Anda di halaman 1dari 8

SARANA ILMIAH

1 Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang
dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Bahasa
adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu
sama lain. Perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya. Dengan kemampuan
kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia
baginya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wittgenstein yang menyatakan: “batas
bahasaku adalah batas duniaku”. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa
adalah: (1) Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat. (2) Penetapan pemikiran dan
pengungkapan.(3) Penyampaian pikiran dan perasaan. (4) Penyenangan jiwa.(5)
Pengurangan kegoncangan jiwa. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang
digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan
alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik
pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif. Dengan kata lain,
kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa. Bahasa ilmiah
adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah. Batasan di atas memerlukan
penjelasan agar tidak terjadi salah paham, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat
didalamnya yaitu:

a. Simbol-simbol
simbol-simbol atau sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain. Hubungan
antara simbol dan ”sesuatu” yang dilambangkannya itu tidak merupakan sesuatu
yang terjadi dengan sendirinya atau sesuatu yang bersifat alamiah, seperti yang
terdapat antara awan hitam dan turun hujan, ataupun antara tingginya panas badan
dengan kemampuan terjadi inflasi. Simbol atau lambang memperoleh fungsi
khusunya dari mufakat atau kesepakatan kelompok atau konvensi sosial dan tidak
mempunyai efek apapun bagi setiap orang yang tidak mengenal konsensus atau
konvensi tersebut. Jadi dikatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol,
dimana hal tersebut mengandung makna bahwa ucapan si pembicara dihubungkan
secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis.

b. Simbol-Simbol Vokal
simbol-simbol yang mengandung ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal,
yaitu bunyi-bunyi yang aturan-aturan bunyinya dihasilkan dari kerja sama berbagai
organ atau alat tubuh dengan sistem pernafasan. Untuk memenuhi maksudnya, bunyi-
bunyi tersebut haruslah didengar oleh orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian
rupa untuk memudahkan si pendengar untuk merasakannya secara jelas dan berbeda
dari bunyi yang lain. Dengan demikian pada dasarnya ujaran merupakan fenomena
akustik. Dengan kata lain, tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ vokal
manusia merupakan simbol-simbol bahasa, lambang-lambang kebahasaan. Bersin,
batuk, dengkur, dan lainnya biasanya tidak mengandung nilai simbolis, semua itu
tidak bermakna apa-apa di luar mereka sendiri. Hanya apabila bunyi tersebut
mempunyai makna konvensional tetenu dalam suatu kelompok sosial tertentu,
misalnya apabila batuk-batuk kucing diartikan lambang dari rasa hormat atau keadaan
yang memalukan, barulah diterima sebagai sejenis status tambahan dalam bahasan
masyarakat tertentu.

c. Simbol-Simbol Vokal Arbitrer


Istilah arbitrer adalah ”mana suka” yang tidak perlu ada hubungan yang valid
secara filosofis antara ucapan dan lisan serta arti yang dikandungnya. Hal ini akan
lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari satu bahasa. Simbol bahasa ini
sama artinya dengan kebiasaan memberikan nama masing-masing daerah berbeda
yaitu bendanya atau objeknya hanya satu tetapi mempunyai banyak nama karena
pegaruh logat, wilayah dan tata bahasa seperti contoh bahasa Indonesia tikus bahasa
balinya bikul. Terlihat ada dua jenis binatang yang sebenarnya hanya satu. Semua
nama tersebut sebenarnya adalah konvensi sosial atau sejenis kesepakatan atau
persetujuan secara bersama baik secara tidak sengaja ataupun sengaja yang
memberikan makna pada suatu benda yang belum memiliki makna atau arti.

d. Simbol-simbol yang berstruktur


Walaupun hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hati
nurai, logika dan psikologi, namun kerja sama antara bunyi-bunyi itu sendiri, di
dalam bahasa tertentu, ditandai oleh sejumlah konsistensi ketetapan intern. Dalam
beberapa bahasa, bunyi-bunyi tertentu tidak dapat dipakai pada awal kata, yang lain
tidak dapat dipakai atau menduduki posisi diakhir kata. Gabungan bunyi dan urutan
bunyi membuktikan betapa pentingnya kreteria kecocokan dan pemolaan yang teratur
rapi. Pemolaan ini jelas bersifat intuitif yang merupakan sifat tidak sadar, walaupun
telah di telaah para sarjana, diciptakan dan telah dipergunakan oleh manusia yang
biasanya tidak sadar akan adanya suatu ”sistem berstruktur” yang mendasari ujaran
mereka.
e. Simbol-simbol bahasan khusus
Bagian ini menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Para ahli
sosial menaruh perhatian pada tingkah laku manusia, sejauh tingkah laku tersebut
mempengaruhi atau dipengaruhi manusia lainnya. Mereka memandang tingkah laku
sosial sebagai tindakan atau aksi yang ditunjukkan terhadap yang lainnya. Fungsi
bahasa memang sangat penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota
masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial. Telaah mengenai pola-pola interaksi
ini merupakan bagian dari ilmu sosiologi.

1. Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat
bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik
berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Walaupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi, secara umum dapat
dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah: (1) koordinator kegiatan-kegiatan
masyarakat, (2) penetapan pikiran dan pengungkapan, (3) penyampaian pikiran dan
perasaan, (4) penyenangan jiwa, dan (5) pengurangan kegoncangan jiwa.
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutif oleh Thaimah bahwa fungsi
bahasa adalah: (1) fungsi instrumental; yaitu penggunaan bahasa untuk mencapai
suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum dan sebagainya, (2) fungsi
regulatoris; yaitu penggunana bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku,
(3) fungsi intraksional; yaitu penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan
pemikiran antara seseorang dengan orang lain, (4) fungsi personal; yaitu seseorang
menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran, (5) fungsi heuristik;
yaitu penggunaan bahasa untuk mencapai pengungkap tabir fenomena dan keinginan
untuk mempelajarinya, (6) fungsi imajinatif; yaitu penggunaan bahasa untuk
mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery
seseorang dan tidak sesuai dengan realita, dan (7) dungsi representasion; yaitu
penggunaan bahasa untuk mengambarkan pemikiran dan wawasan serta
menyampaikannya kepada orang lain.
Sedangkan Buhler membedakan fungsi bahasa ke dalam bahasa ekspresif,
konatif dan bahasa refpresentasion. Bahasa ekspresif yaitu bahasa yang terarah pada
diri sendiri yakni si pembicara; bahasa konatif yaitu bahasa yang terarah pada lawan
bicara; dan bahasa reperesentasion yaitu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya
yaitu apa saja selain si pembicara atau lawan bicara. Lebih lanjut Desmond Morris
mengemukakan 4 fungsi bahasa yaitu (1) penukaran keterangan dan informasi, (2)
berbicara untuk meningkatkan pemahaman diri sendiri, (3) sebagai ujaran untuk
kepentingan ujaran sebagai mana fungsi estetis dan (4) tuturan yang sopan yang
maksudnya kerukunan melalui percakapan, yakni menggunakan bahasa untuk
memperlancar proses sosial dan menghindari pertentangan.
2. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kreteria
maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan menguasai hal tersebut
tujuan yang akan dicapai akan terwujud. Di samping menguasai langkah-langkah
tentunya kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa, logika matematika dan
statistika. Berbicara masalah sarana ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu
pertama, sarana ilmiah itu merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmiah, seperti penggunaan pola pikir induktif dan deduktif
dalam mendapatkan pengetahuan. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah
agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir
ilmiah di mana bahasa merupakan lalat berpikir dan komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang
berdasarkan logika induktif maupun deduktif. Dengan kata lain, kegiatan berpikir
ilmiah sangat berkaitan erat dengan bahasa, menggunakan bahasa yang baik dalam
berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa
yang tidak baik dan benar. Premis yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang
salah juga. Semua itu tidak lepas dari fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana
berpikir.

2 Matematika
1. Matematikan Sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematikan
bersifat ”artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan
kepadanya. Tanpa itu makna matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus
yang mati. Bahasa verbal mempunyai banyak kekurangan, untuk mengatasi
kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal kita berpaling pada matematika.
Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan
emosional dari bahasa verbal.
Lambang-lambang dari matematika yang dibuat secara artifisial dari individu
yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedan dikaji
sesuai dengan perjanjian. Contonya dalam mempelajari ”kecepatan jalan kaki seorang
anak”, maka objek ”kecepatan jalan kaki seorang anak” tersebut kita lambangkan
dengan Z. Dalam hal ini hanya mempunyai arti yakni ”kecepatan jala kaki seorang
anak” dan sebagainya. Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan
bahasa verbal, matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan
kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dalam bahasa verbal kita tidak
bisa melakukan perbandingan ukuran gajah dengan semut tetapi hanya mampu
membedakan saja. sedangkan dalam bahasa matematika menggunakan pengukuran
dan lewat pengukuran kita bisa mengetahui dan hasil dari pengukuran itulah yang
dapat dikatakan bahasa verbal.

2. Matematika sebagai Sarana Berpikir Deduktif


Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti
halnya yang terdapat di dalam ilmu-ilmu empiris, melainkan didasarkan atas deduksi-
deduksi (penjabaran-penjabaran). Pernyataan-pernyataanya bersifat jelas yang
merupakan pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada premis-premis yang
kebenarannya telah ditentukan. Misalnya; jika diketahui bahwa A termasuk ke dalam
lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungannya dengan C maka A tidak ada
hubunganya dengan C. Pola pernytaan di atas akan lebih jelas bila dinyatakan dengan
bahasa simbol yaitu (A C B) ^ (BØC) → (AØB).

3. Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial


Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai
dengan penggunaan lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran,
di samping hal lain seperti bahasa, metode, dan lainnya. Berbeda dengan ilmu sosial
yang memiliki obyek penelahaan yang kompleks dan sulit dalam melakukan
pengamatan, di samping obyek penelaahan yang tak berulang maka kontribusi
matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan. Kita akan
mempelajari sebuah kelompok sosial dengan informasi tertentu mengenai perasaan
suka dan tidak suka di antara pasangan manusia. Sebuah grafik adalah suatu bahasa
matematis yang mudah di mana kita dapat mengemukakan struktur semacam itu.

3 Statistik
1. Hubungan Bahasa, Logika, Matematika dan Statistika
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola
berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir
induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika
deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam
berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir
induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.
2.Peranan Statistika dalam Tahap-Tahap Metode Keilmuan
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan.
Metode keilmuan, sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa
yang dilakukan seseorang dalam mempergunakan pikirannya, tanpa ada sesuatu pun
yang membatasinya. Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua
pengambilan keputusan dalam bidang manajemen. Statistika diterapkan dalam
penelitian pasar, penelitian produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol
kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing,
pemilihan risiko dalam pemberian kredit, dan masih banyak lagi.

4 Logika
1. Aturan Cara Berpikir Benar
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat
terlaksana, untuk dapat berpikir baik yakni berpikir benar, logis-dialektis juga
dibutuhkan kondisi-kondisi seperti:

a. Mencintai kebenaran
Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini
senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan mutu
penalaraanya, mengerakkan si pemikir untuk senantiasa waspada ”roh-roh” yang akan
menyelewengkannya dari yang benar. Cinta terhada kebenaran diwujudkan dalam
kerajjinan (jauh dari kemalasan, jauh dari rasa takut, dan jauh dari kecerobohan) serta
diwujudkan dalam kejujuran, yakni disposisi atau sikap kejiwaan dan pikiran yang
selalu siap sedia menerima kebenaran meskipun berlawanan dengan prasangka dan
keinginan atau kecenderungan pribadi dan golongan. Waspadailah kecenderungan
manusia untuk selalu siap sedia menerima sesuatu sebagi benar hal yang
dikehendakinya sebagai benar. Kewajiban mencari kebenaran adalah tuntunan
intrinsik manusia untuk merealisasikan manusia menurut tuntunan keluhuran
keinsaninya. Oleh karena itu, kepicikan apalagi kesenjangan penyempitan persfektif,
hakekat tidak sesuai dengan keluhuran nurani.

b. Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda kerjakan


Kegiatan yang dikerjakan adalah kegiatan berpikir dimana seluruh aktivitas
intelek kita adalah suatu usaha terus-menerus mengejar kebenaran yang diselingi
dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Pada
taraf hidup kita didunia ini, sifat intelek kita diskutif dan hanya dalam beberapa hal
agak sedikit intuitif. Karena untuk mencapai kebenaran, kita harus bergerak melalui
berbagai macam langkah dan kegiatan.

c. Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakan


pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata, dimana kecermatan pikiran
terungkapkan ke dalam kecermatan kata-kata. Karenanya kecermatan ungkapan
pikiran ke dalam kata merupakan suatu yang tidak boleh ditawar lagi. Anda
senantiasa perlu menguasai ungkapan pikiran ke dalam kata tersebut, baik yang
eksplisit maupun yang implisit. Harus mengetahui dengan betul dan seksama
mengenai isi (komprehensif), lingkungan (ektensi), arti fungsional (suposisi) dan
istilah (term) yang digunakan, karena istilah merupakan unsur konstitutuf penalaran.
Waspadalah terhadap-terhadap istilah ekuivokal (bentuk sama, tetapi arti berbeda),
analogis (bentuk sama tetapi arti sebagian berbeda). Identifikasi lokalisasi arti
taambahan (konotasi) suatu istilah, perhatikan amplikasi (pembesaran suposisi),
restriksi (pengecilan suposisi), alienasi (perluasan suposisi), dan apelasi (pembatasan
suposisi).

d. Cintailah definisi yang tepat


Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap
sebagaimana yang akan diungkapkan sebagaimana yang dimaksud. Karenannya
jangan segan membuat definisi. Definisi harus diburu hingga tertangkap. Definisi
artinya pembatasan, yakni membuat batas-batas yang jelas tentang sesuatu. Harus
dihindari kalimat-kalimat dan uraian-uraian yang ”gelap”, tidak terang strukturnya
dan tidak jelas artinya. Cintailah cara berpikir yang terang, jelas dan tajam membeda-
bedakan, hingga terang yang dimaksud.

e. Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu


Ketahuilah mengapa anda berkata begini atau begitu, anda harus bisa dan
biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari
sutau penuturan, pernyataan atau kesimpulan yang anda buat. Sering terjadi banyak
orpang tidak tahu apa yang mereka katakan (nyatakan) dan mengapa mereka berkata
(menyatakan) begitu. Jika bahan yang ada tidak ada kurang cukup untuk menarik
kesimpulan, hendaknya orang menahan diri untuk tidak membuat kesimpulan atau
membuat pembatasan-pembatasan dalam kesimpulan.

2. Klasifikasi
Sebuah konsep klasifikasi seperti ”panas” atau ”dingin” hanyalah
menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep perbandingan seperti
”lebih panas” atau ”lebih dingin”, mengemukakan hubungan mengenai objek
tersebut dalam norma yang mencakup pengertian lebih atau kurang, dibandingkan
dengan objek lain. Jauh sebelum ilmu mengembangkan konsep tempratur yang dapat
diatur waktu itu kita sudah dapat mengatakan ”objek ini lebih panas dari pada objek
itu”. Konsep seperti ini mempunyai kegunaan yang sangat banyak. Kita tidak boleh
mengecilkan kegunaan konsep klasifikasi terutama pada bidang-bidang dimana
metode keilmuah dan metode kuantitatif belum berkembang. Sekarang psikologi telah
menggunakan metode kuantitatif secara lebih sering, namun masih terdapat daerah-
daerah dalam psikologi perbandingan masih dipergunakan.

3. Aturan Definisi
Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap
sesutau yang dikehendaki seseorang untuk memindahkanya kepada orang lain.
Dengan kata lain, menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk
membahas tentang hakekatnya. Definisi mempunyai peranan penting dalam
pembahasan yang berkaitan dengan penjelasan dan pembatasan makna, dan disegi
lain terkait dengan pembahasan. Sedangkan pengertian definisi secara terminologi
adalah sesuatu yang menguraikan makna yang menjelaskan karakteristik khusus pada
diri individu. Definisi yang baik adalah menyeluruh dan membatasi, dan ini sejalan
dengan kata definisi itu sendiri yaitu definitie (mebatasi). Seperti manusia adalah
manusia yang berakal. Binatang adalah genus sedangkan berakal adalah differensi,
pembeda utama manusia dengan mahkluk-mahkluk lain. Jadi definisi yang valid
dalam logika perlu batasan yang jelas antara objek-objek yang didefinisikan.

Anda mungkin juga menyukai