Anda di halaman 1dari 7

RINDY WIYANTI 206010101111012

1. a. Pengkajian Sosio-legal merupakan kajian terhadap hukum dengan menggunakan


pendekatan ilmu hukum maupun ilmu-ilmu sosial. Pada prinsipnya studi sosio-legal
adalah studi hukum, yang menggunakan pendekatan metodologi ilmu sosial dalam arti
yang luas. Mengutip pendapat Wheeler dan Thomas (dalam Banakar 2005), studi sosio-
legal adalah suatu pendekatan alternatif yang menguji studi doktrinal terhadap hukum.
Kata ‘socio’ dalam socio-legal studies merepresentasi keterkaitan antarkonteks dimana
hukum berada (an interface with a context within which law exists). Itulah sebabnya
mengapa ketika seorang peneliti sosio-legal menggunakan teori sosial untuk tujuan
analisis, mereka sering tidak sedang bertujuan untuk memberi perhatian pada sosiologi
atau ilmu sosial yang lain, melainkan hukum dan studi hukum. Studi sosio-legal berbeda
dengan sosiologi hukum yang benih intelektualnya terutama berasal dari sosiologi arus
utama, dan bertujuan untuk dapat mengkonstruksi pemahaman teoretik dari sistem
hukum. Hal itu dilakukan oleh para sosiolog hukum dengan cara menempatkan hukum
dalam kerangka struktur sosial yang luas. Hukum, preskripsi hukum dan definisi hukum
tidak diasumsikan atau diterima begitu saja, tetapi dianalisis secara problematik dan
dianggap penting untuk dikaji kemunculan, artikulasi, dan tujuannya. Hukum sebagai
mekanisme regulasi sosial dan hukum sebagai suatu profesi dan disiplin, menjadi
perhatian dari studi sosiologi hukum. Sosiologi hukum banyak memusatkan perhatian
kepada wacana hukum yang merupakan bagian dari pengalaman dalam kehidupan
keseharian masyarakat. Hukum yang dimaksudkan adalah kaidah atau norma sosial yang
telah ditegaskan sebagai hukum dalam bentuk perundang-undangan (hukum negara).
Lingkup kajiannya adalah mengenai berfungsi atau tidaknya hukum dalam masyarakat
dengan melihat aspek struktur hukum, dan aparat penegak hukum. Beberapa konsep
penting yang dikaji adalah mengenai pengendalian sosial, sosialisasi hukum, stratifikasi,
perubahan hukum dan perubahan sosial. Karena menginduk pada sosiologi maka
konsekuensi metodologisnya adalah menggunakan metode penelitian sosiologis yang
secara tradisi dicirikan berada dalam ranah kuantitatif. Disiplin ilmu Antropologi Hukum,
yang kemungkinan juga disamakan dengan studi sosio-legal. Antropologi Hukum adalah
suatu cabang ilmu yang mempelajari bagaimana hukum sebagai bagian dari kebudayaan,
bekerja dalam keseharian masyarakat. Dalam kajiannya, berkerjanya hukum dijelaskan
melalui hubungannya dengan unsur kebudayaan yang lain, yaitu ekonomi, sosial, relasi
kekuasaan, juga religi. Pendekatan yang paling dominan dalam antropologi hukum adalah
tentang pendekatan pluralisme hukum yang lahir dari isu-isu adanya keberagaman hukum
dalam masyarakat. Dalam rangka luasnya ruang metodologi yang dapat dimasuki oleh
studi sosio-legal, tidak tepat untuk mereduksi penelitian sosiolegal sebagai penelitian
hukum empiris. Suatu ranah penelitian hukum yang biasanya diasosiasikan dengan studi
lapangan untuk mengetahui bagaimana hukum bekerja dan beroperasi dalam masyarakat.
Metode sosio-legal lebih luas daripada itu. Meskipun terdapat perbedaan karakteristik di
antara sosiologi hukum, sociological jurisprudence, antropologi hukum, maupun studi
sosio-legal, terdapat benang merah persamaan di antara semua school of thought tersebut,
yang menempatkannya sebagai studi-studi hukum alternatif. Persamaan tersebut adalah
memposisikan hukum dalam konteks kemasyarakatan yang luas, dengan berbagai
implikasi metodologisnya. Di sini ditekankan pentingnya mengkaji hukum dengan tidak
menempatkannya sebagai bahan terberi, yang terisolasi dari kebudayaan (sistem berpikir,
sistem pengetahuan) dan relasi kekuasaan di antara para perumus hukum, penegak
hukum, para pihak dan masyarakat luas. Karakteristik metode penelitian sosio-legal dapat
diidentifikasi melalui dua hal berikut ini. Pertama, studi sosio-legal melakukan studi
tekstual, pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan dan kebijakan dapat dianalisis
secara kritikal dan dijelaskan makna dan implikasinya terhadap subjek hukum (termasuk
kelompok terpinggirkan). Dalam hal ini dapat dijelaskan bagaimanakah makna yang
terkandung dalam pasal-pasal tersebut merugikan atau menguntungkan kelompok
masyarat tertentu dan dengan cara bagaimana. Oleh karena itu, studi sosio-legal juga
berurusan dengan jantung persoalan dalam studi hukum, yaitu membahas konstitusi
sampai peraturan perundang-undangan pada tingkat yang paling rendah seperti peraturan
desa. Karakteristik Sosiologi Hukum bertujuan untuk menjelaskan: mengapa suatu
praktik-praktik hukum didalam kehidupan sosial masyarakat itu terjadi, sebab-sebabnya,
faktorfaktor apa yang berpengaruh, latar belakangnya, dan sebagainya. Satjipto Raharjo
mengutip pendapat Max Weber yang menamakan cara pendekatan yang demikian itu
sebagai suatu interpretative understanding, yaitu cara menjelaskan sebab, perkembangan,
serta efek dari tingkah laku sosial. dengan demikian, mempelajari Sosiologi Hukum
adalah menyelidiki tingkah laku orang dalam bidang hukum sehingga mampu
mengungkapkannya. Sosiologi Hukum senantiasa menguji kesahihan empiris dari suatu
peraturan atau pernyataan hukum, sehingga mampu memprediksi sesuatu hukum yang
sesuai dan atau tidak sesuai dengan masyarakat tertentu.
b. Pengkajian Normatif
Pengkajian hukum normatif adalah sifat dan ruang lingkup disiplin hukum, dimana
disiplin diartikan sebagai suatu sistem ajaran tentang kenyataan yang bioasanya
mencakup disiplin analitis dan disiplin preskriptif, dan disiplin hukum lazimnya
termasuk ke dalam disiplin preskriptif jika dipandang hanya mencakup segi
normatifnya saja. Disiplin hukum lazimnya juga dapat diartikan sebagai susatu sistem
ajaran tentang hukum sebagai norma dan kenyataan(perilaku) atau sebagai sesuatu
yang dicita-citakan dan sebagai realitas/hukum yang hidup, bahkan disiplin hukum
tersebut memiliki segi umum dan khusus. Sifat dari dogmatik hukum (ilmu tentang
kaidah hukum dan ilmu tentang pengertian pokok dalam hukum) bersifat teoritis-
rasional dan model penalaran yang digunakan adalah logika deduktif, pengkajian
hukum normatif memiliki kecendrungan dalam mencitrakan hukum sebagai disiplin
preskriptif dimana hanya melihat hukum dari sudut pandang norma-normanya saja
yang tentunya bersifat preskriptif. Tema pengkajian meliputi (penelitian terhadap
asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf
sinkronisasi vertical dan horizontal dan perbandingan hukum). Legal research is the
process of locating the law that applies to the question raised by the facts of the case.
Legal research and analysis are interrelated, and performing legal research usually
involves the use of analysis principles. The object of legal analysis and legal research
are to analyze the factual event presented by the client and determine: what is the
legal issue (question) or issues raised by the factual event.
1) What law govern the legal issue
2) How the law that governs the legal issue applies to the factual event, including
what, if any legal remedy is available. Sedangkan didalam pengkajian tersebut
metode penelitian atau langkah-langkah analisis yang dilakukan mengacu kepada
metode (issue,rule,analysis/application,conclusion).
Step 1:
Issue,the identification of the issue (legal question) or issues raised by the facts of
the client case.
Step 2:
Rule, the identification of the law that governs the issue
Step 3 :
Analysis/application, a determination of how the rule of law applies to the issue
Step 4 :
Conclusion, a summary of the results of the legal analysis.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum menganalisis kasus adalah:
1) All the facts and information relevant to the case should be gathered
2) Preliminary legal research should be conducted to gain a basic familiarity with
the area of law involved in the case. Proses analisis hukum untuk menentukan
hukum apa yang relevan dengan fakta-fakta hukum yang ditemukan atau
dengan kata lain, in every case, the analytical process involves a
determination how the law applies to the facts. In the court opinion, courts
determine how the law applies to the facts presented to the court.
2. Tujuan ilmu sosial mempelajari hukum adalah Ilmu Pengetahuan sosial yang
mempelajari hukum dalam konteks sosial. hukum di pandang dari ilmu sosialnya adalah
suatu gejala sosial yang nyata lahir dari realita dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum
sebagai suatu gejala yang nyata merupakan perwujudan dari kebutuhan masyarakat akan
suatu ketertiban dan keteraturan dalam pergaulan hidup masyarakat. Hukum selain
dipandang sebagai alat untuk mengendalikan masyarakat (control social), hukum juga
berfungsi sebagai alat perubahan dan sebagai alat untuk mencapai keadilan substansial.
Sosiologi Hukum membahas tentang hubungan antara masyarakat dan hukum
mempelajari secara analitis dan empiris pengaruh timbal balik antara hukum dengan
gejala sosial lainnya. Hasil dari kajian Sosiologi Hukum mampu untuk membuka serta
menambah cakrawala berpikir dalam memahami permasalah serta perkembangan hukum
yang ada di dalam masyarakat. Manfaatnya adalah:
- Mampu mengkonsepkan permasalahan
-permasalahan hukum yang terjadi serta memberikan gambaran maupun alternatif
pemecahan sesuai dengan kerangka konsep dan teori yang tersaji dalam kajian-kajian
teoritik Sosiologi Hukum.
- Memahami perkembangan hukum positif di dalam suatu negara dan masyarakat dengan
konstruksi perpaduan antara Sosiologi dan Hukum.
- Mengetahui efektifitas hukum yang diakui, dianut maupun berlaku dalam masyarakat.
- Memetakan dampak maupun konsekuensi yang terjadi akibat penerapan hukum dalam
masyarakat.
Masyarakat (warga) hanya berperan pasif sebagai subjek  pemberi legitimasi kekuasaan
sekaligus objek dari pelaksanaan legitimasi tersebut. Sebab tujuan utama hukum dalam 
tipe hukum represif adalah ketertiban. Jika digabungkan antara hukum dan sosiologi,
maka tampaklah keterkaitan antara keduanya hukum yang berbicara tentang hakikat
manusia dan masyarakatnya, artinya bagaimanakah perilaku hukum itu sendiri yang
justru ada dan tumbuh di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat. Lebih spesifik lagi,
hukum yang bercorak sosiologis ditandai dengan karakter-karakter; bahwa pandangan
hukum sebagai satu metode kontrol sosial, hukum dalam kenyataan aktualnya (realitas
sosial), dan pentingnya memanfaatkan sosiologi terhadap hukum itu sendiri.
Wujudnya: Dasar-dasar sosial dari hukum atau basis sosial dari hukum. sebagai contoh
dapat disebut misalnya: Hukum Nasional di Indonesia, dasar sosialnya adalah Pancasila,
dengan ciri-cirinya : gotong royong, musyawarah, dan kekeluargaan.

3. Tujuan ilmu hukum mempelajari sosial Hukum adalah kontrol sosial pemerintah, dengan
kata lain, hukum merupakan kehidupan normatif dari suatu negara dan warganya, seperti
perundang-undangan, proses pengadilan dan putusan pengadilan. Namun tidak mencakup
kontrol sosial terhadap jalannya institusi pemerintahan, seperti kantor pos atau pemadam
kebakaran, karena pada institusi-institusi ini kontrol sosialnya hanya pada lingkup
internal terhadap karyawannya saja, bukan pada lingkup warga negaranya. hukum sangat
tergantung pada kondisi sosial yang melingkupinya. Artinya konteks sosial juga selalu
mempengaruhi watak hukum, dengan kata lain, tampilan hukum tak pernah statis, tetapi
dinamis. aliran sosiologis berasal dari pemikiran orang Amerika bernama Roscoe Pound
yang dalam bahasa asalnya disebut The Sociological Jurisprudence merupakan suatu
aliran pemikiran dalam jurisprudence yang berkembang di Amerika Serikat sejak tahun
1930-an. Aliran dalam ilmu hukum ini disebut sociological karena dikembangkan dari
pemikiran dasar seorang hakim bernama Oliver Wendel Holmes (perintis pemikiran
realisme dalam ilmu hukum), yang mengatakan bahwa ”sekalipun hukum itu memang
benar merupakan sesuatu yang dihasilkan lewat proses-proses yang dapat
dipertanggungjawabkan menurut imperatif-imperatif logika, namun the life of law has
not been logic, it is experience. Adapun yang dimaksudkan dengan experience Holmes
disini tak lain adalah the social atau mungkin pula the socio-psychological experience.
Maka dapatlah dimengerti mengapa dalam sociological jurisprudence ini, sekalipun fokus
kajian tetap dalam persoalan kaidah positif (berikut doktrin-doktrinnya yang logis untuk
mengembangkan sistem normatif hukum serta prosedur-prosedur aplikasinya guna
kepentingan praktik professional), faktor-faktor sosiologis lalu secara realistis (dan tak
selalu harus secara normative-positivistis) mesti senantiasa ikut diperhatikan dalam setiap
kajian. Sociology of law adalah sosiologi tentang hukum, yang merupakan cabang
sosiologi, dengan melihat bahwa hukum merupakan bagian dari masyarakat yang ada.
Hukum menjadi variabel dalam masyarakat bersama-sama dengan variabel lainnya. Yang
pertama-tama dilihat adalah masyarakat bukan hukumnya. Misalnya kajian tentang
interaksi sosial, maka yang dilihat terlebih dahulu adalah bagaimana interaksi sosial itu
pada faktanya secara empiris berjalan dalam masyarakat, hukum baru dilihat kemudian.
Bagi disiplin ini, hukum sangat tergantung dengan masyarakat. Sedangkan sociological
jurisprudence adalah ilmu hukum sosiologis, yang merupakan cabang ilmu hukum.
Olehnya itu yang digunakan adalah metodologi ilmu hukum. Ilmu ini memfokuskan diri
pada pembuatan hukum dan prinsip-prinsipnya dan keberlakuan secara efektif di
masyarakat.
Wujudnya: Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya. sebagai contoh dapat
disebut misalnya: - Undang-undang tentang hak cipta - Undang-undang mengenai
Pemilihan Presiden secara langsung terhadap gejala politik
4. a. Metode kajian ilmu sosial mempelajari hukum Ilmu hukum dibedakan menjadi ilmu
tentang norma (normwis senschaft), ilmu tentang pengertian hukum
(begriffenwissenschaft) dan ilmu tentang kenyataan hukum (tatsachenwissenschaaft)
ilmu tentang norma membahas tentang perumusan norma-norma hukum, pengertian
norma hukum abstrak dan konkret, isi dan sifat norma hukum, esensiaha norma hukum,
tugas dan kegunaan norma hukum, pernyataan dan tanda pernyataan norma hukum,
penyim pangan terhadap norma hukum dan keberlakuan norma hukum. Ilmu tentang
pengertian hukum membahas tentang apa yang dimaksud dengan masyarakat hukum,
subyek hukum, obyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum dan hubungan
hukum. Ilmu tentang norma hukum dan dmu pengertian hukum disebut sebagai dogmatik
hukum yang bersifat teoritis rasional dengan menggunakan metode berpikir deduktif.
Ilmu tentang kenyataan hukum meliputi sosiologi hukum, antropologi hukum, psikologi
hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum. Sosiologi hukum mempelajari secara
empiris dan analitis hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala sosial lain.
Antropologi hukum mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya baik pada
masyarakat sederhana maupun masyarakat yang sedang mengalami proses modernisasi.
psikologi hukum mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan perkembangan jiwa
manusia. Perbandingan hukum adalah memperbandingkan sistem-sistem hukum yang
berlaku di dalam satu atau beberapa masyarakat. Sejarah hukum mempelajari tentang
perkembangan dan asal-usul dari suatu sistem hukum. Ilmu kenyataan hukum bersifat
teoritis empiric dengan menggunakan metode berpikir induktif Secara skematis paparan
diatas dikemukakan dalam ragaan berikut ini. Tabel ilmu hukum. Selanjutnya
dinyatakannya bahwa manakala kajian hukum itu terarah pada kajian permasalahan yang
terdapat dalam ranah idiel maka pendekatannya normatif dan preskriptif, dengan metode
berpikir deduktif. Sementara bila kajian itu terarah pada permasalahan hukum yang
terdapat dalam ranah riel, maka pendekatannya empiric dengan metode berpikir induktif.
Hanya saja diingatkan bahwa seyogyanya dua macam pendekatan itu tidak harus
ditempatkan dalam suatu hubungan yang dikhotomis. Di dalam kajian hukum
seyogyanya dua macam itu satu sama lain diterapkan secara proporsional sesuai dengan
permasalahan dan ranah yang dikaji dan bilamana perlu keduanya dapat diterapkan
secara bersama-sama dan saling menunjang, disinipun lalu tampak kajian hukum yang
merupakan gabungan metode deduktif dan induktif. Sehingga secara matematis dapat
dikatakan bahwa "metode pendekatan adalah fungsi dari permasalahan dan ranah"
b. Metode kajian ilmu hukum mempelajari sosial Pertama, hukum dikonsepsikan sebagai
asas moralitas atau asas keadilan yang bersifat universal, ia menjadi bagian inheren
sistem hukum alam. Kedua, hukum dikonsepsikan sebagai kaidah-kaidah positif yang
berlaku umum in abstracto, pada suatu waktu dan wilayah tertentu. la terbit sebagai
produk eksplisit dari suatu sumber kekuasaan poilitik tertentu yang berlegitimasi, atau
sering disebut sebagai hukum nasional atau hukum negara. Ketiga, hukum adalah adalah
keputusan-keputusan yang diciptakan oleh hakim in concretto dalam preses peradilan
sebagai bagian dari usaha hukum untuk menyelesaikan kasus. Keempat, hukum
dikonsepsikan sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional di dalam sistem kehidupan
bermasyarakat, baik dalam proses pemulihan ketertiban dan penyelesaian sengketa
maupun dalam proses pengarahan dan pembentukan pola-pola perilaku yang baru.
Akhirnya, hukum dikonsepsikan sebagai makna makna simbolik sebagaimana
termanifestasikan dan tersimak dalam dan dari aksi-aksi serta interaksi warga masyarakat
Konsep pertama hingga ketiga, lebih sering dikenal sebagai konsep normatif, hukum
adalah norma yang bersifat ius constituendum atau ius constitutum maupun juga hasil
cipta penuh pertimbangan, hakim dalam menghakimi suatu perkara. Oleh karena setiap
norma itu selalu saja eksis sebagai bagian dari sub sistem doktrin atau ajaran, maka setiap
penelitian hukum yang mengkonsepkannya sebagai norma dapat disebut penelitian
hukum normatif atau doktrinal. Suatu penelitian hukum yang lebih banyak menggunakan
silogisnya yang deduktif dalam mengkaji gejala hukum yang menjadi, permasalahan atau
tujuan penelitiannya, Sementara konsep yang ke empat dan ke lima adalah konsep yang
bersifat nomologik. Hukum bukan dikonsepsikan sebagai rules melainkan sebagaimana
yang tersimak, dalam kehidupan sehari-hari. Disini hukum adalah prilaku-prilaku (aksi-
aksi dan interaksi) manusia secara aktual telah atau terpola. Karena setiap periaku atau
aksi itu adalah suatu realitas sosial yang tersimak didalam pengalaman inderawi yang
empirik, maka setiap penelitian hukum yang demikian itu seyogyanyalah menerapkan
metode pendekatan sosial. Suatu penelitian hukum yang lebih banyak mendasarkan diri
pada logika-logika formal dengan silogisme induktif dalam mengkaji gejala hukum yang
menjadi permasalahan atau tujuan penelitiannya. metode penelitian dapat dikemukakan
dalam matriks berikut ini: Tabel ragaan iv
doktrinal dengan logika deduktifnya dan sosiologis dengan logika induktifnya. suatu
proses yang secara operasional terwujud dalam pola pemikiran yang berangkat dari
pemikiran rasional deduktif, hasilnya lazim melahirkan hipotesis, selanjutnya melalui
upaya penelitian dilakukan uji verifikasi terhadap hipotesa itu melaiui pola pemikiran
yang bersifat inudktif empiris Penerapan proses tersebut di atas dalam suatu penelitian
secara umum berupaya untuk (a) mendeskripsikan secara jelas dan cermat halhal yang
dipermasalahkan (b) menjelaskan kondisi-kondisi yang mendasari peristiwa tertentu (c)
menyusun teori, artinya mencari hubungan antara kondisi satu dengan kondisi yang lain
atau hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lain (d) membuat prediksi atau
ramalan estimasi dan proyeksi, peristiwa-peristiwa yang akan terjadi atau gejala yang
akan timbul (e) melakukan pengendalian atau pengarahan yaitu melakukan tindakan-
tindakan guna mengendalikan atau mengarahkan peristiwaperistiwa atau gejala-gejala ke
arah yang dikehendaki.

Anda mungkin juga menyukai