Anda di halaman 1dari 3

Nama : Farhan Zuhdi Putra

NPM : 20100390
Kelas : H
Mata Kuliah : Filsafat Hukum

SOAL :
Membaca berbagai sumber (paling tidak dari yang sudah tercantum dalam Rencana Pembelajaran Semester) sehingga dapat menuliskan benang
merah (minimal 2 halaman) “hubungan FIlsafat, Teori, dan Ilmu Hukum”
JAWABAN :

Hubungan Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum


Pada dasarnya Filsafat Hukum merupakan bagian tertinggi dalam ilmu hukum setelah dogmatika hukum dan teori hukum. Kajian
filsafat hukum ditujukan kepada filsfat itu sendiri yang merupakan hukum sebagai objek kajian filsafat. Artinya bahwa hukum (tidak terbatas
pada peraturan perundang-undangan/positif hukum saja, tetapi hukum dalam artian luas) akan dikaji secara mendalam. Dalam filsafat hukum,
hukum akan diabstraksi hingga menjadi asas-asas, norma dan nilai. Manfaat mempelajari filsafat hukum juga dapat dilihat dari karakteristik
ilmu filsafat itu sendiri, yakni ditinjau dari sifat holistik, mendasar, spekulatif, dan reflektif kritis.
Teori Hukum Jika dalam filsafat hukum yang cenderung menciptakan pemikiran yang spekulatif pada Teori Hukum lebih kepada upaya
pendekatan hukum secara ilmiah-positif. Pada dasarnya Teori Hukum lahir sebagai bentuk kegelisahan atas allgemeine rechtslehre yang timbul
pada abad ke-19 di Eropa. Pada waktu itu filsafat hukum dipandang terlalu abstrak dan spekulatif sementara dogmatika hukum dipandang
terlalu konkret karena terikat dengan tempat dan waktu. Dogmatika hukum sendiri merupakan cabang ilmu hukum yang menelaah hanya
sekedar hukum positif (peraturan perundang-undangan). Sementara Teori hukum itu memiliki fungsinya untuk menganalisis dan mengkaji
penelitian-penelitian hukum dan sebagai instrumen dalam mengkaji gejolak fenomena dalam perkembangan masyarakat.
Hubungan Filsafat Hukum dengan Teori Hukum
• Filsafat hukum memang bersifat memunculkan pemikiran yang spekulatif (yang dengan itu harus didiskusikan bersama) tetapi dari
spekutalisismenya filsafat itu mengartikan bahwa
• Filsafat hukum memiliki karakteristik yang menyeluruh, artinya bahwa filsafat memandang suatu perosalan dari segala sesuatu sudut,
luas dan universal sementara dogamtika hukum saja hanya mempelajari hukum sekedar hukum positif/peraturan perundang-undangan.
• Filsafat hukum memiliki sifat yang mendasar. Artinya filsafat selalu mengulas suatu permasalahan sampai dasar yang terdalam atau
sampai ke akar permasalahan (radix).
• Filsafat hukum selalu membuka peluang-peluang baru bagi suatu persoalan artinya bahwa filsafat selalu memberikan solusi alternatif
yang tidak terbatas (baik oleh budaya, norma lama dan tradisi). Filsafat hukum juga selalu bersikap kritis sehingga akan memberikan
solusi terbaik bagi sebuah persoalan.
Selanjutnya, Filsafat hukum akan sangat kerasa pengaruhnya di dalam suatu praktik hukum seperti di pengadilan apabila ia mampu
mengaktualisasikan diri sehingga bisa menjadi jembatan antara teori hukum dengan dogmatika hukum. Seperti misalkan ketika terdapat suatu
persoalan dimana kian berkembangnya suatu masyarakat namun hukum positif tidak mampu mengatasinya (beluma danya peraturan yang
menagatur) maka dengan ini hakim harus berfilsafat dan berfikir bagaimana persoalan tersebut tetap harus diselesaikan dengan seadil-adilnya.
Hal ini sama halnya seperti yang dilakukan oleh Hakim Pengadilan Negeri Suka Makmue, Aceh yang mengupayakan perdamaian antara korban
dengan terdakwa dengan prinsip Restoratif Justice.
Dalam hal ini, suatu hubungan dari disiplin meta (filsafat hukum) dengan disiplin objek(teori hukum) dimana filsafat hukum
memperhatikan secara esensial pemikiran yangbersifat spekulatif, sedangkan teori hukum berusaha kearah pendekatan gejala hukumsecara
positif keilmuan. Teori hukum merefleksikan objek dan metode dari berbagaibentuk ilmu hukum Terdapat dua pandangan besar mengenai teori
hukum yangbertolak belakang namun ada dalam satu realitas, seperti ungkapan gambaran sebuahmata uang yang memiliki dua belah bagian
yang berbeda. Pertama, pandangan yang didukung oleh tiga argumen yaitu pandangna bahwa hukum sebagai suatu sistemyang pada prinsipnya
dapat diprediksi dari pengetahuan yang akurat tentang kondissistem itu sekarang, perilaku sistem ditentukan oleh bagian-bagian yang terkecil
darisistem itu dan teori hukum mampu menjelaskan persoalannya sebagaimana adanyatanpa berkaitan dengan orang (pengamat). Hal ini
membawa kita kepada pandanganbahwa teori hukum itu deterministik, reduksionis, dan realistik.
Menurut saya Benang merah yang dapat diambil dari hubungan filsafat, teori, dan ilmu hukum adalah Teori hukum tidak hanya
menjelaskan apa itu hukum sampai kepada hal-halyang konkret, tetapi juga pada persoalan yang mendasar dri hukum itu. teori hukumadalah
membuat jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepadapenjelasan filosofis yang tertinggi. Teori hukum akan mempertanyakan
hal-halseperti: mengapa hukum berlaku, apa dasar kekuatan yang mengikatnya, apa yangmenjadi tujuan hukum, bagaimana hukum dipahami,
apa hubungannya denganindividu dengan masyarakat, apa yang seharusnya dilakukan oleh hukum, apakahkeadilan itu, dan bagaimana hukum
yang adil. Kebenaran teoritik dan kebenaran hukum berkaitan dengan banyaknya teori-teori hukum dengan berbagai alirannya. Makna dari
kebenaran teori dengankebenaran hukum tidaklah sama. Kebenaran teori merupakan dari hasil ujian dalamsintesa-sintesa yang sudah dibuat
dalam teori tersebut. Sedangkan teoretik atauteoretis yang sering kita sebut dengan teoritik/teoritis, adalah berdasarkan pada teori, mengenai
atau menurut teori. Arti dari kebenaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan yang sesungguhnya. Kebenaran teoritik adalah
kebenaranyang sesuangguhnya atau sesuatu yang dianggap benar.
Menurut pandangan aliran positivisme hukum, konsep hukum yang hendakdiketengahkan adalah hukum sebagai perintah manusia yang
dibuat oleh badan yangberwenang. Ada dua bentuk positivisme hukum, yakni Pertama positivisme yuridis,yang berarti hukum dipandang
sebagai suatu gejala tersendiri yang perlu diolahsecara ilmiah. Tujuannya adalah pembentukan struktur rasional sistem yuridis yangberlaku.
Dalam positivisme yuridis, berlaku closed logical system, yang berartibahwa peraturan direduksikan dari undang-undang yang berlaku tanpa
perlu memintabimbingan dari norma sosial, politik dan moral, dengan tokoh von Jhering danAustin. Kedua, positivisme sosiologis, hukum
ditanggapi terbuka bagi kehidupanmasyarakat, yang harus diselidiki melalui metode-metode alamiah. Setiap teorisebagai produk ilmu tujuannya
adalah untuk memecahkan masalah dan membentuksystem. Demikian pula dengan teori hukum tujuannya untuk menyelesaikan
masalahhukumpermasalahan dalam hukum positif. Teori hukum tidak puas dengan jawabanyang ada dalam hukum positif, karenanya harus
mengungkap berbagai konsep danproposisi baru. Oleh karena itu, teori hukum adalah teorinya ilmu hukum. Denganperkataan lain bahwa ilmu
hukum adalah obyek teori hukum. Teori hukumkontemplatif bertolak dari titik berdioei internal terbatas. Artinya titik berdiripartisipan yang
obyektivitasnya intersubyektivitas. Aliran ini mengacu pada teorikebenaran pragmatik.Berdasarkan dari uraian di atas, dapat disarikan bahwa
teori hukummerupakan suatu pandangan sistematis mengenai pernyataan hukum (legal statment),yang dibentuk dari hubungan antara variabel
hukum yang dapat menjelaskan hakikatdan gejala hukum yang ada serta dapat diverifikasi dengan tujuan untuk memberikan justifikasi dan
mengestimasikan suatu peristiwa hukum tertentu. Sampai abad ke-19,teori hukum dipandang sebagai bagian dari Filsafat Hukum. Hal ini
disebabkankarena pengaburan pandangan bahwa kedua disiplin ini mencari pengertian yangbersifat fundamental dalam hukum. Hanya saja
apabila filsafat hukum mengkajipengertian-pengertian asasi hukum yang universal, maka teori hukum mengkajipengertian-pengertian asasi
dalam suatu hukum positif.
Pada sisi lain, terdapat kerancuan jangkauan antara teori hukum denganfilsafat hukum, yang merupakan ilmu pengetahuan yang
menguraikan, mensistemkan,serta dalam batas-batas tertentu menjelaskan pula suatu hukum positif tertentu. Olehsebab itu, kadang-kadang
kedua displin itu tidak dapat dibedakan karena memilikiobyek kajian yang sama, yaitu hukum positif tertentu. Hanya saja berbeda
dengandogmatik hukum, maka yang dikaji oleh teori hukum adalah pengertian-pengertianasas pada hukum positif yang bersangkutan guna
memperoleh pengetahuan yanglebih mendasar lagi tentang hukum positif tersebut.

Anda mungkin juga menyukai