Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN BAHASA

DENGAN
ILMU HUKUM

*BAHASA INDONESIA HUKUM


BAHASA MERUPAKAN ALAT
KOMUNIKASI BAGI MANUSIA
UNTUK MENGUNGKAPKAN
PERASAAN DAN MENYAMPAIKAN
BUAH FIKIRAN KEPADA SESAMA
MANUSIA.
BAHASA TERBAGI 3 :
 Lisan
 Tulisan
 Pertanda atau lambang
 Bahasa Indonesia Hukum berfungsi sebagai
alat atau sarana untuk menyampaikan
informasi.
 Oleh karena itu Bahasa Indonesia Hukum
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Bahasa Indonesia.
 Kaidah-kaidah yang berlaku dalam Bahasa
Indonesia juga berlaku dalam Bahasa
Indonesia Hukum, hanya saja antara Bahasa
Hukum dan Bahasa Indonesia mempunyai
ciri-ciri yang tegas yang berfungsi sebagai
pembeda yaitu yang mencakup dengan
konsep bahasa itu sendiri.
 Dalam Bahasa Indonesia sesuai konsepnya,
satu kata dapat mempunyai beberapa arti,
sedangkan dalam Bahasa Hukum sedapat
mungkin menghindarkan seperti hal tersebut.
 Karena di dalam Bahasa Hukum terdapat
suatu konsep atau prinsip monosmantik atau
kesatuan makna.
 Hal ini dimaksudkan supaya jangan timbul
hal yang berbeda yang menyangkut dengan
kaidah hukum.
 Tanpa kemampuan berbahasa,
manusia tidak bisa mengembangkan
budaya, sebab tanpa kemampuan
berbahasa maka hilang pola
kemampuan untuk meneruskan nilai-
nilai budaya dari generasi yang satu
kepada generasi selanjutnya.
 Disamping itu pula, tanpa
kemampuan berbahasa manusia
tidak dapat melakukan berfikir
secara sistematis dan teratur.
 Keistimewaan bahasa hukum adalah : orang
selalu tidak merasa puas terhadap makna
yang terkandung dalam istilah hukum,
sehingga orang selalu mencari makna yang
paling tepat.
 Bahasa hukum adalah bahasa aturan dan
peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan
ketertiban dan keadilan untuk
mempertahankan kepentingan pribadi dalam
masyarakat.
SIFAT BAHASA HUKUM :
 Kalimat-kalimat yang kompleks.
 Berbagai studi menunjukkan bahwa kalimat-kalimat dalam
bahasa hukum nyaris sedikit lebih panjang dibandingkan
dengan pola-pola berbahasa lainnya, dan lebih lekat,
sehingga membuatnya lebih kompleks.
 Terkadang terkesan ada usaha untuk menyatakan suatu
prinsip peraturan perundang-undangan dalam satu kalimat
tunggal.
 Kalimatnya panjang lebar dan berlebihan.
 Para pengacara sangat suka menggunakan frasa-frasa yang
panjang dan cenderung berlebihan, sehingga terkadang
disebut “boilerplate”.
 Di lain pihak, kadang-kadang bahasa hukum tidak secara
berlebihan menggunakan kalimat panjang lebar, namun
sangat padat (compact) atau penuh.
 Mengandung beberapa frasa yang dihubungakan.
 Frasa ini mengandung kata-kata seperti dan/atau.
 Frasa-frasa seperti ini masih sangat umum dalam
bahasa hukum.
 Struktur kalimat seperti itu dapat membawa pada
ambiguitas, lebih-lebih dikaitkan dengan aturan
interpretasi, dimana tiap kata membutuhkan
pengertian.
 Struktur kalimat yang tidak lazim.
 Para lawyer acap kali membuat struktur kalimat
yang tidak lazim.
 Sering kali struktur yang tidak lazim itu berakibat
memisahkan subjek dari kata kerjanya, atau
memisahkan kata kerja yang kompleks, sehingga
mereduksi pemahaman terhadap kalimat tersebut.
 Peniadaan (Negasi).
 Bahasa hukum tampaknya menggunakan jumlah
peniadaan (negasi) yang banyak sekali.
 Penelitian mengungkapkan bahwa negasi yang
berganda khususnya, mengganggu komunikasi
dan harus dihindari.
 Bahasa hukum sebagian bagian dari Bahasa
Indonesia modern maka penggunaannya harus tetap.
 Mono semantik atau kesatuan makna (jangan
memberikan penafsiran berbeda-beda).
 Harus memenuhi syarat-syarat Bahasa Indonesia,
yaitu :
 Sintaktik:ilmu tentang makna kata;
 Semantik: cabang linguistik yang mempelajari makna
yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis
representasi lain;
 Pragmatik: ilmu yang mempelajari kondisi penggunaan
bahasa manusia
 Kegiatan berfikir secara hukum dengan
menggunakan bahasa hukum merupakan upaya
untuk menemukan pengertian yang esensial dari
hukum itu sendiri.
MENURUT PURNADI PURWACARAKA
DENGAN SOERJONO SOEKANTO, MACAM
ARTI HUKUM :
 Hukum sebagai ilmu pengetahuan: merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang tersusun secara
sistematis berdasarkan kekuatan pemikiran.
 Hukum sebagai suatu disiplin: merupakan suatu
sistem tentang ajaran kenyataan atau gejala-
gejala yang dihadapi.
 Hukum sebagai kaidah: merupakan sebagai pola
atau pedoman atau petunjuk yang harus ditaati.
 Hukum sebagai tata hukum: melihat bagaimana
struktur dan proses perangkat kaidah-kaidah
hukum yang berlaku pada suatu waktu dan
tempat tertentu dalam bentuk tertulis.
BAHASA HUKUM DAPAT DIBAGI
3 KELOMPOK YAITU:
 Bahasa hukum yang bersumber pada aturan-
aturan yang dibuat oleh negara, artinya lebih
bersifat pengaturan hak dan kewajiban.
 Bahasa hukum yang bersumber pada aturan-
aturan hukum yang berlaku di masyarakat.
Bahasa hukum seperti ini ditemui dalam
hukum adat dan tidak bertentangan dengan
hukum negara.
 Bahasa hukum yang bersumber dari para ahli
hukum, kelompok-kelompok yang berprofesi
hukum.
FUNGSI BAHASA HUKUM ADA 3
YAITU :
 Fungsi simbolik
 Fungsi emotif
 Menurut Gustaf Dobruch: k arakteristik bahasa hukum
atas peraturan perundang-undangan bebas emosi,
tanpa perasaan, datar dan kering, semuanya itu
ditujukan untuk kepastian dan menghindari dwi
makna.
 Bahasa hukum sebagai sarana komunikasi ilmiah,
hukum dapat bersifat jelas dan objektif serta harus
bebas dari emosi.
 Dengan adanya unsur emotif dalam komunikasi ilmiah,
hukum akan menjadikan komunikasi tersebut kurang
sempurna, bahasa hukum yang dikomunikasikan bias
saja kurang beradaptasi sesuai dengan tujuan hukum.
 Fungsi efektif
 Fungsi efektif dalam bahasa hukum berkaitan
erat dengan sikap. Mengubah dan
mengembangkan kepribadian agar mentaati
hukum, meningkatkan keselarasn hukum serta
bersifat tegas sesuai aturan hukum.
 Fungsi efektif yang tergambar dalam bahasa
hukum itu sangat menonjol untuk meningkatkan
dan mengembangkan hukum serta budaya hukum
itu sendiri menjadi suatu karakteristik yang
hidup dan dipatuhi masyrakat.
BAHASA HUKUM
PERUNDANG-UNDANGAN
 Apabila suatu aturan hukum dalam bentuk UU tidak
bisa dikomunikasikan dengan baik kepada
masyarakat, berarti UU tersebut dapat
mempengaruhi tingkah laku masyarakat, demikian
pula halnya dengan ketentuan yang membatasi
tingkah laku masyarakat.
 Apabila tidak dapat dikomunikasikan maka
ketentuan tersebut tidak mungkin berlaku secara
efektif.
 Bahasa hukum perUUan yang mengandung berbagai
ketentuan yang bersifat khusus apabila dilihat dari
segi bahasa maka UU tersebut baru bisa difahami
apabila dianalisis secara seksama.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM MEMBUAT PERUUAN
 Bahasa: bahasa jelas, dapat dimengerti, singkat dan
padat.
 Keseragaman istilah/terminologi: harus gampang
dimengerti.
 Kalimat-kalimat jangan terlalu panjang.
 Penggunaan berbagai kata yang kurang perlu.
 Terlalu banyak menggunakan pengecualian karena
didalam UU seringkali dijumpai banyak istilah dengan
tidak mengurangi pengertian, pengecualian.
 Menggunakan bahasa asing mengenai istilah.
 Oleh karena itu harus menggunakan ejaan yang resmi.
 Menunjuk pada pasal-pasal lain.
 Maksudnya adalah untuk menghindarkan pengulangan dari isi
pasal- pasal lain yang ditunjuk itu.
SEMANTIK HUKUM
 Semantik Hukum: ilmu hukum yang menyelidiki makna
atau arti kata-kata hukum.
 Berhubungan dengan perubahan kata-kata itu dari zaman
ke zaman menurut waktu dan tempat keberadaan.
 Ex: kata hukum perdata atau privat recht.
 Hukum berasal dari bahasa arab yaitu “hukmun”
 Perdata berasal dari bahasa jawa dari kata “pradata”
 Hukum perdata: perkara yang mengatur hubungan antara
manusia terhadap hukum Perkara perdata orang perorang
 Perkara perdata pada zaman penjajahan mataram:
menyangkut mahkota raja (kepala Negara) dalam hal
amankan ketertiban, bukan menyangkut publik
 Perkara privat: perkara padu (bahasa jawa) diadili oleh
pejabat yang diangkat raja disebut jaksa.
 Perkara perdata: diadili oleh hakim
KAIDAH HUKUM
 Kata-kata yang terurai dalam bentuk kaidah
hukum, bukan hanya menyatakan dalam
memberikan penilaian, tetapi juga memberi
atau bersifat inpraktif.
 Kaidah hukum itu mengandung perintah dan
larangan.
 Kaidah hukum itu bukan hanya berbentuk
kaidah perundangan yang berwujud bahasa
tulisan, tetapi juga berwujud bahasa lisan
KONSTRUKSI HUKUM
 Sifat ilmu hukum adalah dogmatis dan
sistematis.
 Dogmatis: artinya berprasangka baik atau
berpedoman pada cara dan pendirian
tertentu yang dianggap baik.
 Sistematis: artinya kebulatan pengertian
dimana yang satu bertautan dengan yang
lain.
 Istilah hukum dan pengertian hukum baik di
dalam perUUan maupun di luar perUUan
merupakan bagian dari ilmu hukum.
 Perlu ditegaskan bahwa hukum itu bukan
hanya memerlukan uraian sebab dan akibat,
tetapi yang juga penting adalah penafsirannya.
 Penafsiran yang dimaksudkan adalah
penafsiran yang hidup sesuai dengan kesadaran
hukum dan rasa keadilan di dalam masyarakat.
 Pengertian hukum adalah konstruksi hukum
yang merupakan alat-alat yang dipakai untuk
menyusun bahan hukum yang dilakukan secara
sistematis dalam bentuk bahasa dan istilah
yang baik.
FIKSI HUKUM
 SESUATU YANG KHAYAL YANG DIGUNAKAN DI DALAM
ILMU HUKUM DALAM BENTUK KATA-KATA, ISTILAH-
ISTILAH YANG BERDIRI SENDIRI ATAU DALAM BENTUK
KALIMAT YANG BERMAKSUD UNTUK MEMBERIKAN
SUATU PENGERTIAN HUKUM.
 CONTOH : DALAM HUKUM ADAT BANTEN MISALNYA
DIKATAKAN”BANTEN ANUT ING SAPI”
 ARTINYA SAPI JANTAN MENGIKUTI SAPI BETINA, KIASAN
HUKUMNYA DIKARENAKAN SUAMI IKUT MENETAP DI
TEMPAT ISTRI.
 DI JAWA “TUTBURI”, IKUT DI BELAKANG ISTERI
 DI MINANGKABAU”URANG SAMENDO”, SUAMI MENGIKUTI
ISTERI.
 CONTOH LAIN, BADAN HUKUM, PASAL 2 BW Pasal 6 UU
No. 5/1960

Anda mungkin juga menyukai