmu hukum adalah normatif dan bukan ilmu alam;
∙         Teori hukum sebagai suatu teori tentang norma-norma, tidaklah
berurusan dengan persoalan efektivitas norma-norma hukum;
∙         Suatu teori tentang hukum sifatnya formal, merupakan suatu
teori tentang cara pengaturan dan isi yang berubah-ubah menurut
jalan atau pola yang spesifik
∙         Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif
tertentu adalah sama halnya dengan hubungan antara hukum yang
mungkin dan hukum yang ada.

TEORI HUKUM HANS KELSEN, Teori hukum murni juga tidak boleh dicemari oleh
MURNI ilmu-ilmu politik, sosiologi, sejarah dan pembicaraan tentang etika.
Dasar-dasar pokok teori Hans Kelsen adalah sebagai berikut :
1. Tujuan teori tentang hukum, seperti juga setiap ilmu, adalah untuk
mengurangi kekalutan dan meningkatkan kesatuan (unity)
2. Teori hukum adalah ilmu, bukan kehendak, keinginan. Ia adalah
pengetahuan tentang hukum yang ada, bukan tentang hukum yang
seharusnya ada
3. Ilmu hukum adalah normatif, bukan ilmu alam
4. Sebagai suatu teori tentang norma-norma, teori hukum tidak berurusan
dengan persoalan efektifitas norma-norma hukum
5. Suatu teori tentang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara
pengaturan dari isi yang berubah-ubah menurut jalan atau pola yang
spesifik
6. Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif
tertentu adalah seperti antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada.
(Salah satu ciri yang menonjol pada teori hukum murni adalah adanya
suatu paksaan. Setiap hukum harus mempunyai alat atau perlengkapan
untuk memaksa. Negara dan hukum dinyatakan identik)

TEORI TEORI HIRAKHI NORMA HUKUM


HIRARKHI
HUKUM  Hans Kelsen dalam teori hirarki norma (stufenbau theory)
(STUFENBOW berpendapat bahwa norma hukum itu berjenjang dalam suatu tata
THEORY) susunan hirarki. Suatu norma yang lebih rendah berlaku dan
bersumber atas dasar norma yang lebih tinggi, dan norma yang
lebih tinggi itu, berlaku dan bersumber kepada norma yang lebih
tinggi lagi. Demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang
tidak dapat ditelusuri, yang bersifat hipotetis dan fiktif, yaitu yang
dikenal dengan istilah grundnorm (norma dasar). Norma dasar
sebagai norma tertinggi itu dibentuk langsung oleh masyarakat dan
menjadi sumber bagi norma-norma yang lebih rendah, oleh karena
itu norma dasar itu disebut presupposed atau ditetapkan terlebih
dahulu
Hans Nawiasky
• Hans Nawiasky dengan teori Die Stufenordnung der
Rechtsnormen, teori ini berpandangan bahwa jenjang tata norma
dimulai dari (1)“Staatsfundamentalnorm” atau norma tertinggi
negara, kemudian (2) “Staatsgrundgesetz” atau undang-undang
dasar negara, selanjutnya (3)“Formellgesetz” atau undang-undang
formal, sampai pada jenjang (4) “verordnung und
Outonomesatzung” atau peraturan pelaksana serta peraturan
otonom seperti peraturan yang bersifat konkret dan operasional.

TEORI Von Savigny


HISTORIS-
Kekuatan untuk membentuk hukum terletak pada rakyat yg terdiri
POSITIVISME
dr kompleksitas individu dan perkumpulan2. Pembuat undang2 hrs mdpt
bahannya dr rakyat dan ahli hukum dg mempertimbangkan perasaan
hukum dan perasaan keadilan masyarakat.

TEORI HUKUM HUKUM SOSIOLOGIS (Sociological jurisprudence)


SOSIOLOGIS
Hukum yg baik adalah hukum yg sesuai dg hukum yg hidup di
(SOCIOLOGICAL
masyarakat. Adanya keseimbangan antara hk formal dg hk yg hidup
JURISPRUDENCE)
di masy, atau kepentingan penguasa dg kpt masy. dari hukum kepada
masyarakat.
Roscoe Pound (Penggagas SJ):
Hukum harus dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarkatan yg
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sosial. Hukum sebagai suatu
konsep yang dapat dikembangkan sedemikian rupa untuk dijadikan
alat rekayasa sosial dari masyarakat kepada hukum.
Benyamin Cardozo:
Hukum sbg kaidah yg perkembangannya sangat bergantung pd
komponen2 di luarnya . Logika, sejarah, adat istiadat, pedoman perilaku
yg benar, hakikatnya mrpk kekuatan2 yg berpengaruh besar terhadap
perkembangan hukum.

TEORI FUNGSI Menurut Gustav Radbruch Hukum berfungsi untuk mencapai: Nilai
HUKUM (GUSTAV Keadilan, Kemanfaatan, dan Kepastian Hukum
RADBRUCH):
• Keadilan distributif dan Keadilan korektif. Yang pertama
berlaku dalam hukum publik, yang kedua dalam hukum perdata
dan pidana.

• Keadilan distributif: hal yang penting ialah bahwa imbalan yang


sama-rata diberikan atas pencapaian yang sama rata.

• Keadilan Korektif: yang menjadi persoalan ialah bahwa


ketidaksetaraan yang disebabkan oleh, misalnya, pelanggaran
kesepakatan, dikoreksi dan dihilangkan. Di sisi lain, keadilan
korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah.

TEORI SISTEM Sitem Hukum meliputi: Substansi Hukum, Struktur Hukum, dan
HUKUM (LEGAL Kultur Hukum
SYSTEM)
Pokok-pokok pikiran Lawrence Meir Friedman dalam bukunya The
Legal System A Social Science Perspective (Sistem Hukum Dalam
Perspektif Ilmu Sosial) adalah sebagai berikut.
1. Friedman memberikan definisi tentang hukum yaitu seperangkat
aturan atau norma-norma yang tertulis atau tidak tertulis
tentang suatu kebenaran dan kesalahan, perilaku, tugas, tanggung
jawab serta hak.
2. Friedman menyatakan bahwa sistem hukum terdiri atas tiga
komponen, yaitu struktur (legal structur), substansi (legal
substancy), dan Budaya (legal cultur).
3.  Struktur hukum (legal structur) merupakan kelembagaan yang
diciptakan oleh sistem hukum itu dengan berbagai macam fungsi
dalam rangka mendukung bekerjanya sistem tersebut. Komponen
ini dimungkinkan untuk melihat bagaimana sistem hukum itu
memberikan pelayanan terhadap penggarapan bahan-bahan
hukum secara teratur.
4. Substansi (legal substancy) adalah output dari sistem hukum,
yang berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang
digunakan baik oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur.
5. Budaya (legal cultur) yang terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap
yang mempengaruhi bekerjanya hukum, atau oleh Friedman
disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah yang
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara
peraturan hukum dengan tingkah laku hukum seluruh warga
masyarakat.
6. Friedman membagi budaya hukum tersebut menjadi : (a) Internal
legal culture yaitu budaya hukum para hakim dan pengacara atau
penegak hukum pada umumnya; (b) External legal culture yaitu
budaya hukum masyarakat luas.
7. Struktur dan substansi merupakan komponen inti dari sebuah
sistem hukum, tetapi baru sebatas desain atau cetakbiru dan
bukan mesin kerja. Struktur dan substansi menjadi masalah
karena keduanya statis; keduanya ibaratnya gambar dari sistem
hukum. Potret tersebut tidak memiliki gerak dan kebenaran… dan
seperti ruang pengadilan yang dipercantik , membeku, kaku, sakit
berkepanjangan.
8.  Unsur yang hilang yang memberikan kehidupan dalam sistem
hukum adalah ‘budaya hukum’. Budaya hukum mengacu pada
sikap, nilai, dan opini dalam masyarakat dengan penekanan pada
hukum, sistem hukum serta beberapa bagian hukum.
9. Budaya hukum merupakan bagian dari budaya umum- kebiasaan,
opini, cara bekerja dan berpikir- yang mengikat masyarakat untuk
mendekat atau menjauh dari hukum dengan cara khusus.Dalam
kerangka pikir yang demikian, Friedman memandang bahwa dari
ketiga komponen di atas, budaya hukum merupakan komponen
yang paling penting.
10.  Budaya hukum dipandang sangat menentukan kapan, mengapa
dan di mana orang menggunakan hukum, lembaga hukum atau
proses hukum atau kapan mereka menggunakan lembaga lain atau
tanpa melakukan upaya hukum. Dengan kata lain, faktor budaya
merupakan ramuan penting untuk mengubah struktur statis dan
koleksi norma ststis menjadi badan hukum yang hidup.
Menambahkan budya hukum ke dalam gambar ibarat memutar
jam atau menyalakan mesin. Budaya hukum membuat segalanya
bergerak.
11.  Arti pentinya ‘budaya hukum’ adalah bahwa konsep ini
merupakan variabel penting dalam proses menghasilkan hukum
statis dan perubahan hukum.
12.  Sikap dan nilai dalam budaya hukum. Sikap menurut Friedman
merupakan ‘budaya hukum situasi’. Konsep ini mengacu pada
sikap dan nilai masyarakat umum. Konsep kedua adalah ‘budaya
hukum internal’. Konsep ini mengacu pada sikap dan nilai
profesional yang bekerja dalam sistem hukum, seperti pengacara,
hakim, penegak hukum dan lain-lain. Friedman juga
menyampaikan bahwa budaya hukum situasi tidaklah homogen.
Bagian masyarkat yang berbeda memiliki nilai dan sikap berbeda
terhadap hukum.
13.  Budaya hukum merupakan elemen sentral dari suatu reformasi
hukum yang berhasil. Menurut Friedman, hal ini benar karena
budaya hukum-lah yang melemahkan perubahan-perubahan
dalam lembaga hukum dan hukum yang sebenarnya; dengan
demikian, budaya hukum adalah ‘sumber hukum—norma-norma
yang dimilikinya menciptakan norma hukum’.
14.  Budaya hukum dapat berubah setiap saat sebagai akibat dari
semakin berkembangnya kesadaran hukum. Perubahan ini
tertanam dalam kenyataan bahwa nilai-nilai atau sikap tertentu
terhadap hukum menjadi tidak sesuai lagi bagi masyarakat. Hal
ini terjadi ketika suatu masyarakat berkembang kesadarannya
berkaitan dengan hak indvidu dan demokrasi dan meninggalkann
gagasan lama seperti status dan sistem patriarchal. Hal ini
dipelopori oleh kelas kecil elit hukum yang menerapkan budaya
hukum internal. Sebaliknya, ketika budaya hukum berubah,
masyarakat akan lebih terbuka terhadap perubahan-perubahan
dalam lembaga hukum dan hukum itu sendiri. Dalam situasi
seperti ini, hukum asing dapat dengan mudah diadaptasi dan
diimplementasikan.
15.  Friedman menyetujui konsep bahwa perubahan-perubahan dalam
kesadaran hukum dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal
seperti peristiwa-peristiwa ekonomi, politik dan sosial.
16.  Budaya hukum ‘adalah suatu variabel yang aling terkait.
Kekuatan sosial membuat hukum, tetapi mereka tidak membuat
nya langsung. Di satu sisi kesadaran hukum merubah budaya
hukum, budaya hukum merubah sistem hukum, dan sistem
hukum mempengaruhi sistem sosio-ekonomi dan politik dalam
cakupan yang lebih luas. Dan di sisi lainnya, tekanan sosio-
ekonomi dan politik sangat mempengaruhi kesadaran hukum.

TEORI Lon L. Fuller menjelaskan 8 asas dalam pembuatan perundang-


PRICIPLES OF undangan atau yang disebut dengan pinciples of legality, yaitu:
LEGALITY 1. Suatu sistem hukum harus mengandung aturan-aturan, artinya
tidak boleh sekedar mengandung keputusan-keputusan yang
bersifat ad hoc.
2. Peraturan-peraturan yang telah dibuat harus diumumkan
3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, karena akan
merusak integritas peraturan sebagai pedoman yang ditujukan
untuk waktu yang akan datang.
4. Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang mudah
dimengerti
5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang
bertentangan satu sama lain.
6. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang
melebihi apa yang dapat dilakukan.
7. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah-ubah
peraturan sehingga menyebabkan seseorang kehilangan orientasi.
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan
pelaksanaannya sehari-hari.
TEORI HUKUM Teori Pragmatis (William James):
UTILITY/
Dasar benar adalah kemanfaatan (utility), dapat dikerjakan (workability)
PRAGMATISM
atau akibat/pengaruh yang memuaskan (satisfactory consequences); Jadi
tidak ada kebenaran yang tetap.

TEORI HUKUM Critical Legal Study


CRITICILE  Studi Hukum Kritis (SHK/ CLS) melanjutkan tradisi Legal Realist
LEGAL STUDY yang melakukan kajian empris terhadap hukum. Secara radikal SHK
menggugat teori, doktrin atau asas-asas seperti netralitas hukum,
otonomi hukum, dan pemisahan hukum dengan politik. (Gerry
Spence, With justice for none; Pizzi, Trials Without Truth)
 CLS tetap berada pada dalam wilayah jurisprudence, tapi beralih dari
alur berfikir normologik kecara berpikir nomologik yg menekankan
pada realitas ketimbang kepada teks
 Karena tidak seperti dikonstruksikan oleh teorinya, proses-proses
hukum bekerja bukan di ruang yang hampa melainkan bekerja dalam
realitas yang tidak netral dan nilai yang ada dibelakangnya adalah
subyektif. Ide dasar SHK bertumpu pada pemikiran bahwa hukum
tidak dapat dipisahkan dari politik dan hukum tidak tercipta dalam
suatu ruang hampa yang bebas nilai. Hukum lahir melalui
‘pertempuran’ politik yang cenderung memihak dan subyektif untuk
keuntungan golongan tertentu. Inilah yang kemudian memunculkan
komentar bawa ‘hukum itu cacat sejak dilahirkan’.
TEORI HUKUM Pemikiran Hukum Progresif (HYP) dimunculkan Satjipto Rahardjo
PROGRESIF sejak tahun 2002 yang merasa prihatin terhadap keterpurukan hukum di
Indonesia yang dianggap gagal mengantarkan manusia kepada
kehidupam yang adil, sejahtera dan membuat manusia bahagia. Bahkkan
hukum di Indonesia telah mendapat predikat salah satu sistem hukum
yang terburuk di dunia.
Asumsi yg mendasari Hukum Progresif:
1) hukum adalah untuk manusia, dan tidak untuk dirinya sendiri;
2) hk itu selalu berada pd status law in the making dan tidak bersifat
final;
3) hukum adalah institusi yang bermoral kemanusiaan, dan bukan
teknologi yg tdk berhatinurani.

Kriteria Hukum Progresif adalah


1) mempunyai tujuan besar berupa kesejahteraan dan kebahagiaan
manusia;
2) memuat kandungan moral kemanusiaan yang sangat kuat;
3) HP adalah hukum yg membebaskan dlm ranah praktik dan teori;
4) HP bersifat kritis dan fungsional.

TEORI HUKUM - Hukum Responsif itu Hukum yg melayani kebutuhan dan


RESPONSIF kepentingan sosial rakyat (hukum sbg fasilitator), pembuat UU
merefleksikan hal2 yg terjadi di masy, dan mengedepankan
keadilan substansial.
- Memadukan jurisprudence dan social science >>untuk mengatasi
krisis hukum atau seperti yg dikatakan Trubek: is law dead?

TEORI Teori Keberlakuan Hukum


KEBERLAKUAN
Dalam teori ilmu hukum dikenal adanya tiga hal yang menjadikan
HUKUM
kaidah hukum dapat dinyatakan berlaku, yaitu:

• (1) berlaku secara yuridis. Dengan mengacu pada teori


Stufenbau, Hans Kelsen mengatakan bahwa kaidah hukum akan
berlaku secara yuridis apabila penentuannya berdasarkan kaidah
yang lebih tinggi[1]. Sementara W. Zevenbergen mengatakan
bahwa berlakunya kaidah hukum secara yuridis jikalau kaidah
tersebut terbentuk menurut cara-cara yang ditetapkan[2].

• (2) berlaku secara sosiologis, yang intinya adalah efektivitas


kaidah hukum di dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini
dikenal dua teori, yaitu: (a) teori kekuasaan, yang pada pokoknya
menyatakan bahwa kaidah hukum itu dipaksakan berlakunya oleh
penguasa; (b) teori pengakuan, yang menyatakan bahwa
berlakuknya kaidah hukum itu didasarkan pada penerimaan atau
pengakuan oleh masyarakat[3]

• (3) berlaku secara filosofis. Artinya adalah bahwa kaidah hukum


itu sesuai dengan cita-cita hukum (rechtsidee) sebagai nilai positif
yang tertinggi (uberpositieven wert), misalnya, Pancasila dan
keadilan

TEORI Werner Menski mengemukakan Teori pluralism hokum bernama:


PLURALISME Triangular Concepts Of Legal Pruralism.
HUKUM  Menurut Menski, hukum sebagai fenomena global memiliki
kesamaan di seluruh dunia, dalam arti bahwa dimana-mana hukum
terdiri atas 3 elemen pokok, yaitu nilai moral-etis, norma-norma
sosial, dan hukum formal negara, meskipun di dalam realitasnya
muncul banyak variasi kultur yang khas (culture-specific). Variasi
kultur itu menunjukkan sifat alami hukum yang selalu plural, sebagai
hasil dari interaksi faktor masyarakat, negara, dan nilai-nilai
moral/agama. Jadi dalam perspektif budaya atau kultural, hukum di
mana-mana selalu bersifat plural.
 Menurut Menski, sangat tidak realistis ketika berbagai sistem hukum
yang sangat plural atau beraneka ragam itu, hanya dikaji dengan
menggunakan salah satu jenis pendekatan hukum secara sempit,
seperti hanya menggunakan pendekatan positivis-normatif  belaka,
atau hanya menggunakan pendekatan empiris-sosiologis saja, atau
pendekatan hukum alam belaka. Oleh karenanya menurut Menski,
tak ada metode yang lebih relevan untuk menghadapi berbagai isu
hukum di era globalisasi dunia dewasa ini, kecuali dengan
penggunaan secara proporsional dan serentak ketiga pendekatan
hukum: normatif, sosiologis, dan filosofis, dan itulah yang dikenal
sebagai triangular concept of legal pluralism (model segitiga tentang
pluralisme hukum).
 Teori yang dikemukakan oleh Menski disusun di atas sebuah
hipotesis kerja dan proposisi yang mengacu pada pemahaman hukum
yang “sadar-globalitas” dan “sadar-pluralitas” sebagai berikut:
a. Hukum adalah gejala universal namun termanifestasi dalam banyak
cara yang berbeda.
b. Hukum perlu terus ditangani atau dirundingkan dalam konteks sosial
yang khas-kultur, dan secara inheren bersifat dinamis dan luwes
c. Hukum  bukan hanya mengambil bentuk yang berlainan melainkan
mempunyai sumber yang berbeda-beda
d. Sumber-sumber ini, yang pada dasarnya memanifestasikan negara,
masyarakat dan moral/agama, bersaing dan berinteraksi dengan
berbagai cara;
e. Setiap kumpulan-kumpulan peraturan demikian juga mengandung
komponen dari dua elemen yang iain, menambah lapisan pluralitas
lainnya (yang biasanya tidak kasat mata);
f. Para ahli  hukum sebagai profesional dan teoretisi selama ini
cenderung menekankan sentralitas hukum negara dan dengan begitu
mengecilkan peran sumber-sumber hukum non-negara termasuk
etika, dan khususnya masyarakat dan elemen kultur, secara serius
meremehkan potensi kehidupan-bersama berbagai sistem peraturan;
g. Apakah sesuatu merupakan hukum atau bukan pada akhirnya sangat
mungkin ditentukan oleh para ahli hukum, namun mereka telah
menggunakan anggapan sentralitas hukum untuk mengedepankan
suatu pandangan-dunia di mana 'hukum'-lah yang dominan. Hal ini
bisa dinamakan sebagai “determinisme hukum", sebuah bentuk
positivisme yang terwujud dalam sentralisme hukum
h. pandangan mereka mungkin tidak sesuai dengan pengalaman nyata
masyarakat manapun di dunia;
i. dengan begitu sentralisme hukum tersebut perlu ditentang dan perlu
diambil perspektif hukum yang tebih luas dan global
TEORI Menurut Tony F. Marshall “Restorative justice is a process whereby all
RESTORATIVE the parties with a stake in a particular offence come together to resolve
JUSTICE collectively how to deal with the aftermath of the offence and its
implications for the future”. (Restorative justice adalah sebuah proses
dimana semua pihak yang berkepentingan dalam pelanggaran tertentu
bertemu bersama untuk menyelesaikan secara bersama-sama untuk
menyelesaikan secara bersama-sama begaimana menyelesaikan akibat
dari pelanggaran tersebut demi kepentingan masa depan). Dari defenisi
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penyelesaian dalam suatu
tindak pidana dengan mengunakan Restorative justice lebih
mengutamakan terjadinya kesepakatan antara pihak yang berpekara,
dengan kepentingan masa depan. Sedangkan menurut kriminolog
Adrianus Meliala, model hukuman restoratif diperkenalkan karena sistem
peradilan pidana dan pemidanaan yang sekarang berlaku menimbulkan
masalah. Dalam sistem kepenjaraan sekarang tujuan pemberian hukuman
adalah penjeraan, pembalasan dendam, dan pemberian derita sebagai
konsekuensi perbuatannya. Indikator penghukuman diukur dari sejauh
mana narapidana (napi) tunduk pada peraturan penjara. Jadi,
pendekatannya lebih ke keamanan (security approach).
TEORI HUKUM Asas kontrak yang dinormatifkan berdasarkan pada:
KONTRAK
1. Asas konsesualitas: Kata sepakat, cakap, obyek tertentu, dan kausa
halal (Pasal 1320 BW)

2. Asas kebebsan bekontrak: bebas membuat jenis perjanjian apapun,


bebas meengatur isinya, dan bebas mengatur bentuknya (Pasal 1338
(1) BW)

Pacta sunt servanda (janji itu mengikat) perjanjian adalah UU bagi yang
membuatnya.
Teori Gratius: kekuatan perjanjian ada pada tanggungjawab moral
pembuatnya.

TEORI  Daniel S. Lev memandang konstitusionalisme (abstraksi yang sedikit


KONSTITUSIONA lebih tinggi daripada rule of law atau rechstaat) berarti paham
LISME “negara terbatas” di mana kekuasaan politik resmi dikelilingi oleh
hukum yang jelas dan yang menerimanya akan mengubah kekuasaan
menjadi wewenang yang ditentukan secara hukum.
 Carl J. Friedrich dalam bukunya berjudul “Constitutional
Government and Democracy: Theory and Practice in Europe and
America (1967)” berpendapat : Konstitusionalisme adalah gagasan
bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan aktivitas yang
diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang tunduk kepada
beberapa pembatasan yang dimaksud untuk memberi jaminan bahwa
kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak
disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah.
Pembatasan yang dimaksud termaktub dalam konstitusi.
TEORI NEGARA Rechtsstaat (Julius Stahl):
HUKUM 1. Perlindungan HAM
2. Pembagian Kekuasaan
3. Pemerintahan berdasarkan UU
4. Peradilan TUN (+Pengadilan Konstitusi)
The Rule of Law (A.V. Dicey)
1. Supremacy of Law
2. Equality before the law
3. Due Process of Law (asas legalitas)
Prinsip Negara Hukum
⮚ The International Commission of Jurist:
• Negara harus tunduk pada hukum
• Pemerintahan menghormati hak-hak individu
• Peradilan yang bebas dan tidak memihak

TEORI HUKUM TEORI CIVIL LAW


CIVIL LAW DAN  disebut dengan istilah civil law
COMMON LAW  berkembang di Eropa Kontinental/Daratan , disebut Sistem Hukum
Eropa Kontinental (SHEK)
 semula berasal dari kodifikasi hukum Romawi masa Yustianus yang
diambil dari Curpus Juris Civilis
 negara penganut SHEK Perancis, Jerman, Belanda, Italia, Amerika
Latin, Asia.
 prinisp dasar SHEK : Hukum mempunyai kekuatan mengikat karena
berupa peraturan per-UU-an yang tersusun sistematis dan
terkodifikasi. (nullum delictum nulla poena sine praevia lege
poenali=tiada suatu perbuatan yang dapat dihukum, kecuali lebih
dahulu ada ketentuan hukumnya)
 Dalam SHEK Hukum digolongkan menjadi dua: (1) hukum publik;
dan (2) hukum privat.

TEORI COMMON LAW


 Berkembang di awal di Inggris, kemudian di Amerika Utara,
Kanada, neg persemakmuran Inggris, AS
 dikenal dengan istilah Common Law atau Unwritten Law
 SHAS bersumber kepada putusan pengadilan (yurisprudensi)
 Hakim berperan besar dalam menciptakan kaidah hukum, dan
menafsirkan peraturan hukum.
 Putusan Hakim berdasarkan keadilan, kebenaran dan akal sehat
jika sebelumnya tidak ada yurisprudensi atau ketentuan lain
 Yurisprudensi, kebiasaan, peraturan tertulis tidak tersusun secara
sistematis dan terkodifikasi

TEORI KEPASTIAN HUKUM


KEPASTIAN
• Gustav Radbuch, kepastian hukum yang dimaksud adalah
HUKUM
“kepastian” karena (adanya) hukum, dan “kepastian” dalam
hukum atau dari hukum. Kepastian dalam atau dari hukum itu
tercapai apabila ada hukum yang berupa undang-undang, dan
dalam undang-undang itu tidak ada ketentuan yang bertentangan
dan tidak terdapat istilah-istilah yang dapat ditafsirkan secara
berlainan.

• Selain tersebut kepastian hukum dapat dimaknai dalam dua


pengertian, pertama dalam arti konkret artinya bahwa dengan
hukum para pihak dapat menentukan kedudukannya, sedang
pengertian yang kedua adalah hukum itu memberi jaminan
keamanan dan jaminan perlindungan kepada para pihak.

Van Apeldoorn, bahwa kepastian hukum mempunyai dua arti,


1. pertama kepastian hukum dalam arti ditentukannya hukum dalam
hal-hal yang konkret dan khusus sehingga para pihak yang
mencari keadilan bisa mengetahui apa yang menjadi hukumnya.

2. Kedua kepastian hukum dalam arti keamanan hukum dan


perlindungan hukum bagi para pihak dari kesewenang-wenangan.

Kepastian Hukum Demi Keadilan


• John Chipman Gray, menurut Gray hukum itu bukan closed
logical system melainkan open logical system. Kepastian hukum
dalam bentuk tertulis itu bukan satu-satunya penjamin
keterwujudan keadilan, karena menurut Gray bahwa dalam
hukum tertulis itu tidak selalu ditaati oleh hakim dalam memutus
perkara-perkara yang dihadapi. Hukum bukanlah hukum
dalam kitab undang-undang melainkan apa yang berlaku
dalam praktik.
• John Dewey berpandangan bahwa, adakalanya hukum tertulis
gagal menjangkau praktik hukum, oleh karena itu hakim harus
menggunakan kreativitasnya untuk menafsirkan hukum
tertulis demi terwujudnya keadilan..

TEORI TEORI KEADILAN


KEADILAN
• Teori Aristoteles pembedaan keadilan antara kesamaan numerik
dan kesamaan proporsional.

• Kesamaan numerik mempersamakan setiap manusia sebagai satu


unit, bahwa semua warga adalah sama di depan hukum.

• Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi


haknya sesuai dengan kemampuannya, prestasinya, dan
sebagainya.

• Keadilan distributif dan Keadilan korektif. Yang pertama


berlaku dalam hukum publik, yang kedua dalam hukum perdata
dan pidana.

• Keadilan distributif: hal yang penting ialah bahwa imbalan yang


sama-rata diberikan atas pencapaian yang sama rata.

• Keadilan Korektif: yang menjadi persoalan ialah bahwa


ketidaksetaraan yang disebabkan oleh, misalnya, pelanggaran
kesepakatan, dikoreksi dan dihilangkan. Di sisi lain, keadilan
korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah.

TEORI KEADILAN JOHN RAWL


• John Rawls dalam bukunya a theory of justice menjelaskan teori
keadilan sosial sebagai the difference principle dan the principle
of fair equality of opportunity.

• The difference principle, adalah bahwa perbedaan sosial dan


ekonomis harus diatur agar memberikan manfaat yang paling
besar bagi mereka yang paling kurang beruntung.

• The principle of fair equality of opportunity menunjukkan pada


mereka yang paling kurang mempunyai peluang untuk mencapai
prospek kesejahteraan, pendapat dan otoritas. Mereka inilah
yang harus diberi perlindungan khusus.
Teori keadilan Rawls dapat disimpulkan memiliki inti sebagai
berikut:
1. Memaksimalkan kemerdekaan. Pembatasan terhadap
kemerdekaan ini hanya untuk kepentingan kemerdekaan itu
sendiri,

2. Kesetaraan bagi semua orang, baik kesetaraan dalam kehidupan


sosial maupun kesetaraan dalam bentuk pemanfaatan kekayaan
alam (“social goods”). Pembatasan dalam hal ini hanya dapat
dizinkan bila ada kemungkinan keuntungan yang lebih besar.

3. Kesetaraan kesempatan untuk kejujuran, dan penghapusan


terhadap ketidaksetaraan berdasarkan kelahiran dan kekayaan.

Rows melahirkan 3 (tiga) prInsip kedilan, yakni:


1. Prinsip Kebebasan yang sama (equal liberty of principle)

2. Prinsip perbedaan (differences principle)

3. Prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity principle)

Keadilan Hukum Alam


• Merupakan ideal-ideal yang menuntun perkembangan dan
pelaksanaannya.

• Suatu dasar dalam hukum yang bersifat moral, yang menjaga


jangan sampai terjadi suatu pemisahan secara total antara “yang
ada sekarang” dan “yang seharusnya”

• Suatu metoda menemukan hukum yang sempurna

• Isi dari hukum yang sempurna, yang dapat didedusikan melalui


akal.

• Suatu kondisi yang harus ada bagi kehadiran hukum

PERKEMBANGA EVOLUSI KAIDAH HUKUM DARI MASA KE MASA


N KAIDAH
Evolusi hokum adalah perkembangan hokum dari masa ke masa, ada
HUKUM
benang merahnya antara hokum tempo dulu dengan hokum kontemporer,
namun (kaidah) hokum yang tidak dapat diterima logika (akal sehat)
akan hilang dengan sendirinya. Di bawah ini kaidah2 hokum yang tetap
eksis.
• Pacta sunt servanda = perjanjian wajib ditaati

• Clausula rebus sic stantibus = suatu perjanjian antar negara


masih tetap berlaku, apabila situsai dan kondisinya tetap sama.

• Cagitiotionis poenam nemo patitur = tiada seorangpun dapat


dihukum oleh sebab yang dapat dipikirkannya.

• Fiat justitia ruat coelum (Fiat justitia pereat mundus) =


sekalipun esok langit akan runtuh atau dunia akan musnah,
keadilan harus tetap ditegakan.

• Geen straf zonder schuld = tiada hukuman tanpa kesalahan.

• In dubio pro reo = dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan


yang paling menguntungkan bagi siterdakwa.

• juro suo uti nemo cogitur = tidak ada seorangpun yang


diwajibkan menggunakan haknya.

• Koop breekt geen huur = jual beli tidak memutuskan sewa


menyewa (KUHS 1576).

• lex specialis derogat legi generali = undang-undang khusus


didahulukan berlakunya daripada undang undang umum.

• Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali = tiada


sustu perbuatan dapat dihukum, kecuali ada lebih dahulu
ketentuan hukumnya.

• Presumtion of innocence = prduga tak bersalah

• Pacta sunt servanda = perjanjian mengikat para pihak yang


membuatnya.

• Quiquid est in territorio, etiam est de territorio = apa yang


berada dalam batas-batas wilayah negara tunduk kepada hukum
negara itu.

• Qui tacet consentine videtur = siapa yang berdiam diri berarti


setuju.

• Res nullius credit accupanti = benda yang diterlantarkan


pemiliknya dapat diambil untuk dimiliki.

• similia similibus = dalam perkara yang sama harus diputus


dengan hal yang sama.

• Unus testis nullus testis = satu orang saksi bukanlah saksi.

• nullus/nemo commodum capere potest de injuria sua propria:


“tidak seorang pun boleh diuntungkan oleh penyimpangan dan
pelanggaran yang dilakukannya sendiri dan tidak seorang pun
boleh dirugikan oleh penyimpangan dan pelanggaran yang
dilakukan oleh orang lain”

• Nullum crimen nulla poena sine lege


Tidak ada kejahatan tanpa peraturan perundang-undangan yang
mengaturnya.

• Lex superiori derogat lege inferiori


Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang
lebih rendah, lihat dalam Pasal 7 UU No. 10 Tahun 2004

• Lex posteriori derogat lege priori


Peraturan yang terbaru mengesampingkan peraturan yang
sebelumnya. Pahami juga, lex prospicit, non respicit.

• Lex specialis derogat lege generali


Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang
bersifat lebih umum, lihat Pasal 1 KUHD.

• Res judicata pro veritate habeteur


Putusan hakim dianggap benar sampai ada putusan hakim lain
yang mengoreksinya.

• Lex dura sed tamen scripta


Undang-undang bersifat memaksa, sehingga tidak dapat
diganggu gugat.

• Die normatieven kraft des faktischen


Perbuatan yang dilakukan berulang kali memiliki kekuatan
normatif, lihat Pasal 28 UU No. 4 Tahun 2004

• Ubi societos ibi ius è dimana ada masyarakat distu ada hukum

PERKEMBANGA PERKEMBANGAN TEORI HUKUM


N PEMIKIRAN/
TEORI HUKUM • Jaman klasik (V SM-VM) hukum dari alam:

– Pikiran kuno hukum alam (nomos)

– Plato dunia ide (nous) dibalik yang kelihatan (fenomena)

– Aristoteles hukum alam dan hukum positip

– Hukum Romawi (IIISM-VM)Hellenisme lex universalis,


lex naturalis, Budi Ilahi iusgentium (hukum bangsa2)
Codex iustianus Code sipil BW.

• Jaman Pertengahan (VM – XV M) hukum dari


Tuhan/Moral

– Augustinus (354-430) kristiani, hukum abadai (lex


aeterna) kehendak Illahi, pengaruh plato

– Thomas Aquinas (1225-1275, Rohainiawan Katolik) ius


divinum positivum (hukum Illahi positip)

– Fiqih (Abad VII-IX) Syafii (820) mengkodifikasi hukum


Islam tersebar di Mesir, Indonesia; Hanafi tersebar di
Turki; Maliki tersebar di Mesir, Afrika; Hambali tersebar
di Arab

• Jaman Modern (XV-XIX) hukum buatan manusia

– Protestantisme (Luther dan Calvin) menolak absulitisme


negara gereja. Gereja untuk rohani bukan politik.

• Rainaissance:

– Marsilius Padova 1270-1340 Membuat hukum adalah


tugas negra, Gejera tidak berwenang,

– Nicola Macchiavelli 1469-1527, humanis, naturalisme,


Hukum lepas dari agama dan moral, semua untuk tujuan
politik

– Jean Bodin (1530-1596), raja tidak wajib taat UU secara


hukum (princep legibus solutus est); hak membuat UU
adalah negara.

– Hugo Grotius (1583-1645), hukum bangsa2 adalah


hukum poistip (hukum inetrnasional); hukum alam adalah
rosio manusia (misal hukum matematika).

– Thomas Hobbes (1588-1679)humanis, naturalisme.


Kebenaran hukum adalah kebenaran ilmu posistip (fisika,
matematika), kontrak = janji harus ditepati.

• Rasionalisme

– John Locke,(1632-1704) hukum wewenang negara,


reaksi menantang absulutisme negara, mengahsilakan
Magna charta 1215, hak dilindungi hukum, semua sanksi
hrs atas keputusan hukum.

– Montesquieu (1689-1755) UU yang baik adalah yang


cocok dengan budaya bangsa; pencetus trias politika.

– Imannuel Kant (1724-1804) hukum termasuk bidang


pengetahuan praktis, beda dengan sein (ilmu alam), Yang
berhak membentuk UU adalah pemerintah terlepas dari
adil dan tidak adil secara alam.

– GWF Hegel (1770-1831), Keteraturan hidup bersama


datang dari negara bukan hukum. Jadi Hukum yang
membuat negara.

PEMBENTUKAN HUKUM Abad XX


Ada benturan norma hukum positip dan norma etika:
Neopoistivisme
– Hans Kelsen (1881-1973) hukum berlaku berakar dari
groundnorm;

• UU yang sah adalah yang memenuhi bentuk


terlepas apak cocok dg moral atau tidak.

• Isi hukum selalu tergantung dari kehendak politik


orang yang berkuasa.

– Gustav Radbruch (1878-1949). Ada tiga aspek hukum:


keadilan, finalitas (tujuan keadilan) dan legalitas
(kepastian hukum).

Anda mungkin juga menyukai