Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Rizky Zaenuddin

NPM : 1706977600
Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum (Kelas C, Program Reguler)

Rangkuman
Nature Of Law
Bibliography
1. Aristotle: Nicomachean Ethics;
2. Cicero: De Re Publica;
3. Aguinas, T.: Summa Theologia;
4. Hobbes, T.; Leviathan;
5. Locke, J.: Two Treaties of Government;
6. Rousseau, J.J.: The Social Contract;
7. Maritain, J.: Man and the State;
8. MacDonalad, M.: Natural Rights;
9. Fuller, L.L: The Morality od Law;
10. Finnis, J.M.: Natural Law and Natural Rights;
11. Mead, M.: Some Anthropological Considerations Concerning Natural Law;
12. Gewirth, A.: The Epistemology of Human Rights;
13. Lloyd, D. And Freeman: introduction to Jurisprudence, pp. 79-129;
14. Alexander, Frank, S.: ”Three Fallacies of Contemporary Jurisprudence”; Loyola of
Los Angelas Law Review, vol. 19, Nov. 1985, pp. 1-36.

Pemikiran mengenai Nature Law atau Hukum Kodrat telah ada dan berkembang
semenjak masa Yunani. Pada awalnya Hukum Kodrat berdasar dari nilai religius atau
supranatural, yang pada masa kini Hukum Kodrat dijadikan sebagai landasan ideologis dan
moral dalam menjalankan setiap sistem hukum, ekonomi, maupun sosial dalam masyarakat.
Hukum Kodrat dijadikan sebagai sebuah kekuatan utama dalam mewujudkan tatanan
kehidupan yang sempurna sebagai hak fundamental yang telah lahir serta harus diwujudkan
oleh manusia.
Doktrin dan prinisp-prinisp Hukum Kodrat berbeda-beda, namun pada intinya bahwa
Hukum kodrat diyakini menjadi dasar rasional dalam pertimbangan moral. Prinsip-prinisp
pertimbangan moral ini yang sekarang dijadikan sebagai landasan dan acuan untuk menjadi
batasan dalam melakukan setiap tindakan.
Bangsa Yunani dalam perkembangnnya tidak terlalu memperhatikan teknis hukum,
melainkan berkonsentrasu dalam mengekplorasi landasan filosofi mengenai konsep-konsep
fundamental, yang membentuk hukum sebagai sebuah nilai sekaligus sistem yang paling
penting. Dengan runtuhnya negara kota dan bangkitnya kerajaan dan wilayah di Yunani,
akibat adanya penaklukan oleh Alexander, Hukum Kodrat sebagai sistem hukum universal
yang lahir dari proses pengamatan alam sebagai sebuah landasarn filosfis menjadi sebuah
sistem hukum terdepan, yang menjadi tanggung jawab para filsuf yang telah mengembangkan
konsep Hukum Kodrat ini.
Konsep tentang hukum, dimulai dari gagasan Thomas Aquinas yang membahas
mengenai asal muasal hukum, yang pada dasarnya bersumber dari dua hal, yaitu wahyu dan
akal budi manusia. Hukum yang berasal dari wahyu Ilahi merupakan aturan alam semesta
yang diciptakan oleh Tuhan, dalam hukum abadinya (lex aeterna) serta hukum tuhan dalam
kitab suci (lex divina). Sementara yang berasal dari akal manusia terdiri dari beberapa
macam, diantaranya lex naturalis yang terdiri dari hukum kekal yang rasional, lex humana
atau hukum positif dan hukum bangsa-bangsa atau ius gentium.
Cicero salah satunya, ahli Hukum Kodrat pertama yang meletakan hukum positif di
bawah hukum alam. Beliau menyatakan bahwa Hukum Kodrat adalah “alasan yang tepat
sesuai dengan alam”. Pendapat ini berkaitan dengan asal muasal Hukum Kodrat yang berasal
dari dua hal yang sifatnya fundamental tersebut. Sehingga peletakan Hukum Kodrat diatas
hukum positif menjadi hal yang wajar, karena memang Hukum Kodrat dijadikan sebagai
pertimbangan dan telah banyak berpengaruh dalam pelaksanannya.
Menurut Aquinas, Hukum Kodrat sebagai norma yang abstrak harus dimanifestasikan
dalam peraturan yang lebih konkret seperti undang-undang. Aturan yang konkret ini disebut
hukum positif. Thomas Aquinas melihat hubungannya bersifat hierarkis, dimana hukum
kodrat berkedudukan lebih tinggi daripada hukum positif dan yang tertinggi adalah hukum
abadi yang berasal dari Tuhan.
Sekularisasi Hukum Kodrat pertama kali dimulai oleh Grotius. Beliau menyatakan
bahwa harus membuka sesuatu yang baru atau era modern dalam pemikiran Hukum Kodrat
dengan pernyataan tegasnya yaitu Hukum Kodrat akan tetap hidup walaupun Tuhan tidak ada
(etiamsi daermus non esse Deum).
Menurut Lon Fuller, hubungan antara hukum dan moralitas adalah hal penting. Bagi
Fuller, ajaran paling fundamental dari Hukum Kodrat adalah penegasan dari peran
pertimbangan dalam pesan hukum. Sedangkan, Hart mencoba untuk mengemukakan kembali
sebuah posisi Hukum Kodrat dari pandangan semi-sosiologis. Hart meletakan penekanan
pertama pada asumsi bahwa “kelangsungan hidup manusia sebagai keutamaan yang utama”.
Di lain pihak, Finnis menyatakan bahwa Hukum Kodrat adalah seperangkat prinsip-prinsip
praktek yang bijaksana dalam mengatur kehidupan dan komunitas manusia.
Dari penjelasan7 tersebut, dapat disimpulkan bahwa Hukum Kodrat berfikir bahwa
kenapa kita mempunya hukum, apa yang dapat hukum capai ketika kita berfikir bahwa
hukum kodrat sebagai nilai fundamental sekaligus batasan dalam hukum itu sendiri tidak
dipatuhi. Jika melihat pandangan tokoh-tokoh sebelumnya, bahwa terlihat adanya kontradiksi
mengenai keberadaan hukum kodrat ini sendiri, baik itu dari segi asal muasalnya, ataupun
secara hierarkis. Saya tidak setuju dengan pandangan Grotius yang menyatakan bahwa
Hukum Kodrat akan tetap hidup walaupun Tuhan tidak ada. Hal ini tentu menjadi sebuah
pertanyaan mengenai asal muasal Hukum Kodrat itu sendiri. Tidak mungkin sebuah narasi
kebijaksanaan dalam nilai Hukum Kodrat lahir dari adanya peradaban mengenai ketiadaan
dunia ini, karena selayaknya pasti ada wahyu ilahi yang dapat dan menebar akan batasan
daripada Hukum Kodrat itu sendiri. Sebaliknya, saya setuju dengan pandangan dari Thomas
Aquinas yang menyatakan bahwa hukum kodrat berkedudukan lebih tinggi daripada hukum
positif dan yang tertinggi adalah hukum abadi yang berasal dari Tuhan. Pola pikir hierarkis
Hukum Kodrat dan Hukum Positif sendiri lahir dari akal budi manusia yang tercipta dari
adanya wahyu ilahi, sehingga Hukum Positif dalam konteks ini tidak diperkenankan untuk
bertentangan dengan Hukum Kodrat. Untuk itu, Hukum Kodrat hadir sebagai sebuah nilai
moral yang telah ada dan berkembang seiring dengan adanya perkembangan pola pikir
manusia, untuk menjadi batasan serta standar kesempurnaan setiap perilaku manusia di bumi
ini.

Anda mungkin juga menyukai