Bahasa Indonesia hukum yang berfungsi sebagai alat atau sarana untuk
menyampaikan informasi. Oleh karena bahasa Indonesia merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia
hukum juga berlaku dalam bahasa Indonesia hukum, hanya saja antara bahasa hukum dan
bahasa Indonesia mempunyai cirri-ciri yang tegas yang berfungsi sebagai pembeda yaitu
yang mencakup dengan konsep bahasa itu sendiri.
Dalam bahasa Indonesia sesuai konsepnya satu kata dapat mempunyai beberapa
arti, sedangkan dalam bahasa hukum sedapat mungkin menghindarkan seperti hal tersebut.
Karena didalam bahasa hukum terdapat suatu konsep atau prinsip mono smantik atau
kesatuan makna. Hal ini dimaksudkan supaya jangan timbul hal yang berbedayang
menyangkut dengan kaidah hukum.
Tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak bias mengembangkan budaya, sebab
tanpa kemampuan berbahasa hilang pola kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya
dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Disamping itu pula tanpa kemampuan
berbahasa manusia tidak dapat melakukan berfikir secara sistematisdan teratur. Dengan
melihat kemampuan berfikir manusia itu maka
fungsi bahasa dapat dibagi 2
1. Sebagai alat komunikasi antara manusia
a. Sebagai alat untukmenyampaikan pesan
b. Sebagai sarana komunikasi untuk mengekspresikan sikap
c. Sebagai alat komunikasi untuk berfikir
2. Sebagai sarana untuk mempersatukan kelompok manusia yang menggunakan bahasa
tersebut.
Manusia dapat berfikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa komunikasi
sebagai alat bahasa yang verbal yang dipakai dalam kegiatan berfikir, agar fikirannya dapat
disampaikan dengan baik kepada orang lain. Menurut seorang sarjana WET GET STEYN
mengatakan bahwa batas bahasaku adalah batas duniaku. Menggambarjan betapa
beratnya proses berfikir dalam dunia. Karena memberikan kemungkinan manusia berfikir
abstrak. Dmana objek yang faktual …… menjadi symbol sbagaimana yang dikemukakan
oleh BARDER JOHAN NASUTION hal 9 tahun 2001 yang menyebutkan bahwa manusia
sebagai animal simboly yaitu makhluk yang mempergunakan symbol atau bahasa yang
bersifat abstrak ini memungkinkan untuk memikirkan sesuatu secara terus menerus, teratur
dan sistematis. Ungkapan fikiran tidak dapat dilakukan tanpa bahasa dalam kaitannya
dengan pemahaman hukum, perlu bahasa hukum itu sendiri oleh karena bahasa hukum
tersusun dari symbol-simbol yang mempunyai arti khusus.
Keistimewaan bahasa hukum adalah: orang selalu tidak merasa puas terhadap
makna yang dikandung dalam istilah hukum sehingga orang selalu mencari terus menerus
makna yang paling tepat.
Oleh karena itu bahasa yang dipelajari yang dipakai dalam ilmu pengetahuan:
1. Lugas dan eksat unuk menghindari ketak samaan dan ketak samara
2. Objektif dan menekankan perasangka pribadi
3. Memberikan definisi yang cermat tentang sifat dan kategori yang diselidikinya untuk
menghindari kesimpang siuran
4. Tidak beremosi dan menghindari tafsiran yng beresensi.
5. Cenderung membakukan makna, kata-katanya, ungkapannya, gayanya, paparannya
berdasarkan konfersi.
6. Tidak dogmatis atau fanaticberkembang terus
7. Bercorak hemat, hanya data yang diperlukan dipakai
8. Bentuk makna dan fungsinya lebih mantap dan stabil, lebih dimiliki dari pada kata biasa.
4) Tujuan peraturan itu mempunyai tujuan kemasyarakatan. Hal ini penting diketahui karena
ada kemungkinan kondisi masyarakat pada saat ditetapkannya UU sudah berbeda dengan
kondisi masyarakat yang ada sekarang. Hal ini wajar karena masyarakat itu berkembang.
5) Penafsiran atau pembuktian yang sempurna atau resmi (otentik) untuk mengetahui istilah-
istilah yang digunakan dalam suatu peraturan dapat dilihat pada bab atau pasal tertentu
yang telah menggunakan arti kata-katanya.
enafsiran Hukum
a. Penafsiran Autentik
Jenis ini adalah penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu sebagaimana yang
diberikan oleh pembentuk UU, atau penafsiran ini sudah ada dalam penjelasan pasal
demi pasal, misalnya Pasal 98 KUHP : arti waktu ”malam” berarti waktu antara matahari
terbenam dan matahari terbit; Pasal 101 KUHP: “ternak” berarti hewan yang berkuku
satu, hewan memamah biak dan babi (periksa KUHP Buku I Titel IX). Dikatakan
penafsiran otentik karena tertulis secara resmi dalam undang-undang artinya berasal
dari pembentuk UU itu sendiri, bukan dari sudut pelaksana hukum yakni hakim. Dalam
penafsiran bermakna hakim kebebasannya dibatasi. Hakim tidak boleh memberikan arti
diluar dari pengertian autentik. Sedangkan diluar KUHP penafsiran resmi dapat dilihat
dari ketentuan-ketentuan umum dan penejelasan pasal demi pasal.
Hakim harus memperhatikan arti yang lazim suatu perkataan di dalam penggunaan
bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat yang bersangkutan, atau hubungan
antara suatu perkataan dengan perkataan lainnya. Bekerjanya penafsiran ini ialah dalam
hal untuk mencari pengertian yang sebenarnya dari suatu rumusan norma/unsurnya.
Sebagai contoh dapat dikemukakan hal yang berikut : Suatu peraturan perundangan
melarang orang memarkir kendaraannya pada suatu tempat tertentu. Peraturan tersebut
tidak menjelaskan apakah yang dimaksudkan dengan istilah “kendaraan” itu. Orang lalu
bertanya-tanya, apakah yang dimaksudkan dengan perkataan “kendaraan” itu, Apakah
hanya kendaraan bermotor saja ataukah termasuk juga sepeda.
Contoh lain kata “dipercayakan” sebagaimana dirumuskan dalam dalam pasal 432
KUHP secara gramatikal diartikan dengan “diserahkan”, kata “meninggalkan” dalam
pasal 305 KUHP diartikan secara gramatikal dengan “menelantarkan”.
c. Penafsiran Historis
d. Penafsiran Sosiologi
Penafsiran oleh hakim dengan memperhatikan keperluan yang ada di dalam
masyarakat, dengan catatan bahwa hakim harus menjaga jangan sampai mereka
mengambil alih tugas dan kewenangan badan legislatif.