Bahasa
Bahasa Lisan Bahasa Tulisan Pertanda
Istilah-Istilah
Karakteristik Komposisi
Dalam hukum pidana terdapat istilah hukum Belanda yang disebut “strafbaarfeit” , ada
yang menerjemahkan persitiwa pidana, ada yang perbuatan pidana dan ada pula yang
tindak pidana, sedangkan maksud yang sebenarnya adalah peristiwa yang dapat di
hukum.
Kemudian, ada istilah “barangsiapa” terjemahan dari bahasa hukum Belanda “Hij die”.
Yang dimaksud tentunya bukan barang kepunyaan siapa, tetapi “dia yang (berbuat)”
atau barangkali “siapapun yang berbuat”.
PERMASALAHAN
Adakalanya dua atau lebih istilah hukum asing kita terjemahkan hanya dengan satu
istilah saja atau satu istilah hukum asing kita terjemahkan menjadi beberapa istilah
hukum indonesia.
Untuk mengatasi kekeliruan pengertian maka seringkali kita dapati dalam kepustakaan
hukum penulisnya mencantumkan bahasa aslinya di dalam tanda kurung.
Yang dimaksud adalah belarian untuk kawin yang dilakukan oleh bujang gadis, seperti
yang berlaku pada Suku Batak, Lampung, Bali.
KEGUNAAN MEMPELAJARI BAHASA HUKUM
Bahasa hukum itu memiliki sifat-sifatnya yang khusus yang bagi orang awam tidak
mudah dipahami. Kekhususan itu ada kalanya menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang umum dalam bahasa Indonesia. Misalnya, sebagaimana dikemukakan Soerjono
Soekanto, apabila ada kalimat yang berbunyi “Badu memukul Tatang, maka menurut
ketentuan ilmu bahasa “Badu” adalah subjek, “memukul” adalah predikat dan
“Tatang” itu tidak mungkin menjadi objek, tetapi ia adalah subjek (hukum) oleh karena
ia adalah manusia. Di dalam ilmu hukum hanyalah benda atau yang bukan subjek
hukum yang menjadi objek hukum. (Soerjono Seokanto, 1982;13)
KEGUNAAN MEMPELAJARI BAHASA HUKUM
Contoh lain di dalam hukum pidana yang memakai istilah tertangkap tangan atau juga
disebut tertangkap basah sebagai terjemahan dari istilah hukum Belanda “Op
Heterdaad”, misalnya dalam peraturan zina, yang dimaksud bukan tangan-tangan
pelakunya tertangkap ketika berbuat atau tertangkap dalam keadaan basah,
melainkan perbuatannya terpergok.
Atas usaha Badan Pembina Hukum Nasional (BPHN) Departemen Kehakiman bekerja
sama dengan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 25 sampai
dengan 27 November 1974 di Medan/Prapat telah diselenggarakan symposium
bahasa dan hukum yang bertujuan untuk mencapai keseragaman dan kesatuan
bahasa dalam bidang perundangan, praktik, penulisan, dan pendidikan hukum serta
untuk meningkatkan keterampilan pengguna Bahasa Indonesia yang baik bagi para
legislator, praktisi, teoritis, dan pendidik di bidang hukum.
BATAS RUANG LINGKUP
Batas ruang lingkup yang diuraikan disini tida termasuk asas-asas dan kaidah-
kaidah umum bahasa Indonesia, melainkan hanya mengungkapkan semantik
bahasa hukum Indonesia pada umumnya, terutama tentang berbagai istilah,
kaidah-kaidah dan bahasa hukum yang terdapat dalam ilmu pengetahuan
hukum, hukum ketatanegaraan, hukum keperdataam, hukum pidana, dan
hukum acara.
SEMANTIK HUKUM
Bahasa Inggris
Semantik adalah ilmu pengetahuan hukum yang menyelidiki makna atau arti kata-kata
hukum, perhubungan dan perubahan arti kata-kata itu dari zaman ke zaman menurut
waktu dan tempat dan keadaan.
Istilah hukum perdata yang sekarang dipakai sebagai terjemahan dari istilah hukum
Belanda “privaatrecht”, berasal dari kata Arab (Islam) yaitu Hukum dan istilah Jawa
(Hindu) yaitu Pradata.
SEMANTIK HUKUM
Jika kita sekarang mengartikan perkara perdata adalah perkara yang mengatur
hubungan hukum antara orang seorang, orang yang satu dengan orang yang lain, baik
orang dalam arti manusia maupun dalam arti badan (hukum), maka lain halnya
dizaman kerajaan Mataram, misalnya di zaman pemerintahan Amangkurat.
Pada zaman Mataram yang disebut Perkara Pradata pada umumnya adalah perkara
yang membahayakan mahkota, yang sifatnya mengganggu keamanan dan ketertiban
negara. Perkara demikian menjadi urusan peradilan raja, yang sekarang merupakan
hukum publik, sedangkan hukum privaat ketika itu adalag perkara padu dan tidak
menjadi urusan raja melainkan urusan rakyat di daerah-daerah atau di desa-desa
dengan peradilan adatnya.
Peradilan Pradata menggunakan hukum Hindu, kemudian Hukum Islam dan hakim
adalah raja sendiri atau penghulu agama, sedangkan peradilan padu menggunakan
hukum rakyat dengan hakimnya adalah pejabat negara yang disebut jaksa. Di daerah-
daerah yang jauh hakim peradilan padu adalah kepala adat, seperti halnya di Lampung
Punyimbang Pepadun, yang maksudnya pemimpin peradilan adat.
SEMANTIK HUKUM
Perbedaan kata-kata yang terurai dalam kalimat sastra umum dan yang
terurai dalam bentuk kaidah hukum.
Adakalanya apa yang tersirat di dalam hukum adat itu tersirat dalam perundangan.
Misalnya di dalam bagian umum IV penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, antara
lain dikatakan :
“Yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah
semangat, semangat para penyelenggara negara, semangat para pemimpin
pemerintah. Meskipun dibikin Undang-Undang Dasar yang menurut kata-katanya
bersifat kekeluargaan, apabila semangat para penyelenggara negara, para pemimpin
pemerintahan itu bersifat perorangan, Undang-Undang Dasar tadi tentu tidak ada
artinya dalam praktik”.
KAIDAH HUKUM
Dogmatis
Sifat ilmu
dan
pengetahuan hukum
Sistematis
Istilah pencurian misalnya adalah suatu konstruksi hukum, yaitu suatu pengertian
tentang semua perbuatan mengambil barang dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum (Pasal 362 KUHP). Jadi apakah perbuatan itu disebut maling,
nyolong, nyopet, apakah ia mengambil benda berwujud atau tidak berwujud (aliran
listrik), kesemuanya apabila dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan
hukum, maka perbuatan itu disebut pencurian.
KONSTRUKSI HUKUM
Bentuk kontruksi hukum yang lebih luas pengertiannya, apabila disebut peristiwa
hukum (rechtsfeit), yang merupakan kenyataan hukum yang terjadi. Semua
peristiwa (karena tangan manusia) yang diatur oleh hukum adalah peristiwa
hukum, misalnya periatiwa penilaian umum adalah peristiwa hukum tatanegara,
peristiwa sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah peristiwa hukum
internasional, periatiwa pembunuhan adalah peristiwa hukum pidana, peristiwa
hutang piutang adalah peristiwa hukum perdata dan sebagainya.
FIKSI HUKUM
Jadi, apabila bapak si anak wafat, anak yang belum lahir dari kandungan
ibunya tidak akan kehilangan hak-hak nya. Misalnya, dalam hal warisan
si anak belum lahir mempunyai hak atas warisan ayahnya. Tetapi, jika
anak itu kemudian mati sewaktu dilahirkan maka anak itu di anggap
tidak pernah ada.
PEMBENTUKAN HUKUM
Perundangan, administrasi
negara, peradilan, adat, Kehendak pembuat dan
kebiasaan, dan ilmu pendapat umum
pengetahuan
PENAFSIRAN HUKUM
Tidak semua kata, istilah dan kalimat yang menunjukkan suatu kaidah
hukum, baik yang dikemukakan dengan lisan atau dinyatakan tertulis
dalam bentuk perundangan itu sudah jelas dan mudah dipahami, maka
arti penting penafsiran hukum adalah untuk mancari arti, maksud dan
tujuan dari kata-kata atau istilah yang digunakan dalam suatu kaidah
hukum.
Misalnya, Pasal 1338 KUH Perdata di atas adalah salah satu pasal dari satu kesatuan pasal-pasal
dalam buku ketiga tentang perikatan, jadi pasal itu tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu, untuk
mencari apa yang dimaksud dengan kata sah atau lengkapnya “persetujuan yang di buat dengan
sah”, maka dilihat pada pasal sebelumnya, yaitu Pasal 1320 KUH Perdata yang menyatakan :
“Untuk sahnya persetujuan diperlukan 4 (empat) syarat, yaitu :
Jadi, untuk mengetahui arti sesuatu istilah yang digunakan di dalam suatu peraturan
dapat dilihat pada bab atau pasal tertentu yang telah menguraikan arti kata-katanya.
Mislanya, di dalam KUH Perdata di dalam pasal-pasal 512-518 diterangkan tentang
arti kata-kata barang bergerak, barang rumah tangga, perkakas rumah, barang yang
guna nya agar rumah dapat di diami, suatu rumah dengan segala sesuatu yang ada di
dalam nya.
BAHASA HUKUM
Cakupan hukum sangat luas, seluas pengertian hukum itu sendiri, Bahasa yang
digunakan dalam undang-undang, dalam praktik pengadilan, dalam karangan-
karangan tentang hukum, tenllasuk bahasa hukum.
Hilman Hadikusuma membedakan bahasa hukum menjadi dua macam yaitu bahasa
hukum teoritis dan bahasa hukum praktis.
Bahasa hukum teoritis ialah bahasa hukum yang bersifat ilmiah, digunakan dalam
mempelajari hukum sebagai ilmu pengetahuan.
Bahasa hukum praktis bahasa yang digunakan dalam kaidah-kaidah hukum yang
mengatur kehidupan manusia dan masyarakat pada umumnya.
BAHASA HUKUM
1. BAHASA PERUNDANG-UNDANGAN
Bahasa rnerupakan salah satu hal yang arnat penting dalarn teknik rnernbuat
peraturan perundang-undangan, sebab salah satu syarat utama suatu legislative
product ialah bahwa peraturan per-UU-an itu memakai bahasa yang jelas,yang dapat
dimengerti oleh rakyat, karena rakyat adalah sebagai yang terkena & harus rnentaati
peraturan Iebih-lebih kalau peraturan tsb rnernbuat ketentuan sanksi pidana
Hindari pernakaian :
a. Beberapa istilah yang berbeda untuk pengertian yang sarna.
Contoh Istilah gaji, upah, pendapatan digunakan untuk pengertian penghasilan.
Contoh : Pengertian pajak daerah harus disesuaikan dengan istilah Pajak Oaerah
dalam Unadang undang Nomor 34 Tahun 2000 . Apabila istilah tetentu dipakai
berulang -ulang, maka untuk menyederhanakan susunan peraturan perundang-
undangan dapat dibuat definisi yang ditempatkan dalam Bab(tentang)Ketentuan
Umum.
Contoh : Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang atau badan kepada daerah tanpa imbalan. Langsung yang
seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang digunakan untuk menlbiayai penyclenggaraan pemerintahan Daerah
dan Pembangunan Daerah.
RAGAM BAHASA
Jika istilah tertentu dipakai berulang-ulang, maka untuk menyederhanakan susunan
suku kata dalam peraturan perundang-undangan dapat menggunakan singkatan atau
akronim. Pemakaian kata ".
Jika " dan kata " Maka " Untuk menyatakan makna pengandaian atau kemungkinan
digunakan kata " Jika " atau trasa dalam hal, Gunakan kata " Jika " bagi kemungkinan
atau keadaan yang,akan terjadi lebih dari sekali dansetekah anak kalimat diawali kata
"Maka“.
Bahasa keilmuan hukum atau jelasnya bahasa keilmuan tentang hukum ada;ah bahasa
hukum teoritis, yaitu bahasa hukum yang bersifat ilmiah yang digunakan dalam
mempelajari hukum sebagai ilmu pengetahuan.
Dilihat dari pemakaiannya bahasa hukum itu dapat dibedakan antara bahasa keilmuan
yang bersifat ilmiah semata-semata dan bersifat ilmiah praktis. Bahasa hukum yang
terdapat di dalam keputusan-keputusan, peraturan-peraturan perundangan yang lebih
banyak dipakai di dalam praktik disebut bahasa praktis.
Bahasa Hukum Praktis terdiri dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur kehidupan
manusia dan masyarakat pada umumnya, misalnya aturan-aturan pasal demi pasal dalam
peraturan perundangan.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
A. KEBIASAAN DAN ADAT
Istilah kebiasaan adalah terjemahan dari bahasa Belanda gewoonte, sedangkan istilah adat berasal dari istilah
Arab adah, yang maksudnya juga kebiasaan. Jadi istilah kebiasaan dan istilah adat mempunyai arti yang sama
yaitu kebiasaan. Namun, menurut ilmu hukum, kebiasaan dan adat itu dapat dibedakan pengertian-
pengertiannya.
Mengucapkan salam adalah kebiasaan perseorangan, sedangkan menjawab salam merupakan tidak saja
kebiasaan perseorangan tetapi juga kebiasaan masyarakat. Apabila kebiasaan itu selalu dilakukan orang banyak
maka kebiasaan itu menjadi adat. Jadi adat adalah kebiasaan pribadi yang diteria dan dilakukan oleh
masyarakat. tetapi, sejarah perundangan di Indonesia membedakan pemakaian istilah kebiasaan dan adat itu,
ada kebiasaan di luar perundangan dan ada kebiasaan yang diakui oleh perundangan, sedangkan adat selalu
diartikan di luar perundangan. Hal mana menyebabkan ada istilah hukum kebiasaan, hukum adat yang
merupakan hukum tidak tertulis dan hukum yang tertulis.
Di Eropa, di negeri Belanda misalnya tidak berbeda antara kebiasaan dan adat, jika kedua-duanya bersifat
hukum, maka disebut hukum kebiasaan (gewoonterecht) dan berhadapan dengan hukum perundangan
(wettenrecht).
BAHASA KEILMUAN HUKUM
Istilah hukum adat berasal dari istilah Arab Huk’m dan Adah. Kata huk’m (jama’ :
ahkam) mengandung arti perintah atau suruhan, sedangkan kata adah berarti
kebiasaan. Dari kedua kata itu lahirlah istilah hukum adat yang mengandung arti
kebiasaan. Istilah tersebut telah dipakai oleh masyarakat Aceh sejak abad ke – 17,
kemudian diambil oleh Snouck Hugronje dan diterjemahkannya ke dalam bahasa
hukum Belanda Adatrecht, untuk membedakannya dengan hukum Belanda.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
Istilah hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis dalam bentuk perundangan negara,
termasuk pula hukum kebiasaan. Hukum adat dapat dibedakan dalam arti sempit dan
dalam arti luas.
- Dalam arti sempit menunjukkan hukum adat yang tradisional yang dipertahankan
dan berlaku di lingkungan masyarakat hukum adat tertentu, seperti hukum adat
Batak, hukum adat Bali, dan sebagainya.
- Dalam arti luas hukum adat meliputi hukum kebiasaan yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat, dalam hubungan antara yang satu dan yang lain, dalam
lembaga-lembaga masyarakat dan dalam lembaga-lembaga kenegaraan kesemuanya
yang tidak tertulis dalam bentuk perundangan.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
Hukum kebiasaan adalah hukum yang berlaku sebagai kenyataan, yang dilakukan oleh
orang-seorang atau masyarakat, baik yang resmi atau tidak resmi, yang merupakan
perbuatan yang tetap dan dirasakan harus berlaku. Misalnya, kebiasaan pemilik
penyewa di tempat penyewa, jadi bukan penyewa yang mengantarkan sewa ke
tempat pemilik rumah.
Oleh karena itu, adat dan kebiasaan itu mengandung hukum, maka kesemuanya kita
sebut hukum adat, dan sifatnya tidak tertulis dalam bentuk perundangan.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
C. HUBUNGAN HUKUM DAN HAK
Istilah hukum mengandung arti aturan, yaitu aturan yang mengatur hubungan antara orang yang
satu dan yang lain, antara orang dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Hubungan-hubungan yang diatur oleh hukum itu disebut hubungan hukum
sebagai terjemahan dari bahasa Belanda rechtsbetrekking.
Isitlah hubungan hukum menunjukkan adanya dua segi yang tarik menarik, yaitu adanya hak dan
kewajiban, baik hak dan kewajiban yang sifatnya satu pihak saja maupun yang dua pihak.
Yang satu pihak saja misalnya hubungan hukum antara anda dengan milik yang merupakan hak
milik.
Hubungan hukum yang dua pihak misalnya peristiwa hukum jual-beli, dimana si pembeli dan si
penjual tertarik oleh hak dan kewajiban masing-masing pihak, dimana pihak pembeli berhak
menerima barang yang dibeli dan berkewajiban membayar harga yang telah disepakati,
sedangkan pihak penjual berhak menuntut pembayaran harga barangnya dan berkwajiban
menyerahkan barnag itu kepada di pembeli.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
Hak dan kewajiban dalam hubungan hukum itu diatur dalam peraturan hukum,
misalnya dalam jual beli sebagaimana diatur dalam Pasal 1475 KUH Perdata,
dikatakan :
“Jual-beli adalah persetujuan, di mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah
disetujui”.
Apabila aturan hukum itu dikaitkan dengan para pelaku yang mengadakan hubungan
hukum sehingga terjadinya hubungan itu menimbulkan hak, maka disebut hukum
subyektif.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
D. HAK ABSOLUT DAN HAK RELATIF
Istilah hak mengandung arti kekuasaan atau kewenangan, namun sejauh mana batas ruang
lingkup dari sesuatu hak dibatasi oleh hak yang lebih tinggi, yaitu kekuasaan yang mengatur hak-
hak itu di dalamatau di luar perundangan.
Menurut ilmu hukum hak-hak itu dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu yang disebut dengan
istilah hak absolut dan hak relatif.
- Hak absolut (absolute rechten) adalah hak mutlak yang diberikan kepada setia subjek hukum
untuk berbuat dalam ia memperhatikan kepentingannya dan setiap subjek hukum yang lain
berkewajiban menghormati hak absolut seseorang. Misalnya, tentang hak milik di mana si
pemilik berhak untuk bertindak sendiri atas hak miliknya dan orang lain wajib menghormati
hak milik seseorang itu.
- Hak relatif adalah hak yang diberikan oleh hukum hanya kepada subjek hukum lain yang
tertentu, agar ia berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu, atau memberi sesuatu. Misalnya di
dalam perjanjian hutang-piutang, maka hak menagih agar hutang di bayar hanya berlaku
terhadap si berhutang saja.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
- Hak Absolut dapat dibedakan menjadi :
a. Hak asasi manusia, adalah hak-hak pokok yang penting bagi kehidupan manusia
yang diberikan oleh hukum, sebagaimana pernyataan sidang umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 10 Desember 1948, yang juga ditanda tangani
oleh Indonesia yang disebut Universal Declaration of Human Rights. Sebagian
dari hak-hak asasi itu sudah lebih dahulu dicantumkan di dalam UUD 1945.
b. Hak publik absolut, “Hak suatu bangsa untuk merdeka dan berdaulat,
sebagaimana dinyatakan dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945.
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karen tidak sesuai dengan peri-
kemanusiaan dan peri-keadilan”.
c. Hak privat absolut, hak keperdataan yang sifatnya mutlak, seperti hak pribadi
manusia, hak keluarga mutlak, dan sebagian dari hak kekayaan, yaitu hak
kebendaan dan hak atas benda tidak berwujud.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
- Hak relatif dapat dibedakan menjadi :
a. Hak publik relatif, hak dari penguasan (negara) untuk menetapkan hukuman (pidana), untuk
memungut pajak dan bea cukai, yang ditujukan kepada subjek hukum tertentu. Jadi, misalnya
dalam hukum pidana hanya orang yang telah diadili dan dinyatakan bersalah itulah yang
dijatuhi hukuman, begitu pula tetang pajak, hanya para wajib pajak yang harus memenuhi
pembayaran pajaknya menurut ketentuan yang telah ditetapkan.
b. Hak keluarga relatif, hak-hak dalam hubungan kekeluargaan, seperti hak suami dan hak isteri
pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun
1974.
c. Hak kekayaan relatif, adalah semua hak yang bukan hak kebendaan atau hak ciptaan manusia,
seperti hak tagihan (hutang) yang ditujukan terhadap oranh tertentu, baik berupa tagihan
terhadap hutang yang diatur dalam hukum kebendaan (zakenrecht) maupun yang diatur
dalam hukum periktan (verbintenissenrecht).
BAHASA KEILMUAN HUKUM
E. SUBJEK HUKUM DAN OBJEK HUKUM
Istilah subjek hukum dimaksudkan orang (badan = persoon) yang mempunyai hak dan
kewajiban, sedagkan istilah objek hukum dimaksudkan adalah sesuatu yang bernilai
dan bermanfaat bagi orang sebagai subjek hukum.
Subjek hukum yang mempunyai kekuasaan sebagai pendukung hak dan kewajiban
dapat dibedakan antara orang yang merupakan badan manusia (natuurlijk persoon)
yang dilahirkan Tuhan ke muka bumi dan orang yang merupakan badan hukum
(rechtsperoon) yang dibuat manusia karena kehendak manusia untuk melaksanakan
hubungan-hubungan hukum.
Kebendaan yang merupakan objek hukum dapat dibedakan antara benda berwujud
(lichamelijke zaken) seperti buku, tanah, rumah. Benda tidak berwujud
(onlichamelijkezaken), yaitu berbagai hak, seperti hak cipta.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
Kebendaan itu dapat pula dibedakan antara benda tetap (onroerende zaken) seperti,
tanah, rumah gedung, bangunan-bangunan. Benda bergerak (roerende zaken) seperti,
buku, perhiasan, dan rumah.
Dikarenakan objek hukum itu merupakan tujuan yang menimbulkan hak bagi subjek
hukum dan hak itu dapat terganggu karena keentingan subjek hukum lain, maka
hubungan antara subjek hukum tertentu terhadap objek hukumnya dapat
menimbulkan peristiwa hukum dikarenakan kepentingan subjek hukum yang lain.
Jadi, suatu peristiwa hukum itu terjadi bukan saja karena suatu hubungan hukum tetapi
juga karena kepentingan hukum.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
F. Peristiwa Hukum
Istilah peristiwa hukum adalah terjemahan dari istilah hukum Belanda rechtsfeit
(kejadian hukum), yang mengandung arti kejadian yang diatur oleh hukum.
Peristiwa hukum adalah peristiwa kemasyarakat yang diatur oleh hukum, yang
merupakan kejadian-kejadian yang timbul karena perbuatan manusia di dalam pergaulan
bermasyakarat yang di atur dalam hukum. Yang dimaksud hukum yang mengatur di sini
adalah hukum (perundangan) menurut sistematika hukum barat (Eropa), bukan menurut
hukum agama, seperti dalam hukum Islam yang membedakan hukum muamalah dan
hukum ibadah, yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
Peristiwa hukum itu di dapat dibedakan dalam dua macam peristiwa yang disebut dengan istilah
perbuatan subjek hukum dan perbuatan yang bukan perbuatan subjek hukum.
- Perbuatan subjek hukum adalah perbuatan orang (persoon) baik manusia dan badan hukum,
yang berupa perbuatan hukum dan bukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah
perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja (bersegi satu)
maupun yang dilakukan dua pihak (bersegi dua).
- Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum, adalah seperti, kelahiran, kematian dan
daluwarsa (lewat waktu). Tentang daluwarsa atau lewat waktu, sebagai salah satu contoh juga
yang bukan perbuatan subjek hukum, dapat dibedakan pengertiannya dengan daluwarsa
akuisitif dan daluwarsa ekstinktif.
- Daluwarsa akuisitif adalah keadaan lewat waktu yang berakibat seseorang akan memperoleh
sesuatu hak.
- Daluwarsa ekstinktif adalah keadaan lewat waktu yang berakibat seseorang akan hapus haknya.