PEMBENTUKAN HUKUM
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa produk hukum dalam
berbagai macam jenisnya dirumuskan ke dalam bentuk bahasa hukum.
Terkadang bahasa hukum kaku, seperti yang kita lihat pada UUDNRI
Tahun 1945.
Pada masa yang akan datang, produk hukum yang dibuat oleh para pakar
hukum harus diungkapkan dengan bahasa yang lebih sederhana, tidak
banyak membuat penafsiran, karena sebaiknya hukum itu bermakna
denotatif (tunggal) daripada bermakna konotatif (ambigu).
Pembentukan Hukum
Pembentukan hukum perundang-undangan dan keputusan-keputusan
hukum untuk masyarakat modern harus menggunakan istilah-istilah dan
bahasa hukum yang modern, baik bahasa hukum yang bersifat nasional
maupun yang bersifat internasional. Dengan demikan, jika peraturan-
peraturan itu dibaca oleh orang asing dapat dimengeri maksudnya,
sehingga diharapkan akan terwujud kepatuhan hukumnya.
a. kebijakan dasar;
b. arah (hukum), bentuk (hukum), dan isi (hukum);
c. makna “akan dibentuk”.
Selain ditemukan dalam Pasal 24 tersebut, politik hukum juga dapat kita
temukan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (sesudah
Perubahan), yang berbunyi:
“Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku,
selama belum didakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.”
Contoh lain tentang kebijakan dasar ditemukan dalam Pasal 101 dan Pasal
102 Undang-Undang Dasar Sementara 1950, yang berbunyi:
Pasal 101
(1) Perkara perdata, perkara pidana sipil dan perkara pidana militer
semata-mata masuk perkara yang diadili oleh pengadilan-pengadilan
yang diadakan atau diakui dengan undang-undang atau atas kuasa
undang-undang.
Pasal 102
Hukum perdata dan hukum dagang, hukum sipil maupun hukum pidana
militer, hukum acara perdata dan hukum acara pidana, susunan dan
kekuasaan pengadilan diatur dengan undang-undang dalam kitab-kitab
hukum.
Arah hukum (Sri Soemantri M, 2014: 125) mengandung arti tujuan yang
hendak diwujudkan atau dicapai. Apakah arah yang hendak dituju itu
unifikasi hukum atau pluralisme hukum?
Selain berkenaan dengan substansi atau materi muatan yang akan diatur,
isi hukum juga berkenaan dengan materi hukum yang akan diatur dalam
berbagai cabang hukum. Soerjono Soekanto (Sri Soemantri M, 2014: 126)
dalam uraiannya pada Rapat Subkonsorsium Ilmu Hukum di Jakarta, pada
tahun 1983, mengemukakan sebuah ilmu, yang disebutnya The science
tree of law (pohon ilmu tentang hukum). Menurutnya, hukum diibaratkan
sebuah pohon. Oleh karena pohon itu mempunyai cabang dan cabang
mempunyai anak cabang dan anak cabang mempunyai ranting dan
seterusnya, pohon hukum juga mempunyai cabang hukum, cabang hukum
mempunyai anak cabang hukum, dan ank cabang hukm mempunyi raning
hukum, demikian seterusnya. Dengan demikian, suatu negara akan
memiliki pohon hukum yang sangat rindang, yang dapat mengayomi
mereka yang bertempat tinggal dalam wilayah sebuah negara.
Dalam bahasa Latin, hukum yang akan dibentuk/dibuat ini dinamakan jus
constituendum (het wenselijk geachterecht), sebagai lawan dari jus
constitutum (het bestaanderecht).
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan pembentukan hukum?
2. Sebutkan ciri-ciri hukum modern!
3. Mengapa dalam pembetukan hukum pengetahuan dan penguasaan
bahasa sangat penting?
4. Coba Saudara jelaskan arti arah hukum, bentuk hukum, dan isi hukum!
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Peraturan Perundang-undangan