Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejak kecil, kita sudah mempelajari bahasa secara sendiri, tanpa ada yang
mengajari. Kita bisa belajar sedikit demi sedikit. Bahasa yang dituliskan ataupun
yang dilafalkan pasti memiliki makna. Melalui bahasa kita dapat menuangkan ide
atau gagasan yang kita pikirkan.Bahasa merupakan dasar segala kegiatan yang
kita lakukan.
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar
agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan
dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat.
Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan
pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi bahasa ?
2. Bagaimanakah ciri-ciri Bahasa ?
3. Bagaimana kedudukan dan fungsi dari bahasa ?
4. Bagaianakah perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi?
5. Bagaimana Bahasa yang Baik dan Benar?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bahasa,
2

2. Untuk mengetahui ciri-ciri bahasa dan,
3. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi dari bahasa,
4. Untuk mengetahui perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
dan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi,
5. Untuk mengetahui Bahasa yang Baik dan Benar.


















3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahasa
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa
bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka
menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi
dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama.
Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya.
Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan
bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh sekelompok masyarakat
untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Menurut sumber dari Wilkipedia, bahasa adalah alat atau perwujudan
budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau
berhubungan, baik lewat tulisan, lisan atau kemauan kepada lawan bicaranya
atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah
membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Fodor (1974)
mengatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol dan tanda. Yang dimaksud
dengan sistem simbol adalah hubungan simbol dengan makna yang bersifat
4

konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem tanda adalah bahwa
hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat
atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud.
Dari defenisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah
amanat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahsa primer) dan tulisan (bahasa
sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia),
yaitu dalam bentuk symbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki cirri
khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki
makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya kata sarang dalam bahasa Korea
artinya cinta, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya kandang atau tempat.
Tulisan adalah susunan dari simbol (huruf) yang dirangkai menjadi kata
bermakna dan dituliskan. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik,
intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung
komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau/silet oleh karena itu
sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai
serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.
2.2 Ciri-Ciri Bahasa
Ciri-ciri dari bahasa adalah:
2.2.1 Sistematik.
Bahasa itu terbuat dari gabungan fonem atau huruf yang
membetuk kata-kata, yang tersusun dan mempunyai arti, menjadi frasa.
Dan jika frasa itu digabungkan dengan kata lain akan menjadi klausa.
5

Ketika klausa diberi ontonasi atau diikuti klausa lain maka susunan
kata menjadi kalimat.
2.2.2 Arbiter
Arbiter yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi
dengan bendanya. Hubungan bahasa dengan kenyataan. Antara bahasa
yang satu dengan yang lain, mempunyai hubungan. Arti yang sama
untuk sebuah objek dilambangkan dengan kata yang berbeda.
Misalnya: kata matahari dengan sun.
2.2.3 Vokal
Bahasa didasari oleh bunyi yang dihasilkan oleh suatu alat ucap
manusia. Bunyi tersebut divisualisasikan dalam bentuk tulisan yang
disebut huruf, dalam sistem tulisan gabungan huruf membentuk suku
kata dan kata (Wardhaugh, 1970).
2.2.4 Bermakna
Bahasa merupakan alat yang sistematik untuk menyampaikan
gagasan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, isyarat atau ciri
konvensional yang memiliki arti dan dapat dimengerti (Webster, new
collegiate Dictionary 1981).
2.2.5 Komunikatif
Merupakan sistem komunikasi, berinteraksinya pembicara
dengan pendengar.


6

2.2.6 Ada di masyarakat
Bahasa tampil dalam banyak model: idiolek, dialek, dan bahasa
itu sendiri. Disamping itu, ada orang ang dapat menguasai lebih arti
satu bahasa.
2.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan
diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan
integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan
sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3). Derasnya arus
globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan
dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era
globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam
dunia persaingan di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. . Konsep-
konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya
khasanah bahasa Indonesia. Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa
(termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain
itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan,
fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus
berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa
7

itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang.
Implikasinya di dalam pengembangandaya nalar, menjadikan bahasa sebagai
prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan
bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin
dari daya nalar (pikiran).
2.3.1 Kedudukan dan Fungsi bahasa secara umum
1. Sebagai alat untuk berkespresi
Contohnya;mampu menggungkapkan gambaran,maksud
,gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan
secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada dan
pikiran kita, sekurang-kurangnya dapat memaklimkan keberadaan
kita. Misalnya seperti seorang penulis buku, mereka akan
menuangkan segala sesuatu yang mereka pikirkan ke dalam sebuah
tulisan tanpa memikirkan si pembaca, mereka hanya berfokus pada
keinginan mereka sendiri. Sebenarnya ada 2 unsur yang
mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
1) Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;
2) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari
semua tekanan emosi.
2. Sebagai alat komunikasi
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran
perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan
memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama
8

warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,
merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf,
1997 : 4). Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari
ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri
kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Pada saat kita
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki
tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin
menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh
orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap
pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh
lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil
pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau
khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan
bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan
khalayak sasaran kita. Pada saat kita menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah
bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu,
seringkali kita mendengar istilah bahasa yang komunikatif.
Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan
tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih
mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Dengan kata lain, kata
besar atau luas,dianggap lebih komunikatif karena bersifat
lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa
9

lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa
intelektualitas, atau nuansa tradisional.
3. Alat untuk mengadakan imtegrasi dan adaptasi sosial
Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial
tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan
bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan
menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita
akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-
teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang
yang kita hormati. Dalam mempelajari bahasa asing, kita juga
berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa
tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan
kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Jangan
sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya
bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita
dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa
tersebut.
4. Sebagai alat kontrol sosial
Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri
atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun
pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran,
10

buku-buku instruksi, ceramah agama (dakwah), orasi ilmiah atau
politik adalah contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol
sosial. Selain itu, kita juga sering mengikuti diskusi atau acara
bincang-bincang(talk show) di televisi dan radio, iklan layanan
masyarakat atau layanan tentang latar belakang dari suatu hal,
misalnya saja untuk mengetahui keberadaan atau asal dari suatu
budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah-naskah kuno atau
penemuan prasasti-prasasti.
5. Mengeksploitasi IPTEK
Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki
manusia, ditambah dengan akal dan pikiran yang sudah diberikan
Tuhan hanya kepada manusia, maka manusia akan selalu
mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu
akan didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat
mempergnakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia
itu sendiri.
2.3.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
1. Lambang kebanggaan nasional
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia
memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia.
Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita
11

harus bangga dengannya; kita harus menjunjungnya; dan kita harus
mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap
bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah
diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bngga memakainya
dengan memelihara dan mengembangkannya.
2. Lambang identitas nasional
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia
merupakan lambang bangsa Indonesia. Ini beratri, dengan bahasa
Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan
watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang
demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri
kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai
bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia
yang sebenarnya.
3. Alat pemersatu
berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar
belakang sosial budaya dan bahasanya Dengan fungsi ini
memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang
sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan
bersatu dalam kebangsaan, cita- cita, dan rasa nasib yang sama.
Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan
serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak
merasa lagi dijajah oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan
12

adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia,
identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin
dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi
bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan,
bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa
Indonesia.
4. Alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari. Bayangkan saja apabila kita ingin
berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang
berlatar belakang bahasa berbeda, mungkinkah kita dapat bertukar
pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana cara kita
seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak
mengenal bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah yang dapat
menanggulangi semuanya itu. Dengan bahasa Indonesia kita dapat
saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi
pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan
dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan
kemanan (disingkat: ipoleksosbudhankam) mudah diinformasikan
kepada warganya. Akhirnya, apabila arus informasi antarkita
meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan
kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan
pembangunan akan cepat tercapai.
13

2.3.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Negara/Resmi
Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan
sejarah yang panjang. Secara resmi adanya bahasaIndonesia dimulai
sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak berarti sebelumnya
tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidak langsung dari bahasa
Melayu. Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu
masih juga digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang
berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh
pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia
digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang
mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan
kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme
pemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya: jiwa
kolonial dan jiwa nasional. Secara terperinci perbedaan lapangan atau
ranah pemakaian antara kedua bahasa itu terlihat pada perbandingan
berikut ini.
Bahasa Melayu:
1. Bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda, terutama untuk
tingkat yang dianggap rendah.
2. Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang didirikan atau
menurut sistem pemerintah Hindia Belanda.
14

3. Penerbitan-penerbitan yang dikelola oleh jawatan pemerintah
Hindia Belanda.
Bahasa Indonesia:
1. Bahasa yang digunakan dalam gerakan kebangsaan untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia.
2. Bahasa yang digunakan dalam penerbitan-penerbitan yang
bertuju-an untuk mewujudkan cita-cita perjuangan kemerdekaan
Indonesia baik berupa: (1) bahasa pers, dan (2) bahasa dalam
hasil sastra.
Kondisi di atas berlangsung sampai tahun 1945. Bersamaan
dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945, Bab XV,
Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa negara bukanlah
pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak
stabilnya suatu negara. Sebagai contoh konkret, negara tetangga
kita Malaysia, Singapura, Filipina, dan India, masih tetap
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di negaranya,
walaupun sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk
menjadikan bahasanya sendiri sebagai bahasa resmi. Hal-hal
yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa
sebagai bahasa negara apabila; (1) bahasa tersebut dikenal dan
15

dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara itu, (2) secara
geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya, dan
(3) bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu.
Bahasa-bahasa yang terdapat di Malaysia, Singapura, Filipina,
dan India tidak mempunyai ketiga faktor di atas, terutama faktor
yang nomor (3). Masyarakat multilingual yang terdapat di negara
itu saling ingin mencalonkan bahasa daerahnya sebagai bahasa
negara. Mereka saling menolak untuk menerima bahasa daerah
lain sebagai bahasa resmi kenegaraan. Tidak demikian halnya
dengan negara Indonesia. Ketiga faktor di atas sudah dimiliki
bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Bahkan, tidak hanya itu.
Sebelumnya bahasa Indonesia sudahmenjalankan tugasnya
sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa Indonesia.
Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi negara-negara
lain, bagi kita tidak merupakan persoalan. Oleh sebab itu, kita
patut bersyukur kepada Tuhan atas anugerah besar ini. Dalam
Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai berikut:
1. Bahasa resmi kenegaraan
Pembuktian bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi kenegaran ialah digunakannyabahasaIndonesia dalam
16

naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. sa penhasa
pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Hanya saja
untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan redah yang
anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daer
kelas tiga Sekolah Dasar. Untukapat dilakukan dengan
menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau
menynnya sendiri. Apabila hal ini dilakukan, sangatlah
membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia
sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek).
Mungkin pada saat mendatang bahasa Indonesia berkembang
sebagai bahasa iptek yang sejajar dengan bahasa Inggris.
Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan pe-rencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah. Bahasa Indonesia dipakai
dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan
informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu
hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan
mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan
peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang
disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh
orang kedua (baca: masyarakat).
17

Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional,
ilmu, dan teknologi, bahasa Indonesia terasa sekali
manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam itu, yang
berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula,
rasanya tidaklah mungkin dapat disebarluaskan kepada dan
dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa lain
selain bahasa Indonesia. Apakah mungkin guru tari Bali
mengajarkan menari Bali kepada orang Jawa, Sunda, dan
Bugis dengan bahasa Bali? Tidak mungkin! Hal ini juga
berlaku dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern.
Agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu
dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku
populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain,
hendaknya menggunakn bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini
mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai
bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembagapendidikan,
khususnya di perguruan tinggi.



18

2.4 Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa
Indonesia
Sebagai Bahasa Negara/Resmi
2.4.1 Perbedaan dari Segi Wujudnya
Jika kita mendengarkan pidato sambutan Menteri Sosial dalam
rangka peringatan Hari Hak-hak Asasi Manusia dan pidato sambutan
Menteri Muda Usaha wanita dalam rangka peringatan Hari Ibu,
misalnya. Tentunya kita tidak menjumpai kalimat-kalimat yang
semacam ini. Sodara-sodara! Ini hari adalah hari yang bersejarah.
Sampeyan tentunya udah tau, bukan? Kalau kagak tau yang kebacut,
gitu aja. Kalimat tersebut juga tidak pernah kita jumpai pada saat kita
membaca surat-surat dinas, dokumen-dokumen resmi, dan peraturan-
peraturan pemerintah. Namun di sisi lain, ketika kita berkenalan
dengan seseorang yang berasal dari daerah atau suku yang berbeda,
pernahkah kita memakai kata-kata seperti kepingin, paling banter,
kesusu dan mblayu. Jika kita menginginkan tercapainya tujuan
komunikasi, kita tidak akan menggunakan kata-kata ataupun struktur
kalimat yang tidak akan dimengerti oleh lawan bicara kita
sebagaimana contoh di atas. Perbedaan wujud secara khusus antara
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi sebagaimana yang kita
dengar dan kita baca pada contoh di atas, dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, sebagaimana yang pernah juga kita lakukan pada saat
berkenalan dengan orang lain daerah atau lain suku memang ada,
19

misalnya penggunaan kosakata dan istilah. Hal ini disebabkan oleh
lapangan pembicaraannya berbeda. Dalam lapangan politik diperlukan
kosakata tertentu yang berbeda dengan kosakata yang diperlukan
dalam lapangan administrasi. Begitu juga dalam lapangan ekonomi,
sosial, dan yang lain-lain. Akan tetapi, secara umum terdapat
kesamaan. Semuanya menggunakan bahasa yang berciri baku. Dalam
lapangan dan situasi di atas tidak pernah digunakan, misalnya, struktur
kata kasih tahu (untuk memberitahukan), bikin bersih (untuk
membersihkan), dia orang (untuk mereka), diapunya harga (untuk
harganya), dan kata situ (untuk Saudara, Anda, dan sebagainya),
kenapa (untuk mengapa), bilang (untuk mengatakan), nggak (untuk
tidak), gini (untuk begini), dan kata- kata lain yang dianggap kurang
atau tidak baku.
2.4.2 Perbedaan dari Proses Terbentuknya
Secara implisit, perbedaan dilihat dari proses terbentuknya
antara kedua kedudukan bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara dan
nasional, sebenarnya sudah diuraikan sebelumnya. Akan tetapi, untuk
mempertajam perbadaan latar belakangnya dapat ditelaah hal berikut.
Adanya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didorong
oleh rasa persatuan bangsa Indonesia pada waktu itu. Putra-putra
Indonesia sadar bahwa persatuan merupakan sesuatu yang mutlk untuk
mewujudkan suatu kekuatan. Semboyan Bersatu kita teguh bercerai
kta runtuh benar-benar diresapi oleh mereka. Mereka juga sadar
20

bahwa untuk mewujudkan persatuan perlu adanya saran yang
menunjangnya. Dari sekian sarana penentu, yang tidak kalah
pentingnya adalah sarana komunikasi yang disebut bahasa. Dengan
pertimbangan kesejarahan dan kondisi bahasa Indonesia yang lingua
franca itu, maka ditentukanlah ia sebagai bahasa nasional. Berbeda
halnya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi.
Terbentuknya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi
dilatarbelakangi oleh kondisi bahasa Indonesia itu sendiri yang secara
geografis menyebar pemakiannya ke hampir seluruh wilayah Indonesia
dan dikuasai oleh sebagian besar penduduknya. Di samping itu, pada
saat itu bahasa Indonesia telah disepakati oleh pemakainya sebagai
bahasa pemersatu bangsa, sehingga pada saat ditentukannya sebagai
bahasa negara/resmi, seluruh pemakai bahasa Indonesia yang sekaligus
sebagai penduduk Indonesia itu menerimanya dengan suara bulat.
2.4.3 Perbedaan dari Segi Fungsinya
Perbedan fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dengan fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara terlihat juga pada wilayah pemakaian dan tanggung jawab kita
terhadap pemakaian fungsi itu. Kapan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara/resmi dipakai, kiranya sudah kita ketahui. Yang menjadi
masalah kita adalah perbedaan sehubungan dengan tanggung jawab
kita terhadap pemakaian fungsi-fungsi itu. Ketika kita (misalnya,
karena kita sebagai bangsa Indonesia yang hidup di wilayah tanah air
21

Indonesia) menggunakannya sebagai bahasa negara/resmi, maka
Bahasa Indonesia dipakai sebagai alat penghubung antarsuku,.
Sehubungan dengan itu, apabila ada orang yang berbangsa lain yang
menetap di wilayah Indonesia dan mahir berbahasa Indonesia, dia
tidak mempunyai tanggung jawab moral untuk menggunakan bahasa
Indonesia sebagai fungsi tersebut.
2.5 Bahasa yang baik dan benar
Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran
dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif.
Bahasa yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar.
Sebaliknya, penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu
baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi
dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar
(Alwi dkk., 1998: 21) .
2.5.1 Bahasa yang baik
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan pada aspek
komunikatif bahasa, sehingga kita harus memperhatikan sasaran
bahasa kita, kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Untuk
itu, unsur-unsur seperti umur, pendidikan, agama, status sosial,
lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh
kita abaikan. Akan sangat berbeda cara kita berbahasa kepada anak
kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa. Sudah pasti
kita akan mempergunkan bahasa yang lebih baik dan sopan kepada
22

orang dewasa daripada kepada anak kecil Penggunaan bahasa untuk
lingkungan yang berpendidikan tinggi dengan yang berpendidikan
rendah juga tidak dapat disamakan.
2.5.2 Bahasa yang benar
Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni
peraturan bahasa yang terdiri dari 4 hal, yaitu:
1. tata bahasa
2. pilihan kata
3. tanda baca
4. dan ejaan.
Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki
dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis. Pengetahuan atas tanda baca
dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis.. Kriteria yang
akan digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah
kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek, yaitu :
1. Tata bunyi (Fonologi), misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan
z. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif,
variabel, vitamin, devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip,
pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalah lafal juga
termasuk aspek tata bumi. Pelafalan yang benar adalah kompleks,
transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot.
2. Tata bahasa (kata dan kalimat), misalnya, bentuk kata yang benar
adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan
23

pertanggungjawaban, bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak,
ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban.
3. Kosa kata (termasuk istilah), kata-kata seperti bilang, kasih, entar
dan udah lebih baik diganti dengan berkata/mengatakan, memberi,
sebentar, dan sudah dalam penggunaan bahasa yang benar. Dalam
hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak (impact), bandar
udara, keluaran (output), dan pajak tanah (land tax) dipilih sebagai
istilah yang benar daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara,
hasil, dan pajak bumi.
4. Ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, sistem, objek, jadwal,
kualitas, dan hierarki.
5. Makna, penggunaan bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan
menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya,
dalam penggunaan bahasa dalam ilmu pengetahuan tidak tepat
menggunakan bahasa konotasi memiliki makna kiasan.








24

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa adalah amat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahsa primer)
dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh
alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk symbol bunyi, dimana setiap simbol
bunyi memiliki ciri khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di
telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh. Bahasa adalah alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia.
3.2 Saran
Dengan adanya sistematika Bahasa Indonesia sebaiknya kita
memahami betul tentang pengertian dari bahasa ciri dan fungsinya agar di
dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mempergunanakannya dengan baik.









25

DAFTAR PUSTAKA

Syamsuddin, A.R 2004 Kompetensi berbahasa Sastra Indonesia. Solo : tiga
serangkai.
Eneste,P. 2001 buku pintar berbahasa indonesia dengan baik dan benar. Jakarta :
Kompas.
Efendi 1995 Panduan berbahasa indonesia. Jakart : Pustaka jaya
Alwi, Hasan dkk Tata bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai