Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RANGKUMAN

Dosen Pengampu : Fazrul Sandi Purnomo, M.Pd

NAMA : SUCI KOLBIA

NIM : 2011008

PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS : TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

TAHUN 2020
1. Bahasa Indonesia Baku
a. Hakikat Bahasa

Bahasa adalah suatu sistem lambang yang berupa bunyi (hanya bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia dan berupa ujaranlah yang disebut bahasa) dan arbitrer
(mana suka). Yang dimaksud dengan arbitrer adalah hubungan antara bahasa dan
wujud bendanya hanya didasarkan pada kesepakatan antara penurut bahasa di dalam
masyarakat bahasa yang bersangkutan. Contoh : kata gajah melambangkan seekor
binatang besar berkaki empat dan memiliki belalai serta gading. Sedangkan binatang
yang digambarkan tersebut dalam Bahasa Inggris disebut dengan elephant. Dengan
kata lain, tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara bahasa dengan
yang dilambangkannya. Bahasa digunakan untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri oleh masyarakat bahasa.

Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau
pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata
kalimat. Artinya, bahasa terbentuk oleh suatu aturan atau kaidah atau pola yang
teratur dan berulang. Apabila aturan atau kaidah ini dilanggar maka komunikasi dapat
terhambat.

Contoh:

a. Abdu memotong kambing.


b. Abdu dipotong kambing.
c. Aisah mencuci piring.
d. Aisah dicuci piring.

Apa alasannya? Demikianlah kaidahnya. Kalimat aktif menggunakan predikat


dengan kata kerja berimbuhan me-. Dalam kalimat aktif, subjek (Abdu dan Aisah)
menjadi pelaku, sedangkan objek (kambing dan piring) menjadi sasaran perbuatan
subjek. Apabila kaidah ini dilanggar, misalnya dengan menggunakan awalan dipada
kata kerja sehingga hasilnya, “Abdu dipotong kambing dan Aisah dicuci piring”.
Masyarakat tidak akan menerima dan komunikasi akan terhambat. Itulah yang
dimaksud bahasa sebagai sebuah sistem.

b. Fungsi Bahasa
 Fungsi umum bahasa, adalah sebagai alat komunikasi sosial. Setiap masyarakat
memiliki bahasa dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Aksi dan
reaksi manusia dalam kelompok masyarakat bergantung pada bahasa yang
digunakan. Sesungguhnya bahasa itu, menandakan keberadaan manusia.
Bahasa merupakan akar kebudayaan. Kebudayaan manusia hidup, berkembang
dan diwariskan karena adanya bahasa yang mendukungnya. Demikian pula
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa merupakan tanda yang jelas dari
kepribadian manusia. Dari bahasa yang digunakan kita dapat memahami
keinginan, motif, latar belakang pendidikan, pergaulan dan adat istiadat.
Samsuri. (1991: 4).
 Fungsi khusus bahasa. Seorang ahli linguistik Jakobson membagi fungsi bahasa
atas enam macam fungsi, yakni:
1) Fungsi emotif; bahasa digunakan dalam mengungkapkan perasaan manusia.
2) Fungsi konatif; bahasa berfungsi untuk mendukung kegiatan sosial agar
berlangsung dengan lancar.
3) Fungsi referensial; bahasa digunakan sekelompok manusia untuk
membicarakan suatu permasalahan dengan topik tertentu.
4) Fungsi puitik; bahasa digunakan untuk menyampaikan suatu amanat atau
pesan tertentu.
5) Fungsi fatik; bahasa digunakan manusia untuk saling menyapa sekadar
untuk mengadakan kontak Bahasa mempersatukan anggota-anggota
masyarakat.
6) Fungsi Metalingual; bahasa digunakan untuk membicarakan masalah bahasa
dengan bahasa tertentu.

 Fungsi bahasa Indonesia


1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia memiliki fungsi khusus sesuai dengan kedudukannya
sebagai bahasa negara (Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV Pasal 36),
yaitu:

 Bahasa resmi kenegaraan;


 Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan;
 Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintahan;

 Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.


2) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional sejak
dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sesuai dengan
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
 lambang kebanggaan kebangsaan;
 lambang identitas nasional;
 alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa
dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa masing-masing ke
dalam kesatuan kebangsaan Indonesia;
 alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

c. Ragam Bahasa
 Ragam Bahasa Berdasarkan Sudut Pandang Penutur
1) Ragam bahasa yang bersifat perseorangan (diolek), ragam bahasa yang
bersifat perseorangan. Ragam ini adalah  ragam yang mencirikan individu
tertentu. Beberapa ciri yang dapat dilihat yakni pemakaian lafal, tata
bahasa, atau diksi yang digunakan oleh pemakai bahasa. Misalnya, gaya
bahasa si A dengan si B berbeda.
2) Ragam bahasa yang digunakan anggota masyarakat di suatu daerah
(dialek), ragam ini adalah ragam yang mencirikan pengguna bahasa
berdasarkan daerahnya. Ciri yang dapat dilihat dari ragam ini adalah daftar
kosakata dan pelafalan. Ciri dialek bersifat temporal atau berdasarkan
kurun waktu tertentu,. Contoh ragam daerah, dialek, atau logat adalah
bahasa Indonesia logat Papua, Medan, dan Jawa.
3) Ragam bahasa anggota masyarakat dari golongan sosial tertentu (sosiolek),
ragam ini adalah ragam yang mencirikan pengguna bahasa berdasarkan
strata sosial. Ciri yang dapat dilihat dalam ragam ini adalah daftar kosakata
dan pemilihannya. Misalnya, ragam bahasa orang berpendidikan dengan
orang yang belum berpendidikan. Ragam bahasa mahasiswa dengan
pelajar. Ragam bahasa wanita, pria, anak kecil, supir, petani, ustadz, guru,
dan kelompok sosial lainnya.
4) Ragam fungsi/fungsiolek fungsiolek adalah ragam bahasa yang digunakan
dalam suatu bidang tertentu. Misalnya ragam bahasa jurnalistik, penelitian,
hukum, kedokteran, atau militer.

 Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi


1) Ragam bahasa fomal atau resmi (baku), ragam bahasa baku adalah ragam
bahasa yang digunakan pada situasi formal. Standar kebakuan bahasa
Indonesia adalah KBBI, ejaan, dan tata bahasa. Misalnya dunia
pendidikan, pidato kenegaraan, acara diskusi akademik, tulisan akademik,
dan jenis tulisan formal lainnya
2) Ragam bahasa informal atau tidak resmi (nonbaku), ragam bahasa nonbaku
adalah bahasa keseharian. Selama komunikasi dapat berjalan dengan baik,
maka ragam bahasa ini digunakan. Misalnya, obrolan di kampung atau
pemukiman, obrolan di luar kelas, bahasa pada sinetron, atau jenis bahasa
lain yang bersifat nonformal/tidak resmi
 Ragam Bahasa Berdasarkan Sarana Penyampaian
1) Ragam bahasa lisan adalah ragam yang menggunakan alat ucap sebagai
sarana penyampaian bahasa. Misalnya berbicara, pidato, ceramah, diskusi,
pembawa acara, dan aktivitas bahasa lain yang lebih banyak menggunakan
alat ucap.
2) Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang menggunakan simbol-
simbol tertulis sebagai sarana penyampaiannya. Misalnya menulis, cerpen,
novel, puisi, makalah, penelitian, undang-undang, dan jenis atau aktivitas
bahasa lain yang lebih banyak menggunakan simbol-simbol berupa huruf,
angka, dan tanda baca.
3) Ragam isyarat adalah ragam bahasa yang menggunakan gerak anggota
tubuh sebagai sarana penyampaiannya. Ragam ini dalam penggunaannya
disertai dengan gerakan mulut dan tangan dan tidak mensyaratkan suara,
baik dalam bentuk lafal atau intonasi. Contoh penggunaan ragam isyarat
adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan tunarungu
atau tunawicara.

d. Ciri-ciri bahasa baku


Agar penggunaan kata yang digunakan benar dalam tulisan maupun ucapan,
perlu diketahuinya ciri-ciri terkait kata baku agar dapat lebih memahaminya.
Secara umum, ciri-ciri kata baku adalah sebagai berikut:
 Kata baku tidak dipengaruhi bahasa asing
Contohnya: Ekspor (baku) – eksport (tidak baku)
 Kata baku tidak dipengaruhi bahasa daerah
Contohnya: Saya (baku) – Gue (tidak baku)
 Bentuknya tetap dan tidak mudah berubah
 Memiliki arti yang pasti, tidak berlebihan, dan tidak rancu
Contohnya: mengesampingkan (baku) – mengenyampingkan (tidak baku),
berkali-kali (baku) – berulangkali (tidak baku)
 Kata baku tidak mengandung arti pleonasme (pemakaian kata yang lebih dari
apa yang diperlukan)
Contohnya: para dosen (baku) – banyak para dosen (tidak baku), sekali saja
(baku) – hanya sekali saja (tidak baku)
 Penggunaan kata baku sesuai dengan konteks kalimat
 Tidak mengandung hiperkorek
Contohnya: diagnosis (baku) – diagnosa (tidak baku), apotek (baku) – apotik
(tidak baku)
 Bukan merupakan bahasa percakapan sehari-hari
Contohnya: tidak (baku) – enggak (tidak baku)

2. Lafal Bahasa Indonesia


a. Lafal Fonem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. Huruf
disebut juga sebagai lambang fonem. Bahasa Indonesia memiliki 26 huruf abjad yang
menggambarkan 26 fonem, yaitu 5 buah fonem vokal /a, e, i, o, u/ dan 21 fonem
konsonan /b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, o, p, q, r, t, v, w, x, y, z/.
Fonem bahasa Indonesia dilafalkan sesuai dengan bunyi atau nama setiap
hurufnya. Berdasarkan nama huruf abjad bahasa Indonesia, lafal berikut ini dianggap
benar.

(kecap) ABC [a bé cé]


(radio) BBC [bé bé cé]
(rumus) PQ [pé ki]
x+y [èks + yé
CBS [cé bé ès]
MTQ [èm té ki]
Di dalam bahasa Indonesia terdapat vokal yang dikenal dengan sebutan diftong
(vokal ganda), yang dalam pengujarannya vokal tersebut berubah kualitas. Pada
sistem tulisan, diftong dilambangkan oleh dua huruf vokal yang tak terpisahkan, yaitu
(ai), (au) dan (oi), yang pelafalannya diikuti oleh konsonan luncuran w atau y.
Misalnya, bunyi {aw} pada kata harimau adalah diftong sehingga (au) pada suku kata
–mau tidak dapat dipisahkan menjadi ma-u. Begitu pula dengan bunyi [ay] pada kata
selampai. Diftong (oi) ditemukan pada kata-kata serapan bahasa asing dalam jumlah
yang sangat terbatas. Dalam ujaran sehari-hari, diftong sering kali dilafalkan sebagai
satu vokal, misalnya cabai dilafalkan [cabé]. Daftar berikut adalah contoh kata-kata
yang memiliki diftong.

amboi [am boy]


saudagar [saw da gar]
lampau [lam paw]
pandai [pan day]
satai [sa tay]

Bandingkan dengan pelafalan kata-kata yang tidak mengandung diftong berikut.

baut [ba wut]


bait [ba yit]
kain [ka yin]

b. Gugus konsonan adalah deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam
satu suku kata yang sama. Bunyi [pr] pada kata "praktik" adalah gugus konsonan,
tetapi [kt] pada kata yang sama itu bukanlah gugus konsonan. Pemisahan bunyi
pada kata itu adalah prak·tik.
 Gugus konsonan disebut klaster yg ada dalam bahasa indonesia adalah :

 Br seperti pada kata brahma dan labrak


 Bl seperti pada kata blengko dan semblih
 By seperti pada kata obyektif
 Dr seperti pada kata drama dan drakula
 Dw seperti pada kata dwidarma

Gugus konsonan br seperti pada kata labrak dan gugus konsonan pr seperti pada


kata keprok, secara ortografis menurut EYD dianggap sebagai deret konsonan
karena suku katanya harus dipenggal menjadi lab. rak dan kep. Rok
Di dalam bahasa Indonesia juga dikenal dua buah konsonan yang melambangkan
satu fonem, yaitu /kh/, /ng/, /ny/, dan /sy/. Keempat konsonan ganda itu, masing-
masing dilafalkan dalam satu bunyi, [kh], [ng], [ny], dan [sy].

akhir [a khir]
bangun [ba ngun]
nyata [nya ta]
syarat [sya rat]
c. Deret konsonan adalah merupakan dua konsonan yang letaknya berdamingan,
tetapi berada pada suku kata yang berlainandan  eret konsonan berada di antara
dua silabel. Contoh :
 [mb] seperti kata <lambat>, <sambut>, dan <tembus>
 [ks] seperti kata <taksir>, <paksa>, dan <siksa>
 [rb] seperti kata <kerbau>, <korban>, dan <terbang>

d. Variasi lafal (alofon) adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata.
Contoh : simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata [simpul] berada pada lingkungan
suku tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku
terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).
Alofon adalah perbedaan bunyi yang tidak menimbulkan perbedaan makna,
misalnya /i/ dan /I/ dalam /menangIs/.Alofon suatu fonem dapat juga
menunjukkan ciri hubungan yang disebut bervariasi bebas. Alofon-alofon
demikian dapat dipertukarkan di tempat yang sama. Hal ini dapat terjadi terutama
karena alat ucap manusia pada dasarnya tidak mampu melafalkan dua bunyi yang
benar-benar sama berturut-turut.

3. Ejaan Bahasa Indonesia

Kaidah ejaan bahasa indonesia yaitu pemakaian Huruf Abjad yang dipakai
dalam bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf, yaitu: 21 huruf konsonan dan 5 huruf
vokal. Semua huruf dapat digunakan secara umum dalam kata, kecuali huruf q dan x.
Keduanya khusus diperlukan untuk nama dan keperluan ilmu. Di dalam bahasa
Indonesia terdapat pengombinasian dua huruf vokal yang disebut dengan huruf
diftong. Pengucapan bunyinya dilakukan secara luncur dan tingginya tidak sama.
Dengan kata lain, huruf vokal pertama pembunyiannya tinggi sedangkan huruf vokal
kedua rendah. Huruf diftong dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

1) Pemakaian huruf vokal,konsonan, dan diftong.


 Huruf vocal
Ada 5 huruf yang melambangkan huruf vokal yaitu ,a,i,u,e, dan o. huruf vokal
berfungsi sebagai pemberi suara huruf konsonan.
 Huruf konsonan
Ada 21 huruf konsonan yang terdiri dari a, b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s,
t, v, w, x, y ,dan z. Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara
yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan.biasa nya
disebut dengan huruf mati maka harus digabungkan dengan huruf vokal .
Contoh : m (masa)

 Huruf diftong
Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi
rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi.
Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb.
2) Pemakaian huruf kapital dan miring
a. Pengunaan huruf kapital / huruf balok yang sering kita dengar mempunyai
fungsi dan tempat sendri dalam ejaan bahasa Indonesia .
 Huruf kapital sebagai huruf pertama atau awal dalam kalimat.
 Huruf kapital sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh : adik bertanya “Kapan kita pulang ?”
 Huruf kapital digunankan dalam menyebut nama Tuhan atau kitab suci.
Contoh : Allah SWT , Al –Quran
 Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kerhormatan .
 Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan.
Contoh : M.Pd
 Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama orang.

b. Penggunaan huruf miring


 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya : majalah
Bahasa dan Kesusastraan, buku Negarakertagama karangan Prapanca surat
kabar Suara Karya
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:
 Huruf pertama kata abad ialah a.
 Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

c. Penulisan kata depan


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada. Misalnya:
 Bermalam sajalah di sini.
 Di mana dia sekarang?
 Kain itu disimpan di dalam lemari.

Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan adalah:

1) Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au,
oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata
geiser dan survei).
2) Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu
menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta
menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (2000). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Tiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Prihantini, Ainia. 2015. Master Bahasa Indonesia. Yogyakarta: B First.
http://andidiman.blogspot.co.id/2012/12/makalah-ejaan-bahasa-indonesia_8.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Bahasa_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai