perkembangan filsafat Macam-macam Aliran Fislafat Hukum ◦ Aliran Hukum Alam; ◦ Postivisme hukum; ◦ Utilitarianisme; ◦ Mazhab Sejarah; ◦ Sociological Jurisprudence; ◦ Realisme Hukum; ◦ Freirechtslehre Menurut Friedman, aliran ini timbul karena kegagalan ummat manusia dalam mencari keadilan yang absolut. Gagasan dasar hukum alam: ◦ bahwa melalui penalaran hakikat makhluk hidup akan dapat diketahui, dan pengetahuan tersebut menjadi dasar bagi tertib sosial serta tertib hukum eksistensi manusia ◦ Hukum alam sejalan dengan moral Hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi, dan dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibentuk oleh manusia Ide hukum juga dipengaruhi oleh pemikiran yang ingin melindungi properti-properti tertentu dengan berlindung dari hukum Tuhan • Dalam pandangan hukum alam, hukum merupakan perwujudan atau fenomena dari tatanan hukum yang lebih tinggi yang seharusnya ditaati • Hukum alam dianggap sebagai hukum yang bersifat absolut, dan sesuai dengan kodrat manusia. Oleh karena itu hukum positif tidak boleh bertentangan dengan hukum kodrat. • Ada dua aliran terhadap pandangan tentang tatanan hukum tertinggi : – Aliran Teologis – Aliran sekuler Irrasionalisme bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung Rasionalisme bahwa sumber dari hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia Empirisme bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia. Dalam hal ini kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Agustinus, Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante Alighieri, PiereDubois, Marsilius Padua, John Wyclliffe dan Johannes Huss Agustinus; bahwa kebenaran tidak ditemukan dalam akal budi, melainkan ada dalam kitab suci yang merupakan wahyu Tuhan Thomas Aquinas; bahwa di samping kebenaran wahyu (pengetahuan iman) juga terdapat kebenaran akal (pengetahuan alamiah) ◦ Pembagian hukum Aquinas: lex aeterna , yakni hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra manusia; lex devina, yakni hukum rasio tuhan yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia; lex naturalis, yakni hukum alam, yaitu penjelmaan lex aeterna ke dalam rasio manusia; lex positivis, yakni penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di dunia. John Salisbury; Gereja dan Negara perlu bekerja sama ibarat hubungan organis antar jiwa dan raga. Dalam menjalankan pemerintahannya, penguasa wajib memperhatikan hukum tertulis (hukum alam), yang mencerminkan hukum-hukum Allah. Tugas rohaniawan adalah membimbing penguasa agar tidak merugikan rakyat, dan bahkan penguasa itu seharusnya menjadi abdi gereja. Dante Alighieri; keadilan baru dapat ditegakkan apabila pelaksanaan hukum diserahkan kepada satu tangan saja berupa pemerintahaan yang absolut. Dante berpijak pada hukum alam, yang mencerminkan hukum-hukum Tuhan, bahwa badan tertinggi yang memperoleh legitimasi dari Tuhan sebagai monarki dunia ini adalah Kekaisaran Romawi. Piere; bahwa penguasa (Raja) dapat langsung menerima kekuasaan dari Tuhan, tanpa perlu melewati pemimpin Gereja. Kekuasaan duniawi (Paus) harus dicabut dan diserahkan sepenuhnya kepada Raja. bahwa raja memiliki kekuasaan membentuk undang-undang, tetapi raja tidak terikat untuk mematuhinya Marsilius Padua dan William Occam; bahwa negara berada di atas kekuasaan paus, dan kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat. Hukum harus mengabdi kepada rakyat. Bahkan, rakyat pula yang berwenang memilih pemerintahnya. Rakyat boleh menghukum penguasa (Raja) yang melanggar undang-undang, termasuk memberhentikannya Kekuasaan raja bukanlah kekuasaan absolut melainkan dibatasi oleh undang-undang. Hugo De Groot (Grotius), Samuel VonPufendorf, dan Christian Thomasius, Immanuel Kant Hugo de Groot alias Grotius (1583-1645) Sumber hukum adalah rasio manusia. Hukum alam adalah hukum yang diperoleh manusia melalui akalnya, yang sesuai dengan kodrat manusia, serta tidak mungkin dapat diubah Jhon Wyclife (1320-1384) dan Johannes huss (1369- 1415) Wycliffe: Hubungan antara kekuasaan ketuhanan dan kekuasaan duniawi seperti hubungan antara pemilik dan penggarap tanah. Masing-masing memili bidangnya tersendiri, sehingga tidak boleh mencampuri. Huss: Gereja tidak perlu mempunyai hak milik. Karena itu, penguasa boleh merampas milik itu apabila gereja salah menggunakan haknya Samuel von Pufendorf (1632-1694) dan Christian Thomasius (1655-1728) Hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran yang murni. Karena unsur naluriah manusia yang lebih berperan, maka ketika manusia mulai hidup bermasyarakat, timbul pertentangan kepentingan satu dengan lainnya. Agar tidak terjadi pertentangan terus-menerus, dibuatlah perjanjian secara sukarela di antara rakyat. Baru setelah itu, diadakan perjanjian berikutnya, berupa perjanjian penaklukan oleh raja. Dengan adanya perjanjian itu, berarti tidak ada kekuasaan yang absolut. Semua kekuasaan itu dibatasi oleh Tuhan, hukum alam, kebiasaan, dan tujuan dari negara yang didirikan Empirisme bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia. Dalam hal ini kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Tokohnya: Francis Bacon (1561-1626), Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704), dan David Hume (1711-1776) Francis Bacon ◦ Panca indera fenomena/fakta diolah/persepsikan oleh akal kesimpulan ◦ Kebenaran diperolah dengan cara berfikir induktif Immanuel Kant ◦ Filsafat Kant, disebutnya sebagai filsafat dogmatis yang perlu dikritisi, sehingga filsafat Kant dikenal sebagai filsafat kritisme ◦ Filsafat Kritisisme merupakan upaya mengkompromikan filsafat Rasionalisme dan Empirisme ◦ Bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu tolak ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata, tapi “tidak-real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran. ◦ Melalui kombinasi rasionalisme dan empirialisme diharapkan melahirkan suatu paradigm baru bahwa kebenaran empiris harus rasional sebagaimana kebenaran rasional harus empiris Positivisme adalah suatu aliran dalam filsafat hukum yang beranggapan bahwa teori hukum itu dikonsepsikan sebagai ius yang telah mengalami positifisasi sebagai lege atau lex, guna menjamin kepastian antara yang terbilang hukum atau tidak Kata “positif” dalam bahasa latin ponere-posui- positus yang berarti meletakkan yaitu sesuatu yang sudah tersaji (given), yakni hukum yang disajikan oleh penguasa “Tidak ada hukum kecuali perintah Penguasa” (law is a command of the lawgiver) Dalam pandangan positifisme hukum, hukum dan moral merupakan sesuatu yang (harus) terpisah Ada 2 aliran positifisme hukum : ◦ Aliran hukum positif analitis (John Austin) ◦ Aliran hukum positif murni (Hans Kelsen) Aliran Hukum Positif Analitis Hukum sebagai perintah dari penguasa negara, maka hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur, yaitu: Perintah (command); Sanksi (sanction); Kewajiban (duty); dan Kedaulatan (soveregnity) Aliran Hukum Murni Menurut Hans Kelsen, hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang non-yuridis, seperti unsur sosiologis, politis, historis, bahkan etis Yang dipersoalkan oleh hukum bukanlah “bagaimana hukum itu seharusnya” (what the law ought to be), tetapi “apa hukumnya” (what the law is) Agar hukum tidak dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan kekuasaan, maka diletakanlah suatu kaidah dasar dalam hukum yang disebut “Grundnorm” sebagai dasar dari “stufenbau” atau struktur hukum Grundnorm merupakan norma dasar yang menentukan (memiliki) nilai keadilan tertinggi, dan validitasnya tidak perlu dan tidak bisa dipertanyakan lagi Jeremy Bentham: bahwa hukum harus berbasis manfaat bagi kebahagiaan manusia (happinnes) Jadi, baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak Kebahagiaan bisa diraih jika kebebasan dan keamanan setiap individu terjamin Kebebasan antar individu dalam memenuhi kebutuhannya agar ia bahagia akan menciptakan kepentingan umum yang seimbang Berawal dari penolakan Von Savigny atas ide Tibhaut tentang kodifikasi hukum Perdata Jerman, yang dipengaruhi oleh Code Napoleon Menurut Savigny, hukum tidak dibuat (Penguasa), tetapi dia tumbuh dan berkembang bersama masyarakat (rakyat/ volksgeist) Karena hukum itu muncul dari jiwa rakyat, maka hukum suatu negara tidak dapat diterapkan bagi negara lain, meskipun negara lain itu adalah bekas jajahannya. (hukum tidak bersifat universal) Savigny memanfaatkan (mengambil momen) sedang maraknya ide nasionalisme Menurut Puchta, hukum dalam perspektif sejarah, dapat berbentuk: ◦ langsung berupa adat istiadat; ◦ melalui undang-undang; ◦ melalui ilmu hukum dalam bentuk karya para ahli hukum Karena hukum tersebut harus disahkan melalui kehendak hukum masyarakat yang terorganisasi dalam negara (dalam demokrasi melalui Lembaga perwakilan), pada akhirnya hukum yang berlaku adalah hukum yang terdapat dalam UU Menurut aliran sociological jurisprudence ini, hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat Yakni hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat Ehrlich bahwa titik pusat perkembangan hukum tidak terletak pada undang-undang, putusan hakim, atau ilmu hukum, tetapi pada masyarakat itu sendiri, yakni adanya pengakuan masyarakat Sumber dan bentuk hukum yang utama adalah kebiasaan Roscoe Pound ◦ Law as a tool os social engineering ◦ Untuk dapat memenuhi peranannya sebagai alat tersebut, terlebih dahulu dibuat penggolongan atas kepentingan-kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum: Kepentingan umum (public interest) Kepentingan masyarakat (social iterest) Kepentingan pribadi (private interest) ◦ Jika terjadi perselisihan kepentingan dalam proses pembangunan khususnya benturan kepentingan umum atau sosial dengan kepentingan individu, maka perlu diupayakan keseimbangan atau harmonisasi kepentingan ◦ Hukum akan memilih dan mengakui kepentingan yang lebih utama melalui penggunaan kekuasaan Realisme hukum pada hakikatnya bukan merupakan suatu aliran melainkan suatu gerakan, yaitu gerakan yang dipelopori (terutama) oleh sejumlah hakim yang menentang positivisme hukum atau analytical jurisprudence Gerakan realisme hukum ini berpusat di Amerika Serikat, sehingga di sana dinamakan American Legal Realism Dalam pandangan Realisme Hukum, hakim bukan penerap dan penafsir UU, tetapi hakimlah yang membuat hukum (UU) Putusan hakim sangat dipengaruhi oleh pertimbangan politik dan moral dari hakim itu sendiri, bukan berdasarkan pertimbangan hukum Aliran ini adalah anti tesis dari aliran Positivis dan Legisme Dalam pandangan Freirechtslehre, hakim bukan sebagai corong dan tunduk di bawah UU, melainkan Hakim adalah bebas, dan hakim lah yang membuat hukum (judge made law) Namun aliran Freirechtslehre ini tidak benar-benar menafikkan UU, hanya saja UU diposisikan sebagai bahan hukum sekunder, dan berfungsi sebagai panduan, namun tidak mengikat Bahan hukum primer adalah yurisprudensi Konsekuensinya, hakim harus selalu up to date dan memahami nilai-nilai hukum dalam masyarakat Berbeda dengan aliran freirechtlehr, dalam pandangan Rechtsvindin, hakim diberikan kebebasan, namun tetap terikat UU Tugas hakim adalah menyelaraskan undang-undang dengan perkembangan dan perubahan zaman Dalam aliran Rechtsvinding UU tidak sempurna, perlu dilakukan penggalian untuk menemukan hukum (Rechtsvinding) Hukum terbentuk melalui; ◦ Pembentukan UU ◦ Interpretasi terhadap undang-undang ◦ Penjabaran dan penyempurnaan UU oleh hakim ◦ Tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat (living law)