Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEORI HUKUM

OLEH :

ARGI PUTRA FINALO

2120123008

MANDIRI A

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
A. Sejarah Teori Hukum
Teori hukum memiliki tujuan untuk menjelaskan kejadian-kejadian
dalam bidang hukum dan mencoba untuk memberikan penilaian. Teori
tentang hukum dipelajari sejak zaman dahulu oleh para ahli hukum Yunani
maupun Romawi, yakni dengan membuat berbagai pemikiran tentang
hukum sampai kepada akar-akar filsafatnya. Sejarah teori hukum ini pada
hakikatnya merupakan sejarah tentang perkembangan peradaban manusia
mengatur kehidupannya.

Fase-fase perkembangan teori hukum ini dapat digambarkan sebagai


berikut:

1800 sebelum Masehi

Raja Babilonia Selatan dengan menggunakan undang-undang yg


dikenal dengan “Code Chammurabi”, sebagai undang-undang yang tertua
dalam peradaban manusia.

Abad ke-5 sebelum Masehi

Pemikiran tentang hukum baru mendapat akarnya pada zaman


Yunani, abad ke-5 SM. Socrates, Plato, Aristoteles, dan Epicurus adalah
empat nama besar pemikir tentang hukum dan negara yg tercatat
sepanjang sejarah itu.

Subtansi utama pemikiran mereka adalah masalah-masalah


kewajiban dan keharusan negara, keharusan adanya hukum oleh negara,
masalah hukum, dan keadilan. Intinya Negara diadakan untuk memberi
keadilan yang sebesar-besarnya bagi rakyat dan dengan hukum keadilan
itu diwujudkan.

Zaman Romawi
Keadilan sebagai substansi utama pemikiran hukum kemudian
berlanjut pada zaman Romawi. Pada zaman ini antara lain tercatat nama
Cicero (106-43 SM). Kerajaan Romawi runtuh pada abad ke-5 sesudah
masehi.

Abad Pertengahan (Abad ke-5 sampai dengan ke-15)

Abad Pertengahan, yaitu masa peralihan antara zaman purba ke


zaman modern. Zaman pertengahan ini berlangsung selama sepuluh abad
dari abad ke-5 s/d 15 sesudah masehi.

Permulaan Abad Modern

Pada zaman ini pemikiran hukum dan keadilan mendapat warna


ketuhanan yang sangat padat, terutama pengaruh agama kristen. Saat itu
tercatat nama Thomas Aquinas.

Zaman Renaisance (Abad ke-16)

Zaman pasca pertengahan disebut zaman Renaisance, yaitu zaman


saat manusia menemukan dirinya kembali. Manusia membebaskan dirinya
dari ikatan agama dan kepercayaan kehidupannya pada kekuatan pikiran
atau rasionya.

Puncaknya di Itali, zaman ini tercatat nama Niccolo Machiavelli,


menyamakan hukum dengan kekuasaan. Grotius juga menegaskan
pentingnya akal, seandainya Tuhan tidak ada atau tidak mempedulikan
manusia, menurut prinsipnya 2X2=4, dan Tuhan tidak pernah
mengubahnya menjadi delapan.
Abad ke-17

Pemikiran hukum mendapat penguatan-penguatan rasio secara


lebih tegas lagi. Hal ini terlihat pada tajamnya perbedaan pemikiran
hukum alam, yg kemudian mengakibatkan perpecahnya aliran ini menjadi
dua aliran besar, yaitu:

Aliran hukum alam yang irrasional, yakni hukum alam yang


bersumber pada rasioTuhan.
Aliran hukum alam yang rasional, yakni hukum alam itu bersumber pada
rasio manusia.

Ada nama-nama yang menonjol Hugoo de Groot (1583-1645),


Samuel von Pufendor (1632-1694), Christian Thomasius (1655-1728),
Benedictus de Spinoza (1632-1677) dan John Locke (1632-1704).

Abad ke-18

Pikiran manusia sebagian dipengaruhi oleh lahirnya pendekatan-


pendekatan analitis-mekanis. Jika abad ke-17 para ahli cenderung
menerangkan sesuatu, namun pada abad ke-18 pemikiran hukum
mengarah ke penilaian terhadap sesuatu. Nama-nama yang tercatat pada
abad ini Immanuel Kant(1724-1804) dan Jean Jacgues Rousseau (1712-
1778).

Abad ke-19 sampai ke-20

Terjadi perubahan-perubahan besar yang bersifat revolusioner.


Teori hukum mengalami perkembangan dengan pesatnya. Pada abad ke-19
tercatat lahirnya aliran aliran filsafat hukum, seperti mazhab sejarah dan
aliran hukum positif.
Sedangkan abad ke-20 melahirkan dua aliran besar,
yaitu Sociological Jurisprudence dan Pragmatic Legal Realism.

Sebagian besar teori hukum abad ini didominasi pendekatan


analitis mekanis dan akhirnya pendekatan analitis organis pada abad ke-
20.

B. Pengertian Teori Hukum


Mengenai definisi teori hokum, belum adanya satu definisi yang
baku. Banyak pendapat para ahli mengenai disiplin teori hokum, antara
lain:
1.      Hans Kelsen
Teori hokum adalah ilmu pengetahuan mnegenai hokum yang
berlaku bukan mengenai hokum yang seharusnya. Teori hukum yang
dimaksud adalah teori hukum murni, yang disebut teori hukum positif.
Teori hukum murni, makdusnya karena ia hanya menjelaskan hukum dan
berupaya membersihkan objek penjelasan dari segala hal yang tidak
bersangkut paut dengan hukum. Sebagai teori, ia menjelaskan apa itu
hukum, dan bagaimana ia ada.
2.      Friedman
Teori hokum adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari esensi
hokum yang berkaitan antara filsafat hokum di satu sisi dan teori politik di
sisi lain. disiplin teori hukum tidak mendapatkan tempat sebagai ilmu yang
mandiri, maka disiplin teori hukum harus mendapatkan tempat di dalam
disiplin ilmu hukum secara mandiri.
3.      Ian Mc Leod
Teori hokum adalah suatu yang mengarah kepada analisis teoritik
secara sistematis terhadap sifat-sifat dasar hokum, aturan-aturan hokum
atau intitusi hokum secara umum.
4.      John Finch
Teori hokum adalah studi yang meliputi karakteristik esensial pada
hokum dan kebiasaan yang sifatnya umum pada sutau system hokum yang
bertujuan menganalisis unsure-unsur dasar yang membuatnya menjadi
hokum dan membedakannya dari peraturan-peraturan lain.
5.      Jan Gijssels dan Mark van Hocke
Teori hokum adalah ilmu yang bersifat menerangkan atau
menjelaskan tentang hokum. Teori hukum merupakan disiplin mandiri
yang perkembangannya dipengaruhi dan sangat terkait dengan ajaran
hukum umum. Mereka memandang bahwa ada kesinambungan antara
Ajaran Hukum Umum dalam dua aspek sebagai berikut
 Teori hukum sebagai kelanjutan dari Aaran Hukum Umum memiliki
objek disiplin mandiri, diantara dogmatik hukum di satu sisi dan
filsafat hukum di sisi lain. Dewasa ini teori hukum diakui sebagai
disiplin ketiga disamping untuk melengkapi filsafat hukum dan
dogmatik hukum, masing-masing memiliki wilayah dan nilai sendiri-
sendiri.
 Teori hukum dipandang sebagai ilmu a-normatif yang bebas nilai,
yang membedakan dengan disiplin lain. 
6.      Bruggink
Teori hokum seluruh pernyataan yang saling berkaitan dengan
system konseptual aturan-aturan hokum dan putusan-putusan hokum dan
system tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan. Pengertian ini
mempunyai makna ganda, yakni definisi teori sebagai produk dan proses.
Ada lagi yang mengatakan bahwa teori hukum itu adalah teori tentang
tertib manusia, karena ia memberi jawab tentang apa itu hukum secara
berbeda yang steategik bagi tertib dirinya, yang mewarnai teori hukum.
Dengan memperhatikan pendapat para ahli, rumusan tentang disiplin teori
hukum adalah sebagai berikut.
a.       Teori hukum sama pengertiannya dengan filsafat hukum;
b.      Teori hukum berbeda pengertiannya dengan filsafat hukum;
c.       Teori hukum bersinonim dengan ilmu hukum.
Dari penjelasan di atas, Lili Rasjidi dan Ira Thania Rashidi
mencoba membedakan antara teori hukum dengan filsafat hukum. Teori
hukum adalah ilmu yang mempelajari pengetian-pengertian pokok dan
sistem dari hukum. Pengertian-pengertian pokok seperti itu misalnya
subjek hukum, perbuatan hukum, dan lain-lain yang memiliki pengertian
yang bersifat umum dan teknis. Pengertian-pengertian pokok ini sangat
penting supaya dapat memahami sistem hukum pada umumnya maupun
pada sistem hukum positif.
Selanjutnya Lili Rasjidi dan Ira Thania menjelaskan bahwa teori
hukum merefleksikan objek dan metode dari berbagai bentuk ilmu hukum.
Terdapat dua pandangan besar mengenai teori hukum yang bertolak
belakang namun ada dalam satu realitas, seperti ungkapan gambaran
sebuah mata uang yang memiliki dua belah bagian yang
berbeda. Pertama, pandangan yang didukung oleh tiga argumen yaitu
pandangna bahwa hokum sebagai suatu sistem yang pada prinsipnya dapat
diprediksi dari pengetahuan yang akurat tentang kondis sistem itu
sekarang, perilaku sistem ditentukan oleh bagian-bagian yang terkecil dari
sistem itu dan teori hukum mampu menjelaskan persoalannya
sebagaimana adanya tanpa berkaitan dengan orang (pengamat). Hal ini
membawa kita kepada pandangan bahwa teori hukum itu deterministik,
reduksionis, dan realistik. Kedua, pandangan yang menyatakan bahwa
hukum bukanlah sebagai suatu sistem yang teratur tetap merupakan
sebagai sesuatu yang berkaitan dengan ketidakberatuan, tidak dapat
diramalkan, dan bahwa hukum sangat dipengaruhi oleh [ersepsi orang
(pengamat) dalam memaknai hukum tersebut. Pandangan ini banyak
dikemukakan oleh mereka yang beraliran sosiologis dan post-modernis,
dimana mereka memandang bahwa pada setiap waktu mengalami
perubahan, baik kecil maupun yang besar, evolutif maupun revolusioner.
Teori hukum tidak hanya menjelaskan apa itu hukum sampai
kepada hal-hal yang konkret, tetapi juga pada persoalan yang mendasar dri
hukum itu. Seperti yang dikatakan Radbruch, yang dikutip Satjipto
Rahardjo, tugas teori hukum adalah membuat jelas nilai-nilai oleh
postulat-postulat hukum sampai kepada penjelasan filosofis yang tertinggi.
Teori hukum akan mempertanyakan hal-hal seperti: mengapa hukum
berlaku, apa dasar kekuatan yang mengikatnya, apa yang menjadi tujuan
hukum, bagaimana hukum dipahami, apa hubungannya dengan individu
dengan masyarakat, apa yang seharusnya dilakukan oleh hukum, apakah
keadilan itu, dan bagaimana hukum yang adil. Teori hukum merupakan
kelanjutan dari usaha untuk mempelajari hukum positif. Teori hukum
menggunakan hukum positif sebagai bahan kajian dengan telaah filosofis
sebagai salah satu sarana bantuan untuk menjelaskan tentang hukum. Teori
hukum dipelajari sudah sejak zaman dahulu, para ahli hukum Yunani
maupun Romawi. Sebelum abad kesembilan belas, teori hukum
merupakan produk sampingan yang terpenting dari filsafat agama, etika
atau politik. Para ahli fikir hukum terbesar pada awalnya adalah ahli-ahli
filsafat, ahli-ahli agama, ahli-ahli politik. Perubahan terpenting filsafat
hukum dari para pakar filsafat atau ahli politik ke filsafat hukum dari para
ahli hukum, barulah terjadi pada akhir-akhir ini. Yaitu setelah adanya
perkembangan yang hebat dalam penelitian, studi teknik dan penelitian
hukum. Teori-teori hukum pada zaman dahulu dilandasi oleh teori filsafat
dan politik umum. Sedangkan teori-teori hukum modern dibahas dalam
bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri. Perbedaannya
terletak dalam metode dan penekanannya. Teori hukum para ahli hukum
modern seperti teori hukum para filosof ajaran skolastik, didasarkan atas
keyakinan tertinggi yang ilhamnya datang dari luar bidang hukum itu
sendiri 

C. Lapisan teori Hukum


1. Filsafat Hukum
Secara kronologis perkembangan ilmu hukum diawali oleh filsafat
hukum dan sidudul oleh dogmatic hukum (ilmu Hukum Positif).
Kennyataan ini sejalan dengan pendapat Lili Rasjidi, bahwa filsafat
hukum adalah refleksi teoritis (intelektual) tentang hukum yang paling
tua, dan dapat dikatakan induk dari semua refleksi teoritis tentang
hukum, Filsafat Hukum adalah filsafat yang mengarahan refleksinya
terhadap hukum atau gejala, sebagaimana dikemukakan J. Gejssels,
filsafat hukum adalah filsafat umum yang diterapkan pada hukum dan
gejala hukum.
2. Teori Hukum
Teori hukum lahir sebagai kelanjutan allgemeine rechslehre yang
timbul pada abad-19 ketika minat pada filsafat hukum mengalami
kelesuan karena dipandang terlalu abstrak dan spekulatif dan dogmatic
dipandang terlalu konkret serta terikat pada tempat dan waktu.
Teori hukum diartikan sebagai ilmu yang perspektif interdisipliner
dan eksternal secara kritis menganalisis berbagai aspek gejala hukum,
baik dalam konsepsi teoritis maupun manifestasi praktisi, dengan
tujuan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan memberikan
penjelasan sejernih mungkin tentang bahan hukum yang tersaji dan
kegiatan yuridis dalam kenyataan masyarakat.
3. Dogmatic hukum
Dogmatic hukum merupakan ilmu hukum dalam arti sempit. Titik
fokusnya adalah hukum positif. D.H.M. Meuwissen memberikan
Batasan pengertian dogmatic hukum sebagai memaparkan,
menganalisis, mensistematisasi dan menginterpretasi hukum yang
berlaku atau hukum positif. Berbeda dengan M. Van Hoecke
mendefinisikan dogmatic hukum sebagai cabang ilmu hukum yang
memaparkan hukum positif yang berlaku dalam suatu masyarakat
tertentu dan pada suatu waktu tertentu dari suatu sudut pandang
normative.
D. Hukum Alam Klasik dan Modern
1. Teori hukum alam klasik
Teori ini merupakan suatu konsep hukum yang bersumber dari
religiusitas, alam dan adat kebiasaan dari sutau masyarakat yang telah
ada dan berlaku sejak dimulainya suatu kehidupan masyarakat sampai
sekarang. Prinsip dari teori ini mengatakan bahwa hukum merupakan
seperangkat norma moral dan norma sosial yang berfungsi sebagai
pengarah, sebagai control dan merupakan ukuran terhadap perilaku
manusia yan gorientasinya adalah keselamatan hidup baik di dunia
maupun akhirat. Focus pada telaahan terhadap muatan moral dan
hukum positif.

2. Teori Hukum Modern


Teori hukum modern mengatakan bahwa hukum merupakan suatu
norma yan gdibuat oleh manusia dan lahir sebuah kesepakatan
kesepakatan antara manusia dalam sebuah bentuk msyawarah untuk
mufakat yang diproses secara otonom, logis rasional secara mekanis
dan teratur.
Focus pada fungs fungsi hukum.

E. Aliran teori Hukum


1. Aliran Teori Hukum Positivisme
Menurut Aliran Hukum Positivisme kaidah hukum hanya bersumber
dari kekuasaan negara yang tertinggi, dan sumber itu hanyalah hukum
positif yang terpisah dari kaidah sosial, bebas dari pengaruh politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.

Pendapat ahli:
1. AUGUSTE COMTE
Ia memandang hukum itu tampak dalam tiga perkembangan yang
dilalui oleh semua masyarakat yaitu Tahap teleologis dimana manusia
percaya pada kekuatan Illahi di belakang gejala- gejala alam, Tahap
Metafisis yaitu tahap dimulainya kritik terhadap segala pikiran, dan
Tahap Positif yaitu tahap dimanaa gejala gejala tidak diterangkan
melalui gejala lain yang mendapati hukum hukum di antara mereka.
2. John Austin
Ia berpendapat bahwa Sumber hukum lain adalah sumber hukum
yang lebih rendah (subordinate source). Sumber hukum lain bukan
sumber hukum., Hukum identik dengan kekuasaan negara, Hukum
hanyalah hukum tertulis dan tidak memperhatikan fenomena dalam
masyarakat (Living Law).
3. Hans Kelsen
Ia berpandapat bahwa ilmu hukum itu adalah ilmu hukum murni,
bebas dari pengaruh lain di luar hukum seperti politik, sosial, ekonomi,
sejarah. Teorinya yang terkenal “ teori Stufenbau “, yaitu dalil yang
menganggap bahwa semua hukum itu bersumber pada satu titik
induk.artinya semua peraturan hukum diturunkan dari norma dasar
(grundnorm).

Ahli hukum yang menentang teori hukum positivisme :


1. Roberto Mangaibera Unger, di dalam bukunya “ The Critical Legal
Studies
Movement “ . Menurut Unger hukum harus dikembalikan kepada akar
moralitas (hati
nurani) dan religinya.
2 Marc Galanter dengan ide “delegalization “, dengan konsep “alternative
dispute regulation“.
3. Nonet & selznick dengan ide “Responsive Law “ atau hukum responsif,
menyatakan bahwa hukum harus diposisikan sebagai fasilitator yang
merespons kebutuhan dan aspirasi warga masyarakat.
4. Jeremy Bentham, yang berpandangan bahwa hukum itu memberikan
kebahagiaan yang sebesar-besarnya kepada sebanayak-banyaknya
masyarakat ( the greatest happiness of the great people).
2. ALIRAN TEORI HUKUM UTILITARINISME
Pendapat ahli:
1. Jeremy Bentham
Tujuan hukum itu untuk mencapai kemanfaatan yang sebesar
besarnya dan sebanyak banyak orang. Ada tipe studi hukum
yang disebut hukum ekspositor (expository jurisprudence) yaitu
studi hukum yang menemukan dasar dasar dari asas asas hukum
melalui analisis hukum, serta ilmu hukum sensorial (censorial
jurisprudence) yaitu studi kritis terhadap hukum untuk
meningkatkan efektifitas hukum dan pengoperasiannya.
2. Rudolf van Jhering
Ia berpendapat bahwa Hukum senantiasa sesuai dengan
kepentingan negara yang dikembangkan secara sistematis dan
rasional, serta adanya tekhnik hukum (pengolahan hukum)
3. John Stuart Mill
Ia berpendapat bahwa Hukum melalui tindakan hukum harus
senantiasa ditujukan pada pencapaian kebahagiaan dan sangat
keliru apabila hukum itu mengahsilkan kebalikan dari kebahagiaan.

3. ALIRAN TEORI HISTORIS


Pendapat ahli
1. Carl von Savigni :
“hukum itu ditemukan dalam masyarakat dan mengagungkan
kejayaan hukum masa lalu, serta menganggap peranan ahli
hukum lebih penting daripada pembuat undang-undang “.

2. Pucha :
“ hukum itu tumbuh bersama-sama dengan pertumbuhan
masyarakat, dan menjadi kuat bersama-sama dengan kekuatan
dari rakyat yang pada akhirnya ia mati apabila bangsa itu
kehilangan bangsanya”.

4. ALIRAN SOSIOLOGIS yaitu aliran hokum yang memandang


bahwa hukum merupakan kenyataan sosial dan hukum tidak dinilai
sebagai kaidah. Aliran ini di dukung oleh . Roscoe Pound, Eugen
Ehrlich, Emil Durkheim, Max Weber.

5. ALIRAN ANTROPOLOGI yaitu memandang hukum itu kaidah


yang tidak tertulis yan ghidup dan tumbuh secara nyata dalam
masyarakat seiring dengan perkembangan. Aliran ini di pelopori oleh
sir henry maine, dan satjipto rahardjo

6. ALIRAN REALIS yaitu hukum itu apa yang dibuat oleh hakim
melalui putusannya, dan hakim lebih layak disebut membuat hukum
daripada menemukan. Aliran ini di pelopori oleh Jerome , dan Oliver
Wandell Holmes

Anda mungkin juga menyukai