Anda di halaman 1dari 51

BAHASA INDONESIA HUKUM

RAHMI YUNIARTI, S.H., M.H,


PENGANTAR
Kata-kata yang diginakan sebagai alat bagi
manusia untuk menyatakan atau melukiskan
BAHASA sesuatu kehendak, perasaan, fikiran,
pengalaman, terutama dalam hubungannya
dengan manusia lain.

Bahasa
Bahasa Lisan Bahasa Tulisan Pertanda

Jika lukisan kata-


Manusia Kata-kata itu kata itu
menyatakan dilukiskan dalam berbentuk
dengan ucapan bentuk tulisan gambar atau
tanda
PENGANTAR
Bahasa yang dipelajari dan dipakai dalam dunia ilmu pengetahuan adalah bahasa
ilmiah atau bahasa keilmuan.

Bahasa ilmiah mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat sebagaimana dikemukakan Anton M.


Moeliono :

a) Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan;


b) Onyektif dan menekan prasangka pribadi;
c) Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat, dan kategori yang diseledikinya
untuk menghindari kesimpangsiuran,;
d) Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran yang bersensasi;
e) Cenderung membakukan makna kata-katanya, uangkapannya dan gaya paparannya
berdasarkan konvensi;
f) Tidak dogmatis atau fanatik;
g) Bercorak hemat, hanya kata yang diperlukan yang diapakai;
h) Bentuk, makna dan fungsinya lebih mantap dan stabil daripada yang dimiliki kata biasa
PENGANTAR

Bahasa Indonesia PASAL 36 UUD 1945

“Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”


PENGERTIAN
Bahasa Indonesia yag dipergunakan dalam bidang
Bahasa Hukum Indonesia
hukum, yang mengingat fungsinya mempunyai
karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa
hukum indonesia haruslah memenuhi syarat-
syarat dan kaidah-kaidah bahasa indonesia

Istilah-Istilah

Karakteristik Komposisi

Gaya Bahasa yang khusus

Kandungan arti yang khusus


PERMASALAHAN (2)

Dalam hukum pidana terdapat istilah hukum Belanda yang disebut “strafbaarfeit” , ada
yang menerjemahkan persitiwa pidana, ada yang perbuatan pidana dan ada pula yang
tindak pidana, sedangkan maksud yang sebenarnya adalah peristiwa yang dapat di
hukum.

Kemudian, ada istilah “barangsiapa” terjemahan dari bahasa hukum Belanda “Hij die”.
Yang dimaksud tentunya bukan barang kepunyaan siapa, tetapi “dia yang (berbuat)”
atau barangkali “siapapun yang berbuat”.
PERMASALAHAN
Adakalanya dua atau lebih istilah hukum asing kita terjemahkan hanya dengan satu
istilah saja atau satu istilah hukum asing kita terjemahkan menjadi beberapa istilah
hukum indonesia.

Untuk mengatasi kekeliruan pengertian maka seringkali kita dapati dalam kepustakaan
hukum penulisnya mencantumkan bahasa aslinya di dalam tanda kurung.

Terjemahan-terjemahan itu kadang-kadang menimbulkan pertanyaan bagi orang


awamn, misalnya di dalam hukum adat disebut kawin lari, sebagai terjemahan dari
vluchtuwelijk dan wegloophuwelijk. Orang awam berkata mana ada kawin lari.

Yang dimaksud adalah belarian untuk kawin yang dilakukan oleh bujang gadis, seperti
yang berlaku pada Suku Batak, Lampung, Bali.
KEGUNAAN MEMPELAJARI BAHASA HUKUM

Mempelajari asas-asas dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia bagi kalangan hukum


bertujuan untuk mengatasai kekurang sempurnaan dalam penggunaan bahasa hukum
dalam berbicara atau mengemukakan pendapat tentang hukum, di dalam membuat
karangan-karangan ilmiah tentang hukum, di dalam membuat aturan-aturan hukum,
surat pengaduan, kesaksian, tuntutan, pembelaan, keputusan atau untuk membuat
surat-surat perjanjian, akta-akta, surat gugatan, memori banding, kasasi, dan
sebagainya

Bahasa hukum itu memiliki sifat-sifatnya yang khusus yang bagi orang awam tidak
mudah dipahami. Kekhususan itu ada kalanya menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang umum dalam bahasa Indonesia. Misalnya, sebagaimana dikemukakan Soerjono
Soekanto, apabila ada kalimat yang berbunyi “Badu memukul Tatang, maka menurut
ketentuan ilmu bahasa “Badu” adalah subjek, “memukul” adalah predikat dan
“Tatang” itu tidak mungkin menjadi objek, tetapi ia adalah subjek (hukum) oleh karena
ia adalah manusia. Di dalam ilmu hukum hanyalah benda atau yang bukan subjek
hukum yang menjadi objek hukum. (Soerjono Seokanto, 1982;13)
KEGUNAAN MEMPELAJARI BAHASA HUKUM

Contoh lain di dalam hukum pidana yang memakai istilah tertangkap tangan atau juga
disebut tertangkap basah sebagai terjemahan dari istilah hukum Belanda “Op
Heterdaad”, misalnya dalam peraturan zina, yang dimaksud bukan tangan-tangan
pelakunya tertangkap ketika berbuat atau tertangkap dalam keadaan basah,
melainkan perbuatannya terpergok.

MAKSUD DAN TUJUAN

Atas usaha Badan Pembina Hukum Nasional (BPHN) Departemen Kehakiman bekerja
sama dengan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 25 sampai
dengan 27 November 1974 di Medan/Prapat telah diselenggarakan symposium
bahasa dan hukum yang bertujuan untuk mencapai keseragaman dan kesatuan
bahasa dalam bidang perundangan, praktik, penulisan, dan pendidikan hukum serta
untuk meningkatkan keterampilan pengguna Bahasa Indonesia yang baik bagi para
legislator, praktisi, teoritis, dan pendidik di bidang hukum.
BATAS RUANG LINGKUP

Batas ruang lingkup yang diuraikan disini tida termasuk asas-asas dan kaidah-
kaidah umum bahasa Indonesia, melainkan hanya mengungkapkan semantik
bahasa hukum Indonesia pada umumnya, terutama tentang berbagai istilah,
kaidah-kaidah dan bahasa hukum yang terdapat dalam ilmu pengetahuan
hukum, hukum ketatanegaraan, hukum keperdataam, hukum pidana, dan
hukum acara.
SEMANTIK HUKUM
Bahasa Inggris

Semantik Semantics Semasiology

Semantik adalah ilmu pengetahuan hukum yang menyelidiki makna atau arti kata-kata
hukum, perhubungan dan perubahan arti kata-kata itu dari zaman ke zaman menurut
waktu dan tempat dan keadaan.

Istilah hukum perdata yang sekarang dipakai sebagai terjemahan dari istilah hukum
Belanda “privaatrecht”, berasal dari kata Arab (Islam) yaitu Hukum dan istilah Jawa
(Hindu) yaitu Pradata.
SEMANTIK HUKUM
Jika kita sekarang mengartikan perkara perdata adalah perkara yang mengatur
hubungan hukum antara orang seorang, orang yang satu dengan orang yang lain, baik
orang dalam arti manusia maupun dalam arti badan (hukum), maka lain halnya
dizaman kerajaan Mataram, misalnya di zaman pemerintahan Amangkurat.

Pada zaman Mataram yang disebut Perkara Pradata pada umumnya adalah perkara
yang membahayakan mahkota, yang sifatnya mengganggu keamanan dan ketertiban
negara. Perkara demikian menjadi urusan peradilan raja, yang sekarang merupakan
hukum publik, sedangkan hukum privaat ketika itu adalag perkara padu dan tidak
menjadi urusan raja melainkan urusan rakyat di daerah-daerah atau di desa-desa
dengan peradilan adatnya.

Peradilan Pradata menggunakan hukum Hindu, kemudian Hukum Islam dan hakim
adalah raja sendiri atau penghulu agama, sedangkan peradilan padu menggunakan
hukum rakyat dengan hakimnya adalah pejabat negara yang disebut jaksa. Di daerah-
daerah yang jauh hakim peradilan padu adalah kepala adat, seperti halnya di Lampung
Punyimbang Pepadun, yang maksudnya pemimpin peradilan adat.
SEMANTIK HUKUM

Katidakjelasan atau ketidaksesuaian dari istilah hukum atau


kaidah-kaidah hukum yang diuraikan di dalam suatu peraturan
mungkin dapat terjadi di dalam praktik. Misalnya, dikarenakan
sudah ada peraturan pokok tetapi belum ada peraturan
pelaksanaan, atau masih terdapat hal-hal yang belum di atur,
tidak sesuai dengan keadaan setempat atau terjadi penyimpangan
dalam pelaksanaan peraturan itu di lapangan.
KAIDAH HUKUM

Perbedaan kata-kata yang terurai dalam kalimat sastra umum dan yang
terurai dalam bentuk kaidah hukum.

Kata-kata yang terurai dalam bentuk


kaidah hukum, bukan hanya menyatakan
Kalimat sastra umum yang sifatnya dan memberikan penilaian tetapi juga
menyatakan sesuatu perasaan atau bersifat imperatif. Jadi kaidah hukum itu
fikiran, yang mungkin menunjukkan mengandung kata-kata perintah dan
sebab dan akibat dari apa yang dialami larangan, apa yang musti dilakukan dan
apa yang tidak musti dilakukan, tidak
sedikit yang mengandung paksaan
KAIDAH HUKUM
Kaidah hukum bukan hanya berbentuk kaidah perundangan, yang
berwujud bahasa tulisan, tetapi juga berwujud bahasa lisan, bahasa
yang tidak tertulis dan dalam bentuk perundangan, seperti terdapat
dalam hukum adat atau hukum kebiasaan.

Adakalanya apa yang tersirat di dalam hukum adat itu tersirat dalam perundangan.
Misalnya di dalam bagian umum IV penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, antara
lain dikatakan :
“Yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah
semangat, semangat para penyelenggara negara, semangat para pemimpin
pemerintah. Meskipun dibikin Undang-Undang Dasar yang menurut kata-katanya
bersifat kekeluargaan, apabila semangat para penyelenggara negara, para pemimpin
pemerintahan itu bersifat perorangan, Undang-Undang Dasar tadi tentu tidak ada
artinya dalam praktik”.
KAIDAH HUKUM

Dalam kalimat tersebut dipakai istilah semangat, istilah ini adalah


istilah hukum adat yang menunjukkan kepribadian bangsa
Indonesia yang semangatnya lebih menunjukkan asas
kekeluargaan dari pada asas perorangan, lebih mengutamakan
tujuan yang baik, yang adil menurut kesadaran masyarakat yang
hidup dari pada kaidah-kaidah hukum yang tertulis yang tidak
dapat mengikuti perasaan hukum rakyat.
KONSTRUKSI HUKUM

Dogmatis
Sifat ilmu
dan
pengetahuan hukum
Sistematis

Sistematis artinya kebulatan


pengertian di mana yang satu
Dogmatis artinya berprasangka baik,
bertautan dengan yang lain, ada
berpedoman pada cara dan
hubungan fungsi antara yang satu
pendirian tertentu yang dianggap
dan yang lain, sehingga istilah-istilah
baik
yang dipakai memberikan kesatuan
pengertian yang mudah dipahami.
KONSTRUKSI HUKUM

Pengertian hukum yang dimaksud adalah konstruksi hukum(rechtsconstructie)


yang merupakan alat-alat yang dipakai untuk menyusun bahan hukum yang
dilakukan secara sistematis dalam bentuk bahasa dan istilah yang baik.
Menyusun yang dimaksud ialah menyatukan apa yang termasuk dalam satu
bidang yang sama, satu pengertian yang sama.

Istilah pencurian misalnya adalah suatu konstruksi hukum, yaitu suatu pengertian
tentang semua perbuatan mengambil barang dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum (Pasal 362 KUHP). Jadi apakah perbuatan itu disebut maling,
nyolong, nyopet, apakah ia mengambil benda berwujud atau tidak berwujud (aliran
listrik), kesemuanya apabila dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan
hukum, maka perbuatan itu disebut pencurian.
KONSTRUKSI HUKUM

Bentuk kontruksi hukum yang lebih luas pengertiannya, apabila disebut peristiwa
hukum (rechtsfeit), yang merupakan kenyataan hukum yang terjadi. Semua
peristiwa (karena tangan manusia) yang diatur oleh hukum adalah peristiwa
hukum, misalnya periatiwa penilaian umum adalah peristiwa hukum tatanegara,
peristiwa sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah peristiwa hukum
internasional, periatiwa pembunuhan adalah peristiwa hukum pidana, peristiwa
hutang piutang adalah peristiwa hukum perdata dan sebagainya.
FIKSI HUKUM

Di dalam hukum perundangan misalnya dipakai istilah badan hukum


(rechtpersoon) yang dikiaskan sebagai orang bukan manusia,
maksudnya suatu badan pendukung hak dan kewajiban yang bukan
manusia, misalnya perkumpulan perseroan terbatas, koperasi, yayasan,
dan sebagainya. Sehingga di dalam ilmu hukum terdapat pengertian
orang (persoon) yang asli, yaitu manusia pribadi dan manusia semu
yaitu badan hukum. Begitu pula dengan istilah barang tetap seperti
bidang tanah dan barang tidak tetap seperti perhiasan emas.
FIKSI HUKUM
Sesuatu yang khayal yang digunakan di dalam
Fiksi Hukum ilmu hukum dalam bentuk kata-kata, istilah-
istilah yang berdiri sendiri atau dalam bentuk
kalimat yang bermaksud untuk memberikan
suatu pengertian hukum.

Tujuan Untuk menghemat kata-kata yang digunakan


dalam merumus kaidah hukum, sehingga dari
satu pengertian akan mengandung pengertian
yang lebih luas.

Adanya fiksi hukum yang tidak terkontrol yang menyebabkan


pembentukan hukum yang khayal dan banyak istilah-istilah dan
Kelemahan kalimat-kalimat hukum yang sukar dimengerti masyarakat,
akan menyebabkan tujuan hukum untuk mewujudkan kebenaran
dan keadilan terancam hilang karena hal-hal yang fiktif.
FIKSI HUKUM

Bentuk fiksi hukum di dalam peraturan perundang-undangan , misalnya


Pasal 2 KUH Perdata dikatakan :

“Anak yang ada di dalam kandungan seorang wanita, di anggap telah


dilahirkan, jika kepentingan si anak menghendakinya”.

Jadi, apabila bapak si anak wafat, anak yang belum lahir dari kandungan
ibunya tidak akan kehilangan hak-hak nya. Misalnya, dalam hal warisan
si anak belum lahir mempunyai hak atas warisan ayahnya. Tetapi, jika
anak itu kemudian mati sewaktu dilahirkan maka anak itu di anggap
tidak pernah ada.
PEMBENTUKAN HUKUM

Kebutuhan pembentukan hukum perundangan dan keputusan –keputusan hukum


untuk masyarakat modern harus menggunakkan istilah-istilah dan bahasa hukum yang
modern, bahasa hukum yang bersifat nasional, bahkan yang bersifat internasional.
Artinya, jika peraturan-peraturan kita itu dibaca orang-orang asing ia dapat mengerti
maksudnya, sehingga dengan mengerti maksudnya diharapkan akan terwujud
kepatuhan hukumnya.

Peraturan-peraturan hukum modern yang dibentuk oleh pembentuk undang-undang


atau keputusan-keputusan hukum yang di bentuk para hakim di muka pengadilan atau
juga dalam lembaga-lembaga resmi atau swasta dapat dilihat dari segi politik dan
teknik hukumnya. Politik Hukum yang dimaksud adalah kehendak yang tertera dalam
kalimat-kalimat yang menetapkan tujuan dan isi peraturan itu. sedangkan Teknik
Hukum yang dimaksud adalah cara perumusan kaidah-kaidahnya dengan
menempatkan kata-kata dan kalimat-kalimat yang dibuat sedemikian rupa sehingga
maksud dari pembentukan hukum (perundangan) itu jelas dapat diketahui di
dalamnya.
PEMBENTUKAN HUKUM

Faktor-Faktor yang menentukan


pembentukan hukum dalam
masyarakat modern

Segi Formal Segi Material

Perundangan, administrasi
negara, peradilan, adat, Kehendak pembuat dan
kebiasaan, dan ilmu pendapat umum
pengetahuan
PENAFSIRAN HUKUM
Tidak semua kata, istilah dan kalimat yang menunjukkan suatu kaidah
hukum, baik yang dikemukakan dengan lisan atau dinyatakan tertulis
dalam bentuk perundangan itu sudah jelas dan mudah dipahami, maka
arti penting penafsiran hukum adalah untuk mancari arti, maksud dan
tujuan dari kata-kata atau istilah yang digunakan dalam suatu kaidah
hukum.

Penafsiran menurut Tata Bahasa

Penafsiran menurut Sistem


Beberapa cara
penafsiran hukum Penafsiran menurut Sejarah

Penafsiran menurut Sosiologi

Penafsiran secara Otentik


PENAFSIRAN HUKUM
Mencari arti, maksud dan tujuan dari kata-kata
atau istilah yang digunakan dalam suatu kaidah
Penafsiran menurut hukum, dengan memperhatikan apakah kata-
Tata Bahasa kata itu kata kerja, kata benda, kata sifat atau
keadaan, kata ganti, ataukah kata dasar, kata
ulang, kata majemuk, atau kata depan, dan
sebagainya.

Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan :

“Semua persetujuan yang di buat dengan sah berlaku sebagai


undang-undang terhadap mereka yang membuatnya”.
Contoh
Dari kalimat tersebut kita ambil kalimat “persetujuan” yang di buat
dengan “sah”. Maka apakah yang dimaksud dengan persetujuan
dalam kalimat ini. Kata persetujuan adalah kata kerja berimbuhan
dengan awalan per, kata dasar setuju dan akhiran an, sehingga
manjadi kata benda persetujuan, yang mengandung arti apa yang
telah disetujui, apa yang telah disepakati. Tetapi, apakah yang
dimaksud dengan kata sah dalam pasal tersebut. Dalam hubungan ini
tidak cukup penafsiran itu dilakukan menurut tata bahasa, melainkan
masih harus dilihat sistematik penyusunan peraturannya.
PENAFSIRAN HUKUM

Sistem artinya suatu kesatuan atau kebulatan


Penafsiran menurut sistem pengertian dari unsur-unsur yang saling bertautan
antara yang satu dan yang lain.

Misalnya, Pasal 1338 KUH Perdata di atas adalah salah satu pasal dari satu kesatuan pasal-pasal
dalam buku ketiga tentang perikatan, jadi pasal itu tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu, untuk
mencari apa yang dimaksud dengan kata sah atau lengkapnya “persetujuan yang di buat dengan
sah”, maka dilihat pada pasal sebelumnya, yaitu Pasal 1320 KUH Perdata yang menyatakan :
“Untuk sahnya persetujuan diperlukan 4 (empat) syarat, yaitu :

1. Kesepakatan dan mereka yang mengikatkan dirinya;,


2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
3. Suatu hal tertentu,
4. Suatu sebab yang halal.

Kemudian di dalam Pasal 1321 KUH Perdata dikatakan :


“Bukan kesepakatan yang sah apabila kesepakatan itu terjadi karena kekhilafan, paksaan atau
penipuan”.
PENAFSIRAN HUKUM

Sejarah yang dimaksud adalah sejarah


terjadinya peraturan tertentu dan apa yang
Penafsiran menurut Sejarah merupakan latar belakang, maksud, dan tujuan
peraturan itu ditetapkan atau dimasukkannya
pasal-pasal tertentu ke dalam suatu peraturan.
Jadi, yang dilihat bukan kata demi kata atau
kalimat demi kalimat, melainkan kebulatan
peraturannya atau pasal-pasalnya.
PENAFSIRAN HUKUM
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan
tentang kemasyarakatan sedangkan
peraturan hukum itu mempunyai tujuan
kemasyarakatan (tujuan sosial), tetapi
masyarakat terus berkembang sehingga
Penafsiran menurut Sosiologi apa yang menjadi tujuan sesuai dengan
tujuan sosial pada masyarakat sekarang.
Oleh karenanya, maka suatu peraturan
tidak semata-mata harus ditafsrikan
menurut tata bahasa, sistem, dan
sejarahnya, melainkan juga harus
ditafsirkan menurut kenyataan yang hidup
dalam masyarakat. jika tidak demikian
maka peraturan hukum itu menjadi benda
mati karena tidak dapat melayani
kebutuhan hukum masyarakat.
PENAFSIRAN HUKUM
Otentik berasal dari kata asing authentiek, yang
Penafsiran secara Otentik di dalam bahasa Belanda dijelaskan sebagai
volledig bewijs opleverend, maksudnya
memberikan keterangan atau pembuktian yang
sempurna, yang sah atau yang resmi.

Penafsiran otentik ini biasanya dilakukan


oleh pembuat undang-undang sendiri
dengan mencantumkan arti beberapa kata-
kata yang digunakan di dalam suatu
peraturan.

Jadi, untuk mengetahui arti sesuatu istilah yang digunakan di dalam suatu peraturan
dapat dilihat pada bab atau pasal tertentu yang telah menguraikan arti kata-katanya.
Mislanya, di dalam KUH Perdata di dalam pasal-pasal 512-518 diterangkan tentang
arti kata-kata barang bergerak, barang rumah tangga, perkakas rumah, barang yang
guna nya agar rumah dapat di diami, suatu rumah dengan segala sesuatu yang ada di
dalam nya.
BAHASA HUKUM

Cakupan hukum sangat luas, seluas pengertian hukum itu sendiri, Bahasa yang
digunakan dalam undang-undang, dalam praktik pengadilan, dalam karangan-
karangan tentang hukum, tenllasuk bahasa hukum.

Hilman Hadikusuma membedakan bahasa hukum menjadi dua macam yaitu bahasa
hukum teoritis dan bahasa hukum praktis.

Bahasa hukum teoritis ialah bahasa hukum yang bersifat ilmiah, digunakan dalam
mempelajari hukum sebagai ilmu pengetahuan.

Bahasa hukum praktis bahasa yang digunakan dalam kaidah-kaidah hukum yang
mengatur kehidupan manusia dan masyarakat pada umumnya.
BAHASA HUKUM

Bahasa hukum teoritis, bahasa yang digunakan dalam karang-karangan ilmiah


hukum, coraknya tidak terlalu jauh berbeda dengan karangan ilmiah pada umumnya.
Ciri yang membedakan dari karangan ilmiah yang lain hanyalah istilah-istilah teknis
yang digunakan. Kekhasan bahasa hukum lebih banyak dijumpai dalam bahasa
perundang-undangan. Kalau orang berbicara mengenai ciri ciri yang ditunjuk pada
umunya ialah ciri bahasa perundang-undangan.
BAHASA HUKUM

Sebagai perangkat norma yang mengatur perilaku "manusia dalam masyarakat,


undang-undang atau peraturan diusahakan agar tidak mengandung celahcelah yang
dapat diterobos. Bahasa perundang-undangan bersifat tegas, lengkap dan eksplisit.
Tegas artinya tidak ada kata, rangkaian kata atau kalimat yang meragukan, lengkap
artinya semua unsur disebutkan, eksplisit artinya semua disebutkan secara tersurat
tidak hanya tersirat saja. Perbuatan atau peristiwa yang dapat dikenakan sanksi itu
tidak dapat hanya disebutkan sebagian saja kemudian diikuti kata-kata "dan
sebagainya atau " dan lain lainnya". Unsur-unsur itu hams lengkap dan secara eksplisit
discbutkan. Singkatan-singkatan dibatasi penggunaanya dan kalau digunakan
disertakan juga kepanjangannya. Bilamana tidak hanya dinyatakan dengan angka,
melainkan juga dengan huruf.
RAGAM BAHASA
Dalam keputusan menteri dalam negeri dan otonomi daerah Nomor 21 Tahun 2001
tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-Produk Hukum Daerah
disebutkan bahwa ragam bahasa yang dipkai dalam penyusunan produk-produk
hukum didaerah adalah :

1. BAHASA PERUNDANG-UNDANGAN
Bahasa rnerupakan salah satu hal yang arnat penting dalarn teknik rnernbuat
peraturan perundang-undangan, sebab salah satu syarat utama suatu legislative
product ialah bahwa peraturan per-UU-an itu memakai bahasa yang jelas,yang dapat
dimengerti oleh rakyat, karena rakyat adalah sebagai yang terkena & harus rnentaati
peraturan Iebih-lebih kalau peraturan tsb rnernbuat ketentuan sanksi pidana

Ragam bahasa perundang-perundangan termasuk Bahasa Indonesia yang tunduk


kepada kaidah tata bahasa Indonesia yang menyangkut pembentukan kata,
penyusunan kalimat maupun pengerjaannya. Ragam bahasa perundang-undangan
mempunyai corak dan gaya yang khas yang bercirikan kejernihan pengertian,
kelugasan, kebakuan, clan keserasian
RAGAM BAHASA
Jika merumuskan ketentuan peraturan perundang-undangan, rnaka pilihlah kalimat
yang lugas dalam arti kalimatnya tegas, jelas dan rnudah ditangkap pengertiannya,
tidak berbelit-belit dan objective. Kalimat yang dirumuskan tidak menimbulkan salah
tafsiran atau menimbulkan pengertian yang berbeda setiap pembaca. hindari
pemakaian istilah yang pengertiannya sedemikian kabur dalam hubungan kalirnat
kurang jelas. Istilah yang dipakai sebaiknya sesuai dengan upaya pemberian arti
kepada istilah yang menyimpang clan arti yang biasa pada umumnya.
Contoh : Pertanian meliputi pula peternakan dan perikanan.

Hindari pernakaian :
a. Beberapa istilah yang berbeda untuk pengertian yang sarna.
Contoh Istilah gaji, upah, pendapatan digunakan untuk pengertian penghasilan.

b. Satu istilah untuk beberapa pengertian yang berbeda.


Contoh : lstilah penangkapan diartikan juga penahanan atau pengamanan
RAGAM BAHASA
Untuk mendapatkan kepastian hukum, istilah dan arti dalam peraturan pelaksanaan
harus disesuaikan dengan istilah dan arti yang dipakai dalam peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi derajatnya.

Contoh : Pengertian pajak daerah harus disesuaikan dengan istilah Pajak Oaerah
dalam Unadang undang Nomor 34 Tahun 2000 . Apabila istilah tetentu dipakai
berulang -ulang, maka untuk menyederhanakan susunan peraturan perundang-
undangan dapat dibuat definisi yang ditempatkan dalam Bab(tentang)Ketentuan
Umum.

Contoh : Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang atau badan kepada daerah tanpa imbalan. Langsung yang
seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang digunakan untuk menlbiayai penyclenggaraan pemerintahan Daerah
dan Pembangunan Daerah.
RAGAM BAHASA
Jika istilah tertentu dipakai berulang-ulang, maka untuk menyederhanakan susunan
suku kata dalam peraturan perundang-undangan dapat menggunakan singkatan atau
akronim. Pemakaian kata ".

PILIHAN KATA DAN ISTILAH :

Jika " dan kata " Maka " Untuk menyatakan makna pengandaian atau kemungkinan
digunakan kata " Jika " atau trasa dalam hal, Gunakan kata " Jika " bagi kemungkinan
atau keadaan yang,akan terjadi lebih dari sekali dansetekah anak kalimat diawali kata
"Maka“.

Contoh : Jika perusahaan melanggar kewajiban yang dimaksud dalam, maka.

Pemakaian kata “Apabila”, untuk menyatakan atau menunjukkan uraian atau


penegasan waktu terjadinya sesuatu, sebaiknya menggunakan kata “Apabila " atau
“Bila ".
Contoh : Salah satu pihak dalam perjanjian kerjasama ini dapat mengajukan
pembatalan perjanjian, apabila pada waktu perjanjian ini dibuat terdapat unsur
paksaan, kekhilafan dan penipuan.
BAHASA KEILMUAN HUKUM

Bahasa keilmuan hukum atau jelasnya bahasa keilmuan tentang hukum ada;ah bahasa
hukum teoritis, yaitu bahasa hukum yang bersifat ilmiah yang digunakan dalam
mempelajari hukum sebagai ilmu pengetahuan.

Dilihat dari pemakaiannya bahasa hukum itu dapat dibedakan antara bahasa keilmuan
yang bersifat ilmiah semata-semata dan bersifat ilmiah praktis. Bahasa hukum yang
terdapat di dalam keputusan-keputusan, peraturan-peraturan perundangan yang lebih
banyak dipakai di dalam praktik disebut bahasa praktis.

Bahasa Hukum Praktis terdiri dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur kehidupan
manusia dan masyarakat pada umumnya, misalnya aturan-aturan pasal demi pasal dalam
peraturan perundangan.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
A. KEBIASAAN DAN ADAT

Istilah kebiasaan adalah terjemahan dari bahasa Belanda gewoonte, sedangkan istilah adat berasal dari istilah
Arab adah, yang maksudnya juga kebiasaan. Jadi istilah kebiasaan dan istilah adat mempunyai arti yang sama
yaitu kebiasaan. Namun, menurut ilmu hukum, kebiasaan dan adat itu dapat dibedakan pengertian-
pengertiannya.

Mengucapkan salam adalah kebiasaan perseorangan, sedangkan menjawab salam merupakan tidak saja
kebiasaan perseorangan tetapi juga kebiasaan masyarakat. Apabila kebiasaan itu selalu dilakukan orang banyak
maka kebiasaan itu menjadi adat. Jadi adat adalah kebiasaan pribadi yang diteria dan dilakukan oleh
masyarakat. tetapi, sejarah perundangan di Indonesia membedakan pemakaian istilah kebiasaan dan adat itu,
ada kebiasaan di luar perundangan dan ada kebiasaan yang diakui oleh perundangan, sedangkan adat selalu
diartikan di luar perundangan. Hal mana menyebabkan ada istilah hukum kebiasaan, hukum adat yang
merupakan hukum tidak tertulis dan hukum yang tertulis.

Di Eropa, di negeri Belanda misalnya tidak berbeda antara kebiasaan dan adat, jika kedua-duanya bersifat
hukum, maka disebut hukum kebiasaan (gewoonterecht) dan berhadapan dengan hukum perundangan
(wettenrecht).
BAHASA KEILMUAN HUKUM

B. HUKUM ADAT DAN PERUNDANGAN

Istilah hukum adat berasal dari istilah Arab Huk’m dan Adah. Kata huk’m (jama’ :
ahkam) mengandung arti perintah atau suruhan, sedangkan kata adah berarti
kebiasaan. Dari kedua kata itu lahirlah istilah hukum adat yang mengandung arti
kebiasaan. Istilah tersebut telah dipakai oleh masyarakat Aceh sejak abad ke – 17,
kemudian diambil oleh Snouck Hugronje dan diterjemahkannya ke dalam bahasa
hukum Belanda Adatrecht, untuk membedakannya dengan hukum Belanda.
BAHASA KEILMUAN HUKUM

Istilah hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis dalam bentuk perundangan negara,
termasuk pula hukum kebiasaan. Hukum adat dapat dibedakan dalam arti sempit dan
dalam arti luas.

- Dalam arti sempit menunjukkan hukum adat yang tradisional yang dipertahankan
dan berlaku di lingkungan masyarakat hukum adat tertentu, seperti hukum adat
Batak, hukum adat Bali, dan sebagainya.
- Dalam arti luas hukum adat meliputi hukum kebiasaan yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat, dalam hubungan antara yang satu dan yang lain, dalam
lembaga-lembaga masyarakat dan dalam lembaga-lembaga kenegaraan kesemuanya
yang tidak tertulis dalam bentuk perundangan.
BAHASA KEILMUAN HUKUM

Hukum kebiasaan adalah hukum yang berlaku sebagai kenyataan, yang dilakukan oleh
orang-seorang atau masyarakat, baik yang resmi atau tidak resmi, yang merupakan
perbuatan yang tetap dan dirasakan harus berlaku. Misalnya, kebiasaan pemilik
penyewa di tempat penyewa, jadi bukan penyewa yang mengantarkan sewa ke
tempat pemilik rumah.

Oleh karena itu, adat dan kebiasaan itu mengandung hukum, maka kesemuanya kita
sebut hukum adat, dan sifatnya tidak tertulis dalam bentuk perundangan.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
C. HUBUNGAN HUKUM DAN HAK

Istilah hukum mengandung arti aturan, yaitu aturan yang mengatur hubungan antara orang yang
satu dan yang lain, antara orang dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Hubungan-hubungan yang diatur oleh hukum itu disebut hubungan hukum
sebagai terjemahan dari bahasa Belanda rechtsbetrekking.

Isitlah hubungan hukum menunjukkan adanya dua segi yang tarik menarik, yaitu adanya hak dan
kewajiban, baik hak dan kewajiban yang sifatnya satu pihak saja maupun yang dua pihak.
Yang satu pihak saja misalnya hubungan hukum antara anda dengan milik yang merupakan hak
milik.

Hubungan hukum yang dua pihak misalnya peristiwa hukum jual-beli, dimana si pembeli dan si
penjual tertarik oleh hak dan kewajiban masing-masing pihak, dimana pihak pembeli berhak
menerima barang yang dibeli dan berkewajiban membayar harga yang telah disepakati,
sedangkan pihak penjual berhak menuntut pembayaran harga barangnya dan berkwajiban
menyerahkan barnag itu kepada di pembeli.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
Hak dan kewajiban dalam hubungan hukum itu diatur dalam peraturan hukum,
misalnya dalam jual beli sebagaimana diatur dalam Pasal 1475 KUH Perdata,
dikatakan :

“Jual-beli adalah persetujuan, di mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah
disetujui”.

Sifat pasal tersebut merupakan kaidah hukum yang mengatur hubungan


kemasyarakatan, hubungan antara yang satu dan yang lain di masyakat jadi ditujukan
kepada semua orang yang melakukan hubungan jual-beli. Aturan demikian, itu dalam
ilmu hukum disebut hukum objektif, yaitu yang menunjuk aturan hukumnya.

Apabila aturan hukum itu dikaitkan dengan para pelaku yang mengadakan hubungan
hukum sehingga terjadinya hubungan itu menimbulkan hak, maka disebut hukum
subyektif.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
D. HAK ABSOLUT DAN HAK RELATIF

Istilah hak mengandung arti kekuasaan atau kewenangan, namun sejauh mana batas ruang
lingkup dari sesuatu hak dibatasi oleh hak yang lebih tinggi, yaitu kekuasaan yang mengatur hak-
hak itu di dalamatau di luar perundangan.

Menurut ilmu hukum hak-hak itu dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu yang disebut dengan
istilah hak absolut dan hak relatif.

- Hak absolut (absolute rechten) adalah hak mutlak yang diberikan kepada setia subjek hukum
untuk berbuat dalam ia memperhatikan kepentingannya dan setiap subjek hukum yang lain
berkewajiban menghormati hak absolut seseorang. Misalnya, tentang hak milik di mana si
pemilik berhak untuk bertindak sendiri atas hak miliknya dan orang lain wajib menghormati
hak milik seseorang itu.

- Hak relatif adalah hak yang diberikan oleh hukum hanya kepada subjek hukum lain yang
tertentu, agar ia berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu, atau memberi sesuatu. Misalnya di
dalam perjanjian hutang-piutang, maka hak menagih agar hutang di bayar hanya berlaku
terhadap si berhutang saja.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
- Hak Absolut dapat dibedakan menjadi :

a. Hak asasi manusia, adalah hak-hak pokok yang penting bagi kehidupan manusia
yang diberikan oleh hukum, sebagaimana pernyataan sidang umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 10 Desember 1948, yang juga ditanda tangani
oleh Indonesia yang disebut Universal Declaration of Human Rights. Sebagian
dari hak-hak asasi itu sudah lebih dahulu dicantumkan di dalam UUD 1945.

b. Hak publik absolut, “Hak suatu bangsa untuk merdeka dan berdaulat,
sebagaimana dinyatakan dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945.

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karen tidak sesuai dengan peri-
kemanusiaan dan peri-keadilan”.

c. Hak privat absolut, hak keperdataan yang sifatnya mutlak, seperti hak pribadi
manusia, hak keluarga mutlak, dan sebagian dari hak kekayaan, yaitu hak
kebendaan dan hak atas benda tidak berwujud.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
- Hak relatif dapat dibedakan menjadi :

a. Hak publik relatif, hak dari penguasan (negara) untuk menetapkan hukuman (pidana), untuk
memungut pajak dan bea cukai, yang ditujukan kepada subjek hukum tertentu. Jadi, misalnya
dalam hukum pidana hanya orang yang telah diadili dan dinyatakan bersalah itulah yang
dijatuhi hukuman, begitu pula tetang pajak, hanya para wajib pajak yang harus memenuhi
pembayaran pajaknya menurut ketentuan yang telah ditetapkan.

b. Hak keluarga relatif, hak-hak dalam hubungan kekeluargaan, seperti hak suami dan hak isteri
pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun
1974.

c. Hak kekayaan relatif, adalah semua hak yang bukan hak kebendaan atau hak ciptaan manusia,
seperti hak tagihan (hutang) yang ditujukan terhadap oranh tertentu, baik berupa tagihan
terhadap hutang yang diatur dalam hukum kebendaan (zakenrecht) maupun yang diatur
dalam hukum periktan (verbintenissenrecht).
BAHASA KEILMUAN HUKUM
E. SUBJEK HUKUM DAN OBJEK HUKUM

Istilah subjek hukum dimaksudkan orang (badan = persoon) yang mempunyai hak dan
kewajiban, sedagkan istilah objek hukum dimaksudkan adalah sesuatu yang bernilai
dan bermanfaat bagi orang sebagai subjek hukum.

Subjek hukum yang mempunyai kekuasaan sebagai pendukung hak dan kewajiban
dapat dibedakan antara orang yang merupakan badan manusia (natuurlijk persoon)
yang dilahirkan Tuhan ke muka bumi dan orang yang merupakan badan hukum
(rechtsperoon) yang dibuat manusia karena kehendak manusia untuk melaksanakan
hubungan-hubungan hukum.

Kebendaan yang merupakan objek hukum dapat dibedakan antara benda berwujud
(lichamelijke zaken) seperti buku, tanah, rumah. Benda tidak berwujud
(onlichamelijkezaken), yaitu berbagai hak, seperti hak cipta.
BAHASA KEILMUAN HUKUM

Kebendaan itu dapat pula dibedakan antara benda tetap (onroerende zaken) seperti,
tanah, rumah gedung, bangunan-bangunan. Benda bergerak (roerende zaken) seperti,
buku, perhiasan, dan rumah.

Dikarenakan objek hukum itu merupakan tujuan yang menimbulkan hak bagi subjek
hukum dan hak itu dapat terganggu karena keentingan subjek hukum lain, maka
hubungan antara subjek hukum tertentu terhadap objek hukumnya dapat
menimbulkan peristiwa hukum dikarenakan kepentingan subjek hukum yang lain.

Jadi, suatu peristiwa hukum itu terjadi bukan saja karena suatu hubungan hukum tetapi
juga karena kepentingan hukum.
BAHASA KEILMUAN HUKUM

F. Peristiwa Hukum

Istilah peristiwa hukum adalah terjemahan dari istilah hukum Belanda rechtsfeit
(kejadian hukum), yang mengandung arti kejadian yang diatur oleh hukum.

Peristiwa hukum adalah peristiwa kemasyarakat yang diatur oleh hukum, yang
merupakan kejadian-kejadian yang timbul karena perbuatan manusia di dalam pergaulan
bermasyakarat yang di atur dalam hukum. Yang dimaksud hukum yang mengatur di sini
adalah hukum (perundangan) menurut sistematika hukum barat (Eropa), bukan menurut
hukum agama, seperti dalam hukum Islam yang membedakan hukum muamalah dan
hukum ibadah, yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan.
BAHASA KEILMUAN HUKUM
Peristiwa hukum itu di dapat dibedakan dalam dua macam peristiwa yang disebut dengan istilah
perbuatan subjek hukum dan perbuatan yang bukan perbuatan subjek hukum.

- Perbuatan subjek hukum adalah perbuatan orang (persoon) baik manusia dan badan hukum,
yang berupa perbuatan hukum dan bukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah
perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja (bersegi satu)
maupun yang dilakukan dua pihak (bersegi dua).

- Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum, adalah seperti, kelahiran, kematian dan
daluwarsa (lewat waktu). Tentang daluwarsa atau lewat waktu, sebagai salah satu contoh juga
yang bukan perbuatan subjek hukum, dapat dibedakan pengertiannya dengan daluwarsa
akuisitif dan daluwarsa ekstinktif.

- Daluwarsa akuisitif adalah keadaan lewat waktu yang berakibat seseorang akan memperoleh
sesuatu hak.
- Daluwarsa ekstinktif adalah keadaan lewat waktu yang berakibat seseorang akan hapus haknya.

Anda mungkin juga menyukai