Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum adalah sebuah aturan mendasar dalam kehidupan masyarakat
yang dengan hukum itulah terciptanya kedamaian ketentraman dalam kehidupan
bermasyarakat. Terciptanya keharmonisan dalam tatanan masyarakat sosial juga
tidak terlepas dengan adanya hukum yang mengatur. Dalam hukum dikenal
dengan istilah perbuatan pidana. Perbuatan pidana merupakan suatu istilah yang
mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum pidana, Perbuatan
pidana (tindak pidana/delik) dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Berbagai
bentuk tindak kejahatan terus berkembang baik seiring berkembangnya suatu
masyarakat demikian pula semakin padatnya penduduk maka berbagai macam
tindak kejahatan tidak dapat dihindari. Berbagai motif tindak pidana
dilatarbelakangi berbagai kepentingan baik individu maupun kelompok.
Suatu kejahatan yang termuat dalam buku II KUHP dengan macammacam bentuk, sifat, dan akibat hukumnya. Salah satunya yaitu, kejahatan
terhadap nyawa atau merampas nyawa orang lain atau Pembunuhan. Unsur
yang melandasi tindak pidana terhadap kejahatan tubuh dapat membedakan
hukuman apa yang dapat dijatuhkan padanya. Dalam hal ini kami membahas
mengenai pembunuhan.
Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa
seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak melawan
hukum. Tindak pidana (delik) pembunuhan di Indonesia diatur secara gamblang
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) khususnya pada Buku II
Bab XIX

Hukum Acara Pidana

tentang Kejahatan Terhadap Nyawa, yang terdiri dari 13 pasal, yakni mulai dari
Pasal 338 sampai dengan Pasal 350 KUHP.
Dalam makalah ini termasuk ke dalam pembunuhan berencana,
Pembunuhan berencana adalah suatu pembunuhan biasa seperti pasal 338
KUHP, akan tetapi dilakukan dengan direncanakan terdahulu. Direncanakan
lebih dahulu (voorbedachte rade) sama dengan antara timbul maksud untuk
membunuh dengan pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk
dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagaimanakah pembunuhan
itu akan dilakukan.

Hukum Acara Pidana

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sah atau tidaknya penetapan tersangka dalam perkara Jessica
Kumala Wongso ?
2. Tinjauan pasal 77 KUHAP didalam perkara Jessica Kumala Wongso ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Memahami sah atau tidaknya penetapan tersangka didalam perkara


Jessica Kumala Wongso.
2. Memahami kajian mengenai pasal 77 KUHAP didalam perkara Jessica
Kumala Wongso.

BAB II
3

Hukum Acara Pidana

PEMBAHASAN
2.1 Penetapan Tersangka

Menetapkan seseorang menjadi tersangka merupakan hal yang cukup


mudah di Indonesia. Cukup dengan sebuah laporan polisi dan satu alat bukti
yang sah saja, seseorang bisa langsung menyandang status tersangka.
Pemberitaan atas penangkapan seperti ini seharusnya memberikan muatan
materi hukum acara pidana sehingga masyarakat pun memperoleh kesempatan
untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum acara pidana di Republik ini.
Seringkali, hukum acara pidana diterapkan berdasarkan penafsiran hukum yang
berbeda-bedaoleh oknum penegak hukum.
Mengenai Penetapan status Tersangka Sampai dengan saat ini hukum acara
pidana yang berlaku di Indonesia adalah UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana yang kemudian disebut dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP). Menurut Pasal 1 angka 14 KUHAP,
Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Kapan
seseorang dapat ditetapkan menjadi tersangka? Karena ketentuan Pasal 1 angka
14 KUHAP di atas menyaratkan adanya bukti permulaan, maka kita harus
melihat, apa yang dimaksud dengan bukti permulaan itu.
Yang harus kita ketahui bersama, bahwa KUHAP tidak menjelaskan lebih
lanjut tentang apa yang sebenarnrya dimaksud dengan bukti permulaan,
khususnya definisi bukti permulaan yang dapat digunakan sebagai dasar
penetapan tersangka. Penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan bukti
permulaan hanya disinggung secara tanggung dan tidak menyelesaikan
masalah oleh KUHAP dalam penjelasan Pasal 17 KUHAP, yang berbunyi :

Hukum Acara Pidana

Yang dimaksud dengan "bukti permulaan yang cukup" ialah bukti permulaan
untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan bunyi Pasal 1 butir 14.
Jadi, berdasarkan laporan polisi dan satu alat bukti yang sah maka seseorang
dapat ditetapkan sebagai tersangka serta dapat dilakukan penangkapan.
Dalam proses penyidikan hanya dimungkinkan untuk memperoleh alat bukti
yang sah berupa keterangan saksi, keterangan ahli dan surat. Sementara, alat
bukti berupa petunjuk diperoleh dari penilaian hakim setelah melakukan
pemeriksaan di dalam persidangan, dan alat bukti berupa keterangan terdakwa
diperoleh ketika seorang terdakwa di dalam persidangan, sebagaimana hal
tersebut jelas diatur di dalam ketentuan Pasal 188 ayat (3) KUHAP dan
ketentuan Pasal 189 ayat (1) KUHAP.
Apabila di dalam suatu proses penyidikan terdapat laporan polisi dan satu
alat bukti yang sah maka seseorang dapat ditetapkan sebagai tersangka, dan alat
bukti yang sah yang dimaksud tersebut dapat berupa keterangan saksi,
keterangan ahli dan surat. Selain itu, perlu ditekankan jika keterangan saksi
yang dimaksud sebagai alat bukti yang sah tidak terlepas dari ketentuan Pasal
185 ayat (2) dan ayat (3) KUHAP serta asas unus testis nullus testis.
Terhadap tersangka tidak dapat dengan serta merta dikenai upaya paksa berupa
penangkapan, karena ada syarat-syarat tertentu yang diatur Perkap No. 14
Tahun 2012. Pasal 36 ayat (1) menyatakan tindakan penangkapan terhadap
seorang tersangka hanya dapat dilakukan berdasarkan dua pertimbangan yang
bersifat kumulatif (bukan alternatif), yaitu:
a) Adanya bukti permulaan yang cukup yaitu laporan polisi didukung
dengan satu alat bukti yang sah dengan turut memperhatikan ketentuan
Pasal 185 ayat (3), Pasal 188 ayat (3) dan Pasal 189 ayat (1) KUHAP, dan
b) Tersangka telah dipanggil dua kali berturut-turut tidak hadir tanpa alasan
yang patut dan wajar.

Hukum Acara Pidana

Jadi, tindakan penangkapan hanya dapat dilakukan apabila tersangka tidak


hadir tanpa alasan yang patut dan wajar setelah dipanggil dua kali berturut-turut
oleh penyidik. Apabila tersangka selalu hadir memenuhi panggilan penyidik,
maka perintah penangkapan berdasarkan Perkap No. 14 Tahun 2012, tidak dapat
dilakukan terhadap tersangka.
Akan tetapi terhadap diri seorang tersangka dapat dikenakan penahanan
meskipun terhadapnya tidak dikenai tindakan penangkapan, dimana tindakan
penahanan tersebut dilakukan dengan pertimbangan yang bersifat alternatif
berdasarkan ketentuan Pasal 44 Perkap No. 14 Tahun 2012, sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)

tersangka dikhawatirkan akan melarikan diri,


tersangka dikhawatirkan akan mengulangi perbuatannya,
tersangka dikhawatirkan akan menghilangkan barang bukti, dan
tersangka diperkirakan mempersulit penyidikan.

Sedangkan Pasal 21 ayat (1) KUHAP mengatur bahwa perintah penahanan


dapat dilakukan terhadap seorang tersangka dalam hal adanya keadaan yang
menimbulkan:
a) kekhawatiran bahwa tersangka akan akan melarikan diri,
b) merusak atau menghilangkan barang bukti, dan/atau
c) mengulangi tindak pidana.

2.2 Prosedur Penahanan dan Perpanjangan Penahanan

Hukum Acara Pidana

PENAHANAN
a) Penahanan terhadap tersangka / terdakwa dapat diperintahkan oleh
Penyidik, Penuntut Umum atau oleh Hakim berdasarkan ketentuan
undang-undang yang berlaku.
b) Dalam masalah penahanan, maka sisa masa penahanan yang menjadi
tanggung jawab penyidik tidak boleh dipakai oleh Penuntut Umum untuk
kepentingan penuntutan.
c) Perhitungan pengurangan masa tahanan dari pidana yang dijatuhkan
harus dimulai dari sejak penangkapan / penahanan oleh Penyidik,
Penuntut Umum, dan Pengadilan.
d) Untuk menghindari kesalahpahaman di pihak Kepala Lembaga
Pemasyarakatan dalam menghitung kapan tersangka / terdakwa harus
dikeluarkan dari Lembaga Pemasyarakat maka tenggang-tenggang waktu
penahanan harus disebutkan dengan jelas dalam putusan.
e) Sejak perkara terdaftar di Register Pengadilan Negeri maka tanggung
jawab atas perkara tersebut beralih pada Pengadilan Negeri, dan sisa
masa penahanan Penuntut Umum tidak boleh diteruskan oleh Hakim.
f) Apabila tersangka tidak ditahan maka jika Hakim bermaksud
menggunakan perintah penahanan harus dilakukan dalam sidang (Pasal
20 ayat (3) KUHAP).
g) Apabila tersangka atau terdakwa sakit dan perlu dirawat di rumah sakit,
sedangkan ia dalam keadaan ditahan, maka penahanan tersebut dibantar
selama dilaksanakan perawatan di rumah sakit.
h) Masa penahanan karena tersangka atau terdakwa diobservasi karena
diduga menderita gangguan jiwa sejak tersangka atau terdakwa
diobservasi ditangguhkan.
i) Dalam hal Ketua Pengadilan Negeri mengabulkan permohonan
perpanjangan

penahanan

yang

diajukan

oleh

Penuntut

Umum

berdasarkan Pasal 25 KUHAP tidak dibenarkan untuk sekaligus


mengalihkan jenis penahanan.

Hukum Acara Pidana

j) Penangguhan penahanan dapat dikabulkan apabila memenuhi syarat yang


ditentukan dalam pasal 31 ayat (1) KUHAP jo. Pasal 35, 36 PP No. 27
tahun 1983.
k) Yang dapat mengajukan permohonan penangguhan adalah tersangka/
terdakwa (Pasal 31 ayat (1) KUHAP).
l) Besarnya uang jaminan ditentukan Hakim dengan memperhatikan berat
ringannya tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa, kedudukan
terdakwa / penjamin dan kekayaan yang dimiliki olehnya.
m) Uang jaminan tersebut harus diserahkan kepada Panitera Pengadilan
Negeri. Uang jaminan yang diminta Penuntut Umum ataupun Pengadilan
Tinggi tetap harus diserahkan dan disimpan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri (Pasal 35 PP No. 27 tahun 1983).
n) Apabila terdakwa melarikan diri dan setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan
tidak diketemukan, maka uang jaminan tersebut berdasarkan penetapan
Ketua Pengadilan menjadi milik negara, dan disetor ke kas negara.
o) Dalam hal terdakwa melarikan diri, maka penjamin wajib membayar
uang jaminan yang telah ditetapkan dalam perjanjian, apabila penjamin
tidak membayar, maka melalui penetapan Pengadilan dilakukan
penyitaan terhadap barang-barang milik penjamin menurut hukum acara
perdata dan kemudian barang tersebut dilelang dan hasil lelang disetor ke
kas negara.
p) Apabila terdakwa melarikan diri, maka penjamin tidak dapat diajukan
sebagai terdakwa ke pengadilan dan mengenai persyaratan untuk diterima
sebagai penjamin orang tersebut harus memiliki kecakapan untuk
bertindak cukup mampu dan bertempat tinggal di Indonesia.
q) Pasal 21 ayat (4) KUHAP mengatur tentang tindak pidana yang
terdakwanya dapat ditahan. Dalam hal ketentuan dalam Pasal 21 ayat (4)
KUHAP

terpenuhi,

Hakim

dalam

amar

putusannya

berbunyi

memerintahkan agar terdakwa ditahan, putusan untuk itu harus


disesuaikan dengan rumusan Pasal 197 ayat (1) huruf K KUHAP, yaitu
memerintahkan agar terdakwa ditahan.
8

Hukum Acara Pidana

r) Untuk

menghindari

keterlambatan

dikeluarkannya

penetapan

perpanjangan penahanan (Pasal 29 KUHAP) oleh Ketua Pengadilan


Tinggi, maka Ketua Pengadilan Negeri harus menyampaikan surat
permohonan perpanjangan penahanan selambat-lambatnya 1O (sepuluh)
hari sebelum masa penahanan berakhir.
s) Dalam hal terdakwa atau Penuntut Umum mengajukan banding, maka
kewenangan penahanan beralih ke Pengadilan Tinggi sejak pernyataan
banding tersebut.
t) Permohonan banding harus segera dilaporkan dengan sarana komunikasi
tercepat pada hari itu juga kepada Pengadilan Tinggi.
u) Apabila Ketua / Hakim Pengadilan Tinggi akan melakukan penahanan,
maka penetapan penahanan harus segera dikeluarkan.
v) Pada azasnya selama tersangka atau terdakwa berada dalam tahanan
harus dikurangkan segenapnya dari hukuman yang dijatuhkan oleh
Hakim (Pasal 22 ayat (4) KUHAP), akan tetapi apabila ada hal-hal yang
khusus, Hakim dapat menjatuhkan putusan tanpa memotong tahanan
(Pasal 33 ayat (1) KUHP).
w) Yang berwenang mengeluarkan tersangka/ terdakwa demi hukum dari
tahanan adalah pejabat ditempat mana tersangka/ terdakwa ditahan.

STATUS TAHANAN
a) Tanggung jawab yuridis penahanan untuk pemeriksaan acara biasa berada
pada pengadilan sejak perkara tersebut di limpahkan sedangkan untuk
acara pemeriksaan acara singkat sejak saat penyidangan perkara tersebut.
b) Sejak putusan berkekuatan hukum tetap status terdakwa beralih menjadi
narapidana.

Hukum Acara Pidana

c) Terhadap putusan bebas atau putusan lepas dari tuntutan hukum dimana
Jaksa Penuntut Umum mengajukan kasasi terdakwa harus dikeluarkan
dari tahanan demi hukum.
d) Apabila masa penahanan telah sama dengan pidana penjara yang
diputuskan oleh Pengadilan maka terdakwa dikeluarkan dari tahanan
demi hukum.
e) Apabila lamanya terdakwa ditahan telah sesuai dengan pidana penjara
yang diputuskan oleh Pengadilan Tinggi, maka Ketua Pengadilan Negeri
dapat memerintahkan terdakwa dikeluarkan dari tahanan demi hukum.
Surat perintah tersebut tembusannya dikirim ke Mahkamah Agung dan
Jaksa kalau perkaranya kasasi.
f) Apabila dalam tingkat banding, maka lamanya penahanan telah sama
dengan pidana yang dijatuhkan Pengadilan Negeri, maka Ketua
Pengadilan Negeri dapat mengeluarkan dari tahanan atas izin Ketua
Pengadilan Tinggi.
g) Paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum masa penahanan berakhir
Pengadilan Negeri wajib menanyakan tentang status penahanan terdakwa
kepada Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung sesuai dengan tingkat
pemeriksaan.

2.3 Penetapan Tersangka Jessica Kumala Wongso


A. Kronologi kasus
Seperti yang kita tau akhir-akhir ini berita dihebohkan dengan kasus
wayan mirna shalihin yang cukup menjadi misteri dan tanda tanya dikalangan
public, pasalnya kasus Mirna Salihin yang mendadak kejang-kejang usai minum
es kopi Vietnamens di Restoran Olivier, West Mall, Grand Indonesia, Tanah
Abang, Jakarta Pusat. Diduga Mirna Salihin (28) menjadi korban salah target
10

Hukum Acara Pidana

akibat racun pada kopi yang ditenggaknya. Demikian rentetan kronologis


kejadiannya,
pada tanggal 6 Januari 2016 tepatnya :
Pukul 16.00
Mirna datang ke Mall Grand Indonesia (GI) bersama suaminya. Namun
di sana, mereka berpisah. Mirna menemui temannya di Restoran Olivier.
Sebelum bertemu menurut keterangan saksi mirna sempat tidak mau bertemu
dengan temannya itu.
Pada Pukul 16.10
Teman yang akan ditemui Mirna, Jessica tiba di Olivier. Ia memesan tiga
minuman yaitu dua cocktail beralkohol dan satu es kopi Vietnam , termasuk es
kopi Vietnam untuk Mirna.
a) Lalu Jessica mencari tempat duduk yang menurutnya nyaman, dan
akhirnya pilihannya jatuh dikursi depan samping kanan caf yang
kebetulan tiidak terjangkau oleh CCTV. Setelah itu Jessica mulai mencari
posisi tempat duduk yang aman. Selang beberapa menit minumanpun
datang

Pada Pukul 16.50


Mirna tiba di Olivier bersama hanny temannya. Ia meminum kopi
Vietnam yang dipesan Jessica. Reaksinya mengejutkan, pada tegukan pertama,
Mirna merasa ada yang tidak beres dengan kopi tersebut. Ia kejang-kejang.
Mulutnya berbusa.
Pada Pukul 17.21
Pemilik restoran mengamankan kopi milik Mirna
11

Hukum Acara Pidana

Pukul 17.30
Suami Mirna tiba dan membawanya ke RS Abdi Waluyo. Mirna meninggal di
rumah sakit tersebut.

Pada hari Sabtu tanggal 9 Januari 2016 tepatnya :


Polisi menyatakan ada ketidakwajaran dalam kematian Mirna. Polisi minta
izin autopsi dan pihak keluarga menyetujui. Malam itu juga, jenazah Mirna
dibawa ke RS Polri.

Pada hari Minggu tanggal 10 Januari 2016 tepatnya :


Hasil

autopsi,

ditemukan

ada

pendarahan

di

lambung

Mirna.

Direskrimum Polda Metro Kombes Krishna Murti mengatakan satu dari enam
kopi di Olivier mengandung sianida.

Pada hari Senin tanggal 11 Januari 2016 tepatnya :


Polda Metro menggelar prarekonstruksi dengan menghadirkan Jessica
dan Hani (yang juga ada dalam pertemuan di Olivier). Di hari yang sama, polisi
meralat keterangan soal sianida karena belum ada pernyataan Labfor.

Pada hari Minggu tanggal 17 Januari 2016 tepatnya :

12

Hukum Acara Pidana

Polisi memastikan bahwa kopi yang diminum Wayan Mirna Salihin (27)
sebelum tewas mengandung zat sianida.

Pada hari Senin tanggal 18 Januari 2016 tepatnya :


Polisi pastikan Mirna tewas karena Diracun. Namun Kombes Krishna
belum menyebut siapa pelakunya dan motif dari penaruhan racun tersebut.

Pada hari Selasa tanggal 19 Januari 2016 tepatnya :


a) Polisi memeriksa Jessica. Setelah pemeriksaan, Yudi Wibowo, kuasa
hukum Jessica, menyebut hasil otopsi polisi terhadap jenazah Wayan
Mirna Salihin (27) tak akurat. Oleh karena itu, ia meminta dilakukan
otopsi ulang.
b) Mabes Polri sebut Jessica saksi "spesial"
c) Seusai diperiksa, Jessica keluar dengan melemparkan senyum kepada
wartawan.

Pada hari Rabu tanggal 20 Januari 2016 tepatnya :


Polisi Kerahkan Tukang Sampah Cari Celana Jessica. Sebelumnya, kuasa
hukum Jessica, Yudi Wibowo, mengatakan bahwa celana Jessica dibuang karena
sudah rusak dan tidak bisa dijahit lagi. Celana ini menurut kepolisian bisa
menjadi bukti penting terkait sianida.

Pada hari Minggu tanggal 24 Januari 2016 tepatnya :

13

Hukum Acara Pidana

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes M Iqbal mengatakan tersangka


Kasus Mirna Ditetapkan Setelah Gelar Perkara.

Pada hari Selasa tanggal 26 Januari 2016 tepatnya :


Kejati DKI Minta Polisi Lengkapi Bukti Kasus Pembunuhan Mirna

Pada hari Rabu tanggal 27 Januari 2016 tepatnya :


Jessica Depresi Merasa Disudutkan Terkait Pembunuhan Mirna. Jessica
bersama kuasa hukumnya mendatangi Komnas HAM

Pada hari Jumat tanggal 29 Januari 2016 tepatnya :


Direktorat Jenderal Imigrasi mencegah Jessica Kumala Wongso, saksi
kasus kematian Wayan Mirna Salihin, bepergian ke luar negeri.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol
Krishna Murti menjelaskan alasan polisi melakukan penangkapan atas Jessica
Kumala Wongso, tersangka kasus dugaan pembunuhan Wayan Mirna Salihin.
Krisna menyebutkan, selepas melakukan gelar perkara yang dilanjutkan
konsultasi bersama pihak Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta dan beberapa ahli,
polisi memutuskan menetapkan Jessica sebagai tersangka.

Pada hari Sabtu tanggal 30 Januari 2016 tepatnya :


Penyidik subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya pun langsung
meluncur ke rumah Jessica di kawasan Sunter Agung, Jakarta Utara untuk
melakukan penangkapan. Namun sesampainya di sana petugas tidak
14

Hukum Acara Pidana

menemukan Jessica. Alhasil, pihak kepolisian langsung melakukan pencarian


dan akhirnya berhasil meringkus Jessica di Hotel Neo Mangga Dua, Jakarta
Utara.

Di Hotel Neo Mangga Dua, Jessica menginap bersama kedua

orangtuanya. Dia berdalih meninggalkan rumah lantaran ingin menghindari kru


media. Usai dilakukan penangkapan, Jessica langsung digelandang ke Mapolda
Metro Jaya. Hingga kini dia masih menjalani pemeriksaan lanjutan.
Penetapan tersangka ini berdasarkan Bukti-bukti yang Menjadi Alasan
jessica Sebagai Tersangka. Kapolda telah memiliki empat alat bukti, padahal
alat bukti cukup minimal dua. Alat bukti keterangan saksi ada 20, ditambah
keterangan ahli ada 6, dan mungkin akan bertambah lagi. Dokumen berkas yang
dibawa oleh direskrim polda metro, beserta petunjuk sesuai keterangan ketika
Jessica menjadi saksi tak sesuai dan tak konsisten dengan keterangan. Khrisna
murti menerangkan bahwa berdasarkan dari semua yang dikumpulkan pihaknya
dalam penyidikan, sudah menunjukan bahwa Jessica bisa ditetapkan sebagai
tersangka. Namun khrisna memastikan bahwa penyidik akan kembali meminta
keterangan Jessica, tetapi kali ini dalam Status yang telah ditetapkan menjadi
seorang tersangka.
Kejaksaan Tinggi (Kejati) menyatakan berkas perkara atas nama Jessica
Kumala Wongso masih belum lengkap lantaran Polda Metro Jaya belum
memenuhi seluruh petunjuk jaksa Waluyo Kepala Seksi Penerangan dan Hukum
Kejati menerangkan Jaksa menyatakan sikap bahwa berkas Jessica dinyatakan
belum lengkap. Petunjuk jaksa belum semuanya dipenuhi," kata Ia menilai,
kurangnya berkas perkara Jessica ialah soal keterangan saksi dan tersangka.
Menurutnya bagian itu perlu ditambah agar lebih memiliki nilai. Saat
disinggung adakah data dari temuan polisi soal kehidupan Jessica selama di
Australia, Waluyo membenarkan. Meski begitu, hal itu masih belum cukup.
Beberapa dokumen (catatan kriminal Jessica). Tapi petunjuk yang disampaikan
belum sepenuhnya dipenuhi oleh penyidik. Rencananya, berkas perkara itu akan
15

Hukum Acara Pidana

dikembalikan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada 3 atau 4 April 2016.
Nantinya, penyidik harus mengembalikan berkas itu dalam kurun waktu 14 hari.
Karena belum lengkapnya berkas perkara Jessica Kumala Wongso
membuat polisi kembali memperpanjang masa penahanan alumnus Billy Blue
College of Design, Sydney, Australia, itu. Pengacara Jessica, Yudi Wibowo
Sukinto sendiri sudah menandatangi surat perpanjangan masa kliennya itu.
Diperpanjang 30 hari. Polisi mohon kepada pengadilan sesuai dengan Pasal 29
KUHAP, perpanjangan 30 hari.

2.4 Tinjauan pasal 77 KUHAP

Pasal 77 huruf a KUHAP


Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini, tentang sah atau tidaknya
penangkapan, penahanan dan penghentian penuntutan.

Yursiprudensi Hakim Sarpin Rizaldi


Dimana kita ketahui, hakim rizaldi yanng menjadi hakim dalam sidang
praperadilan kasus dugaan rekening gendut yang melibatkan Budi Gunawan
pada saat itu, pada saat permohonan praperadilan waktu itu pemohon
mengajukan praperadilan atas status tersangkanya. Dimana objek praperadilan
yang ada di KUHAP tidaklah mengatur mengenai penetapan tersangka, namun
hakim sarpin membuka pintu praperadilan terhadap penetapan tersangka dengan
memperluas arti dari pasal 77 KUHAP. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya
16

Hukum Acara Pidana

keputusan hakim dapat menjadi yurisprudensi terhadap keputusan hakim


lainnya dalam mempertimbangkan perkara terhadap kasus/perkara yang sama.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa


seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak melawan
17

Hukum Acara Pidana

hukum. Tindak pidana (delik) pembunuhan di Indonesia diatur secara gamblang


dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) khususnya pada Buku II
Bab XIX tentang Kejahatan Terhadap Nyawa, yang terdiri dari 13 pasal, yakni
mulai dari Pasal 338 sampai dengan Pasal 350 KUHP. Di dalam kasus ini
merupakan suatu tindak pidana pembunuhan berencana dimana dalam kasus ini
dilator belakangi oleh motif tertentu yang menyebabkan hilangnya nyawa orang
lain namun dari kasus ini kami menemukan suatu kenjanggalan yang dimana
seharusnya penetapan tersangka harus didasari dengan bukti-bukti yang kuat
karena menurut Kejaksaan Tinggi (Kejati) menyatakan berkas perkara atas
nama Jessica Kumala Wongso masih belum lengkap lantaran Polda Metro Jaya
belum memenuhi seluruh petunjuk jaksa Waluyo Kepala Seksi Penerangan dan
Hukum Kejati menerangkan Jaksa menyatakan sikap bahwa berkas Jessica
dinyatakan belum lengkap. Karena belum lengkapnya berkas perkara Jessica
Kumala Wongso membuat polisi kembali memperpanjang masa penahanan
alumnus Billy Blue College of Design, Sydney, Australia, itu. Pengacara
Jessica, Yudi Wibowo Sukinto sendiri sudah menandatangi surat perpanjangan
masa kliennya itu. Diperpanjang 30 hari. Polisi mohon kepada pengadilan
sesuai dengan Pasal 29 KUHAP, perpanjangan 30 hari.

LEGAL OPINION

Kronologi kasus
Pada tanggal 6 Januari 2016 tepatnya :

Pukul 16.00

18

Hukum Acara Pidana

Mirna datang ke Mall Grand Indonesia (GI) bersama suaminya.


Namun di sana, mereka berpisah. Mirna menemui temannya di Restoran
Olivier. Sebelum bertemu menurut keterangan saksi mirna sempat tidak mau
bertemu dengan temannya itu.

Pada Pukul 16.10


Teman yang akan ditemui Mirna, Jessica tiba di Olivier. Ia

memesan tiga minuman yaitu dua cocktail beralkohol dan satu es kopi Vietnam ,
termasuk es kopi Vietnam untuk Mirna.
a)

Lalu Jessica mencari tempat duduk yang menurutnya nyaman, dan

akhirnya pilihannya jatuh dikursi depan samping kanan caf yang kebetulan
tiidak terjangkau oleh CCTV. Setelah itu Jessica mulai mencari posisi tempat
duduk yang aman. Selang beberapa menit minumanpun dating

Pada Pukul 16.50


Mirna tiba di Olivier bersama hanny temannya. Ia meminum kopi

Vietnam yang dipesan Jessica. Reaksinya mengejutkan, pada tegukan pertama,


Mirna merasa ada yang tidak beres dengan kopi tersebut. Ia kejang-kejang.
Mulutnya berbusa.

Pada Pukul 17.21


Pemilik restoran mengamankan kopi milik Mirna

Pukul 17.30
Suami Mirna tiba dan membawanya ke RS Abdi Waluyo. Mirna

meninggal di rumah sakit tersebut.


Pada hari Sabtu tanggal 9 Januari 2016 tepatnya :

19

Hukum Acara Pidana

Polisi menyatakan ada ketidakwajaran dalam kematian Mirna. Polisi


minta izin autopsi dan pihak keluarga menyetujui. Malam itu juga, jenazah
Mirna dibawa ke RS Polri.

Pada hari Minggu tanggal 10 Januari 2016 tepatnya :


Hasil autopsi, ditemukan ada pendarahan di lambung Mirna.
Direskrimum Polda Metro Kombes Krishna Murti mengatakan satu dari enam
kopi di Olivier mengandung sianida.

Pada hari Senin tanggal 11 Januari 2016 tepatnya :


Polda Metro menggelar prarekonstruksi dengan menghadirkan
Jessica dan Hani (yang juga ada dalam pertemuan di Olivier). Di hari yang
sama, polisi meralat keterangan soal sianida karena belum ada pernyataan
Labfor.
Pada hari Minggu tanggal 24 Januari 2016 tepatnya :
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes M Iqbal mengatakan
tersangka Kasus Mirna Ditetapkan Setelah Gelar Perkara.

Pada hari Selasa tanggal 26 Januari 2016 tepatnya :


Kejati DKI Minta Polisi Lengkapi Bukti Kasus Pembunuhan Mirna

Pada hari Rabu tanggal 27 Januari 2016 tepatnya :

20

Hukum Acara Pidana

Jessica Depresi Merasa Disudutkan Terkait Pembunuhan Mirna.


Jessica bersama kuasa hukumnya mendatangi Komnas HAM

Instrument Hukum
Yurisprudensi hakim Sarpin dalam memutus penetapan tersangka budi
Gunawan.
Pasal 77 KUHAP Tentang Praperadilan.

Rekomendasi
Berdasarkan kronologi diatas menurut kami telah terjadi suatu
kejanggalan hukum yang dimana kepolisian terlalu terburu-buru dalam
menetapkan tersangka dan karena tidak lain dan tidak bukan kasus ini telah
menyita perhatian publik. Padahal bukti buktinya belum kuat dan sampaisampai pihak kejaksaanpun menolak sampai 2 kali karena bukti-bukti yang
diberikan kepolisian belumlah lengkap maka dari itu seharusnya sebelum polisi
mempunyai bukti-bukti yang cukup kuat maka seharusnya polisi membaskan
tersangka (Jessica Kumala Wongso). Dan kami mengusulkan agar dalam waktu
120 Hari terhitung tanggal 29 hari apabila bukti belum juga kuat maka status
tersangka Jessica dapat dicabut

21

Hukum Acara Pidana

Anda mungkin juga menyukai