Anda di halaman 1dari 10

Nama : Muhammad Syaifullah

NIM : P3B122053
Jurusan : Teknik Arsitektur D3
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

UJIAN TENGAH SEMESTER

Soal:
1. Jelaskan 7 hakikat bahasa !
2. Jelaskan serta berikan contoh:
a. Makna kata umum dan khusus
b. Makna kata Konkret dan Abstrak
c. Sinonijm
d. Homofon, homograf
e. Makna kata meluas
f. Makna kata menyempit
3. Transkripsikan materi sejarah, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
yang terdapat dalam video dengan berpedoman pada ejaan bahasa
Indonesia serta kalimat efektif! (melampirkan bukti screnshot)
4. Transkripsikan materi kalimat efektif yang terdapat dalam video dengan
berpedoman pada ejaan bahasa Indonesia serta kalimat efektif!
(melampirkan bukti screnshot)
Jawab:
1. 1) Bahasa itu adalah sebuah sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan
yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang
satu dan yang lain berhubungan secara fungsional. Bahasa terdiri dari
unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan
membentuk satu kesatuan.
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis.
Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun
secara acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal,
tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan
nama tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi,
tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon.
2) Bahasa itu berwujud lambang
Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang
kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada
dalam kehidupan manusia. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa
tanda yaitu: tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala
(sympton), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Lambang
bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang bersifat wajib
antara lambang dengan yang dilambangkannya.
3) Bahasa itu berupa bunyi
Menurut Kridalaksana (1983), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai
akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam
tekanan udara. Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap
manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia termasuk bunyi bahasa.
4) Bahasa itu bermakna
Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang.
Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep,
suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi
itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi makna. Karena
bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna
dapat disebut bukan bahasa. [kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] :
bermakna = bahasa [dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] tidak bermakna =
bukan bahasa.
5) Bahasa itu bersifat konvensional
Bahasa itu bersifat konvensional Meskipun hubungan antara lambang
bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan
lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional.
Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa
lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
Misalnya, binatang berkaki empat yang biasa ditunggangi, dilambangkan
dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa Indonesia harus
mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan lambang
lain, maka komunikasi akan terhambat.
6) Bahasa itu bersifat universal
Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri
yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini.
Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa
itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
7) Bahasa itu bersifat dinamis
Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia
sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan
manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan
manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi
tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata
atau istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan
lainnya.

2. a. Makna Kata Umum dan Kata Khusus


Kata ikan memiliki kata acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau
tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak hanya tawes, tetapi ikan terdiri
dari beberapa macam, gurame, lele, sepat, tuna, boronang, nila, ikan koki,
dan ikan mas. Sebaliknya tawes pasti jenis golongan ikan demikian juga
gurame, lele, sepat, tuna, dan boronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam
hal ini, kata yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan,
sedangkan kata yang acuannya khusus disebut kata khusus, seperti
gurame, lele, tawes, dan ikan mas.
b. Kata Konkret dan Abstrak
Kata acuannya yang semakin mudah diserap pancaindera disebut kata
konkret, seperti : meja, rumah, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan
kata tidak mudah diserap pancaindera, kata itu disebut kata abstrak,
seperti, gagasan, dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara
halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus akan tetapi, jika kata abstrak
terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan maka
karangan itu akan menjadi samar dan tidak cermat.
c. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak,
hanya ada kesamaan dan kemiripan.
Contoh kata-kata bersinonim adalah
Agung, besar, raya,
Mati, wafat, mangkat, meninggal
d. Homofon dan Homograf
Kata Homograf adalah kata-kata yang sama tulisannya tetapi memiliki
makna yang berbeda.
Contoh kata-kata Homograf adalah
1. Jangan duduk di depan teras rumah
2. Ia seorang pejabat teras dalam pemerintahan itu
Kata Homofon adalah kata-kata yang memiliki bunyi yang sama tetapi
maknanya berbeda
Contoh kata-kata Homofon adalah
1. Roni mengambil tang di garasi mobil
2. Roni melihat barisan tank
e. Makna kata meluas
Makna meluas adalah kata yang dulu makna cakupannya sempit,
kemudian meluas sehingga mencakup makna yang lebih luas sehingga
mencakup sebuah kelas makna yang lebih umum.
Kata saudara pada mulanya berarti sekandung dari kata sa = satu dan udara
= perut (Sansekerta) kemudian menjadi sebutan kepada orang yang
mempunyai hubungan keluarga, bahkan dipakai untuk panggilan kepada
orang laki-laki yang diperkirakan berumur lebih tua atau berkedudukan
yang lebih tinggi. Kata berlayar dulu dipakai dengan pengertian bergerak
di laut dengan menggunakan layar. Sekarang semua perjalanan
mengarungi perairan dengan alat apa saja disebut juga berlayar.
f. Makna kata menyempit
Makna menyempit adalah kata yang dulu makna cakupannya luas,
sekarang tidak begitu luas, atau sama sekali jarang digunakan lagi dalam
pemakaian bahasa sehari-hari.
Kata pala yang semula berarti buah pada umumnya, sekarang dipakai
untuk menyebut nama buah tertentu, yaitu nama buah untuk rempah-
rempah. Kata sarjana dulu dipakai untuk menyebut semua cendekiawan.
Sekarang dipakai untuk gelar universitas dalam bidang tertentu, seperti
sarjana sastra, sarjana pendidikan, sarjana ekonomi dan sebagainya.
3. Pada tahun 1928 bahasa Melayu mengalami perkembangan yang luar
biasa. Pada tahun tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang
suku dan kebudayaan membuat ikrar untuk menetapkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan Indonesia. Ikrar ini dicetuskan melalui Sumpah
Pemuda. Ikrar Sumpah Pemuda dilakukan karena perjuangan rakyat yang
telah dilakukan bertahun tahun untuk kemerdekaan belum juga berhasil.
Sebab utama gagalnya perjuangan mencapai kemerdekaan karena sifatnya
masih kedaerahan. Egoisme suku dan daerah menjadi penghalang
munculnya persatuan. Kesadaran itu kemudian memotivasi para pemuda
dari berbagai daerah di nusantara untuk berkumpul dan membuat ikrar:
Berbangsa satu bangsa Indonesia
Bertanah air satu tanah air Indonesia
Menjunjung tinggi bahasa persatuan Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan salah satu unsur identitas suatu bangsa. Begitu pula
bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas nasional bagi bangsa dan
negara Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik
Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan dengan
mulai berlakunya Undang undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari
banyak ragam bahasa Melayu. Ragam yang dipakai sebagai dasar bagi
bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu Riau. Pada Abad ke-19, bahasa
Melayu merupakan bahasa penghubung antaretnis dan suku-suku di
kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antaretnis dan
suku-suku, dulu bahasa Melayu juga menjadi bahasa penghubung dalam
kegiatan perdagangan internasional di wilayah nusantara. Trasaksi
antarpedagang, baik yang berasal dari pulau-pulau di wilayah nusantara
maupun orang asing, menggunakan bahasa pengantar bahasa Melayu.
Bahasa melayu kala itu adalah franca (bahasa pengantar dalam pergaulan)
antarwarga nusantara dan dengan pendatang dari manca negara. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa bahasa Melayu ditetapkan sebagai
dasar bagi bahasa Indonesia.

Alasan lain mengapa bahasa Melayu dipilih menjadi bahasa nasional bagi
negara Indonesia adalah karena hal-hal sebagai berikut. Dibandingkan
dengan bahasa daerah lain, misalnya bahasa Jawa, sesungguhnya jumlah
penutur bahasa Melayu tidak lebih banyak. Dipandang dari jumlah
penuturnya, bahasa Jawa jauh lebih besar karena menjadi bahasa ibu bagi
sekitar setengah penduduk Indonesia; sedangkan bahasa Melayu dipakai
tidak lebih dari sepersepuluh jumlah penduduk Indonesia. Bahasa Melayu
ragam Riau merupakan bahasa yang kurang berarti. Bahasa itu
diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk kepulauan Riau, Linggau dan
penduduk pantai-pantai di Sumatera. Namun di sinilah letak kearifan para
pemimpin kita dahulu. Mereka tidak memilih bahasa daerah yang besar
sebagai dasar bagi bahasa Indonesia karena dikhawatirkan akan dirasakan
sebagai pengistimewaan yang berlebihan.

Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan


di Jakarta pada 25-28 Februari 1975, antara lain, menegaskan bahwa
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai ( 1 ) lambang kebanggaan nasional, ( 2 ) lambang identitas
nasional, ( 3 ) alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-
beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan ( 4 ) alat
perhubungan antarbudaya dan antardaerah.

Dalam fungsinya sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia


'memancarkan' nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan
keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga
dengannya, kita harus menjunjungnya; dan kita harus
mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa
Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan
acuh tak acuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan
mengembangkannya.

Dalam fungsinya sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia


merupakan lambang bangsa Indonesia. Ini berarti, dengan bahasa
Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak
kita sebagai bangsa Indonesia.

Dengan fungsi sebagai alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang


berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, memungkinkan
masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan
berbeda beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan,
cita-cita, dan rasa nasib yang sama.

Dengan fungsi sebagai alat perhubungan antarbudaya antardaerah, bahasa


Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala
aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang
berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan kemanan (disingkat: ipoleksosbudhankam) mudah
diinformasikan kepada warganya.

Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia


berfungsi sebagai:
1. bahasa resmi negara,
2. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3. bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4. bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan serta teknologi.

Dalam fungsinya sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia digunakan


sebagai bahasa pengantar dalam komunikasi resmi. Pidato Presiden di
hadapan raykat Indonesia dalam bahasa Indonesia adalah perwujudan
kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Komunikasi
resmi di sekolah dan perguruan tinggi dalam bahasa Indonesia adalah
perwujudan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar resmi.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam Rapat Anggota DPR adalah
perwujudan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
perhubungan tingkat nasional; sedangkan penggunaan bahasa Indonesia
dalam buku-buku di sekolah adalah perwujudan fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi.
4. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pada
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
Kalimat efektif lebih mengutamakan keefektifan kalimat itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektf mempunyai
ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan,
kehematan, kecermatan, kepaduan, dan kelogisan.

Kesepadanan dalam kalimat efektif ialah keseimbangan antara pikiran


(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperhatikan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran
yang baik.

Keparalelan dalam kalimat efektif adalah kesamaan bentuk kata yang


digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan bentuk
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.

Ketegasan atau penekanan dalam kalimat efektif ialah suatu perlakuan


penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang
perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau ketegasan pada
penonjolan itu.

Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat menggunakan kata, frase,


atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata - kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Penghematan di sini mempunyai arti menghilangkan atau membuang kata
yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Kecermatan dalam kalimat efektif adalah kalimat itu tidak menimbulkan


tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
Kepaduan dalam kalimat efektif adalah kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak sistematis. Karena itu, hindari kalimat yang panjang dan
bertele-tele.

kelogisan dalam kalimat efektif ialah ide kalimat itu dapat diterima oleh
akal dan sesuai dengan ejaan yang berlaku.

LAMPIRAN

 Bukti screenshot No 3

 Bukti screenshot No 4

Anda mungkin juga menyukai