Anda di halaman 1dari 16

Emanuela Adinna 165010100111161

Revina Ristiana Sury 165010100111170


Rizky Kurnia Hendraw 165010101111034
M. Rafi El Haady 165010101111055
Audra Dea Atika 165010101111056
M. Erwin Satya 165010101111057
Raihan Alif Ramadhan 165010101111059
Intan Kharisah 165010101111061
Cahyo Adi Trio Hando 165010101111091
Rinda Panca Susila 165010101111101

PPH BADAN
PAJAK PENGHASILAN (PPh)
Pasal 1

Pajak yang dikenakan


terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang
diterima atau
diperolehnya dalam
tahun pajak
DEFINSI BADAN
Badan adalah
sekumpulan orang PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/D
dengan nama dan dalam bentuk
dan atau modal
CONTOH apapun, Fa, Kongsi, Koperasi, Dana
yang merupakan Pensiun, Persekutuan,
kesatuan baik Perkumpulan, Yayasan, Ormas,
yang melakukan Orsospol, atau Organisasi yang
usaha maupun sejenis, Lembaga, Bentuk usaha
tidak melakukan tetap dan Bentuk badan lainnya
termasuk reksadana
usaha
SUBYEK PAJAK BADAN

DALAM NEGERI: LUAR NEGERI


Badan didirikan di Badan yang tidak
Indonesia atau bertempat didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia kedudukan di indonesia

Perseroan Terbatas, CV, BUMN /


BUMD, Firma, Kongsi, Koperasi,
Persekutuan, Yayasan, Dana Menerima / memperoleh Menjalankan usaha /
Pensiun, Perkumpulan, Organisasi penghasilan dari Indonesia
Massa, Organisasi Sosial Politik, atau kegiatan melalui
tanpa melalui BUT (Bentuk BUT / PE di Indonesia
Organisasi Lainnya, lembaga dan
Usaha Tetap) / PE
bentuk badan lainnya termasuk KIK
dan BUT. (Permanent
Estabilishment)
SUBJEK PAJAK

Subjek Pajak
Orang Pribadi Badan
BUT Bentuk usaha tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh:
• orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan,  SPLN Orang Pribadi
atau
• badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia 
SPLN Badan,
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Kewajiban Pajak Subjektif:


• Dimulai pada saat orang pribadi atau badan menjalankan usaha atau
kegiatan melalui suatu Bentuk Usaha Tetap.
• Berakhir pada saat orang pribadi atau badan tidak lagi menjalankan usaha
atau kegiatan melalui suatu Bentuk Usaha Tetap
(Pasal 2A ayat (3) UU PPh)
SUBJEK PAJAK

Elemen-elemen dasar BUT:


1. Suatu tempat usaha (a place of business),
2. Yang bersifat permanen,
3. Yang digunakan oleh SPLN (orang pribadi atau badan),
4. Untuk menjalankan usaha (business) atau melakukan kegiatan
(activities).
(Pasal 2 ayat (5) UU PPh dan Penjelasannya)

Penting:
5. Tidak semua SPLN dapat menjadi BUT, namun hanya yang memperoleh
penghasilan dari menjalankan business atau activities.
6. Tidak ada isu BUT bila SPLN hanya memperoleh penghasilan dari pekerjaan (spt:
gaji, upah) atau penghasilan dari modal (bunga, dividen, sewa dan royalti).
7. SPLN dapat menjadi BUT bila memenuhi empat elemen di atas.
8. BUT merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan
subjek pajak badan (material dan formal).
BUT FISIK ATAU AKTIVA: Perwujudan BUT
a. tempat kedudukan manajemen;
b. cabang
7 perusahaan; BUT AGEN:
c. kantor perwakilan; n. orang atau badan yang
d. gedung kantor; bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas,
e. pabrik;
f. bengkel;
g. Gudang; BUT ASURANSI:
h. Ruang untuk promosi dan penjualan o. Agen atau pegawai dari
i. pertambangan & penggalian sumber alam,
perusahaan asuransi yang
tidak didirikan dan tidak
j. wilayah kerja pengeboran Migas bertempat kedudukan di
k. perikanan, peternakan, pertanian, Indonesia yang menerima
perkebunan, atau kehutanan; BUT premi asuransi atau
menanggung risiko di
BUT PROYEK: Indonesia.
l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek
perakitan;
BUT E-COMMERCE:
BUT JASA: p. komputer, agen elektronik,
m. pemberian jasa dalam bentuk apapun atau peralatan otomatis yang
oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dimiliki, disewa, atau digunakan
oleh penye-lenggara transaksi
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka elektronik untuk menjalankan
waktu 12 bulan; kegiatan usaha melalui internet.
SUBJEK PAJAK
8

Pengertian Time Test:


– Pengujian untuk menentukan signifikansi keberadaan
seseorang di Indonesia,
– Signifikansi itu untuk menentukan materialitas hubungan
faktual/ekonomi antara Negara dengan Subjek Pajak.

Dua jenis time test dalam UU PPh:


– Lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan?
Khusus untuk menentukan status Subjek Pajak orang pribadi
(SPDN atau SPLN)
– Lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan?
Untuk menentukan keberadaan BUT dari SPLN (orang/badan)
yang memberikan jasa di Indonesia.
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI BADAN

MULAI:
SAAT DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT
KEDUDUKAN DI INDONESIA
PASAL 2A
Ayat (2)
BERAKHIR:
• SAAT DIBUBARKAN
• TIDAK LAGI BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI Ps. 2 : (4) huruf B

MULAI:
SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DI INDONESIA

BERAKHIR:
SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN
DI INDONESIA

Pasal 2A ayat (4)


MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI Ps. 2 : (4) huruf a

MULAI:
• SAAT MENJALANKAN USAHA
• MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT

BERAKHIR:
• SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA
• TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI
BUT

PASAL 2A Ayat (3)


Bukan Subyek Pajak Badan
BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING;

ORGANISASI INTERNASIONAL;
YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN SYARAT INDONESIA
MENJADI ANGGOTANYA DAN TDK MENJALANKAN USAHA /
KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI
INDONESIA SELAIN PEMBERIAN PINJAMAN KPD
PEMERINTAH YG DANANYA BERASAL DARI IURAN PARA
ANGGOTA

UNIT TERTENTU DARI BADAN PEMERINTAH dg syarat:


• Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
• Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
• Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah
Pusat atau Daerah;
• Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
OBJEK PAJAK / PENGHASILAN
[ Pasal 4 (1) ]

Pengertian :
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atas diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak, yang
bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya,
kec. ditentukan lain dlm UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan

Laba Usaha

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian utang

Dividen, dengan nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi

Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala


OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :


1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sbg pengganti
saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn pengalihan harta kpd pemegang
saham, sekutu atau anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kec. yang diberikan kpd keluarga
sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan
sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
5.Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta
dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan
Keuntungan krn pembebasan utang

Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian kembali aktiva, premi asuransi,iuran
yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha /
pekerjaan bebas,tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

Penghaslan dari Usaha Berbasis Syariah

Imbalan Bunga

Surplus Bank Indonesia

Anda mungkin juga menyukai