Anda di halaman 1dari 119

Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum.

dengan demikian maka ilmu


hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai hukum, misalnya mengenai asal mula,
wujud, asas, system, macam pembagian, sumber-sumber, perkembangan, fungsi, dan
kedudukan hukum di dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek
“hukum”, menelah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia di manapun
didunia ini dari masa kehidupan. Maka hukum di lihatnya sebagai fenomena universal. Dari
pernyataan terakhir ini dapatlah di mengerti atau di ketahui bahwa ilmu hukum berhuhungan
erat dengan sejarah. Seseorang yang berkenginan mengetahui hukum secara mendalamsangat
perlu mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa kemasa,
sehingga sejarah hukumbesar perannya dalam hal tersebut.

Dalam mempelajari hukum dapat di gunakan beberapa metode seperti berikut:


1. Metode idealis, adalah metode yang bertitik tolak dari suatu pandangan atau penglihatan bahwa hukum sebagai
perwujudan dari nilai-nilai tertentu. Metode ini selalu menguji apakah yang di lakukan oleh hukum untuk mewujudkan
nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai tertentu yang dimaksud oleh hukum adalah keadilan.
2. Metode normatif analisis, adalah metodeh yang melihat hukum sebagai suatu sistem aturan yang abstrak. Metode ini
melihat hukum sebagai lembaga yang benar-benar otonom dan dapat dibicirakan sebagai subjek tersendiri terlepas dari
hal-hal lain yang berkaitan dengan peraturan-peraturan.
3. Metode sosiologis adalah metode yang bertitik tolak dari pandang yang melihat hukum sebagai alat untuk mengatur
masyarakat. Perhatian metode ini adalah pada faktor kemasyarakatan yang mempengaruhi pembentukan, wujud, dan
perkembangan hukum, secara efektifitas hukum itu sendiri dalam kehidupan masyarakat.
4. Metode historis adalah metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukum itu sendiri. Dengan mengunakan
metode ini orang yang mempelajari hukum dapat mengetahui bagaimana hukum yang berlaku di masa lampau dan masa
depan sekarang, dapat mengetahui pula bagai mana perbedaan hukum yang berlaku di masa lampau dan masa sekarang.
Dari sejarah hukum orang dapat mengetahui bagaimana lahir, berkembangn dan lenyapnya hukum dan dapat melihat pula
tentang perkembangan lembaga-lembaga hukum.
5. Metode sistematis, adalah metode yang mempelajari hukum dengan cara melihat hukum sebagai satu sistem yang terdiri
atas berbagai sub-sistem seperti hukkum perdata, hukum pidana, hukum acara, hukum tata negara. Ilmu pengetahuan
hukum yang melihat dengan cara demikian ini dinamakan syistematiche rechtsweten-schap.
6. Metode komperatif, adalah metode yang mempelajari hokum dengan membandingkan antara tata hokum yang berlaku di
suatu Negara tertentu dengan tata hukum yang berlaku di Negara lain, di masa lampau atau dimasa sekarang ini. Dari
perbandingan hukum tersebut dapat di ketahui perbedaan atau persamaan antara tata hukum yang berlaku di Negara
yang satu dengan yang lain baik yang berlaku di waktu lampau maupun sekarang.
I.2 Batasan pengetian tentang pengantar ilmu hokum
Pengantar ilmu hokum adalah mata kuliah dasar bagi setiap orang yang akan mempelajari ilmu hokum yang sangat luas
luas ruang lingkupnya, dan menanamkan kepada setiap orang yang mempelajari ilmu hokum tentang pengertian-
pengrtian dasar dari berbagai istilah dalam ilmu hokum, pengertian dasar dari berbagai persoalan yang menjadi bahan
pelajaran utama serta wajib dikuasai dalam mempelajari ilmu hokum, gambaran dasar tentang sandi-sandi utama ilmu
hokum, berbagai ajaran penting dalam ilmu hokum. Jadi pengantar ilmu hokum adalah mata kuliah dasar yang bertujuan
untuk memperkenalkan ilmu hokum secara keseluruhan dalam dalam garis besarnya. Dengan demikian dapat di
kemukakan bahwa hakekat pengantar ilmu hokum adalah sebagai dasar dari pengetahuan hokum yang mengandung
pengertian-pengertian dasar yang menjadi akar dari ilmu hokum itu sendiri.
I.3 Kedudukan dan fungsi pengantar ilmu hokum
Kedudukan pengantar ilmu hokum adalah kesatuan kurikulum yang diajarkan pada fakultas hokum di Indonesia adalah
sebagai mata kuliah dasar keahlian, oleh karna itu pengantar ilmu hokum berfungsi memberikan pengertian-penertian
dasar baik secara garis besar maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hokum, bagi
para mahasiswa fakultas hokum yang mengawali belajar tentang hokum. Selain itu pengantar ilmu hokum juga berfungsi
pedagogis yakni menumbuhakan sifat adil dan memambangkitkan minat untuk dengan penuh kesungguhan mempelajari
ilmu hokum.
I.4 Perbedaan dan hubungan antara perngantar ilmu hokum dan pengantar hokum Indonesia
1. perbedaan antara pengantar ilmu hokum dan pengantar hokum indonesia.
Pengantar ilmu hukuum segai di utarakan di muka adalah mata kuliah yang merupakan dasar bagi setiap orang yang
akan mempelajari ilmu hokum dan memberikan pengertian-pengertian dasar berbagai istilah dalam ilmu hokum dan lain-
lain, mempunyai sifat umum artinya tidak terbatas pada ilmu hokum yang berfokus pada Negara tertentu.
Pengantar hokum Indonesia adalah mata kuliah dasar yang mempelajari keseluruhan hokum positif Indonesia sebagai
suatu syistem hokum yang sedang berlaku di Indonesia dalam garis besarnya. Jadi objek dari pengantar hokum
Indonesia adalah hokum positif Indonesia. Fungsi pengantar hokum Indonesia mengantarkan setiap orang yang akan
mempelajari hokum positif Indonesia. Dari uraian diatas dapat di simpulkanbahwa perbedaan antara pengantar ilmu
hokum dengan pengantar hokum Indonesia adalah terletak pad objek dan fungsinya.
Pengantar ilmu hokum objeknya adlah hokum pada umumnya dan tidak terbatas pada waktu serta tempatnya. Pengantar
ilmu hokum berfungsi mendasari setiap orang yang akan mempelajari hokum dengan segala hal yang berkaitan
dengannya. Pengantar hokum Indonesia objeknya adalah hokum positif Indonesia. Fungsinya adalah mengantarkan
setiap orang yang akan mempelajari hokum yang sedang berlaku di Indonesia.
2. hubungan antara pengantar ilmu hokum dan pengantar hokum Indonesia.
Hubungn antara pengantar ilmu hokum dengan pengantar hokum Indonesia ialah bahwa pengatar ilmu hokum
mendukung atau menujang kepada setiap orang yang akan mempelajari hokum positif Indonesia. Sebagai suatu ilmu yang
berstatus pengantar, kedua-duanya adalah sama-sama sebagai mata kuliah dasar keahlian. Karna itu keduanya sangat
erat hubungannya. Pengantar ilmu hokum perlu di pelajari lebih dahulu sebelum seseorang mempelajarri tentang hokum
positif Indonesia, karena pengertian-pengertian dasar yang berhubungan dengan hokum di berikan di dalam pengantar
ilmu hokum. Sebaiknya pokok-pokok bahasan pengantar hokum Indonesia merupakan contoh kongkrik apa yang di bahas
didalam pengantar ilmu hokum.
https://miapadhoebeprestasi.blogspot.com/2011/06/batasan-pengetian-tentang-ilmu-hukum.html
16.41

Pengertian Ilmu Hukum Menurut Para Ahli

Sekarang ini sangat banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai
permasalahan hukum, sehingga tidak sedikit pula pendapat yang membahas mengenai
deskripsi dari ilmu hukum sendiri. Salah satu pakar yang berpendapat adalah Satjipto
Rahardjo yang mengemukakan pendapatnya mengenai ilmu hukum. Menurutnya ilmu
hukum merupakan ilmu pengetahuan yang menjelaskan dan menelaah secara rinci hukum.
Dari pandangannya ilmu hukum sendiri mencakup segala hal yang behubungan dengan
hukum, sehingga dari pendapat tersebut kita bisa lihat cakupan dari ilmu hukum ini sangat
luas bahkan ada yang berpendapat bahwa batas dari ilmu hukum tidak dapat ditentukan.

Selanjutnya ada juga pendapat dari J. B. Daliyo mengenai pengertian ilmu hukum yang
menjelaskan bahwa ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objek dari ilmunya adalah
hukum itu sendiri. Karena itu ilmu hukum akan mempelajari dan mendalami segala seluk
beluk mengenai hukum seperti asas-asas. Sejarah atau asal mula, sistem, perkembangan,
fungsi, dan masih banyak lagi aspek yang terdapat didalam hukum itu sendiri. Ilmu hukum
sendiri menelaah dan mengkaji hukum sebagai fenomena kehidupan manusia serta gejala
pada kehidupan manusia di dunia ini. Menurut J. Daliyo untuk dapat mengetahui hukum
secara mendalam, anda harus mempelajari mulai dari lahir, tumbuh, dan kemudian
berkembang sampai sekarang ini.
Dari beberapa deskripsi dan juga pendapat yang dikemukaan oleh para pakar mengenai
ilmu hukum diatas dapat kita simpulkan bahwa ilmu hukum merupakan ilmu pengetahuan
yang objek kajiannya adalah segala macam aspek dari hukum itu sendiri, yang mana
cakupan dari ilmu hukum sendiri sangatlah luas dan bisa dibilang tidak memiliki batasan
yang jelas. Dalam hal ini membuat orang yang ingin mengetahui hukum secara mendalam
harus mempelajari segala aspek mengenai hukum itu sendiri. Sekian beberapa pendapat
dan juga opini dari beberapa pakar mengenai pengertian ilmu hukum yang dapat kami
rangkum dan kami tarik garis kesimpulannya.

https://pengertiandefinisi.com/pengertian-ilmu-hukum-secara-umum/ 16.42

Batasan Pengertian Tentang Pengertian Ilmu Hukum

Pengantar Ilmu Hukum adalah mata kuliah dasar bagi setiap orang yang akan mempelajari ilmu
hukum yang sangat luas ruang lingkupnya, dan menanamkan kepada setiap orang yang mempelajari
ilmu hukum tentang pengertian-pengertian dasar dari berbagai istilah dalam ilmu hukum.
Jadi pengantar ilmu hukum adalah mata kuliah dasar yang bertujuan untuk memperkenalkan ilmu
hukum secara Universal/keseluruhan dalam garis besarnya. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa hakikat pengantar ilmu hukum adalah sebagai dasar pengetahuan hukum yang mengandung
pengertian-pengertian dasar yang menjadi akar dari ilmu itu sendiri.

http://makalahplus.blogspot.com/2013/08/batasan-pengertian-tentang-ilmu-hukum.html 16.53

ILMU HUKUM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Ilmu Hukum dan Pengantar Ilmu Hukum


1. Pengertian Ilmu hukum
Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah
hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan
hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang dicakup
oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa
“batas-batasnya tidak bisa ditentukan” (Curzon, 1979 : v).
Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya
hukum. Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai
hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian,
sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di dalam masyarakat. Ilmu
hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum menelaah hukum sebagai suatu gejala
atau fenomena kehidupan manusia dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang
yang berkeinginan mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu mempelajari hukum
itu dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah hukum
besar perannya dalam hal tersebut.
2. Pengertian Pengantar ilmu hukum
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan “Encyclopaedia
Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding)
dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk
pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar,
gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum.

B. Tujuan dan Kegunaan Pengantar Ilmu Hukum


Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti dan maksud tujuan
dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai bagian tersebut
dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk dapat memahami
bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.

C. Kedudukan dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum


Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang ilmu
pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum fakultas
hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar ilmu
hukum berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun
secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum. Selain itu juga
pengantar ilmu hukum juga berfungsi pedagogis yakni menumbuhkan sikap adil dan
membangkitkan minat untuk denagan penuh kesungguhan mempelajari hukum.

D. Ilmu Bantu Pengantar Ilmu Hukum


• Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya dan
perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan memperbanding
antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu
• Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala sosial
lain (Soerjono Soekanto)
• Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola
sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat sederhana, maupun masyarakat yang
sedang mengalami proses perkembangan dan pembangunan/proses modernisasi (Charles
Winick).
• Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum yang mempelajari perbedaan
sistem hukum antara negara yang satu dengan yang lain. Atau membanding-bandingkan
sistem hukum positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain
• Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai
suatu perwujudan perkembangan jiwa manusia (Purnadi Purbacaraka).

E. Metode Pendekatan Mempelajari Hukum

Metode Idealis ; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari nilai-
nilai tertentu dalam masyarakat
Metode Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak. Metode ini
melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai subjek tersendiri
terlepas dari hal2 lain yang berkaitan dengan peraturan2. Bersifat abstrak artinya kata-kata
yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah dipahami dan untuk dapat
mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu diwujudkan. Perwujudan ini dapat
berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila ditulis, maka sangat penting adalah
pilihan dan susunan kata-kata.
Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai alat
untuk mengatur masyarakat.
Metode Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukumnya.
Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata hukum
dalam berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara.

BAB II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL

A. Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaidah sosial


• Manusia sebagai makhluk monodualistik :
Artinya adalah manusia selain sbg makhluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan
jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat. Manusia lahir, hidup dan berkembang dan meninggal dunia di dalam
masyarakat.
• Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON
artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul
dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena
sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.
• Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana
kepentingan tsb satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup
kemungkinan timbul kericuhan. Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau
kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran hukum mengatur kepetingan2
tersebut agar kepentingan masing-masing terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui
hak dan kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya hukum masyarakat akan hidup aman,
tentram, damai, adil dan makmur.
• Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi ius). Hukum ada
sejak masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah
produk otentik dari masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan,
kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat.
Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur seluk beluk
kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah yang menentukan sendiri.
Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu sendiri dalam
berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum hukum itu disebut
masyrakat hukum.

Mengapa masyarakat mentaati hukum karena bermacam-macam sebab (Menurut Utrecht) :


• Karena orang merasakan bahwa peraturan2 itu dirasakan sebagai hukum. Mereka benar-
benar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut
• Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia menganggap peraturan
hukum secara rasional (rationeele aanvaarding). Penerimaan rasional ini sebagai akibat
adanya sanksi hukum. Agar tidak mendapatkan kesukaran2 orang memilih untuk taat saja
pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi hukum.

B. Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan (Kaidah Sosial)


1. Definisi masyarakat :
• Menurut Ralph Linton, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan
bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas.
• Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah orang yang hidup bersama, yang
menghasilkan kebudayaan.
• Menurut CST. Kansil, SH, masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat
yang sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama
sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai hubungan yang mengakibatkan seorang
dan orang lain saling kenal mengenal dan pengaruh mempengaruhi.
Unsur masyarakat :
- manusia yang hidup bersama
- berkumpul dan bekerja sama untuk waktu lama
- merupakan satu kesatuan
- merupakan suatu sistem hidup bersama.
Dalam masyarakat terdapat pelbagai golongan dan aliran. Namun walaupun golongan itu
beraneka ragam dan masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri akan tetapi
kepentingan bersama mengharuskan adanya ketertiban dalam kehidupan masyarakat itu.
Adapun yang memimpin kehidupan bersama, yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat ialah peraturan hidup.
Agar supaya dapat memenuhi kebutuan-kebutuhannya dengan aman dan tentram dan
damai tanpa gangguan, maka tidap manusia perlu adanya suatu tata (orde – ordnung). Tata
itu berwjud aturan yang menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin.
Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban.
Tata tersebut sering disebut kaidah atau norma.

2. Kaidah/norma Sosial :
Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan perikelakuan
yang diharapkan.
Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma berasal dari bahasa Latin
Kaidah/Norma berisi :
Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena
akibat2nya dipandang baik.
Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana
seorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus
dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.
Kaidah sosial dibedakan menjadi :
1. Kaidah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut menjadi :
a. Kaidah kepercayaan/agama, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang
beriman (Purnadi Purbacaraka 1974 : 4). Kaidah ini ditujukan terhadap kewajiban manusia
kepada Tuhan. Sumbernya adalah ajaran-ajaran kepercayaan/agama yang oleh pengikut-
pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan, misalnya :
- Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk (Al Isra’ : 32).
- Hormatilah orang tuamu agar supaya engkau selamat (Kitab Injil Perjanjian Lama : Hukum
yang ke V).
b.Kaidah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati
nurani. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati nurani
manusia (insan kamil). Sumber kaidah ini adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat otonom
dan tidak ditujukan kepada sikap lahir tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia juga,
misalnya :
- Hendaklah engkau berlaku jujur.
- Hendaklah engkau berbuat baik terhadap sesama manusia.
Dalam kaidah kesusilaan tedapat juga peraturan-peraturan hidup seperti yang terdapat
dalam norma agama misalnya :
- Hormatilah orangtuamu agar engkau selamat diakhirat
- Jangan engkau membunuh sesamamu

2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih lanjut
menjadi :
a.Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan.
Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia,
misalnya :
- Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua
- Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat.
- Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll (terutama wanita
tua, hamil atau membawa bayi)
b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup antar
manusia. Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh
penguasa negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan
dengan segala paksaan oleh alat-alat negara misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain
tanpa seizin yang punya”.

Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah sosial lainnya :


1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat ditinjau dari
berbagai segi sbb :
• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat
dan melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan
bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal.
• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi
bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan mengatur sikap
batin manusia sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai
dengan aturan sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin
setia pribadi itu baik.
• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber sanksinya
berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom),
sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing2
pelanggarnya (otonom).
• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara nyata
oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada
asasnya tergantng pada yang bersangkutan.
• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan normatif)
sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja (normatif).
2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan
- Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberikan
kewajiban saja.
- Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara), sanksi kaidah
kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah kesusilaan
- Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan
berasal dari pribadi manusia
- Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia, kaidah agama
dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia
- Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah agama
dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia
jahat.
Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :
- Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan
- Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah
- Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat
- Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat
- Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman)

Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah
ada kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ?
Hal ini karena :
- Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang
memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari
kaidah agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan maupun adat.
- Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah
tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran terhadap
kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat.

BAB III
PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM

A. Aneka arti hukum


1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa
Disini hukum adalah perangkat-peraturan peraturan tertulis yang dibuat oleh pemerintah
melalui badan-badan yang berwenang
2. Hukum dalam arti para petugas
Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam dan bisa
bertindak terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan
warga masyarakat, seperti petugas Polisi patroli, Jaksa dan hakim dengan toganya. Disini
hukum dilihat dalam arti wujud fisik yg ditampilkan dalam gambaran orang2 yang bertugas
menegakkan hukum.
3. Hukum dalam arti sikap tindak
Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur. Hukum ini tidak
nampak seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau
hakim yang mengadili, melainkan menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap
yang lain secara terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta rasional. Dalam hal ini sering
disebut hukum sebagai suatu kebiasaan (hukum kebiasaan). Contoh seorang mahasiswa
“A” numpang sewa kamar kepada keluarga “Z”, ia tiap bulan bayar uang yg menjadi
kewajibannya kepada “Z” sedangkan “Z” menerima haknya, disamping melakukan
kewajibannya menyediakan segala sesuatu yang diperlukan “A”. Tiap pagi “A” ke kampus
naik becak, tawar menawar, ia naik sampai ke tempat tujuan tanpa pikir ia membayarnya.
Lama kelamaan “A” mengenal tukang becak dengan baik, maka untuk kuliah begitu melihat
tukang becak segera naik tanpa pikir-pikir ia bayar, malahan kadang2 ia hanya berkata
bayarnya nanti saja sekalian seminggu. Ini dilihat dari “A” dan masyarakat sekelilingnya dan
apabila pengalaman2 semacam ini digabungkan maka hubungan menjadi luas dan rumit,
namun tetap terwujud keteraturan karena bekerjanya hukum yang mewarnai sikap tindak
atau perilaku masing2 individu dalam masyarakat secara biasa. Disini hukum bekerja
mengatur sikap tindak warga masyarakat sedemikian rupa sehingga hukum terlihat sebagai
sikap tindak yang tanpak di dalam pergaulan sehari2, ia merupakan suatu kebiasaan
(Hukum kebiasaan).

4. Hukum dalam arti sistem kaidah


adalah :
a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis
b. Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas
meliputi :
- Kaidah-kaidah individual dari badan2 pelaksana hukum terutama pengadilan
- Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan
- Kaidah-kaidah konstitusi
c. Sahnya kaidah2 hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau
ditentukan oleh kaidah2 yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.
5. Hukum dalam arti jalinan nilai
Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan kesinambungan antar faktor
nilai obyektif dan subyektif dari hukum demi terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan
antara individu di tengah pergaulan hidupnya. Nilai objektif tsb misalnya ttg baik buruk, patut
dan tidak patut (umum), sedangkan nilai subjektif memberikan keputusan bagi keadilan
sesuai keadaan pada suatu tempat , waktu dan budaya masyarakat (khusus). Inilah yg perlu
diserasikan antara kepentingan publik, kepentingan privat dan dengan kepentingan individu.
6. Hukum dalam arti tata hukum
Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu hukum
yang berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu (sekarang misalnya di Indonesia). Hukum
positif tsb misalnya hukum publik (HTN, HAN, Pidana, internasional publik), hukum privat
(perdata, dagang, dll)
7. Hukum dalam ilmu hukum
Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau sallenwissenschaft
yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah, dengan
dogmatik hukum dan sistematik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu
pengetahuan atau science yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari
kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum
dan akumulatif.
• Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma
• Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya.

8. Hukum dalam arti disiplin hukum atau gejala sosial


Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah masyarakat. Secara
umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu pengertian, ilmu kaidah dan ilmu
kenyataan), politik hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan dibicarakan dimuka).
Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum
mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum
objeknya hukum itu sendiri.
Politik hukum adalah mencakup kegiatan2 mencari dan memilih nilai2 dan menerapkan
nilai2 tersebut bagi hukum dalam mencapai tujuannya.
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai2, juga mencakup penyesuaian
nilai2, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan
dengan keakhlakan dan antara kelanggengan dan pembaharuan.
Ilmu tentang pengertian hukum (begriffeissenschaft) yg dibahas adalah :
1. Masyarakat hukum
2. Subyek hukum
3. Objek hukum
4. Hubungan hukum (peristiwa hukum)
5. Hak dan kewajiban
Ilmu tentang kaidah (Normwiseenschaft) yg dibahas adalah
1. Perumusan norma/kaidah hukum
2. Apa yg dimaksud kaidah abstrak dan konkret
3. Isi dan sifat kaidah hukum
4. Esensialia kaidah hukum
5. Tugas dan kegunaan kaidah hukum
6. Pernyataan dan tanda pernyataan kaidah hukum
7. Penyimpangan terhadap kaidah hukum
8. Berlakunya kaidah hukum
Ilmu tentang kenyataan (taatsashenwissenschaft) hukum yang dibahasa adalah :
1. Sejarah hukum
2. Sosiologi hukum
3. Psikologi
4. Perbandingan hukum
5. Antropologi hukum
Nilai2 dasar hukum (Radbruch) :
1. Keadilan
2. Kemamfaatan/kegunaan
3. Kepastian hukum

B. Berbagai Definisi Hukum :

Begitu banyak definisi hukum dikemukakan oleh ilmuan hukum yang tentu saja sangat
berguna dalam hal berikut :

Berguna sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin mempelajari hukum, khususnya bagi
kalangan pemula.
Berguna bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam teori hukum, ilmu hukum, filsafat
hukum dan sebagainya.

Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui bahwa dalam kenyataan
hukum memang tidak akan pernah dapat didefinisikan secara lengkap, jelas dan tegas.
Sehingga sampai sekarang ini tidaka da kesepakatan bersama tentang definisi hukum.
Namun Arnold juga menyadari bahwa bagaimanapun para juris tetap akan terus berjuang
mencari bagaimana hukum didefinisikan sebab definisi hukum merupakan bagian yang
substansial dalam meberi arti keberadaan hukum sebagai ilmu. Hukum juga merupakan
sesuatu yang rasional dan dimungkinkan untuk dibuatkan definisi sebagai penghormatan
para juris terhadap eksistensi hukum.

Sebagai pegangan bagi mahasiswa atau bagi orang yang baru belajar hukum, perlu ada
definisi hukum sebagai pegangan dalam mencoba mengetahui dan memahami hukum baik
secara praktis maupun secara formil

Berikut beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum (juris) berdasarkan
aliran atau paham yang dianutnya :

1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin
menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.

2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka sukarlah
untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.

3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu menyebabkan
tak mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu sebenarnya.

4. Grotius, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui
sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatu
otoritas pengendalian.

5. Aristoteles, hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan
mengekpresikan bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku
hakim dan putusannya di pengadilan untk menjatuhkan hukuman terhadap pelangggar.

6. Schapera, hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh
pengadilan.

7. Paul Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah dilembagakan
kembali dalam pranata hukum.

8. Pospisil, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui
sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui
suatuotoritas pengendalian.

9. Karl von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan
kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar
pada sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan
kebiasaan warga masyarakat.

10. Marxist, hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam
masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.

11. John Austin, melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik langsung maupun tidak
langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat
politik yang independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) meruipakan otoritas
tertinggi.

Kelemahan pandangan John Austin sebagai berikut :

1. Hukum dilihat semata-mata sebagai kaidah bersanksi yang dibuat dan diberlakukan oleh
negara, padahal di dalam kenyataannya kaidah tersebut belum tentu berlaku.

2. Undang-undang yang dibuat oleh negara, hanya salah satu sumber-sumber hukum

3. Hanya warga masyarakat yang dilihat sebagai subjek hukum, padahal dalam
kenyataannya dikenal pula adanya hukum tata negara, hukum administrasi negara, dsb.

12. Hans Kelsen, hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum
adalah kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi. 13 Paul 13. Scholten, hukum adalah
suatu petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak layak untuk dilakukan
yang bersifat perintah.

14. van Kan, hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

15. Eugen Ehrlich (Jerman), sesuatu yang berkaitan denagan fungsi kemasyarakatan dan
memandang sumber hukum hanya dari legal history and jurisprudence dan living law
(hukum yang hidup didalam masyarakat).

16. Bellefroid, hukum adalah kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat yang mengatur tata
tertib masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di dalam masyarakat.

17. Holmes (HakimAmerika Serikat), hukum adalah apa yang dikerjakan dan diputuskan
oleh pengadilan.

18. Salmond, hukum adalah kumpulan-kumpulan asas-asas yang diakui dan diterapkan oleh
negara di dalam pengadilan.

19. Roscoe Pound, hukum itu dibedakan dalam arti :

1. Hukum dalam arti sebagai tata hukum, mempunyai pokok bahasan :

- hubungan antara manusia denagan individu lainnya

- tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya.

2. Hukum dalam arti kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan pengadilan


dan tindakan administrasi. Pandangan Roscoe Pound tergolong dalam aliran sosiologis dan
realis.

20. Liwellyn, hukum adalah apa yang diputuskan oleh seorang hakim tentang suatu
persengketaan adalah hukum itu sendiri.

21. Drs. E. Utrecht, SH, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah


dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus
ditaati oleh masyarakat itu.

22. SM. Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan
sanksi-sanksi.

23. J.C.T. Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto, Hukum adalah peraturan-peraturan


yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu hukuman tertentu

24. M.H. Tirtaatmidjaja, SH

Hukum adalah semua aturan (norma yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian —- jika
melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang
akan kehilangan kemerdekaannya, di denda dsb.

25. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie), Hukum adalah suatu gejala
dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur membentur
tanpa henti-hentinya dengan gejala lainnya.

26. Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2 mengenai tingkah laku orang-
orang sebagai anggota suatu masyarakat.

27. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat
memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat tidak bebruat
sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

C. Isi kaidah hukum :

Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :
1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan
atau ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.
2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan
misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita
yang belum dinikahi secara sah dsb.
3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan
melainkan suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat
bagi yang menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan, pada waktu atau
sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat
mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan.
Ketentuan ini boleh dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.

Unsur-unsur kaidah hukum :


Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana hukum Indonesia
diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kaidah hukum itu meliputi beberapa unsur yaitu :
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas

BAB IV

TUJUAN, FUNGSI DAN SUMBER-SUMBER HUKUM

A. Tujuan hukum menurut teori

1. Teori etis (etische theorie)

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan.
Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita
mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh
Aristoteles filsuf Yunani dalam bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica yang menyatakan
”hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak
menerimanya”. Selanjutnya Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis, yaitu :

Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut
jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang mendapat bagian yang
sama banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan kesebandingan berdasarkan
prestasi dan jasa seseorang.
Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah yang sama
banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum menuntut adanya suatu
persamaan dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal tanpa memperhitungkan jasa
masing-masing.

Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap orang memperoleh
bagian yg sama.

2. Teori utilitas (utiliteis theorie)

Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau kebahagiaan
sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori ini adalah Jeremy
Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction to the morals and legislation”
berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang
berfaedah/mamfaat bagi orang.

Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang
berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit. Sulit bagi kita untuk
menerima anggapan Betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain apabila yang
berfaedah lebih ditonjolkan maka dia akan menggeser nilai keadilan kesamping, dan jika
kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu, hal ini akan
menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan.

3. Teori campuran

Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan pertama dari
hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan
yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.

4.Teori normatif-dogmatif, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian


hukum (John Austin dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah adanya melegalkan
kepastian hak dan kewajiban.

Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak
diganggu dan terjaminnya kepastiannya.

5. Teori Peace (damai sejahtera)

Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang kuat
tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya dan adanya
perlindungan bagi rakyat. Hukum harus dapat menciptakan damai dan sejahtera bukan
sekedar ketertiban.

B. Tujuan hukum menurut pendapat ahli :


1. Purnadi dan Soejono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang
meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi
2. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum
dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, kehormatan,
kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yg merugikan.
3. R. Soebekti, tujuan hukum adalah bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan negara yaitu
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum melayani tujuan
negara tersebut dengan menyelenggarakan “keadilan” dan “ketertiban”.
4.Aristoteles, hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang
ia berhak menerimanya. Anggapan ini berdasarkan etika dan berpendapat bahwa hukum
bertugas hanya membuat adanya keadilan saja.
5. SM. Amin, SH tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia,
sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.

6.Soejono Dirdjosisworo, tujuan hukum adalah melindungi individu dalam hubngannya


dengan masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diiharapkan terwujudnya keadaan
aman, tertib dan adil

7. Roscoe Pound, hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat artinya hukum sebagai
alat perubahan sosial (as a tool of social engeneering), Intinya adalah hukum disini sebagai
sarana atau alat untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi
maupun dalam hidup masyarakat.

8.Bellefroid, tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum atau kepentingan umum
yaitu kesejahteraan atau kepentingan semua anggota2 suatu masyarakat.
9.Van Kant, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap2 manusia supaya kepentingan itu
tidak dapat diganggu
10.Suharjo (mantan menteri kehakiman), tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia
baik secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk
menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung
secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan
atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak adil.
Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya :
- mewujudkan ketertiban dan keteraturan
- mewujudkan kedamaian sejati
- mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat
- mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat

Kesimpulan Tujuan Hukum :


1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan kepentingan,
ketertiban, keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damani sejahtera setiap manusia.
2. Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agar kepentingan
setiap orang baik secara individual maupun kelompok tidak diganggu oleh orang atau
kelompok lain yang selalu menonjolkan kepentingan pribadinya atau kepentingan
kelompoknya.
3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan

C. Fungsi Hukum
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg
petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan
larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat
direalisir.
2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg bersifat
mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang membuat orang
takut untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya (penjara, dll) dan
dapat diterapkan kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan akan tercapai.
3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya
mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan
masyarakat ke arah yg maju.
4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya
mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat
pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan demikian
semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt pun akan
merasakan keadilan.
5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh kasus tanah.

D. Sumber-sumber hukum :
1.Pengertian sumber hukum
Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yg
mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya
hukum secara formal, darimana hukum itu dapat ditemukan. dsb.
Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan2 yang kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan dengan pendekatan
yang digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan pendidikannya, secara umum dapat
disebutkan bahwa sumber hukum dipakai orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk
menjawab pertanyaan “mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga
dirumuskan “apa sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia”.
Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumbe hukum dalam arti materiil. Kata sumber
juga dipakai dalam arti lain, yaitu menjawab pertanyaan “dimanakah kita dapatkan atau
temukakan aturan-aturan hukum yanmg mengatur kehidupan kita itu ?” Sumber dalam arti
kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti formal”. Secara sederhana, sumbe rhukum
adalah segala ssuatu yangd apat menimbulkan aturan hukum serta tempat ditemukakannya
aturan-aturan hukum.

2. Macam-macam sumber hukum


Sebagaimana diuraikan diatas ada 2 sumber hukum yatu sumber hukum dalam arti materil
dan formil.
a. Sumber hukum materiil
Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi hukum. Dapat ditinjau
dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, agama, dll. Dalam
kata lain sumber hukum materil adalah faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi
pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan
hakim, dsb). Atau faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, atau
tempat darimana materi hukum tiu diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang
membantu pembentukan hukum.
Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.
Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh
para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan
tugasnya.
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan
tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang
bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll
Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum materil itu terdiri dari
tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :
1) sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat menemukan
hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :
a) Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara
historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
b) Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2) sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber hukum dalam arti
sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif, seperti
misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.
3) sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini dibagi lebih lanjut
menjadi dua :
a) Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.
Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
- pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran
hukum.
b). Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan
mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum

b. Sumber hukum formal


Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan
dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal merupakan dasar
kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun oleh
penegak hukum.
Apa beda antara undang-undang dengan peraturan perundang-undangan ? Undang-undang
dibuat oleh DPR persetujuan presiden, sedangkan peraturan perundang-undangan dibuat
berdasarkan wewenang masing-masing pembuatnya, seperti PP, dll atau
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 ayat 2 UU No.
10 tahun 2004)

Macam-macam sumber hukum formal :

A. Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara

Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :

Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU karena cara
pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan parlemen)
Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat setiap
penduduk.

Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (pasal 1 angka 3)

Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN = staatsblad) dulu
oleh Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh Menkuhham (UU No. 10 tahun 2004).
Tujuannya agar setiap orang dapat mengetahui UU tersebut (fictie=setiap orang dianggap
tahu akan UU = iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo ius ignorare consetur= in
dubio proreo, latin).

Konsekuensinya adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum tidak boleh


beralasan bahwa ketentuan hukum itu tidak diketahuinya. Artinya apabila suatu ketentuan
perundang-undangan itu sudah diberlakukan (diundangkan) maka dianggap (difiksikan)
bahwa semua orang telah mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.

Berakhirnya/tidak berlaku lagi jika :


a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau
b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi .
c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang lebih tinggi.
d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg dulu
berlaku.

Lembaran negara (LN) dan berita negara :


LN adalah suatu lembaran (kertas) tempat mengundangkan (mengumumkan) semua
peraturan negara dan pemerintah agar sah berlaku. Penjelasan daripada suatu UU dimuat
dlm tambahan LN, yg mempunyai nomor urut. LN diterbitkan oleh Menteri sekretaris negara,
yg disebut dgn tahun penerbitannya dan nomor berurut, misalnya L.N tahun 1962 No. 1
(L.N.1962/1)
Berita negara adalah suatu penerbitan resmi sekretariat negara yg memuat hal-hal yang
berhubungan dengan peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan memuat surat-surat
yang dianggap perlu seperti : Akta pendirian PT, nama orang-orang yang dinaturalisasi
menjadi WNI, dll,
Catatan : Jika berkaitan dengan peraturan daerah diatur dalam lembaran daerah

Kekuatan berlakunya undang-undang :


• UU mengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib mengakui eksistensinya
UU.
• Sedangkan kekuatan berlakunya UU berarti sudah menyangkut berlakunya UU secara
operasional.
• Agar UU mempunyai kekuatan berlaku ahrus memenuhi persyaratan yaitu 1). Kekuatan
berlaku yuridis, 2). Kekuatan berlaku sosiologis dan, 3) kekuatan berlaku fiolosofis.
• Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut (Pasal 7 UU No.
10/2004) :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)

B. Kebiasaan (custom)
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang
sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu
berulang-ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan
kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian
timbullah suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.
Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil penjualan atau
pembelian sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga komisioner yg lainpun
menerima upah yang sama yaitu 10 % maka oleh karena itu timbul suatu kebiasaan yg
lambat laun berkembang menjadi hukum kebiasaan.
Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan adil oleh
sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum formal.
Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini dilarang untuk
diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan sehingga
bertentangan denagan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum,
misalnya jika berbuat susila/zinah, perlakunya ditelanjangi kekeliling kampung.

Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :


1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam masyarakat tertentu (syarat
materiil)
2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio necessitatis =
bahwa perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat
intelektual
3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.
Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut
dirumuskan hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.
Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene
Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an
untuk Indonesia
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu
adat istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan
merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat
tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi
hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara
pemilik sawah dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum
adat tertentu tidak sama dengan yang berlaku di masyarakat hukum adat yang lain.
Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada masyarakat tertentu.

C. Jurisprudensi (keputusan2 hakim)


Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan hakim lain
sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim yang tetap terhadap
persoalan/peristiwa hukum tertentu.
Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia sependapat dgn isi
keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai pedoman dalam mengambil
sesuatu keputusan mengenai suatu perkara yang sama.
Ada 2 jenis yurisprudensi :

Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan yang serupa
dan dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu perkara (standart arresten)
Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart arresten.

D.Traktat (treaty)
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat tidak saja
kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga negara-negara dari
negara-negara yang berkepentingan.
Macam-macam Traktat :
a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian
internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC
tentang “Dwikewarganegaraan”.
b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara,
misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO) yang
diikuti oleh beberapa negara Eropa.

E. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling
berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Para pihak yang telah
saling sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk mentaati dan
melaksanakannya (asas (pact sunt servanda).
F. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
Pendapat sarjanan hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang
sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi
dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.

Sumber hukum menurut Algra :


1. Sumber materiil, yaitu tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil
ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial,
hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, kebudayaan, agama, keadaan geografis,
dsb.
2. Sumber hukum formil, yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh
kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan
hukum itu formal berlaku, misalnya UU, perjanjian antar negara, yurisprudensi dan
kebiasaan.

Sumber hukum menurut Ahmad Sanusi :


1. Sumber hukum normal :
a.Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU yaitu, UU, perjanjian antar
negara dan kebiasaan.
b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu perjanjian doktrin
dan yurisprudensi.
2. Sumber hukum abnormal yaitu :
a. Proklamasi
b. Revolusi
c. Coup d’etat

Sumber hukum menurut van Apeldoorn :


1. Sumber hukum dalam arti historis, yaitu tempat kita dapat menemukan hukumnya dalam
sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :
a. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara
historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
b. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2. Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi
hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.
3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum ini dibagi lebih lanjut menjadi dua :
a. Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.
Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
- pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran
hukum.
b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan
mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum
4. Sumber hukum dalam arti formil, yaitu sumber hukum dilihat dari cara terjadinya hukum
positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku yang mengikat hakim dan
penduduk.
BAB V
PENGERTIAN DASAR / KONSEP DALAM HUKUM

A. Subyek hukum dan obyek hukum

Pengertian subyek hukum

- segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum

- sesuatu pendukung hak/kewajiban, jadi memiliki wewenang hukum

Pembagian subyek hukum :

a. Manusia (natuurlijke persoon)

b. Badan hukum (rechtspersoon)

Ad. 1. Manusia

Manusia sebagai subyek hukum berarti manusia adalah pembawa hak dan kewajiban
sehingga dapat melakukan sesuatu tindakan hukum; ia dapat mengadakan persetujuan-
persetujuan, menikah, membuat wasiat, dan sebagainya.

https://hukum-on.blogspot.com/2012/07/ilmu-hukum.html 16.56

A. Tujuan dan Kedudukan PIH

Pengantar Ilmu Hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang harus di pahami terlebih dahulu
dalam pemikiran2 tentang hukum yang sebenarnya sudah sejak zaman Plato , Aristoteles,
Socrates, Thomas Van Aquino dan lain sebagainya , mengenai pemikiran dan pandangan
mereka tentang hukum kodrat yang menguasai hidup manusia baik secara individu maupun
sebagai bagian dari masyarakat sampai timbulnya atau terjadinya hukum yang dibuat manusia
dalam rangka penyelenggaraan kehidupan di dunia .

Pada zaman dahulu PIH di kenal dengan nama ensiklopedi hukum . Di dalam ensiklopedi hukum
dapat di ketahui tentang hakekat hukum , tujuan hukum , arti hukum dan hubungan2nya .

Selanjutnya ensiklopedi hukum di bagi 2 :

1. Ensiklopedi hukum formil


2. Ensiklopedi hukum materiil
1. Ensiklopedi hukum formil menguraikan tentang kerangka hukum , tentang pengertian hukum
, struktur / susunan dari pada hukum . Selanjutnya ensiklopedi hukum formil inilah yang
kemudian kita sebut dengan Pengantar Ilmu Hukum ( PIH )

2. Ensiklopedi hukum materiil menguraikan tentang isi hukum yang menyangkut keadaan
negara tertentu , yaitu mengenai tata tertib hukum neara tertentu , yang di sebut Pengantar
Tata Hukum Indonesia ( PTHI )

PIH menunjukkan jalan ke arah cabang2 ilmu hukum yang sebenarnya , formilnya PIH
memberikan pandangan umum secara ringkas mengenai seluruh Ilmu Pengetahuan Hukum ,
mengenai kedudukan ilmu hukum di samping ilmu ilmu yang lain . Menjelaskan tentang
pengertian2 dasar hukum , asas2 hukum dan penggolongan cabang2 hukum PIH . Menerangkan
sifat Ilmu pengetahuan Hukum Normatif atau Empiris .

PIH memberi tinjauan tentang kaedah2 hukum dalam hubungannya & pengaruhnya yang timbal
balik dengan kaedah agama , kesusilaan , adat istiadat , kebiasaan dan bidang2 kebudayaan
lainnya . Demikian juga perihal sumber2 hukum dan aliran2 dalam ilmu hukum .

Materiilnya PIH menjelaskan tentang sejarah lembaga2 hukum , metode2 peninjauan baik
secara historis , sosiologis , filosofis , ataupun secara dogmatis .

Dengan perkembangan masyarakat maka ilmu pengetahuan hukum juga mengalami


perkembangan yang cukup jauh dengan munculnya cabang ilmu pengetahuan hukun seperti :
Ilmu Hukum Perdata , Ilmu Hukum Tata Pemerintahan dan Imu Hukum Internasional .

Istilah PIH adalah istilah nasional Indonesia meskipun menurut sejarahnya adalah terjemahan
dari istilah belanda " Inlieding tot de rechtswetenschap " yang sudah di pakai di Indonesia sejak
tahun 1924 pada Rechts Hoge-School di Jakarta . Sebelum di pakai istilah tersebut di negeri
Belanda di sebut dengan Encyclopedi der Rechtswetenschap .

Di beberapa negara lain di kenal istilah Ilmu Pengetahuan Hukum dengan istilah Jurisprudence
( misalnya : USA, Inggris, Perancis, Rusia dll ) , dan juga di sebut Science of Law atau Legal
Science ( di Inggris ) .

Selanjutnya ketika kita mempelajari ilmu hukum dan menyebut istilah hukum memiliki makna
rangkap yaitu : ilmunya dan hukum positif yang berlaku .

B. KEDUDUKAN ILMU HUKUM DALAM RANGKAIAN ILMU LAINNYA

Salah satu sistematika ilmu pengetahuan sebagaimana di sampaikan oleh Prof Djojodigoeno Sh
alm , seorang guru besar di bidang Ilmu Hukum Adata di UGM sebagai berikut :

Ilmu pengetahuan Teoritis

1. Ilmu pengetahuan Nomotetis , yang mempelajari ke-ajeg-an / rutinitas yang selalu berulang
dalam suatu rangkaian peristiwa yang lalu di cari wetten / dalilnya . Mengemukakan hal yang
umum dan akan terulang apabila dalam keadaan yang sama .

2. Ilmu pengetahuan Idiografis , hanya melukiskan atau menggambarkan sebagai suatu hasil
observasi atas suatu peristiwa pada suatu daerah yang tidak akan terulang meskipun dalam
keadaan yang sama .

Yang termasuk ilmu pengetahuan teoritis adalah : Perbandingan hukum , sosiologi hukum ,
sejarah hukum .

Ilmu pengetahuan normatif

ilmu yang meberi nilai secara normatif untuk di terapkan , di katakan normatif karena di
kehendaki oleh perbuatan manusia . Yang termasuk Ilmu pengetahuan normatif adalah :
dogmatis hukum , politik hukum , filsafat hukum .

C. DISIPLIN HUKUM

Suatu disiplin adalah sistem ajaran mengenai kenyataan atas gejala gejala yang di hadapi ,
selanjutnya dapat di bedakan antara disiplin analitis dan preskriptif .

Disiplin analitis melakukan analisa , memahami serta menjelaskan gejala2 yang di hadapi
seperti : sosiologi, psikologi, ekonomi dan seterusnya .

Disiplin preskriptif adalah sistem pengajaran yang menentukan apakah yang seyogyanya atau
yang seharusnya di lakukan di dalam menghadapi kenyataan2 tertentu seperti : hukum, filsafat
dan seterusnya .

Apabila di batasi didalam disiplin hukum , maka mencakup :

 Ilmu Ilmu Hukum


 Politik Hukum
 Filsafat Hukum
Ilmu Hukum sebagai kumpulan dari berbagai cabang ilmu pengetahuan meliputi :

Ilmu tentang kaedah atau normwissenschaft , yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaedah
atau sistem kaedah2 dengan dogmatif hukum dan sistematik hukum .

Ilmu pengertian , ilmu tentang pengertian2 pokok dalam hukum seperti : subyek hukum, hak
dan kewajiban , peristiwa hukum, hubungan hukum dan obyek hukum .

Ilmu tentang kenyataan atau tatsachen wissenschaft yang mengamati hukum sebagai
perikelakuan atas sikap tindak yang meliputi :

1. Sosiologi hukum, suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris analitis mempelajari hubungan
timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala sosial lainnya .
2. Antropologi hukum, Cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola pola sengketa dan penyelesaiannya
pada masyarakat sederhana ataupun masyarakat yang sedang mengalami modernisasi .
3. Psikologi hukum , cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum senagai perwujudan dari
perkembangan ilmu jiwa .
4. Perbandingan Hukum , cabang ilmu pengetahuan yang membandingkan sistem sistem hukum yang berlaku
di dalam satu atau beberapa masyarakat .
5. Sejarah Hukum , yang mempelajari perkembangan dan asal usul sistim hukum dalam suatu masyarakat
tertentu .
Ilmu hukum bagi kita adalah sebuah alat ilmiah untuk mengetahui hukum , artinya kita
memperoleh pengetahuan / faham tentang makna dan fungsi hukum .

https://materi-kuliah-hukum.blogspot.com/2009/11/pengantar-ilmu-hukum-pih-1.html 16.58

Pengertian pengantar ilmu hukum

Sangat sulit untuk menjelaskan pengertian pengantar ilmu hukum secara langsung.
Prof. Dr. Subekti pernah menyatakan bahwa Pengantar Ilmu Hukum atau PIH adalah buku
pelajaran yang penulisannya paling sulit. Oleh karena itu, untuk memperoleh penjelasan
yang gamblang mengenai pengertian pengantar ilmu hukum atau PIH, maka berikut ini
adalah beberapa definisi pengantar ilmu hukum menurut para ahli.
Prof. Dr. Soedjono Didjosisworo, S.H. menyatakan bahwa PIH itu kerap kali di dunia studi
hukum dinamakan “Ensyclopedie hukum” yang merupakan pengantar untuk ilmu
pengetahuan hukum. Ilmu pengetahuan ini berusaha untuk menjelaskan tentang keadaan,
inti, maksud, dan tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara
bagian-bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum.

Prof. Dr. Achmad Sanusi, S.H. mengetengahkan sebagai berikut : Pengantar Ilmu Hukum
atau PIH termasuk dalam mata pelajaran dasar (berbasis leervak). Bukan merupakan suatu
mata pelajaran latihan berpraktik, sehingga jarang sekali diperlukan dalam praktek, dalam
jabatan-jabatan negeri maupun swasta. Namun demikian sebagai mata pelajaran PIH harus
dikuasai oleh mereka yang ingin mempelajari ilmu hukum. Maka oleh karena itu, Pengantar
Ilmu Hukum tidak boleh dianggap kecil nilainya.

Ia mengatakan pula bahwa pegantar ilmu hukum atau PIH juga diajarkan pada fakultas-
fakultas selain fakultas hukum, dengan tujuan untuk mengkualifikasi mata pelajaran
pembuka kea rah pegetahuan hukum pada tingkat persiapan yang memang sudah menjadi
tradisi walaupun usia pengantar ilmu hukum itu masih relative muda.

Peran dan fungsi pengantar ilmu hukum

Berikut ini adalah beberapa fungsi pengantar ilmu hukum atau PIH yang harus kita ketahui :

1. PIH memberikan introduksi atau memperkenalkan segala masalah yang berhubungan


dengan hukum.
2. Pengantar ilmu hukum berusaha untuk menjelaskan tentang keadaan, inti, maksud dan
tujuan dari bagian-bagian penting dari pada hukum serta bertalian antara berbagai bagian
tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum.
3. PIH memperkenalkan ilmu hukum, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala seluk
beluk dari pada hukum dalam segala bentuk manifestasinya.
4. Pengantar ilmu hukum merupakan dasar dalam rangka studi hukum. Tanpa memahami
pengantar ilmu hukum secara tuntas dan saksama tidak akan dapat diperoleh pengertian
yang baik tentang berbagai cabang ilmu hukum. Dengan demikian sudah tepatlah apabila
pengantar ilmu hukum juga dinamakan “basis leervak” atau mata kuliah dasar dari pelajaran
hukum.
5. PIH mengkualifikasikan mata pelajaran, pendahuluan, pembukaan kea rah ilmu
pengetahuan hukum pada tingkat persiapan.
Hakikat pengantar ilmu hukum

Berikut ini adalah beberapa hakikat pengantar ilmu hukum atau PIH yang perlu untuk kita
ketahui :

1. PIH merupakan suatu mata pelajaran yang menjadi pengantar dan penunjuk jalan bagi
siapapun yang ingin mempelajari ilmu hukum, yang ternyata sangat luas ruang lingkupnya.
Mereka tidak akan mungkin memahami dengan baik mengenai berbagai cabang ilmu tanpa
menguasai mata pelajaran pengantar ilmu hukum terlebih dahulu.
2. Sebagai suatu mata pelajaran, pengantar ilmu hukum memberikan dan menanamkan
pengertian dasar mengenai arti, permasalahan, dan persoalan-persoalan di bidang hukum
sehingga ia menjadi mata pelajaran utama yang harus dikuasai oleh mereka yang ingin
mendalami ilmu hukum.
3. PIH memberikan gambaran-gambaran dan dasar yang jelas mengenai sendi-sendi utama
hukum itu sendiri. Berbeda dengan cabang-cabang ilmu hukum lainnya, maka PIH
mempunyai cara pendekatan yang khusus ialah memberikan pandangan tentang hukum
secara umum.
4. Karena PIH merupakan mata pelajaran dasar, maka bagi mereka yang ingin mempelajari
ilmu hukum harus menguasai mata pelajaran PIH terlebih dahulu. Tanpa penguasaan
pengantar ilmu hukum, mereka akan mendapatkan kesulitan atau kegagalan.

Demikianlah penjelasan mengenai pengertian pengantar ilmu hukum atau PIH, peran dan
fungsi pengantar ilmu hukum serta hakikat pengantar ilmu hukum atau PIH. Semoga
bermanfaat.

http://www.ensikloblogia.com/2016/08/pengertian-pengantar-ilmu-hukum.html 17.00

RESUME
PENGANTAR ILMU HUKUM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Ilmu Hukum dan Pengantar Ilmu Hukum


1. Pengertian Ilmu hukum
Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan
yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan
membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum
objeknya hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh
ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan
bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan” (Curzon, 1979 : v).
Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu
pengetahuan yang objeknya hukum. Dengan demikian maka ilmu hukum
akan mempelajari semua seluk beluk mengenai hukum, misalnya
mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian,
sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di dalam
masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum
menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia
dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang berkeinginan
mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu
dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke masa sehingga
sejarah hukum besar perannya dalam hal tersebut.
2. Pengertian Pengantar ilmu hukum
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum
dinamakan “Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang
merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu
hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran
lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian
dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum.
B. Tujuan dan Kegunaan Pengantar Ilmu Hukum
Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti
dan maksud tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian
antara berbagai bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun
kegunaannya adalah untuk dapat memahami bagian-bagian atau jenis-jenis
ilmu hukum lainnya.
C. Kedudukan dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum
Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran
lanjutan tentang ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan
kedudukan dalam kurikulum fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah
keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar ilmu hukum berfungsi
memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun
secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum.
Selain itu juga pengantar ilmu hukum juga berfungsi pedagogis yakni
menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk denagan penuh
kesungguhan mempelajari hukum.
D. Ilmu Bantu Pengantar Ilmu Hukum
 Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul
terbentuknya dan perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu
masyarakat tertentu dan memperbanding antara hukum yang berbeda
karena dibatasi oleh perbedaan waktu.
 Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris
dan analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai
gejala sosial dengan gejala sosial lain (Soerjono Soekanto)
 Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat
sederhana, maupun masyarakat yang sedang mengalami proses
perkembangan dan pembangunan/proses modernisasi (Charles Winick).
 Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum yang mempelajari
perbedaan sistem hukum antara negara yang satu dengan yang lain. Atau
membanding-bandingkan sistem hukum positif dari bangsa yang satu
dengan bangsa yang lain.
 Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum
sebagai suatu perwujudan perkembangan jiwa manusia (Purnadi
Purbacaraka).
E. Metode Pendekatan Mempelajari Hukum

1. Metode Idealis ; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai


perwujudan dari nilai-nilai tertentu dalam masyarakat

2. Metode Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan


yg abstrak. Metode ini melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat
dibicarakan sebagai subjek tersendiri terlepas dari hal2 lain yang berkaitan
dengan peraturan2. Bersifat abstrak artinya kata-kata yang digunakan di
dalam setiap kalimat tidak mudah dipahami dan untuk dapat mengetahuinya
perlu peraturan-peraturan hukum itu diwujudkan. Perwujudan ini dapat
berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila ditulis, maka sangat
penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.

3. Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa


hukum sebagai alat untuk mengatur masyarakat.
4. Metode Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat
sejarah hukumnya.

5. Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem

6. Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan


membandingkan tata hukum dalam berbagai sistem hukum dan
perbandingan hukum di berbagai negara.

7. BAB II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL
8. A. Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaidah sosial
9.  Manusia sebagai makhluk monodualistik :
Artinya adalah manusia selain sbg makhluk individu (perseorangan)
mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai
makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup
dan berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat.
10.  Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah
ZOON POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya
selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi
makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu
sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.
11.  Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan,
dimana kepentingan tsb satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan
dan ini tidak menutup kemungkinan timbul kericuhan. Kepentingan adalah
suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi.
Disinilah peran hukum mengatur kepetingan2 tersebut agar kepentingan
masing-masing terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui hak dan
kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya hukum masyarakat akan hidup
aman, tentram, damai, adil dan makmur.
12.  Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi
ius). Hukum ada sejak masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum
itu sesungguhnya adalah produk otentik dari masyarakat itu sendiri yang
merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku,
kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat.
13. Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur seluk
beluk kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah yang menentukan
sendiri.
Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu
sendiri dalam berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata
hukum hukum itu disebut masyrakat hukum.
14. Mengapa masyarakat mentaati hukum karena bermacam-macam sebab
(Menurut Utrecht)
15. • Karena orang merasakan bahwa peraturan2 itu dirasakan sebagai hukum.
Mereka benar-benar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut.
16. • Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia
menganggap peraturan hukum secara rasional (rationeele aanvaarding).
Penerimaan rasional ini sebagai akibat adanya sanksi hukum. Agar tidak
mendapatkan kesukaran2 orang memilih untuk taat saja pada peraturan
hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi hukum.
17. B. Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan (Kaidah Sosial)
18. 1. Definisi masyarakat
19. • Menurut Ralph Linton, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia
yang hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan
sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
20. • Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah orang yang hidup bersama,
yang menghasilkan kebudayaan.
21. • Menurut CST. Kansil, SH, masyarakat adalah persatuan manusia yang
timbul dari kodrat yang sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua
orang atau lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan hidup timbul
berbagai hubungan yang mengakibatkan seorang dan orang lain saling kenal
mengenal dan pengaruh mempengaruhi.
22. Unsur masyarakat :
23.  Manusia yang hidup bersama
24.  Berkumpul dan bekerja untuk waktu yang lama
25.  Merupakan kesatuan
26.  Merupakan suatu sistem hidup bersama
27. Dalam masyarakat terdapat pelbagai golongan dan aliran. Namun walaupun
golongan itu beraneka ragam dan masing-masing mempunyai kepentingan
sendiri-sendiri akan tetapi kepentingan bersama mengharuskan adanya
ketertiban dalam kehidupan masyarakat itu. Adapun yang memimpin
kehidupan bersama, yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat
ialah peraturan hidup.
28. Agar supaya dapat memenuhi kebutuan-kebutuhannya dengan aman dan
tentram dan damai tanpa gangguan, maka tidap manusia perlu adanya suatu
tata (orde – ordnung). Tata itu berwjud aturan yang menjadi pedoman bagi
segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan
masing-masing dapat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat
mengetahui hak dan kewajiban.Tata tersebut sering disebut kaidah atau
norma.
29. 2. Kaidah/norma Sosial :
30. Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan
perikelakuan yang diharapkan.Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma
berasal dari bahasa Latin. Kaidah/Norma berisi :
31.  Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu
oleh karena akibat2nya dipandang baik.
32.  Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat
sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
33. Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada
manusia bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta
perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan dan perbuatan-perbuatan
mana pula yang harus dihindari.
34. Kaidah sosial dibedakan menjadi :
35. 1. Kaidah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih
lanjut menjadi :
36. a. Kaidah kepercayaan/agama, yang bertujuan untuk mencapai suatu
kehidupan yang beriman (Purnadi Purbacaraka 1974 : 4). Kaidah ini
ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan. Sumbernya adalah
ajaran-ajaran kepercayaan/agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap
sebagai perintah Tuhan, misalnya :
37. o Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Al Isra’ : 32).
38. o Hormatilah orang tuamu agar supaya engkau selamat (Kitab Injil
Perjanjian Lama : Hukum yang ke V).
39. b. Kaidah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau
mempunyai hati nurani. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang
dianggap sebagai suara hati nurani manusia (insan kamil). Sumber kaidah
ini adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan
kepada sikap lahir tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia juga,
misalnya :
40. o Hendaklah engkau berlaku jujur.
41. o Hendaklah engkau berbuat baik terhadap sesama manusia.
42. Dalam kaidah kesusilaan tedapat juga peraturan-peraturan hidup seperti
yang terdapat dalam norma agama misalnya :
43. o Hormatilah orangtuamu agar engkau selamat diakhirat
44. o Jangan engkau membunuh sesamamu
45. 2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi
lebih lanjut menjadi :
46. a. Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan
menyenangkan. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari
pergaulan segolongan manusia, misalnya :
47. o Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua.
48. o Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat.
49. o Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll
(terutama wanita tua, hamil atau membawa bayi).
50. b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan
hidup antar manusia. Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari
norma hukum, dibuat oleh penguasa negara. Isinya mengikat setiap orang
dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-
alat negara misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain tanpa seizin
yang punya”.
51. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah sosial lainnya :
52. 1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat
ditinjau dari berbagai segi sbb :
53. • Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata
tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya.
Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki
pribadi agar menjadi manusia ideal.
54. • Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia
dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan
kaidah kesusilaan mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi. Kaidah
hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan
kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi
itu baik.
55. • Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber
sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri
manusia (heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan
dipaksakan oleh suara hati masing2 pelanggarnya (otonom).
56. • Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum
dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan
kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya tergantng pada yang
bersangkutan.
57. • Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut
dan normatif) sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya
memberikan kewajiban saja (normatif).
58. 2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan
59. - Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya
memberikan kewajiban saja.
60. - Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara),
sanksi kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
61. 3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan
62. - Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah
kesusilaan berasal dari pribadi manusia.
63. - Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada
sikap batin manusia.
64. - Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia
agar tidak menjadi manusia jahat.
65.
Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :
66. - Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan
67. - Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah
68. - Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat
69. - Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat
70. - Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman)
71. Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan
masyarakat sudah ada kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidupnya ?
72. Hal ini karena :
73.  Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam
pergaulan hidup yang memerlukan perlindungan karena belum mendapat
perlindungan yang sepenuhnya dari kaidah agama, kesusilaan dan kaidah
sopan santun, kebiasaan maupun adat.
74.  Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari
kaidah-kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila
terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut akibat atau ancamannya
dipandang belum cukup kuat.
75. BAB III
PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM
76. A. Aneka arti hukum
77. 1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa
78. Disini hukum adalah perangkat-peraturan peraturan tertulis yang dibuat oleh
pemerintah melalui badan-badan yang berwenang.
79. 2. Hukum dalam arti para petugas
80. Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam
dan bisa bertindak terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan
yang membahayakan warga masyarakat, seperti petugas Polisi patroli, Jaksa
dan hakim dengan toganya. Disini hukum dilihat dalam arti wujud fisik yg
ditampilkan dalam gambaran orang-orang yang bertugas menegakkan
hukum.
81. 3. Hukum dalam arti sikap tindak
82. Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur.
Hukum ini tidak nampak seperti dalam arti petugas yang patroli, yang
memeriksa orang yang mencuri atau hakim yang mengadili, melainkan
menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap yang lain secara
terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta rasional. Dalam hal ini sering
disebut hukum sebagai suatu kebiasaan (hukum kebiasaan). Contoh seorang
mahasiswa “A” numpang sewa kamar kepada keluarga “Z”, ia tiap bulan
bayar uang yg menjadi kewajibannya kepada “Z” sedangkan “Z” menerima
haknya, disamping melakukan kewajibannya menyediakan segala sesuatu
yang diperlukan “A”. Tiap pagi “A” ke kampus naik becak, tawar menawar,
ia naik sampai ke tempat tujuan tanpa pikir ia membayarnya. Lama
kelamaan “A” mengenal tukang becak dengan baik, maka untuk kuliah
begitu melihat tukang becak segera naik tanpa pikir-pikir ia bayar, malahan
kadang2 ia hanya berkata bayarnya nanti saja sekalian seminggu. Ini dilihat
dari “A” dan masyarakat sekelilingnya dan apabila pengalaman2 semacam
ini digabungkan maka hubungan menjadi luas dan rumit, namun tetap
terwujud keteraturan karena bekerjanya hukum yang mewarnai sikap tindak
atau perilaku masing-masing individu dalam masyarakat secara biasa. Disini
hukum bekerja mengatur sikap tindak warga masyarakat sedemikian rupa
sehingga hukum terlihat sebagai sikap tindak yang tanpak di dalam
pergaulan sehari-hari, ia merupakan suatu kebiasaan (Hukum kebiasaan).
83. 4. Hukum dalam arti sistem kaidah adalah :
84. a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara
hirarkis
85. b. Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat
bawah ke atas meliputi :
86. o Kaidah-kaidah individual dari badan2 pelaksana hukum terutama
pengadilan
87. o Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan
88. o Kaidah-kaidah konstitusi
89. c. Sahnya kaidah-kaidah hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah
tergantung atau ditentukan oleh kaidah2 yang termasuk golongan tingkat
yang lebih tinggi.
90. 5. Hukum dalam arti jalinan nilai
91. Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan
kesinambungan antar faktor nilai obyektif dan subyektif dari hukum demi
terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan antara individu di tengah
pergaulan hidupnya. Nilai objektif tsb misalnya ttg baik buruk, patut dan
tidak patut (umum), sedangkan nilai subjektif memberikan keputusan bagi
keadilan sesuai keadaan pada suatu tempat , waktu dan budaya masyarakat
(khusus). Inilah yg perlu diserasikan antara kepentingan publik, kepentingan
privat dan dengan kepentingan individu.
92. 6. Hukum dalam arti tata hukum
93. Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum
positif yaitu hukum yang berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu
(sekarang misalnya di Indonesia). Hukum positif tsb misalnya hukum publik
(HTN, HAN, Pidana, internasional publik), hukum privat (perdata, dagang,
dll)
94. 7. Hukum dalam ilmu hukum
95. Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau
sallenwissenschaft yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau
sistem kaidah-kaidah, dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum.
Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau science yang
merupakan karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu
yang memiliki ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan
akumulatif.
96. • Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma
97. • Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya.
98. 8. Hukum dalam arti disiplin hukum atau gejala sosial
99. Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah
masyarakat. Secara umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu
pengertian, ilmu kaidah dan ilmu kenyataan), politik hukum dan filsafat
hukum (ketiganya akan dibicarakan dimuka).
100. Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah
hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri.
101. Politik hukum adalah mencakup kegiatan-kegiatan mencari dan
memilih nilai-nilai dan menerapkan nilai-nilai tersebut bagi hukum dalam
mencapai tujuannya.
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, juga
mencakup penyesuaian nilai-nilai, misalnya penyerasian antara ketertiban
dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan dan antara
kelanggengan dan pembaharuan.
102. Ilmu tentang pengertian hukum (begriffeissenschaft) yang dibahas
adalah :
103. 1. Masyarakathukum
104. 2. Subyek hukum
105. 3. Objek hukum
106. 4. Hubungan hukum (peristiwa hukum)
107. 5. Hak dan kewajiban
108. Ilmu tentang kaidah (Normwiseenschaft) yg dibahas adalah
109. 1. Perumusan norma/kaidah hukum
110. 2. Apa yg dimaksud kaidah abstrak dan konkret
111. 3. Isi dan sifat kaidah hukum
112. 4. Esensialia kaidah hukum
113. 5. Tugas dan kegunaan kaidah hukum
114. 6. Pernyataan dan tanda pernyataan kaidah hukum
115. 7. Penyimpangan terhadap kaidah hukum
116. 8. Berlakunya kaidah hukum
117.
Ilmu tentang kenyataan (taatsashenwissenschaft) hukum yang dibahasa
adalah:
118. 1. Sejarah hukum
119. 2. Sosiologi hukum
120. 3. Psikologi
121. 4. Perbandingan hukum
122. 5. Antropologi hukum
123. Nilai-nilai dasar hukum (Radbruch) :
124. 1. Keadilan
125. 2. Kemamfaatan/kegunaan
126. 3. Kepastian hukum
127. B. Berbagai Definisi Hukum :
128. Begitu banyak definisi hukum dikemukakan oleh ilmuan hukum yang
tentu saja sangat berguna dalam hal berikut :
129. 1. Berguna sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin mempelajari
hukum, khususnya bagi kalangan pemula.
130. 2. Berguna bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam teori
hukum, ilmu hukum, filsafat hukum dan sebagainya.
131. Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui
bahwa dalam kenyataan hukum memang tidak akan pernah dapat
didefinisikan secara lengkap, jelas dan tegas. Sehingga sampai sekarang ini
tidaka da kesepakatan bersama tentang definisi hukum. Namun Arnold juga
menyadari bahwa bagaimanapun para juris tetap akan terus berjuang
mencari bagaimana hukum didefinisikan sebab definisi hukum merupakan
bagian yang substansial dalam meberi arti keberadaan hukum sebagai ilmu.
Hukum juga merupakan sesuatu yang rasional dan dimungkinkan untuk
dibuatkan definisi sebagai penghormatan para juris terhadap eksistensi
hukum.
132. Sebagai pegangan bagi mahasiswa atau bagi orang yang baru belajar
hukum, perlu ada definisi hukum sebagai pegangan dalam mencoba
mengetahui dan memahami hukum baik secara praktis maupun secara formil
133. Berikut beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum
(juris) berdasarkan aliran atau paham yang dianutnya :
134. 1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya
sehingga tidak mungkin menyatakanya dalam (satu) rumusan yang
memuaskan.
135. 2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca
indera maka sukarlah untuk membuat definisi tentang hukum yang
memuaskan.
136. 3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam
hal itu menyebabkan tak mungkin orang membuat suatu definisi apapun
hukum itu sebenarnya.
137. 4. Grotius, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat
menjadi kewajiban melalui sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap
pelanggaran dan kejahatan melalui suatu otoritas pengendalian.
138. 5. Aristoteles, hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar
mengatur dan mengekpresikan bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi
untuk mengatur tingkah laku hakim dan putusannya di pengadilan untk
menjatuhkan hukuman terhadap pelangggar.
139. 6. Schapera, hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin
diselenggarakan oleh pengadilan.
140. 7. Paul Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban
yang telah dilembagakan kembali dalam pranata hukum.
141. 8. Pospisil, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat
menjadi kewajiban melalui sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap
pelanggaran dan kejahatan melalui suatuotoritas pengendalian.
142. 9. Karl von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui
kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan
secara diam-diam. Hukum berakar pada sejarah manusia, dimana akarnya
dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga masyarakat.
143. 10. Marxist, hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum
ekonomis dalam masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.
144. 11. John Austin, melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik
langsung maupun tidak langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga
rakyatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen, dimana
otoritasnya (pihak yang berkuasa) meruipakan otoritas tertinggi.
145. Kelemahan pandangan John Austin sebagai berikut :
146. 1. Hukum dilihat semata-mata sebagai kaidah bersanksi yang dibuat
dan diberlakukan oleh negara, padahal di dalam kenyataannya kaidah
tersebut belum tentu berlaku.
147. 2. Undang-undang yang dibuat oleh negara, hanya salah satu sumber-
sumber hukum
148. 3. Hanya warga masyarakat yang dilihat sebagai subjek hukum,
padahal dalam kenyataannya dikenal pula adanya hukum tata negara, hukum
administrasi negara, dsb.
149. 12. Hans Kelsen, hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku
manusia. Hukum adalah kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi. 13
Paul
150. 13. Scholten, hukum adalah suatu petunjuk tentang apa yang layak
dilakukan dan apa yang tidak layak untuk dilakukan yang bersifat perintah.
151. 14. Van Kan, hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat
memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.
152. 15. Eugen Ehrlich (Jerman), sesuatu yang berkaitan denagan fungsi
kemasyarakatan dan memandang sumber hukum hanya dari legal history
and jurisprudence dan living law (hukum yang hidup didalam masyarakat).
153. 16. Bellefroid, hukum adalah kaidah hukum yang berlaku
dimasyarakat yang mengatur tata tertib masyarakat dan didasarkan atas
kekuasaan yang ada di dalam masyarakat.
154. 17. Holmes (HakimAmerika Serikat), hukum adalah apa yang
dikerjakan dan diputuskan oleh pengadilan.
155. 18. Salmond, hukum adalah kumpulan-kumpulan asas-asas yang
diakui dan diterapkan oleh negara di dalam pengadilan.
156. 19. Roscoe Pound, hukum itu dibedakan dalam arti :
157. 1. Hukum dalam arti sebagai tata hukum, mempunyai pokok bahasan
:
158. o hubungan antara manusia denagan individu lainnya
159. o tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya.
160. 2. Hukum dalam arti kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-
putusan pengadilan dan tindakan administrasi. Pandangan Roscoe Pound
tergolong dalam aliran sosiologis dan realis.
161. 20. Liwellyn, hukum adalah apa yang diputuskan oleh seorang hakim
tentang suatu persengketaan adalah hukum itu sendiri.
162. 21. Drs. E. Utrecht, SH, Hukum adalah himpunan peraturan-
peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata
tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
163. 22. SM. Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan
yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi.
164. 23. J.C.T. Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto, Hukum
adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-
badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan
tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu hukuman tertentu
165. 24. M.H. Tirtaatmidjaja, SH, Hukum adalah semua aturan (norma
yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan
hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian —- jika melanggar aturan-
aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang
akan kehilangan kemerdekaannya, di denda dsb.
166. 25. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie),
Hukum adalah suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus
menerus dalam keadaan bentur membentur tanpa henti-hentinya dengan
gejala lainnya.
167. 26. Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2
mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat.
168. 27. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2
hidup yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau
perizinan untuk bebruat tidak bebruat sesuatu serta dengan maksud untuk
mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.
169. C. Isi kaidah hukum :
170. Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :
171. 1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak
mau harus dijalankan atau ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu
perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.
172. 2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan
tidak boleh dilakukan misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain,
dilarang bersetubuh dengan wanita yang belum dinikahi secara sah dsb.
173. 3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah
dan larangan melainkan suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun
bila digunakan akan mengikat bagi yang menggunakannya, misalnya
mengenai perjanjian perkawinan, pada waktu atau sebelum perkawinan
dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat
mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat
perkawinan. Ketentuan ini boleh dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.
174. Unsur-unsur kaidah hukum :
175. Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana
hukum Indonesia diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kaidah hukum itu
meliputi beberapa unsur yaitu :
176. a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan
masyarakat
177. b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
178. c. Peraturan itu bersifat memaksa
179. d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas
180.

181. BAB IV
182. TUJUAN, FUNGSI DAN SUMBER-SUMBER HUKUM
183. A. Tujuan hukum menurut teori
184. 1. Teori etis (etische theorie)
185. Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan. Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus
ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang
tidak adil. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles filsuf Yunani
dalam bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica yang menyatakan
”hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang
yang berhak menerimanya”. Selanjutnya Aristoteles membagi keadilan
dalam 2 jenis, yaitu :
186. 1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap
orang jatah menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya
setiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya atau bukan
persamaannya, melainkan kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa
seseorang.
187. 2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap
orang jatah yang sama banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing.
Artinya hukum menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh
prestasi atau sesuatu hal tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.
188. Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-
tiap orang memperoleh bagian yg sama.
189. 2. Teori utilitas (utiliteis theorie)
190. Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan
atau kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya.
Pencetus teori ini adalah Jeremy Betham. Dalam bukunya yang berjudul
“introduction to the morals and legislation” berpendapat bahwa hukum
bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah/mamfaat
bagi orang.
191. Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah
memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak mempertimbangkan
tentang hal-hal yang konkrit. Sulit bagi kita untuk menerima anggapan
Betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa apa yang
berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka dia akan menggeser nilai
keadilan kesamping, dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan
tujuan utama dari hukum itu, hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau
faedah dan nilai keadilan.
192. 3. Teori campuran
193. Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan
pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain
dari hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan
ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.
194. 4.Teori normatif-dogmatif, tujuan hukum adalah semata-mata untuk
menciptakan kepastian hukum (John Austin dan van Kan). Arti kepastian
hukum disini adalah adanya melegalkan kepastian hak dan kewajiban.
195. Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap
kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjaminnya kepastiannya.
196. 5. Teori Peace (damai sejahtera)
197. Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat
kelimpahan, yang kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar
mendapatkan haknya dan adanya perlindungan bagi rakyat. Hukum harus
dapat menciptakan damai dan sejahtera bukan sekedar ketertiban.
198. B. Tujuan hukum menurut pendapat ahli :
199. 1. Purnadi dan Soejono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian
hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan
ketenangan intern pribadi
200. 2. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup
manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain
diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi
kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, kehormatan,
kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yg merugikan.
201. 3. R. Soebekti, tujuan hukum adalah bahwa hukum itu mengabdi
kepada tujuan negara yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan
para rakyatnya. Hukum melayani tujuan negara tersebut dengan
menyelenggarakan “keadilan” dan “ketertiban”.
202. 4.Aristoteles, hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi
kepada setiap orang yang ia berhak menerimanya. Anggapan ini berdasarkan
etika dan berpendapat bahwa hukum bertugas hanya membuat adanya
keadilan saja.
203. 5. SM. Amin, SH tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam
pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
204. 6.Soejono Dirdjosisworo, tujuan hukum adalah melindungi individu
dalam hubngannya dengan masyarakat, sehingga dengan demikian dapat
diiharapkan terwujudnya keadaan aman, tertib dan adil
205. 7. Roscoe Pound, hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat
artinya hukum sebagai alat perubahan sosial (as a tool of social
engeneering), Intinya adalah hukum disini sebagai sarana atau alat untuk
mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi maupun
dalam hidup masyarakat.
206. 8.Bellefroid, tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum
atau kepentingan umum yaitu kesejahteraan atau kepentingan semua
anggota2 suatu masyarakat.
207. 9.Van Kant, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap2 manusia
supaya kepentingan itu tidak dapat diganggu.
208. 10.Suharjo (mantan menteri kehakiman), tujuan hukum adalah untuk
mengayomi manusia baik secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif
dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi
kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung secara wajar.
Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan
atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak
adil.
209. Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya
diantaranya :
210. a. mewujudkan ketertiban dan keteraturan
211. b. mewujudkan kedamaian sejati
212. c. mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat
213. d. mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat
214. Kesimpulan Tujuan Hukum :
215. 1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan
kepentingan, ketertiban, keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damani
sejahtera setiap manusia.
216. 2. Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah
agar kepentingan setiap orang baik secara individual maupun kelompok
tidak diganggu oleh orang atau kelompok lain yang selalu menonjolkan
kepentingan pribadinya atau kepentingan kelompoknya.
217. 3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan
218. C. Fungsi Hukum
219. 1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan
masyarakat. Hukum sbg petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat
harus menyadari adanya perintah dan larangan dalam hukum sehingga
fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.
220. 2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir
batin. Hukum yg bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat
negara yang berwenang membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran
karena ada ancaman hukumanya (penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada
siapa saja. Dengan demikian keadilan akan tercapai.
221. 3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia
mempunyai daya mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat
otoritas untuk mengarahkan masyarakat ke arah yg maju.
222. 4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa
hukum tidak hanya mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga
untuk mengawasi pejabat pemerintah, para penegak hukum, maupun
aparatur pengawasan sendiri. Dengan demikian semuanya harus bertingkah
laku menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt pun akan merasakan
keadilan.
223. 5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan
pertingkaian. Contoh kasus tanah.
224. D. Sumber-sumber hukum :
225. 1. Pengertian sumber hukum
226. Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan
aturan-aturan yg mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa,
yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas
dan nyata bagi pelanggarnya.
Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan
sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal, darimana hukum itu
dapat ditemukan. dsb.
227. Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni
aturan2 yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan
dengan pendekatan yang digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan
pendidikannya, secara umum dapat disebutkan bahwa sumber hukum
dipakai orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk menjawab pertanyaan
“mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan “apa
sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia”.
Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumbe hukum dalam arti
materiil. Kata sumber juga dipakai dalam arti lain, yaitu menjawab
pertanyaan “dimanakah kita dapatkan atau temukakan aturan-aturan hukum
yanmg mengatur kehidupan kita itu ?” Sumber dalam arti kata ini
dinamakan sumber hukum dalam arti formal”. Secara sederhana, sumbe
rhukum adalah segala ssuatu yangd apat menimbulkan aturan hukum serta
tempat ditemukakannya aturan-aturan hukum.
228. 2. Macam-macam sumber hukum
229. Sebagaimana diuraikan diatas ada 2 sumber hukum yatu sumber
hukum dalam arti materil dan formil.
230. a. Sumber hukum materiil
231. Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi
hukum. Dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah,
sosiologi, filsafat, agama, dll. Dalam kata lain sumber hukum materil adalah
faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum
(pengaruh terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb).
Atau faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum,
atau tempat darimana materi hukum tiu diambil. Sumber hukum materil ini
merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum.
232. Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.
Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang
harus ditaati oleh para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang
lain dalam melaksanakan tugasnya.
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam
masyarakat dan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk
hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi,
kebiasaan, adat istiadat, dll
233. Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum
materil itu terdiri dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :
234. 1) Sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat
kita dapat menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis.
Sumber hukum ini dibagi menjadi :
235. a) Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal
hukum secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
236. b) Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil
hukumnya.
237. 2) Sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu
Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang
menentukan isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan
agama, kebudayaan dsb.
238. 3) Sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber
hukum ini dibagi lebih lanjut menjadi dua :
239. a) Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.
Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu:
240. o pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari
Tuhan
241. o pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal
dari akal manusia
242. o pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal
dari kesadaran hukum.
243. b) Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum
mempuyai kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum
244. b. Sumber hukum formal
245. Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu
yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum
formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar
ditaati oleh masyarakat maupun oleh penegak hukum.
Apa beda antara undang-undang dengan peraturan perundang-undangan ?
246. Undang-undang dibuat oleh DPR persetujuan presiden, sedangkan
peraturan perundang-undangan dibuat berdasarkan wewenang masing-
masing pembuatnya, seperti PP, dll atauPeraturan Perundang-undangan
adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat
yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 ayat 2 UU No. 10
tahun 2004)
247. Macam-macam sumber hukum formal :
248. A. Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa
negara
249. Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :
250.  Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang
merupakan UU karena cara pembuatannya (misalnya, dibuat oleh
pemerintah bersama-sama dengan parlemen)
251.  Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang
menurut isinya mengikat setiap penduduk.
252. Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan
bersama Presiden (pasal 1 angka 3)
253. Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara
(LN = staatsblad) dulu oleh Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh
Menkuhham (UU No. 10 tahun 2004). Tujuannya agar setiap orang dapat
mengetahui UU tersebut (fictie=setiap orang dianggap tahu akan UU =
iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo ius ignorare consetur= in
dubio proreo, latin).
254. Konsekuensinya adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum
tidak boleh beralasan bahwa ketentuan hukum itu tidak diketahuinya.
Artinya apabila suatu ketentuan perundang-undangan itu sudah diberlakukan
(diundangkan) maka dianggap (difiksikan) bahwa semua orang telah
mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.
255. Berakhirnya/tidak berlaku lagi jika :
256. a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau
257. b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi
.
258. c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau
instansi yang lebih tinggi.
259. d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan
dgn UU yg dulu berlaku.
260. Lembaran negara (LN) dan berita negara :
261. LN adalah suatu lembaran (kertas) tempat mengundangkan
(mengumumkan) semua peraturan negara dan pemerintah agar sah berlaku.
Penjelasan daripada suatu UU dimuat dlm tambahan LN, yg mempunyai
nomor urut. LN diterbitkan oleh Menteri sekretaris negara, yg disebut dgn
tahun penerbitannya dan nomor berurut, misalnya L.N tahun 1962 No. 1
(L.N.1962/1)
262. Berita negara adalah suatu penerbitan resmi sekretariat negara yg
memuat hal-hal yang berhubungan dengan peraturan-peraturan negara dan
pemerintah dan memuat surat-surat yang dianggap perlu seperti : Akta
pendirian PT, nama orang-orang yang dinaturalisasi menjadi WNI, dll,
263. Catatan : Jika berkaitan dengan peraturan daerah diatur dalam
lembaran daerah
264. Kekuatan berlakunya undang-undang :
265. o UU mengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib
mengakui eksistensinya UU.
266. o Sedangkan kekuatan berlakunya UU berarti sudah menyangkut
berlakunya UU secara operasional.
267. o Agar UU mempunyai kekuatan berlaku ahrus memenuhi
persyaratan yaitu 1). Kekuatan berlaku yuridis, 2). Kekuatan berlaku
sosiologis dan, 3) kekuatan berlaku fiolosofis.
268. Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai
berikut (Pasal 7 UU No. 10/2004) :
269. 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
270. 2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
271. 3. Peraturan Pemerintah;
272. 4. Peraturan Presiden;
273. 5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)
274. B. Kebiasaan (custom)
275. Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-
ulang dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh
masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikan
rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan
sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah
suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai
hukum.
276. Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil
penjualan atau pembelian sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga
komisioner yg lainpun menerima upah yang sama yaitu 10 % maka oleh
karena itu timbul suatu kebiasaan yg lambat laun berkembang menjadi
hukum kebiasaan.
Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik
dan adil oleh sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti
menjadi sumber hukum formal.
277. Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru
sekarang ini dilarang untuk diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan
tidak berperikemanusiaan sehingga bertentangan denagan Pancasila yang
merupakan sumber dari segala sumber hukum, misalnya jika berbuat
susila/zinah, perlakunya ditelanjangi kekeliling kampung.
278. Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :
279. 1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam
masyarakat tertentu (syarat materiil)
280. 2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan
(opinio necessitatis = bahwa perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum
atau demikianlah seharusnya) = syarat intelektual
281. 3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.
282. Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena
kebiasaan tersebut dirumuskan hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti
kebiasaan adalah sumber hukum.
283. Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya
(pasal 15 AB = (Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia =
ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an untuk Indonesia
284. Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata
pergaulan masyarakat yaitu adat istiadat. Adat istiadat adalah himpunan
kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan tradisi serta lebih
banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Adat
istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi
hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi
hasil antara pemilik sawah dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu
ditempat atau wilayah hukum adat tertentu tidak sama dengan yang berlaku
di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan dan adat istiadat itu
kekuatan berlakunya terbatas pada masyarakat tertentu.
285. C. Jurisprudensi (keputusan2 hakim)
286. Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada
keputusan hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi
keputusan hakim yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.
287. Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena
ia sependapat dgn isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai
pedoman dalam mengambil sesuatu keputusan mengenai suatu perkara yang
sama.
288. Ada 2 jenis yurisprudensi :
289. 1. Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian
keputusan yang serupa dan dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan
suatu perkara (standart arresten)
290. 2. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang
bukan standart arresten.
291. D. Traktat (treaty)
292. Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang
mengikat tidak saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat
pula warga negara-negara dari negara-negara yang berkepentingan.
293. Macam-macam Traktat :
294. a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara,
misalnya perjanjian internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah
RI dengan pemerintah RRC tentang “Dwikewarganegaraan”.
295. b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh
beberapa negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama
negara-negara Eropa (NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.
296. E. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua
orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan
perbuatan tertentu. Para pihak yang telah saling sepakat mengenai hal-hal
yang diperjanjikan, berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakannya
(asas (pact sunt servanda).
297. F. Pendapat sarjana hukum (doktrin)adalah pendapat seseorang
atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan
hukum. Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan putusannya.
298. Sumber hukum menurut Algra :
299. 1. Sumber materiil, yaitu tempat darimana materi hukum itu diambil.
Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan
hukum, misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial
ekonomi, kebudayaan, agama, keadaan geografis, dsb.
300. 2. Sumber hukum formil, yaitu tempat atau sumber dari mana suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau
cara yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku, misalnya UU,
perjanjian antar negara, yurisprudensi dan kebiasaan.
301. Sumber hukum menurut Ahmad Sanusi :
302. 1. Sumber hukum normal :
303. a) Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU yaitu,
UU, perjanjian antar negara dan kebiasaan.
304. b) Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU,
yaitu perjanjian doktrin dan yurisprudensi.
305. 2. Sumber hukum abnormal yaitu :
306. a) Proklamasi
307. b) Revolusi
308. c) Coup d’etat
309. Sumber hukum menurut van Apeldoorn :
310. 1. Sumber hukum dalam arti historis, yaitu tempat kita dapat
menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum
ini dibagi menjadi :
311. a. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal
hukum secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
312. b. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil
hukumnya.
313. 2. Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor
yang menentukan isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama,
pandangan agama, kebudayaan dsb.
314. 3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum ini dibagi lebih
lanjut menjadi dua :
315. a. Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.
316. Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
317. o pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari
Tuhan
318. o pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal
dari akal manusia
319. o pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal
dari kesadaran hukum.
320. b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum
mempuyai kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum
321. 4. Sumber hukum dalam arti formil, yaitu sumber hukum dilihat dari
cara terjadinya hukum positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum
yang berlaku yang mengikat hakim dan penduduk.
322.

323. DAFTAR PUSTAKA


324.  Kansil, SH, Drs “ Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Indonesia”, Balai Pustaka
325.  Soerojo Wignjodipoero, SH. Dr. Prof “Pengantar Ilmu Hukum”,
Alumni Bandung
326.  Soedjono Dirdjosisworo, SH. Dr. “Pengantar Ilmu Hukum”
Rajagrafindo, Jakarta
327.  Sudarsono, SH. Drs. “ Pengantar Ilmu Hukum”, Rineka Cipta,
Jakarta
328.  Riduan Syahrani, SH. “Rangkuman Intisari Ilmu Hukum” Citra
Aditya Bakti, Bandung
329.  Satjipto Rahardjo, SH.,Dr. Prof. “Ilmu Hukum”, Alumni Bandung.

https://bangajis.blogspot.com/2010/12/rangkuman-pengantar-ilmu-hukum.html 17.07

Kedudukan Pengantar ilmu Hukum Diantara Ilmu Sosial Lainnya

A. Ditinjau Dari Segi Ilmu Sosial


Ditinjau dari segi ilmu sosial pengantar ilmu hukum adalah suatu mata
pelajaran yang merupakan pengantar kearah ilmu hukum.ilmu hukum ini
termasuk ilmu sosial yang obyek penyelidikannya adalah tingkah laku
manusia dan masyarakat dalam berbagai bentuknya,Oleh karenanya
kedudukan pengantar ilmu hukum sejajar dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
B. Ditinjau Dari Segi Disiplin Hukum
Ditinjau dari segi disiplin hukum,Pengantar ilmu hukum merupakan salah
satu bagian dari pada disiplin hukum bersama dengan:
 filsafat Hukum yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan
mendasar dari hukum atau tentng hakikat dari hukum dan dasar-dasar bagi
kekuatan mengikat daripada hukum.
 Politik hukum yaitu disiplin hukum yang mengkhususkan diri pada usaha
memerankan hukum dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan masyarakat
tertentu.
Jadi kesimpulan dari Pengantar Ilmu hukum adalah sarana sarana
meperkenalkan ilmu hukum. sebagai sarana maka PIH ( Pengantar Ilmu
Hukum) menunjukan ilmu hukum secara keseluruhan.

Pengantar ilmu hukum mempelajari hukum dari segi ilmiahnya secara


sentral dan universal.dikatakan universal karena pandangannya adalah
kepada hukum yang berlaku kapan saja dan dimana saja tidak dibatasi
dengan negara.
https://gudangilmuh.blogspot.com/2014/11/kedudukan-pengantar-ilmu-hukum.html 17.14
HUBUNGAN ANTARA PENGANTAR ILMU HUKUM
DAN PENGANTAR HUKUM INDONESIA
Mahasiswa hukum yang baru masuk fakultas hukum dan baru saja mengenal pengantar
ilmu hukum, maka penting untuk mengetahui apa perbedaan antara pengantar ilmu
hukum dan pengantar hukum Indonesia serta hubungan antara keduanya. Perbedaan
dan hubungan antara pengantar ilmu hukum dan pengantar hukum Indonesia adalah
sebagai berikut:

Persamaan antara PIH dan PHI yaitu :

Baik PIH maupun PHI, sama‐sama merupakan mata kuliah dasar, keduanya merupakan
mata kuliah yang mempelajari hukum. Istilah PIH dan PHI pertama kalinya dipergunakan
sejak berdirinya. Perguruan Tinggi Gajah Mada tanggal 13 Maret 1946. Selanjutnya pad
atahun 1992 bersamaan dihapusnya jurusan di fakultas hukum istilah PTHI dalam
kurikulum berubah menjadi PHI (Pengantar Hukum Indonesia). Namun demikian adanya
perubahan istilah diatas bukan berarti materi ajarnya juga mengalami perubahan karena
pada dasarnya baik PTHI maupun PHI sama mempelajari tata hukum Indonesia (hukum
positif = ius constitutum).

Perbedaan dan hubungan antara pengantar ilmu hukum dan pengantar hukum
Indonesia
adalah sebagai berikut:

PIH dan PHI memiliki objek kajian yang berbeda. Objek kajian PIH adalah pengertian
pengertian dasar dan teori-teori ilmu hukum serta membahas hukum pada umumnya,
dan tidak terbatas pada hukum yang berlaku di tempat atau negara tertentu saja, tetapi
juga hukum yang berlaku pada tempat atau negara lain pada waktu kapan saja.
Sedangkan objek kajian dari PHI adalah mempelajari atau mempelajari hukum yang
berlaku pada saat ini di Indonesia.

PIH berfungsi sebagai dasar bagi setiap orang yang akan mempelajari hukum secara
luas serta berbagai hal yang melingkupinya, sedangkan PHI berfungsi untuk
mengantarkan setiap orang yang akan mempelajari hukum yag sedang berlaku atau
hukum positif Indonesia.

Untuk memahami dan mengetahui perbedaan dan hubungan antara PIH dan PHI, maka
perhatikan tabel di bawah ini:

Pengantar ilmu hukum Pengantar hukum Indonesia


Objeknya Fungsinya Objeknya Fungsinya
Hukum pada Mendasari dan Hukum positif Mengantarkan setiap
umumnya yang menumbuhkan indonesia (ius orang yang akan
tidak terbatas motivasi bagi setiap Constitutum) mempelajari hukum
pada hukum orang yang akan positif Indonesia
positif negara mempelajari hukum
tertentu

Hakikat Daripada Pengantar Ilmu Hukum


PIH merupakan suatu pelajaran yang menjadi pengantar dan penunjuk jalan bagi
siapapun yang ingin mempelajari ilmu hukum, yang ternyata sangat luas ruang
lingkupnya.Mereka tidak akan memahami dengan baik mengenai berbagai cabang ilmu
tanpa menguasai mata pelajaran PIH terlebih dahulu. Sebagai suatu mata pelajaran PIH
memberikan dan menanamkan pengertian dasar mengenai arti, permasalahan dan
persoalan persoalan di bidang hukum sehinggaia menjadi mata pelajaran utama yang
harus di kuasai oleh mereka yang ingin mendalami ilmu hukum.PIH memberikan
gambaran gambaran dan dasar yang jelas`mengenai sendi sendi utama hukum itu
sendiri. Berbeda dengan cabang cabang ilmu hukum lainya, maka PIH mempunyai cara
pendekatan yang khusus ialah memberikan pandangan tentang hukum secara umum.

Peran dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum

 Memberikan introduksi atau memperkenalkan segala masalah yang berhubungan


dengan hukum.
 Berusaha untuk menjelaskan keadaan, inti, maksuud dan tujuan dari bagian bagian
yang penting daripada hukum serta bertalian antara berbagai bagian tersebut dengan
ilmu pengetahuan hukum.
 Memperkenalkan ilmu hukum, yaitu pengetahuan yang mempelajari segala seluk beluk
daripada hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya.
 Merupakan dasar dalam rangka studi hukum. Tanpa memahami pengantar ilmu hukum
secara tuntas dan seksama tidak akan dapat di peroleh pengertian yang baik tentang
berbagai cabang ilmu hukum. Dengan demikian sudah tepatlah apabila pengantar ilmu
hukum juga bisa di namakan “ basis leervak “ atau mata kuliah dasar daripada pelajaran
hukum.
 Mengkualifikasi mata pelajaran, pendahuluan, pembukaan ke arah ilmu pengetahuan
hukum pada tingkat persiapan.

https://sosialhukum.blogspot.com/2016/01/hubungan-antara-pengantar-ilmu-hukum_6.html 17.15

Hubungan Antara Pengantar


Hukum Indonesia dan Pengantar
Ilmu Hukum
Posted on September 19, 2012

A. Hubungan antara PIH dan PHI


PENDAHULUAN

Setiap bangsa di dunia mempunyai hukumnya sendiri-sendiri yang bisa berbeda


dengan hukum bangsa lain. Hukum Indonesia diterapkan oleh masyarakat hukum
Indonesia (Negara Republik Indonesia). Sebagai warga negara harus tahu hukum yang
berlaku di negaranya, terutama mahasiswa yang belajar di fakultas hukum sebagai calon
sarjana hukum. Dalam mempelajari ilmu hukum di Perguruan Tinggi, setidaknya dikenal
dua macam bahasan yang harus dipelajari, yaitu Pengantar Ilmu Hukum (PIH) dan
Pengantar Hukum Indonesia (PHI).

Persamaan antara PIH dan PHI yaitu :

· Baik PIH maupun PHI, sama‐sama merupakan mata kuliah dasar, keduanya
merupakan mata kuliah yang mempelajari hukum.

· Istilah PIH dan PHI pertama kalinya dipergunakan sejak berdirinya Perguruan Tinggi
Gajah Mada tanggal 13 Maret 1946. Selanjutnya pad atahun 1992 bersamaan dihapusnya
jurusan di fakultas hukum istilah PTHI dalam kurikulum berubah menjadi PHI (Pengantar
Hukum Indonesia). Namun demikian adanya perubahan istilah diatas bukan berarti materi
ajarnya juga mengalami perubahan karena pada dasarnya baik PTHI maupun PHI sama
mempelajari tata hukum Indonesia (hukum positif = ius constitutum).

Perbedaan antara PIH dan PHI :


Perbedaan antara PIH dengan PHI dapat dilihat dari segi obyeknya yaitu PHI
berobyek pada hukum yang sedang berlaku di Indonesia sekarang ini, atau obyeknya
khusus mengenai hukum positif (ius constitutum). Sedangkan obyek PIH adalah aturan
tentang hukum pada umumnya, tidak terbatas pada aturan hukum yang berlaku pada suatu
tempat dan waktu tertentu.

Hubungan antara PIH dengan PHI :

· PIH mendukung atau menunjang kepada setiap orang yang akan mempelajari hukum
positif Indonesia (Tata Hukum Indonesia).

· PIH menjadi dasar dari PHI, yang berarti bahwa, untuk mempelajari PHI (Tata
Hukum Indonesia) harus belajar PIH dahulu karena pengertian-pengertian dasar yang
berhubungan dengan hukum diberikan di dalam PIH. Sebaliknya pokok-pokok bahasan
PHI merupakan contoh kongkrit apa yang dibahas di dalam PIH.

Fungsi dasar PTHI/PHI :

· Sebagai ilmu yang mengajarkan dan menanamkan dasar-dasar hukum di Indonesia


bagi para calon sarjana hukum yang menuntut ilmu di Indonesia yang penting bagi
mereka untuk memahami pengetahuan dan pengertian tentang hukum ditingkat
pendidikan yang lebih tinggi.

· Mengantar setiap orang yang akan mempelajari hukum yang sedang berlaku di
Indonesia (hukum positif).

Maka dapat disimpulkan Pengantar Tata Hukum Indonesia (PTHI) atau sekarang
Pengantar Hukum Indonesia (PHI) adalah suatu ilmu yang mengajarkan tentang tata
hukum Indonesia dan segala seluk beluk yang terdapat di dalamnya. Jadi yang ,menjadi
objek pembicaraan dalam pengantar hukum Indonesia ialah hanya tata hukum Indonesia
(hukum positif) seperti HTN, HAN, Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll.

B. Ruang lingkup PHI

Pengantar ilmu hukum (PHI) merupakan terjemahan dari mata kuliah inleiding tot de
recht sweetenschap yang diberikan di Recht School (RHS) atau sekolah tinggi hukum
Batavia di jaman Hindia Belanda yang didirikan 1924 di Batavia (Jakarta sek.) istilah
itupun sama dengan yang terdapat dalam undang-undang perguruan tinggi Negeri
Belanda Hoger Onderwijswet 1920. Di zaman kemerdekaan pertama kali menggunakan
istilah “pengantar ilmu hukum .” adalah perguruan tinggi Gajah Mada yang didirikan di
yogyakarta 13 maret 1946.

1. ILMU-ILMU YANG MEMBANTU ILMU HUKUM YAITU :

· Sejarah hukum : salah satu bidang studi hukum , yang mempelajari perkembangan
dan asal usul system hukum dalam masyarakat tertentu dan memperbandingkan antar
hukum yang berbeda karena di batasi waktu yang berbeda pula.

· Politik hukum : salah satu bidang studi hukum , yang kegiatannya memilih atau
menentukan hukum mana yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh
masyarakat.

· Perbandingan hukum : salah satu bidang studi hukum yang mempelajari dan
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dua atau lebih system hukum antar Negara
maupun dalam Negara sendiri.

· Antropologi hukum : salah satu bidang studi hukum yang mempelajari pola-pola
sengketa penyelsaian nya dalam masyarakat sederhana maupun masyarakat yang sedang
mengalami proses modernisasi.

· Filsfat hukum : salah satu cabang filsafat yang mempelajari hakikat dari hukum ,
objek dari filsafat hukum dalah hukum yang dikaji secara mendalam.

· Sosiologi hukum : salah satu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan
empiris mempelajari hubungan timbale balik antara hukum dengan gejala social lainnya .

· Psikologi hukum = salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum
sebagai suatu perwujudan jiwa manusia .

· Ilmu hukum positif = ilmu yang mempelajari hukum sebagai suatu kenyataan yang
hidup berlaku pada waktu sekarang

2. PENGERTIAN ILMU HUKUM (ADA DUA PENDAPAT)


· PENDAPAT PERTAMA : tidak mungkin definisi ilmu hukum yang memuaskan ,
karena hukum itu abstrak , banyak seginya dan luas sekali cakrawalanya (pendapat
Imanuel Kant ,Lemaire, Gustav Radbruch, Walter Burckhardt)

· PENDAPAT KEDUA : walaupun tidak memuaskan definisi hukum tetap harus di


berikan karena bagi pemula yang mempelajari hukum tetap ada manfaatnya paling tidak
sebagai pegangan sementara (pendafat aristoteles , Hugo de Groot / Grotius , Thomas
Hobbes , van volen hoven , Bellefroid , Hans Kelsen dan Utrecht)

3. DARI BER BAGAI AHLI DI SIMPULKAN BAHWA HUKUM MELIPUTI


BERBAGAI UNSURE :

· Peraturan tingkah laku manusia.

· Di buat oleh badan berwenang.

· Bersifat memaksa walaupun tak dapat di paksakan.

· Di sertai sanksi yang tegas

PENGANTAR ILMU HUKUM = mata kuliah dasar yang bertujuan untuk


memperkenalkan ilmu hkum secara keseluruhan dalam garis besar.

HAKIKAT PENGANTAR ILMU HUKUM sebagai dasar dari pengetahuan hukum yang
mengandung pengertian dasar yang menjadi akar dari ilmu hukum itu sendiri.

4. CIRI-CIRI HUKUM:

a. ada unsure perintah , larangan, dan kebolehan.

b. ada sanksi yang tegas.

c. adanya perintah dan larangan.

d. perintah dan larangan harus ditaati

5. MANUSIA, MASYARAKAT DAN HUKUM


Aristoteles => “manusia sebagai mahluk social (zoonpolicon).”
P.J. Bouman => “ manusia baru menjadi manusia apabila hidup dengan manusia lainnya
.”

Cicero => “ Ubi societas ibi ius .” = dimana ada masyarakat disitu ada hukum .”

a. Bentuk masyarakat menurut dasar pembentukannya :

· Masyarakat teratur yang diatur dengan tujuan tertentu .(contoh : perkumpulan


olahraga).

· Masyarakat teratur terjadi dengan sendirinya yaitu dengan tidak sengaja di bentuk
. karena ada kesamaan kepentingan (contoh : penonton sepak bola ).

· Masyarakat tidak teratur terjadi dengan sendirinya tanda bentuk , ( contoh:


sekumpulan manusia yang membaca Koran di tempat umum)

b. Bentuk masyarakat menurut dasar hubungannaya :

· Masyarakat paguyuban ( gemeinschaft) , antar anggota satu sama lainnya ada


hubungan pribadi menimbulkan ikatan batin(contoh : rumah tangga , kel. Pasundan )

· Masyarakat patembayan (gesselschaft) , hubungan bersifat lugas dan mempunyai


tujuan yang sama untuk mendapat keuntungan material ( contoh: CV, PT, FA, KOP).

c. Menurut kebudayaannya bentuk masyarakat :

· Masyarakat primitive dan modern

· masyarakat desa dan kota

· masyarakat territorial ( daerah tertentu )

· masyarakat geneologis (anggota ada pertalian darah)

· masyarakat territorial geneologis

d. Menurut hubungan keluarga :

· Keluarga inti (nuclear family)


· Keluarga luas ( extended family)

https://nebzarc.wordpress.com/2012/09/19/hubungan-antara-pengantar-hukum-indonesia-dan-
pengantar-ilmu-hukum/ 17.15

Hubungan Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia


PERBEDAAN ANTARA PIH DAN PHI

Perbedaan antara PIH dan PHI dapat dilihat dari segi objyeknya yaitu PHI berobyek pada hukum yang sedang berlaku
di masa sekarang, sedangkan obyek PIH aturan tentang hukum pada umumnya tidak terbatas pada aturan hukum yang
berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu.

PERSAMAAN ANTAR PIH DAN PHI


Baik PIH maupun PHI sama sama merupakan mata kuliah dasar keduanya merupakan mata kuliah yang mempelajari
hukum.
PIH mendukung atau menunjang kepada setiap orang yang akn mempelajari hukum positif indonesia ( tata hukum
indonesia ).
PIH menjadi dasar dari PHI yang berarti bahwa untuk mempelajari hukum positif indonesia atau tata hukum indonesia
harus belajar PIH terlebih dahulu.

HAKIKAT PENGANTAR ILMU HUKUM


PIH merupakan suatu pelajaran yang menjadi pengantar dan penunjuk jalan bagi siapapun yang ingin mempelajari
ilmu hukum, yang ternyata sangat luas ruang lingkupnya.Mereka tidak akan memahami dengan baik mengenai
berbagai cabang ilmu tanpa menguasai mata pelajaran PIH terlebih dahulu.
Sebagai suatu mata pelajaran PIH memberikan dan menanamkan pengertian dasar mengenai arti, permasalahan dan
persoalan persoalan di bidang hukum sehinggaia menjadi mata pelajaran utama yang harus di kuasai oleh mereka
yang ingin mendalami ilmu hukum.
PIH memberikan gambaran gambaran dan dasar yang jelas`mengenai sendi sendi utama hukum itu sendiri. Berbeda
dengan cabang cabang ilmu hukum lainya, maka PIH mempunyai cara pendekatan yang khusus ialah memberikan
pandangan tentang hukum secara umum.

Karena PIH merupakan mata pelajaran dasar, maka bagi mereka yang ingin mempelajari ilmu hukum harus menguasai
mata pelajaran PIH terlebih dahulu. Tanpa penguasaan PIH mereka akan mendapatkan kesulitan atau kegagalan.

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN OLEH PIH


Dari judul pengantar ilmu hukum terlihat bahwa yang menjadi obyek PIH adalah ilmu hukum.

Materi yang di bahas oleh PIH dapat di bagi dalam:

A. HUKUM SEBAGAI OBYEK ILMU HUKUM


Sebagai obyek ilmu hukum memandang hukum dalam bentuk segala manifestasinya. Disini harus tertuang segala
pertanyaan pertanyaan yang ber sangkut paut dengan hukum misalnya:
 Apakah hukum itu
 Apakah tujuan hukum itu
 Bagaimanakah hukum itu terbentuk
 Apakah sumber sumbernya
 Bagaimanakah sistem dan klasifikasinya

B. ILMU HUKUM SEBAGAI NORMA HUKUM


1. Hukum sebagai kaidah hukum
2. Kaidah hukum dan kaidah lainya

C. ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

1. Subyek hukum
2. Obyek hukum
3. Peristiwa hukum
4. Perbuatan hukum
5. Hubungan hukum
6. Masyarakat hukum

D. ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN

1. Antropologi hukum
2. Sosiologi hukum
3. Sejarah hukum
4. Psikologi hukum
5. Perbandingan hukum

PERAN DAN FUNGSI PIH


 Memberikan introduksi atau memperkenalkan segala masalah yang berhubungan dengan hukum.
 Berusaha untuk menjelaskan keadaan, inti, maksuud dan tujuan dari bagian bagian yang penting daripada
hukum serta bertalian antara berbagai bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum.
 Memperkenalkan ilmu hukum, yaitu pengetahuan yang mempelajari segala seluk beluk daripada hukum
dalam segala bentuk dan manifestasinya.
 Merupakan dasar dalam rangka studi hukum. Tanpa memahami pengantar ilmu hukum secara tuntas dan
seksama tidak akan dapat di peroleh pengertian yang baik tentang berbagai cabang ilmu hukum. Dengan demikian
sudah tepatlah apabila pengantar ilmu hukum juga bisa di namakan “ basis leervak “ atau mata kuliah dasar daripada
pelajaran hukum.
 Mengkualifikasi mata pelajaran, pendahuluan, pembukaan ke arah ilmu pengetahuan hukum pada tingkat
persiapan.

BUKTI BUKTI PENTINGNYA PERAN DAN FUNGSI PIH

Bukti bukti bahwa PIH mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting bagi mereka yang ingin mempelajari ilmu
hukum, dapat dilihat dari berbagai segi:

 Dari segi sejarahnya PIH di ajarkan di perguruan tinggi di berbagai negara. Di jerman PIH di ajarkan sebagai
“ einfuhrung in die rechswissenchaft “. Onderwijs wet ( undang undangperguruan tinggi ) di negara belandapada
tahun 1920 memasukkan pengantar ilmu hukum di perguruan tinggi hukum dengan istilah “ inleiding tot der
rechwetenschap “ sebagai pengganti dari “ Encyclopaedie der rechwetenschap “.

 Di indonesia inleiding tot de recwetwnscahp di jadikan kurikulum oleh recht hoge school ( sekolah tinggi
hukum ) yang didirikan di batavia ( jakarta ) pada tahun 1942.
 Pada waktu universitas gajah mada berdiri pada tanggal 3 maret 1946 untuk pertama kalinya di pergunakan
istilah pengantar ilmu hukum yang merupakan terjemahan dari inleiding tot de rechwetenschap dan sampai sekarang
di jadikan mata kuliah dasar di semua perguruan tinggi di indonesia.

 Adanya surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan tanggal 30 desember 1973 No. 0198/U/1973
yang intinya menyebutkan bahwa di tingkat permulaan fakultas hukum negeri maupun swasta, mata kuliah pengantar
ilmu hukum ini harus di cantumkan dalam kurikulumnya sebagai satu satunya mata kuliah yang langsung berhubungan
dengan ilmu hukum.

 Menurut keputusan kopertis ( Koordinator perguruan tinggi swasta ), pengantar ilmu hukum merupakan
mata kuliah ujian negara. Dalam rangka sistem kredit semester ( SKS ) mata kuliah ilmu hukum bobot SKSnya (4 SKS )
lebih besar dari cabang iilmu lainya.

KESIMPULAN:
 Hubungan antara PIH dan PHI ialah PIH adalah dasar atau asas untuk dapat memahami PHI
 PIH adalah sebagai pengantar untuk dimana memahami ilmu ilmu tentang hukum yang ada dalam PHI
 PHI adalah asas asas hukum indonesia
 PIH adalah asas asas hukum secara umum
https://wikayudhashanty.blogspot.com/2013/09/hubungan-pengantar-ilmu-hukum-dan.html 17.16

PENGANTAR ILMU HUKUM

Pengantar Ilmu Hukum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Ilmu Hukum dan Pengantar Ilmu Hukum

1. Pengertian Ilmu hukum

Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum.
Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu
hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga
sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa
ditentukan” (Curzon, 1979 : v).

Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum.
Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai hukum,
misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian, sumber-sumber,
perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang
mempunyai objek hukum menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia
dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang berkeinginan mengetahui hukum secara
mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke
masa sehingga sejarah hukum besar perannya dalam hal tersebut.

2. Pengertian Pengantar ilmu hukum

Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan “Encyclopaedia Hukum”,
yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam mempelajari
ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam
studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi
utama ilmu hukum.

B. Tujuan dan Kegunaan Pengantar Ilmu Hukum

Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti dan maksud tujuan dari
bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai bagian tersebut dengan ilmu
pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk dapat memahami bagian-bagian atau
jenis-jenis ilmu hukum lainnya.

C. Kedudukan dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum

Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang ilmu
pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum fakultas hukum
adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar ilmu hukum berfungsi
memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun secara mendalam
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum. Selain itu juga pengantar ilmu hukum juga
berfungsi pedagogis yakni menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk denagan
penuh kesungguhan mempelajari hukum.

D. Ilmu Bantu Pengantar Ilmu Hukum

• Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya dan
perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan memperbanding antara
hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu

• Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala sosial lain
(Soerjono Soekanto)
• Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola sengketa
dan penyelesaiannya pada masyarakat sederhana, maupun masyarakat yang sedang mengalami
proses perkembangan dan pembangunan/proses modernisasi (Charles Winick).

• Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum yang mempelajari perbedaan sistem
hukum antara negara yang satu dengan yang lain. Atau membanding-bandingkan sistem hukum
positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain

• Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu
perwujudan perkembangan jiwa manusia (Purnadi Purbacaraka).

E. Metode Pendekatan Mempelajari Hukum

Metode Idealis ; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai
tertentu dalam masyarakat

Metode Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak. Metode ini melihat
hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai subjek tersendiri terlepas dari hal2
lain yang berkaitan dengan peraturan2. Bersifat abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam
setiap kalimat tidak mudah dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan
hukum itu diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila
ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.

Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai alat untuk
mengatur masyarakat.

Metode Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukumnya.

Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem

Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata hukum dalam
berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara.

BAB II

MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL

A. Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaidah sosial

• Manusia sebagai makhluk monodualistik :


Artinya adalah manusia selain sbg makhluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yg
menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Manusia lahir, hidup dan berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat.

• Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON artinya
bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama
manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu
sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.

• Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana kepentingan tsb
satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup kemungkinan timbul
kericuhan. Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk
dipenuhi. Disinilah peran hukum mengatur kepetingan2 tersebut agar kepentingan masing-masing
terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui hak dan kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya
hukum masyarakat akan hidup aman, tentram, damai, adil dan makmur.

• Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi ius). Hukum ada sejak
masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik dari
masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku,
kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat.

Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur seluk beluk kehidupan
masyarakat yang bersangkutanlah yang menentukan sendiri.

Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu sendiri dalam berlakunya
tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum hukum itu disebut masyrakat hukum.

Mengapa masyarakat mentaati hukum karena bermacam-macam sebab (Menurut Utrecht) :

• Karena orang merasakan bahwa peraturan2 itu dirasakan sebagai hukum. Mereka benar-benar
berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut

• Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia menganggap peraturan hukum
secara rasional (rationeele aanvaarding). Penerimaan rasional ini sebagai akibat adanya sanksi
hukum. Agar tidak mendapatkan kesukaran2 orang memilih untuk taat saja pada peraturan hukum
karena melanggar hukum mendapat sanksi hukum.

B. Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan (Kaidah Sosial)

1. Definisi masyarakat :
• Menurut Ralph Linton, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja
bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

• Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah orang yang hidup bersama, yang menghasilkan
kebudayaan.

• Menurut CST. Kansil, SH, masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang
sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama sehingga dalam
pergaulan hidup timbul berbagai hubungan yang mengakibatkan seorang dan orang lain saling kenal
mengenal dan pengaruh mempengaruhi.

Unsur masyarakat :

– manusia yang hidup bersama

– berkumpul dan bekerja sama untuk waktu lama

– merupakan satu kesatuan

– merupakan suatu sistem hidup bersama.

Dalam masyarakat terdapat pelbagai golongan dan aliran. Namun walaupun golongan itu beraneka
ragam dan masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri akan tetapi kepentingan bersama
mengharuskan adanya ketertiban dalam kehidupan masyarakat itu. Adapun yang memimpin
kehidupan bersama, yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat ialah peraturan hidup.

Agar supaya dapat memenuhi kebutuan-kebutuhannya dengan aman dan tentram dan damai tanpa
gangguan, maka tidap manusia perlu adanya suatu tata (orde – ordnung). Tata itu berwjud aturan
yang menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup, sehingga
kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui
hak dan kewajiban.

Tata tersebut sering disebut kaidah atau norma.

2. Kaidah/norma Sosial :

Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan perikelakuan yang
diharapkan.

Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma berasal dari bahasa Latin
Kaidah/Norma berisi :

Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat2nya
dipandang baik.

Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena
akibat-akibatnya dipandang tidak baik.

Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana seorang
harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan dan
perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.

Kaidah sosial dibedakan menjadi :

1. Kaidah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut menjadi :

a. Kaidah kepercayaan/agama, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang beriman
(Purnadi Purbacaraka 1974 : 4). Kaidah ini ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan.
Sumbernya adalah ajaran-ajaran kepercayaan/agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap
sebagai perintah Tuhan, misalnya :

– Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk (Al Isra’ : 32).

– Hormatilah orang tuamu agar supaya engkau selamat (Kitab Injil Perjanjian Lama : Hukum yang ke
V).

b.Kaidah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati nurani.
Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati nurani manusia (insan
kamil). Sumber kaidah ini adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan
kepada sikap lahir tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia juga, misalnya :

– Hendaklah engkau berlaku jujur.

– Hendaklah engkau berbuat baik terhadap sesama manusia.

Dalam kaidah kesusilaan tedapat juga peraturan-peraturan hidup seperti yang terdapat dalam
norma agama misalnya :

– Hormatilah orangtuamu agar engkau selamat diakhirat

– Jangan engkau membunuh sesamamu


2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih lanjut menjadi :

a.Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan. Kaidah ini
merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia, misalnya :

– Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua

– Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat.

– Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll (terutama wanita tua,
hamil atau membawa bayi)

b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup antar manusia.
Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh penguasa negara.
Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh
alat-alat negara misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain tanpa seizin yang punya”.

Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah sosial lainnya :

1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat ditinjau dari berbagai segi
sbb :

• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat dan
melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan bertujuan
untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal.

• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi bagi
setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan mengatur sikap batin manusia
sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan
kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik.

• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber sanksinya berasal dari
luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom), sedangkan kaidah
kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing2 pelanggarnya (otonom).

• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara nyata oleh
kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya tergantng
pada yang bersangkutan.

• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan normatif) sedang
kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja (normatif).
2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan

– Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberikan kewajiban saja.

– Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara), sanksi kaidah kesopanan
dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.

3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah kesusilaan

– Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan berasal dari
pribadi manusia

– Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia, kaidah agama dan
kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia

– Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah agama dan
kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia jahat.

Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :

– Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan

– Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah

– Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat

– Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat

– Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman)

Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah ada
kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ?

Hal ini karena :

– Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang
memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari kaidah
agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan maupun adat.

– Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah tersebut


diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut
akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat.
BAB III

PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM

A. Aneka arti hukum

1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa

Disini hukum adalah perangkat-peraturan peraturan tertulis yang dibuat oleh pemerintah melalui
badan-badan yang berwenang

2. Hukum dalam arti para petugas

Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam dan bisa bertindak
terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan warga masyarakat,
seperti petugas Polisi patroli, Jaksa dan hakim dengan toganya. Disini hukum dilihat dalam arti wujud
fisik yg ditampilkan dalam gambaran orang2 yang bertugas menegakkan hukum.

3. Hukum dalam arti sikap tindak

Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur. Hukum ini tidak nampak
seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau hakim yang
mengadili, melainkan menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap yang lain secara
terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta rasional. Dalam hal ini sering disebut hukum sebagai
suatu kebiasaan (hukum kebiasaan). Contoh seorang mahasiswa “A” numpang sewa kamar kepada
keluarga “Z”, ia tiap bulan bayar uang yg menjadi kewajibannya kepada “Z” sedangkan “Z” menerima
haknya, disamping melakukan kewajibannya menyediakan segala sesuatu yang diperlukan “A”. Tiap
pagi “A” ke kampus naik becak, tawar menawar, ia naik sampai ke tempat tujuan tanpa pikir ia
membayarnya. Lama kelamaan “A” mengenal tukang becak dengan baik, maka untuk kuliah begitu
melihat tukang becak segera naik tanpa pikir-pikir ia bayar, malahan kadang2 ia hanya berkata
bayarnya nanti saja sekalian seminggu. Ini dilihat dari “A” dan masyarakat sekelilingnya dan apabila
pengalaman2 semacam ini digabungkan maka hubungan menjadi luas dan rumit, namun tetap
terwujud keteraturan karena bekerjanya hukum yang mewarnai sikap tindak atau perilaku masing2
individu dalam masyarakat secara biasa. Disini hukum bekerja mengatur sikap tindak warga
masyarakat sedemikian rupa sehingga hukum terlihat sebagai sikap tindak yang tanpak di dalam
pergaulan sehari2, ia merupakan suatu kebiasaan (Hukum kebiasaan).

4. Hukum dalam arti sistem kaidah

adalah :
a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis

b. Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas meliputi :

– Kaidah-kaidah individual dari badan2 pelaksana hukum terutama pengadilan

– Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan

– Kaidah-kaidah konstitusi

c. Sahnya kaidah2 hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau ditentukan oleh
kaidah2 yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.

5. Hukum dalam arti jalinan nilai

Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan kesinambungan antar faktor nilai
obyektif dan subyektif dari hukum demi terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan antara
individu di tengah pergaulan hidupnya. Nilai objektif tsb misalnya ttg baik buruk, patut dan tidak
patut (umum), sedangkan nilai subjektif memberikan keputusan bagi keadilan sesuai keadaan pada
suatu tempat , waktu dan budaya masyarakat (khusus). Inilah yg perlu diserasikan antara
kepentingan publik, kepentingan privat dan dengan kepentingan individu.

6. Hukum dalam arti tata hukum

Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu hukum yang
berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu (sekarang misalnya di Indonesia). Hukum positif tsb
misalnya hukum publik (HTN, HAN, Pidana, internasional publik), hukum privat (perdata, dagang, dll)

7. Hukum dalam ilmu hukum

Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau sallenwissenschaft yaitu ilmu
yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah, dengan dogmatik hukum dan
sistematik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau science yang
merupakan karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri,
sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.

• Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma

• Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya.

8. Hukum dalam arti disiplin hukum atau gejala sosial


Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah masyarakat. Secara umum
disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu pengertian, ilmu kaidah dan ilmu kenyataan), politik
hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan dibicarakan dimuka).

Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan
membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu
sendiri.

Politik hukum adalah mencakup kegiatan2 mencari dan memilih nilai2 dan menerapkan nilai2
tersebut bagi hukum dalam mencapai tujuannya.

Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai2, juga mencakup penyesuaian nilai2,
misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan
dan antara kelanggengan dan pembaharuan.

Ilmu tentang pengertian hukum (begriffeissenschaft) yg dibahas adalah :

1. Masyarakat hukum

2. Subyek hukum

3. Objek hukum

4. Hubungan hukum (peristiwa hukum)

5. Hak dan kewajiban

Ilmu tentang kaidah (Normwiseenschaft) yg dibahas adalah

1. Perumusan norma/kaidah hukum

2. Apa yg dimaksud kaidah abstrak dan konkret

3. Isi dan sifat kaidah hukum

4. Esensialia kaidah hukum

5. Tugas dan kegunaan kaidah hukum

6. Pernyataan dan tanda pernyataan kaidah hukum

7. Penyimpangan terhadap kaidah hukum

8. Berlakunya kaidah hukum


Ilmu tentang kenyataan (taatsashenwissenschaft) hukum yang dibahasa adalah :

1. Sejarah hukum

2. Sosiologi hukum

3. Psikologi

4. Perbandingan hukum

5. Antropologi hukum

Nilai2 dasar hukum (Radbruch) :

1. Keadilan

2. Kemamfaatan/kegunaan

3. Kepastian hukum

B. Berbagai Definisi Hukum :

Begitu banyak definisi hukum dikemukakan oleh ilmuan hukum yang tentu saja sangat berguna
dalam hal berikut :

Berguna sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin mempelajari hukum, khususnya bagi kalangan
pemula.

Berguna bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam teori hukum, ilmu hukum, filsafat hukum
dan sebagainya.

Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui bahwa dalam kenyataan hukum
memang tidak akan pernah dapat didefinisikan secara lengkap, jelas dan tegas. Sehingga sampai
sekarang ini tidaka da kesepakatan bersama tentang definisi hukum. Namun Arnold juga menyadari
bahwa bagaimanapun para juris tetap akan terus berjuang mencari bagaimana hukum didefinisikan
sebab definisi hukum merupakan bagian yang substansial dalam meberi arti keberadaan hukum
sebagai ilmu. Hukum juga merupakan sesuatu yang rasional dan dimungkinkan untuk dibuatkan
definisi sebagai penghormatan para juris terhadap eksistensi hukum.

Sebagai pegangan bagi mahasiswa atau bagi orang yang baru belajar hukum, perlu ada definisi
hukum sebagai pegangan dalam mencoba mengetahui dan memahami hukum baik secara praktis
maupun secara formil
Berikut beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum (juris) berdasarkan aliran atau
paham yang dianutnya :

1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin
menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.

2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka sukarlah untuk
membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.

3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu menyebabkan tak
mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu sebenarnya.

4. Grotius, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui sanksi-
sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatu otoritas
pengendalian.

5. Aristoteles, hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan mengekpresikan
bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku hakim dan putusannya di
pengadilan untk menjatuhkan hukuman terhadap pelangggar.

6. Schapera, hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh
pengadilan.

7. Paul Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah dilembagakan kembali
dalam pranata hukum.

8. Pospisil, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui sanksi-
sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatuotoritas
pengendalian.

9. Karl von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan,
yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada sejarah manusia,
dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga masyarakat.

10. Marxist, hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam masyarakat
pada suatu tahap perkembangan tertentu.

11. John Austin, melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik langsung maupun tidak langsung
dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat politik yang
independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) meruipakan otoritas tertinggi.
Kelemahan pandangan John Austin sebagai berikut :

1. Hukum dilihat semata-mata sebagai kaidah bersanksi yang dibuat dan diberlakukan oleh negara,
padahal di dalam kenyataannya kaidah tersebut belum tentu berlaku.

2. Undang-undang yang dibuat oleh negara, hanya salah satu sumber-sumber hukum

3. Hanya warga masyarakat yang dilihat sebagai subjek hukum, padahal dalam kenyataannya dikenal
pula adanya hukum tata negara, hukum administrasi negara, dsb.

12. Hans Kelsen, hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum adalah kaidah
primer yang menetapkan sanksi-sanksi. 13 Paul 13. Scholten, hukum adalah suatu petunjuk tentang
apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak layak untuk dilakukan yang bersifat perintah.

14. van Kan, hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam masyarakat.

15. Eugen Ehrlich (Jerman), sesuatu yang berkaitan denagan fungsi kemasyarakatan dan memandang
sumber hukum hanya dari legal history and jurisprudence dan living law (hukum yang hidup didalam
masyarakat).

16. Bellefroid, hukum adalah kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat yang mengatur tata tertib
masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di dalam masyarakat.

17. Holmes (HakimAmerika Serikat), hukum adalah apa yang dikerjakan dan diputuskan oleh
pengadilan.

18. Salmond, hukum adalah kumpulan-kumpulan asas-asas yang diakui dan diterapkan oleh negara
di dalam pengadilan.

19. Roscoe Pound, hukum itu dibedakan dalam arti :

1. Hukum dalam arti sebagai tata hukum, mempunyai pokok bahasan :

– hubungan antara manusia denagan individu lainnya

– tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya.

2. Hukum dalam arti kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan pengadilan dan
tindakan administrasi. Pandangan Roscoe Pound tergolong dalam aliran sosiologis dan realis.
20. Liwellyn, hukum adalah apa yang diputuskan oleh seorang hakim tentang suatu persengketaan
adalah hukum itu sendiri.

21. Drs. E. Utrecht, SH, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu.

22. SM. Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-
sanksi.

23. J.C.T. Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto, Hukum adalah peraturan-peraturan yang
bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang
dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan
tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu hukuman tertentu

24. M.H. Tirtaatmidjaja, SH

Hukum adalah semua aturan (norma yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam
pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian —- jika melanggar aturan-aturan itu
akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, di
denda dsb.

25. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie), Hukum adalah suatu gejala dalam
pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur membentur tanpa henti-
hentinya dengan gejala lainnya.

26. Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2 mengenai tingkah laku orang-orang
sebagai anggota suatu masyarakat.

27. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat memaksa,
berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat tidak bebruat sesuatu serta dengan
maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

C. Isi kaidah hukum :

Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :

1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan atau
ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.
2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan
misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita yang
belum dinikahi secara sah dsb.

3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melainkan suatu
pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat bagi yang
menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan, pada waktu atau sebelum perkawinan
dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis
yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan ini boleh dilakukan boleh juga tidak
dilaksanakan.

Unsur-unsur kaidah hukum :

Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana hukum Indonesia diatas,
dapatlah disimpulkan bahwa kaidah hukum itu meliputi beberapa unsur yaitu :

a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c. Peraturan itu bersifat memaksa

d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas

BAB IV

TUJUAN, FUNGSI DAN SUMBER-SUMBER HUKUM

A. Tujuan hukum menurut teori

1. Teori etis (etische theorie)

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Menurut
teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil
dan apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles filsuf Yunani dalam
bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica yang menyatakan ”hukum mempunyai tugas yang suci
yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya”. Selanjutnya Aristoteles membagi
keadilan dalam 2 jenis, yaitu :
Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya.
Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya
atau bukan persamaannya, melainkan kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.

Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah yang sama
banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum menuntut adanya suatu persamaan
dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.

Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap orang memperoleh bagian
yg sama.

2. Teori utilitas (utiliteis theorie)

Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau kebahagiaan sebanyak-
banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori ini adalah Jeremy Betham. Dalam
bukunya yang berjudul “introduction to the morals and legislation” berpendapat bahwa hukum
bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah/mamfaat bagi orang.

Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah
dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit. Sulit bagi kita untuk menerima anggapan
Betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa apa yang berfaedah itu belum tentu
memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka dia
akan menggeser nilai keadilan kesamping, dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan
utama dari hukum itu, hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan.

3. Teori campuran

Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan pertama dari hukum
adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-
beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.

4.Teori normatif-dogmatif, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum
(John Austin dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah adanya melegalkan kepastian hak dan
kewajiban.

Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak
diganggu dan terjaminnya kepastiannya.

5. Teori Peace (damai sejahtera)


Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang kuat tidak
menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya dan adanya perlindungan
bagi rakyat. Hukum harus dapat menciptakan damai dan sejahtera bukan sekedar ketertiban.

B. Tujuan hukum menurut pendapat ahli :

1. Purnadi dan Soejono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi
ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi

2. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum
menghendaki perdamaian. Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan
melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa,
harta benda terhadap pihak yg merugikan.

3. R. Soebekti, tujuan hukum adalah bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan negara yaitu
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum melayani tujuan negara
tersebut dengan menyelenggarakan “keadilan” dan “ketertiban”.

4.Aristoteles, hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang ia berhak
menerimanya. Anggapan ini berdasarkan etika dan berpendapat bahwa hukum bertugas hanya
membuat adanya keadilan saja.

5. SM. Amin, SH tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga
keamanan dan ketertiban terpelihara.

6.Soejono Dirdjosisworo, tujuan hukum adalah melindungi individu dalam hubngannya dengan
masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diiharapkan terwujudnya keadaan aman, tertib dan
adil

7. Roscoe Pound, hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat artinya hukum sebagai alat
perubahan sosial (as a tool of social engeneering), Intinya adalah hukum disini sebagai sarana atau
alat untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi maupun dalam hidup
masyarakat.

8.Bellefroid, tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum atau kepentingan umum yaitu
kesejahteraan atau kepentingan semua anggota2 suatu masyarakat.

9.Van Kant, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap2 manusia supaya kepentingan itu tidak
dapat diganggu
10.Suharjo (mantan menteri kehakiman), tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik
secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu
kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung secara wajar. Sedangkan yang
dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas upaya yang sewenang-wenang dan
penyalahgunaan hak secara tidak adil.

Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya :

– mewujudkan ketertiban dan keteraturan

– mewujudkan kedamaian sejati

– mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat

– mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat

Kesimpulan Tujuan Hukum :

1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan kepentingan, ketertiban,


keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damani sejahtera setiap manusia.

2. Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agar kepentingan setiap orang
baik secara individual maupun kelompok tidak diganggu oleh orang atau kelompok lain yang selalu
menonjolkan kepentingan pribadinya atau kepentingan kelompoknya.

3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan

C. Fungsi Hukum

1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg petunjuk
bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan larangan dalam hukum
sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.

2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg bersifat mengikat,
memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang membuat orang takut untuk melakukan
pelanggaran karena ada ancaman hukumanya (penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada siapa saja.
Dengan demikian keadilan akan tercapai.

3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya mengikat dan
memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan masyarakat ke arah yg
maju.
4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya mengawasi
masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat pemerintah, para penegak
hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan demikian semuanya harus bertingkah laku
menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt pun akan merasakan keadilan.

5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh kasus tanah.

D. Sumber-sumber hukum :

1.Pengertian sumber hukum

Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai
kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan
sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.

Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal,
darimana hukum itu dapat ditemukan. dsb.

Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan2 yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang
tegas dan nyata.

Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan dengan pendekatan yang
digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan pendidikannya, secara umum dapat disebutkan
bahwa sumber hukum dipakai orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk menjawab pertanyaan
“mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan “apa sumber (kekuatan)
hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia”. Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumbe
hukum dalam arti materiil. Kata sumber juga dipakai dalam arti lain, yaitu menjawab pertanyaan
“dimanakah kita dapatkan atau temukakan aturan-aturan hukum yanmg mengatur kehidupan kita
itu ?” Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti formal”. Secara sederhana,
sumbe rhukum adalah segala ssuatu yangd apat menimbulkan aturan hukum serta tempat
ditemukakannya aturan-aturan hukum.

2. Macam-macam sumber hukum

Sebagaimana diuraikan diatas ada 2 sumber hukum yatu sumber hukum dalam arti materil dan
formil.

a. Sumber hukum materiil


Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi hukum. Dapat ditinjau dari
berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, agama, dll. Dalam kata lain
sumber hukum materil adalah faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum
(pengaruh terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb). Atau faktor yang ikut
mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, atau tempat darimana materi hukum tiu
diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum.

Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.

Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh para
pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan tugasnya.

Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan tunduk pada
aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya
struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll

Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum materil itu terdiri dari tiga
jenis yaitu (van Apeldoorn) :

1) sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat menemukan
hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :

a) Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara historis :
dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.

b) Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.

2) sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber hukum dalam arti
sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif, seperti misalnya
keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.

3) sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini dibagi lebih lanjut
menjadi dua :

a) Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.

Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :

– pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan

– pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
– pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran hukum.

b). Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan mengikat,
mengapa kita tunduk pada hukum

b. Sumber hukum formal

Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan dasar
berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal merupakan dasar kekuatan
mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun oleh penegak hukum.

Apa beda antara undang-undang dengan peraturan perundang-undangan ? Undang-undang dibuat


oleh DPR persetujuan presiden, sedangkan peraturan perundang-undangan dibuat berdasarkan
wewenang masing-masing pembuatnya, seperti PP, dll atau

Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 tahun 2004)

Macam-macam sumber hukum formal :

A. Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara

Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :

Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU karena cara
pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan parlemen)

Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat setiap
penduduk.

Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (pasal 1 angka 3)

Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN = staatsblad) dulu oleh
Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh Menkuhham (UU No. 10 tahun 2004). Tujuannya agar
setiap orang dapat mengetahui UU tersebut (fictie=setiap orang dianggap tahu akan UU = iedereen
wordt geacht de wet te kennen, nemo ius ignorare consetur= in dubio proreo, latin).

Konsekuensinya adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum tidak boleh beralasan bahwa
ketentuan hukum itu tidak diketahuinya. Artinya apabila suatu ketentuan perundang-undangan itu
sudah diberlakukan (diundangkan) maka dianggap (difiksikan) bahwa semua orang telah
mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.

Berakhirnya/tidak berlaku lagi jika :

a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau

b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi .

c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang lebih tinggi.

d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg dulu berlaku.

Lembaran negara (LN) dan berita negara :

LN adalah suatu lembaran (kertas) tempat mengundangkan (mengumumkan) semua peraturan


negara dan pemerintah agar sah berlaku. Penjelasan daripada suatu UU dimuat dlm tambahan LN,
yg mempunyai nomor urut. LN diterbitkan oleh Menteri sekretaris negara, yg disebut dgn tahun
penerbitannya dan nomor berurut, misalnya L.N tahun 1962 No. 1 (L.N.1962/1)

Berita negara adalah suatu penerbitan resmi sekretariat negara yg memuat hal-hal yang
berhubungan dengan peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan memuat surat-surat yang
dianggap perlu seperti : Akta pendirian PT, nama orang-orang yang dinaturalisasi menjadi WNI, dll,

Catatan : Jika berkaitan dengan peraturan daerah diatur dalam lembaran daerah

Kekuatan berlakunya undang-undang :

• UU mengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib mengakui eksistensinya UU.

• Sedangkan kekuatan berlakunya UU berarti sudah menyangkut berlakunya UU secara operasional.

• Agar UU mempunyai kekuatan berlaku ahrus memenuhi persyaratan yaitu 1). Kekuatan berlaku
yuridis, 2). Kekuatan berlaku sosiologis dan, 3) kekuatan berlaku fiolosofis.

• Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut (Pasal 7 UU No. 10/2004) :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;

5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)

B. Kebiasaan (custom)

Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama.
Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang
dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan
sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum,
yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.

Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil penjualan atau pembelian sebagai
upah dan hal ini terjadi berulang dan juga komisioner yg lainpun menerima upah yang sama yaitu 10
% maka oleh karena itu timbul suatu kebiasaan yg lambat laun berkembang menjadi hukum
kebiasaan.

Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan adil oleh sebab itu
belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum formal.

Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini dilarang untuk
diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan sehingga bertentangan
denagan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum, misalnya jika berbuat
susila/zinah, perlakunya ditelanjangi kekeliling kampung.

Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :

1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam masyarakat tertentu (syarat materiil)

2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio necessitatis = bahwa
perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat intelektual

3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.

Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan hakim
dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.

Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene Bepalingen
van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an untuk Indonesia
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu adat
istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan
tradisi serta lebih banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Adat istiadat
hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi hukum adat jika mendapat
dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah dengan penggarapnya.
Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum adat tertentu tidak sama dengan yang berlaku
di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas
pada masyarakat tertentu.

C. Jurisprudensi (keputusan2 hakim)

Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan hakim lain sehingga
kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim yang tetap terhadap
persoalan/peristiwa hukum tertentu.

Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia sependapat dgn isi
keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai pedoman dalam mengambil sesuatu
keputusan mengenai suatu perkara yang sama.

Ada 2 jenis yurisprudensi :

Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan yang serupa dan
dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu perkara (standart arresten)

Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart arresten.

D.Traktat (treaty)

Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat tidak saja kepada
masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga negara-negara dari negara-negara yang
berkepentingan.

Macam-macam Traktat :

a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian
internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC tentang
“Dwikewarganegaraan”.
b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara, misalnya
perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO) yang diikuti oleh
beberapa negara Eropa.

E. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji
untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Para pihak yang telah saling sepakat
mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakannya (asas (pact
sunt servanda).

F. Pendapat sarjana hukum (doktrin)

Pendapat sarjanan hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang sarjana hukum
yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan hakim
dalam menjatuhkan putusannya.

Sumber hukum menurut Algra :

1. Sumber materiil, yaitu tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini
merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, hubungan
kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, kebudayaan, agama, keadaan geografis, dsb.

2. Sumber hukum formil, yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh
kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum itu
formal berlaku, misalnya UU, perjanjian antar negara, yurisprudensi dan kebiasaan.

Sumber hukum menurut Ahmad Sanusi :

1. Sumber hukum normal :

a.Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU yaitu, UU, perjanjian antar negara dan
kebiasaan.

b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu perjanjian doktrin dan
yurisprudensi.

2. Sumber hukum abnormal yaitu :

a. Proklamasi

b. Revolusi

c. Coup d’etat
Sumber hukum menurut van Apeldoorn :

1. Sumber hukum dalam arti historis, yaitu tempat kita dapat menemukan hukumnya dalam sejarah
atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :

a. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara historis :
dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.

b. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.

2. Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum
positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.

3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum ini dibagi lebih lanjut menjadi dua :

a. Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.

Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :

– pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan

– pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia

– pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran hukum.

b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan mengikat,
mengapa kita tunduk pada hukum

4. Sumber hukum dalam arti formil, yaitu sumber hukum dilihat dari cara terjadinya hukum positif
merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku yang mengikat hakim dan penduduk.

BAB V

PENGERTIAN DASAR / KONSEP DALAM HUKUM

A. Subyek hukum dan obyek hukum

Pengertian subyek hukum

– segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum

– sesuatu pendukung hak/kewajiban, jadi memiliki wewenang hukum

Pembagian subyek hukum :


a. Manusia (natuurlijke persoon)

b. Badan hukum (rechtspersoon)

Ad. 1. Manusia

Manusia sebagai subyek hukum berarti manusia adalah pembawa hak dan kewajiban sehingga dapat
melakukan sesuatu tindakan hukum; ia dapat mengadakan persetujuan-persetujuan, menikah,
membuat wasiat, dan sebagainya.

Berlakunya manusia sebagai pembawa hak, mulai dari saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia
meningal dunia, malah seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya dapat dianggap sebagai
pembawa hak (dianggap telah lahir) jika kepentingannya memerlukan (untuk menjadi ahli waris).

Jadi pada hakikatnya setiap manusia sejak ia lahir mempeoleh hak dan kewajiban. Apabila ia
meninggal dunia maka hak dan kewajibannya akan beralih kepada ahli warisnya. Bahkan oleh hukum
anak yang ada dalam kandungan seorang perempuanpun sudah mempunyai hak, karena dianggap
telah dilahirkan dengan catatan jika kepentingannya menghendaki (hak waris). Hal diatur dalam
pasal 2 ayat 1 KUHPerdata berbunyi “anak yg ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap
sebagai telah dilahirkan, bilaman juga kepentingan si anak menghendakinya”. Pada ayat 2 berbunyi
“mati sewaktu dilahirkan dianggap ia tak pernah ada”.

Ketentuan ini menegaskan bahwa hak dan kewajiban si anak baru dianggap ada jika ia dilahirkan
hidup, apabila ia dilahirkan mati maka haknya dianggap tidak ada, misalnya kepentingan si anak
untuk menjadi ahli waris dari orang tuanya, walaupun ia masih berada dalam kandungan ia dianggap
telah dilahirkan dan oleh karena itu harus diperhitungkan hak-haknya sebagai ahli waris. Tetapi jika
ia dilahirkan mati maka hak si anak dianggap tidak pernah ada.

Disamping itu juga berdasarkan undang-undang seseorang dianggap telah meninggal dunia jika
hilang atau tidak diketahui dimana ia berada dan tidak ada kepastian apakah ia masih hidup dalam
tenggang waktu setelah lewat 5 tahun sejak ia meninggalkan tempat kediamannya (Pasal 467, 468,
469 KUHPerdata).

Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut maka hak dan kewajiban orang yang telah
dinyatakan menurut hukum meninggal dunia itu telah berakhir dan segala hak dan kewajibannya
beralih kepada ahli warisnya

Cakap dan tidak cakap cakap melakukan perbuatan hukum :


Cakap melakukan perbuatan hukum artinya subyek itu dapat melakukan atau bertindak baik sendiri
maupun bersama orang lain di dalam menjalankan hak dan kewajibannya. Pada prinsipnya setiap
orang tidak kecuali dapat memiliki dan melaksanakan hak-hak akan tetapi tidak semua orang
dinyatakan cakap di dalam melaksanakan hak-haknya itu, namun untuk dapat dikatakan itu harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Orang tersebut telah mencapai usia 21 tahun atau telah menikah.

Orang tersebut mempunyai kewenangan untuk melaksanakan hak dan kewajiban (misalnya ia
berwenang menjual barang, dimana barang dikakarenakan tersebut benar miliknya)

Orang tersebut harus memiliki jiwa dan akal yang sehat.

Pengertian dewasa

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUPerdata) seseorang yang dikatakan sudah
dewasa adalah saat berusia 21 tahun bagi laki-laki dan 19 tahun bagi wanita. Sedangkan menurut
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, kedewasaan seseorang adalah saat
berusia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi wanita. Lain hal pula menurut hukum adat
kedewasaan seseorang apabila sudah mampu bekerja atau mencari nafkah sendiri.

Lalu acuan apa yang kita pakai dalam hal ini. Acuan yang dipakai adalah berdasarkan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata karena ketentuan ini masih berlaku secara umum. Sedangkan ketentuan
lainnya hanaya berlaku secara khusus.

Pentingnya arti kecakapan menurut hukum tentunya mempunyai 2 (dua) maksud, yaitu pertama
maksud yang dilihat dari sudut keadilan yaitu perlunya orang yang membuat perjanjian mempunyai
cukup kemampuan untuk menginsyafi/menyadari secara benar akan tanggung jawab yang
dipikulnya dengan perbuatan tersebut. Dan kedua, maksud yang dilihat dari sudut ketertiban
hukum, yang berarti orang yang membuat perjanjian itu berarti mempertaruhkan kekayaannya.

Tidak cakap melakukan perbuatan hukum, artinya subyek hukum sekalipun pendukung hak dan
kewajiban, namun dinyatakan subyek tersebut dinyatakan tidak dapat bertindak sendiri di dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam berbagai perbuatan-perbuatan hukum
(handelingsonbekwaam). Adapun orang tersebut adalah :

Orang yang masih dibawah umur (belum mencapai usia 21 tahun = belum dewasa)

Orang yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan pemboros, mereka ditaruh dibawah
pengampuan (curatele)
Orang yang dilarang oleh UU untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya orang yang
dinyatakan pailit (Pasal 1330 BW jo UU Kepailitan)

Catatan : Dalam ketentuan KUHPerdata kecakapan adalah merupakan salah satu syarat untuk
sahnya suatu perikatan/perjanjian yang berarti bahwa segala perikatan yg dilakukan oleh orang yang
tidak cakap dapat dibatalkan atau diminta pembatalannya melalui hakim. Tetapi sebaliknya dalam
hal perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad, ketidakcakapan seseorang tidak
mempengaruhi timbul atau tidaknya “akibat hukum” dari perbuatan itu.

Ad. 2. Badan hukum

Badan hukum adalah bukan orang tapi merupakan badan-badan (kumpulan manusia) yang oleh
hukum diberi status “persoon” yang mempunyai hak dan kewajiban seperti manusia.

Badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat melakukan sebagai pembawa hak
manusia, misalnya; dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali
terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya.

Badan hukum dapat dibagi menjadi :

a. Badan hukum publik yaitu badan hukum yang didirikan oleh pemerintah/negara yang lapangan
pekerjaannya adalah untuk kepentingan umum, misalnya negara RI, daerah tingkat I, II/kotamadya,
Bank-Bank Negara dsb.

b. Badan hukum privat, yaitu badan hukum yang bentuk dan susunannya diatur oleh hukum privat
dan menurut tujuannya yang dikejar dapat dibeda-bedakan dalam :

a. Perikatan dengan tujuan materiil (perkumpulan, mesjid, gereja)

b. Perikatan dengan tujuan memperoleh laba (PT)

c. Perikatan dengan tujuan memenuhi kebutuhan materil para anggotanya (Koperasi)

Disamping penggolongan tersebut dapat pula dibagi-bagi badan hukum itu menjadi 2 jenis yaitu :

1) Korporasi ialah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama-sama
sebagai satu subyek hukum tersendiri (personifikasi), misalnya PT, Dati-Dati, Koperasi dsb.

2) Yayasan ialah tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan badan dan
yang diberi tujuan tertentu, misalnya Yayasan Badan Wakaf UII dsb.

2. Pengertian Obyek Hukum :


Obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (manusia atau badan hukum)
dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan hukum, karena hal itu dapat dikuasai oleh
subyek hukum. Biasanya obyek hukum disebut benda.

Benda menurut Pasal 499 KUHPerdata ialah semua barang, semua hak yang dapat dimiliki subyek
hukum.

Macam-macam benda :

Menurut pasal 503 KUHPerdata benda dibedakan antara :

Benda berwujud (bertubuh), yaitu yang dapat diraba oleh panca indera (buku, rumah, meja, dsb)

Benda tidak berwujud (tak bertubuh) yaitu segala macam hak, seperti hak cipta, hak mereka, paten,
piutang, dll.

Menurut pasal 504 KUHPerdata membeda-bedakan benda :

Benda bergerak yang dibedakan sbb :

1) Menurut sifatnya dapat bergerak sendiri (hewan dsb)

2) Yang dapat dipindahkan (buku, meja, dsb)

3) Karena penetapan undang-undang (hak-hak atas benda 1 dan 2 diatas)

Benda tidak begerak, dibeda-bedakan sebagai berikut :

1) Karena sifatnya (tanah dan semua yang didirikan diatasnya seperti rumah dsb) dan yang ada di
dalam tanah (kekayaan alam yang terpendam).

2) Karena maksud tujuan (yaitu benda-benda yang oleh pemilik dihubungkan dengan benda
tersebut di (1) diatas), misalnya gambar-gambar atau kaca-kaca yang dipasang dalam gedung
percetakan.

3) Karena penetapan undang-undang (hak-hak atas benda tersebut 1 dan 2 diatas), misalnya Hak
Guna Usaha.

B. Hak dan Kewajiban

1. Hak

Hak adalah izin dan wewenang yang diberikan oleh hukum terhadap setiap subyek hukum.
Hak itu dapat dibedakan antara :

a. Hak mutlak (hak absolut) dan,

b. Hak nisbi (hak relatif)

Hak mutlak (hak absolut)

Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, sebaiknya setiap orang juga
harus menghormati hak tersebut.

Hak mutlak dapat pula dibagi dalam 3 (tiga) golongan :

a. Hak asasi manusia, misalnya hak seseorang untuk dengan bebas bergerak dan tinggal dalam suatu
negara.

b. Hak publik mutlak, misalnya hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya

c. Hak Keperdataan, misalnya :

1. Hak marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai istrinya dan harta benda istrinya

2. Hak/kekuasan orang tua (ouderlijke macht)

3. Hak perwalian (voogdij) & hak pengampuan (curatele)

Hak Nisbi (hak relatif)

Hak nisbi ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu atau beberapa orang
tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lain tertentu memberikan
sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Hak nisbi sebagian besar terdapat dalam hukum perikatan yang timbul berdasarkan persetujuan-
persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Contoh dari persetujuan jual beli terdapat hak
nisbi/ralatif seperti :

a. Hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan barang kepada
pembeli.

b. Hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan pembayaran kepada
penjual.
2. Kewajiban:

Kewajiban adalah suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang bersifat kontraktual (asas pact
sunt servanda). Hak dan kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan antara 2 pihak yang
berdasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi selama hubungan hukum yang lahir dari
perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban kontraktual, ada keharusan
atau kewajiban untuk memenuhinya.

Kewajiban tidak selalu muncul sebagai akibat adanya kontrak, melainkan dapat pula muncul dari
peraturan hukum yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Kewajiban disini merupakan
keharusan untuk mentaati hukum yang disebut wajib hukum (rechtsplicht) misalnya mempunyai
sepeda motor wajib membayar pajak sepeda motor.

C. Peristiwa, Hubungan dan Akibat Hukum

1. Peristiwa hukum

Peristiwa hukum yaitu peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang timbul dari hubungan-hubungan


anggota masyarakat yang oleh hukum diberikan akibat-akibat hukum.

Peristiwa hukum dibedakan menjadi :

a. Perbuatan subyek hukum (manusia dan badan hukum)

b. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum

Perbuatan subyek hukum dapat pula dibedakan antara lain :

a. Perbuatan hukum yaitu segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang
untuk menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban. Suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum
kalau perbuatan itu oleh hukum diberi akibat (mempunyai akibat hukum) dan akibat itu dikehendaki
oleh yang bertindak.

Perbuatan hukum itu terdiri dari ;

1) Perbuatan hukum sepihak yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula misalnya pembuatan surat wasiat, pemberian
hadiah sesuatu benda (hibah), dsb.
2) Perbuatan hukum dua pihak ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan
menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik) misalnya
membuat persetujuan jual beli, sewa menyewa, dll

b. Perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum dibedakan :

1) Zaakwaarneming, yaitu perbuatan memperhatikan (mengurus) kepentingan orang lain dengan


tidak diminta oleh orang itu untuk memperhatikan kepentingannya. Perbuatan yang akibatnya
diatur oleh hukum, walaupun bagi hukum tidak perlu akibat tersebut dikehendaki oleh pihak yang
melakukan perbuatan itu. Jadi akibat yang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu
diatur oleh hukum tetapi perbuatan tersebut bukanlah perbuatan hukum.

Menurut Pasal 1354 KUHPerdata, pengertian Zaakwarneming adalah mengambil alih tanggung
jawab dari sesorang sampai yang bersangkutan sanggup lagi untuk mengurus dirinya sendiri. Pasal
1354 KUHPerdata menyebutkan,” jika seseorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah
untuk itu, mewakili orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang tersebut, maka dia secara
diam-diam telah mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut,
hingga orang yang diwakili kepentingannya itu dapat mengerjakan sendiri urusan tersebut. Ia
diwajibkan pula mengerjakan segala kewajiban yang harus dipikulnya, seandainya ia dikuasakan
dengan suatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas.

2) Onrechtmatige daad (perbuatan yang bertentangan dengan hukum). Akibat suatu perbuatan
yang bertentangan dengan hukum diatur juga oleh hukum, meskipun akibat itu itu memang tidak
dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut. Dalam hal ini siapa yang melakukan suatu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum harus mengganti kerugian yang diderita oleh yang
dirugikan karena perbuatan itu. Jadi, karena suatu perbuatan bertentangan dengan hukum timbulah
suatu perikatan untuk mengganti kerugian yang diderita oleh yang dirugikan. Asas ini terdapat dalam
Pasal 1365 KUHPerdata.

Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum

Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum atau peristiwa hukum lainnya yaitu peristiwa
hukum yang terjadi dalam masyarakat yang tidak merupakan akibat dari perbuatan subyek hukum,
misalnya kelahiran seorang bayi, kematian seseorang , lewat waktu (kadaluarsa).

Kadaluarsa dibagi 2 yaitu :

Kadaluarsa aquisitief adalah kadaluarsa atau lewat waktu yang menimbulkan hak.
Kadaluarsa extincief adalah kadaluarsa yang melenyapkan kewajiban.

Kelahiran langsung menimbulkan hak anak yang dilahirkan untuk mendapat pemeliharaan dari roang
tuanya dan menimbulkan kewajiban bagi orang tuanya untuk memelihara anaknya. Kematian juga
merupakan peristiwa hukum karena dengan adanya kematian seseorang menimbulkan hak dan
kewajiban para ahli warisnya. Kemudian, lewat waktu dapat mengakibatkan seseorang memperoleh
suatu hak (acquisitieve verjaring) atau dibebaskan dari suatu tanggung jawab/kewajiban (extinctieve
verjaring) setelah habis masa tertentu dan syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang
terpenuhi.

D. Hubungan Hukum :

Hubungan hukum adalah hubungan antara 2 subyek hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban
disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain. Atau dalam kata lain isi
adanya hubungan tersebut adalah hak dan kewajiban pihak-pihak. Hubungan tersebut diatur oleh
hukum.

Hubungan hukum memiliki 3 unsur :

1. Orang-orang yang berhak/kewajibannya saling berhadapan contohnya A menjual rumahnya


kepada B, maka :

– A wajib menyerahkan rumahnya kepada B,

– A berhak meminta pembayaran kepada B

– B wajib membayar kepada A

– B berhak meminta rumah A setelah dibayar

2. Obyek terhadap nama hak/kewajiban diatas tadi berlaku (dalam contoh tersebut : terhadap
rumah)

3. Hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau hubungan terhadap obyek yang
bersangkutan, contoh A dan B sewa menyewa rumah Tiap hubungan hukum mempunyai 2 segi yakni
: kekuasaan/hak (bevoegheid) dan kewajiban (plicht).

Adanya hubungan hukum harus memenuhi syarat-syarat :

Adanya dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan itu

Timbul Peristiwa hukum


Contoh :

– A dan B mengadakan peristiwa jual beli rumah

– Diatur oleh Pasal 1474 dan 1513 KUHperdata (dasar hukumnya)

– Terjadi peristiwa hukum (disebut perjanjian jual beli)

Hubungan hukum dibagi 2 :

Hubungan hukum sepihak yaitu hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak secara berlawanan. Contoh kasus penghibahan atas tanah dari orang tua
angkat kepada anak angkatnya.

Hubungan hukum timbal balik yaitu hubungan hukum yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban
bagi masing-masing pihak yang bersangkutan. Contoh perjanjian jual beli sebidang tanah Dalam hal
ini timbul hak dan kewajiban bagi penjual dan pembeli tanah

E. Akibat hukum

Akibat hukum yaitu akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum adalah tindakan yang
dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki dan yang diatur oleh hukum. Atau
akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum

Akibat hukum dapat berupa :

a. Lahirnya — ubahnya atau lenyapnya sesuatu keadaan hukum

Contoh :

– Menjadi umur 21 tahun cakap untuk melakukan tindakan hukum

– Dalam pengampuan jadi kehilangan kecakapan melakukan tindakan hukum diatas.

b. Lahirnya—ubahnya atau lenyapnya sesuatu hubungan hukum (hubungan antara dua subyek
hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban
dipihak yg lain. Contoh A mengadakan perjanjian jual beli dengan B lahir hubungan hukum A/B.
Sesudah dibayar lunas lenyap hubungan itu.

c. Sanksi—apabila melakukan tindakan melawan hukum, Contoh A menabrak seseorang hingga


berakibat luka berat, A harus mendapat sanksi berupa pidana penjara atau pidana denda

F. Asas Hukum
1. Beberapa pendapat tentang asas hukum :

a. Bellefroid, menyebutkan bahwa asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum
positif dan yang ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas
hukum itu merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.

b. Van Eikama Hommes, menyebutkan asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-norma
hukum yang konkrit akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar atau petunjuk-petunjuk bagi
hukum yang berlaku. Dengan kata lain asas hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif.

c. P. Scholten, mengatakan bahwa asas hukum adalah kecendrungan-kecendrungan yang


disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan segala
keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu tetapi yang tidak boleh tidak harus ada.

d. Sudikno Mertokusumo, menyimpulkan bahwa asas hukum atau prinsip hukum bukanlah
peraturan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan
latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum
yang menjelma dalam peraturan peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang
merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan
konkrit tersebut.

Kesimpulan asas hukum :

Pada dasarnya apa yang disebut dengan asas hukum adalah dasar-dasar umum yang terkandung
dalam peraturan hukum dan dasar-dasar umum tersebut adalah merupakan sesuatu yang
mengandung nilai-nilai etis. Peraturan hukum adalah ketentuan konkrit tentang cara berperilaku di
dalam masyarakat. Ia merupakan konkritisasi dari asas hukum.

Asas hukum bukanlah norma hukum konkrit karena asas hukum adalah jiwanya norma hukum itu.
Norma hukum merupakan penjabaran secara konkrit dari asas hukum. Dikatakan asas hukum
sebagai jiwanya norma hukum atau peraturan hukum karena ia merupakan dasar lahirnya peraturan
hukum. Asas hukum merupakan petunjuk arah arah bagi pembentuk hukum dan pengambil
keputusan. Asas hukum tidak mempunyai sanksi sedangkan norma hukum mempunyai sanksi. Pada
umumnya asas hukum tidak dituangkan dalam bentuk peraturan yang konkrit atau pasal-pasal
misalnya asas fictie hukum, asas pact sunt servanda. Akan tetapi tidak jarang asas hukum itu
dituangkan dalam peraturan konkrit seperti asas presumption of innocence, dll.

2. Pembagian asas hukum :


a. Asas hukum umum, ialah asas yang berhubungan dengan bidang hukum dan berlaku untuk semua
bidang hukum itu, seperti asas equality before the law, asas lex posteriore derogate legi priori, asas
bahwa apa yang lahirnya tanpak benar, untuk sementara harus dianggap demikian sampai diputus
(lain) oleh pengadilan.

Menurut P. Scholten ada 5 asas hukum umum, yaitu :

1) Asas kepribadian

2) Asas pesekutuan

3) Asas kesamaan

4) Asas kewibawaan, dan

5) Asas pemisahan antara baik dan buruk.

Dalam asas kepribadian manusia menginginkan adanya kebebasan individu. Dalam asas ini menunjuk
pada pengakuan kepribadian manusia bahwa manusia adalah obyek hukum, penyandang hak dan
kewajiban. Dalam asas persekutuan yang dikehendaki adalah persatuan, kesatuan dan cinta kasih,
keutuhan masyarakat.

Asas kesamaan menghendaki adanya keadilan dalam arti setiap orang adalah sama di dalam hukum
(equality before the law), setiap orang diperlakukan sama. Sedangkan asas kewibawaan
memperlihatkan adanya ketidaksamaan.

b. Asas hukum khusus, ialah asas yang berfungsi dalam bidang yang lebih sempit seperti dalam
bidang hukum perdata, hukum pidana dsb.

3. Fungsi asas hukum

a. Fungsi dalam hukum, mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-undang
dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan) serta mempunyai pengaruh yang
normatif dan mengikat para pihak.

b. Fungsi dalam ilmu hukum, hanya bersifat mengatur dan eksplikatif (menjelaskan). Tujuan adalah
memberi ikhtiar, tidak normatif sifatnya dan tidak termasuk dalam hukum positif

Contoh asas-asas hukum :

a. Asas legalitas “tiada suatu perbuatanpun dapat dihukum, kecuali atas kekuatan undang-undang
yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 ayat 1 KUHPidana = asas undang-undang
tidak berlaku surut) = Nullum delictum sine praevia lege poenali”Asas Presumption Of Innocence
(asas praduga tidak bersalah), bahwa seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada keputusan
hakim yang menyatakan bahwa ia bersalah dan keputusan tersebut telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap (inkracht)

b. Asas In Dubio Pro Reo ialah dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang paling menguntungkan
bagi si terdakwa.

c. Asas Similia Similibus ialah bahwa perkara yang sama (sejenis) harus diputus sama (serupa).

d. Asas Pact Sunt Servanda yaitu bahwa perjanjian yang sudah disepakati berlaku sebagai undang-
undang bagi para pihak yang bersangkutan.

e. Asas Geen Straft Zonder Schuld ialah asas tiada hukuman tanpa kesalahan.

f. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori yaitu asas undang-undang yang berlaku kemudian
membatalkan undnag-undang terdahulu, sejauh undnag-undang itu mengatur objek yang sama.

g. Asas Lex Superior Derogat Legi Inferiori yakni suatu asas undang-undang dimana jika ada 2
undang-undang yang mengatur objek yang sama maka undang-undang yang lebih tinggi yang
berlaku sedangaka undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat.

h. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali yakni undang-undang yang khusus mengenyampingkan
yang umum.

Klasifikasi / Pembagian Hukum

Pembagian hukum menurut beberapa asas pembagian, sebagai berikut :

A. Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi :

Hukum Undang-Undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

Hukum kebiasaan (adat) yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan kebiasaan (adat).

Hukum Traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu perjanjian antara
negara (rakyat)

Hukum jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.B. Menurut bentuknya,
hukum dapat dibagi dalam :
Hukum tertulis (Statute Law = Written Law), yaitu hukum yang dirumuskan secara tertulis di dalam
berbagai peraturan perundang-undangan baik yang dikodifikasi maupun yang tidak dikodifikasi.

Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis
dan lengkap.

Tujuan kodifikasi hukum tertulis adalah untuk memperoleh :

– kepastian hukum

– penyederhanaan hukum dan

– kesatuan hukum.

2. Hukum tak tertulis (unstatutery law = unwritten law = hukum kebiasaan) yaitu hukum yang masih
hidup dalam keyakinan masyarakat tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatu
peraturan perundang-undangan).

C. Menurut tempat berlakunya dapat dibagi dalam :

Hukum Nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.

Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia internasional.

Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain.

Hukum Gereja, yaitu kumpulan norma-norma yang ditetapkan oleh Gereja untuk para anggota-
anggotanya D. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam
:

Ius Constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu
dalam suatu daerah tertentu. Singkatnya : Hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu
waktu tertentu, dalam suatu tempat tertentu. Ada sarjana yang menamakan hukum positif itu “Tata
Hukum”.

Ius Constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang.

Hukum Asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan untuk
segala bangsa didunia. Hukum ini tidak mengenal batas waktu melainkan berlaku untuk selama-
lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di seluruh tempat.

Ketiga macam hukum diatas adalah hukum duniawi.


E. Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam :

Hukum material/materil, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur


kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan-
larangan. Contoh hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang, dll.

Hukum formal (hukum proses atau hukum acara) yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan
yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan mepertahankan hukum material atau
peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka
pengadilan dan bagaimana cara-caranya hakim memberi putusan. Contoh Hukum Acara Pidana,
Hukum Acara Perdata. F. Menurut sifatnya, hukum
dapat dibagi dalam :

Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga harus dan mempunyai
paksaan paksaan.

Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.
G. Menurut wujudnya, hukum dibagi dalam : 1. Hukum objektif, yaitu
dalam suatu negara yang berlaku umum hanya menyebut peraturan hukum saja yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara dua orang atau lebih. 2. Hukum subyektif,
yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan berlaku terhadap seorang tertentu atau lebih.
Hukum subyektif disebut juga HAK. H. Menurut
isinya, hukum dapat dibagi dalam : 1. Hukum sipil (hukum privat) yaitu
hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu dengan yang lain dengan
menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.

Hukum sipil terdiri dari :

Hukum sipil dalam arti luas yang meliputi : hukum perdata dan hukum dagang.

Hukum sipil dalam arti sempit yang meliputi hukum perdata saja.
2. Hukum publik (hukum negara) yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-
alat perlengkapannya atau hubungan antara negara dengan perseorangan (warganegara).

Hukum publik (hukum negara) terdiri dari :

Hukum tata negara, yaitu hukum yang mengatur bentuk dan susunan pemerintahan suatu hubungan
antara negara (pemerintah pusat) dengan bagian-bagian negara (daerah-daerah).
Hukum administrasi negara (hukum tatausaha negara atau hukum tata pemerintahan yaitu hukum
yang mengatur cara-cara menjalankan tugas (hak dan kewajiban) dari kekuasaan alat perlengkapan
negara.

Hukum pidana yaitu hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan
memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya serta mengatur bagaimana cara-cara
mengajukan perkara-perkara ke muka pengadilan.

Hukum internasional, yang tediri dari :

Hukum perdata binternasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warganegara-
warganegara suatu negara dengan warganegara-waraganegara dari negara lain dalam hubungan
internasional.

Hukum publik internasional (hukum antar negara) yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
negara yang satu dengan negara-negara yang lain dalam hubungan internasional. Jika orang
berbicara tentang hukum internasional, maka hampir selalu yang dimaksudkannya ialah hukum
publik internasional.

DAFTAR BACAAN / LITERATUR

– Kansil, SH, Drs “ Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia”, Balai Pustaka

– Soerojo Wignjodipoero, SH. Dr. Prof “Pengantar Ilmu Hukum”, Alumni Bandung

– Soedjono Dirdjosisworo, SH. Dr. “Pengantar Ilmu Hukum” Rajagrafindo, Jakarta

– Sudarsono, SH. Drs. “ Pengantar Ilmu Hukum”, Rineka Cipta, Jakarta

– Riduan Syahrani, SH. “Rangkuman Intisari Ilmu Hukum” Citra Aditya Bakti, Bandung

– Satjipto Rahardjo, SH.,Dr. Prof. “Ilmu Hukum”, Alumni Bandung.

– Peter Mahmud Marzuki, SH, MS, LLM, Dr, Prof, “Pengantar Ilmu Hukum”, Kencana Pranada Media
Group, Jakarta

– Van Apeldooren, Prof. Mr.L.j, “Pengantar Ilmu Hukum”, Pradnya Paramita, Jakarta

– Van Kan, Prof. Mr. J & Prof. Mr. J.H. Beckhuis, “Pengantar Ilmu Hukum”, PT Pembangunan, Jakarta

– Sudikno Mertokusumo, SH, Dr. Prof. “Mengenal Hukum”, Liberty, Yogyakarta


– Ramli Zein, SH., MS, “Pengantar Ilmu Hukum”, UIR Press, Pekanbaru

– J.B. Daliyo, SH, 2001, “Pengantar Ilmu Hukum : panduan untuk mahasiswa”, Prenhalindo, Jakarta

– Marwan M as, SH, MH, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesi

– Abdurraoef, Dr, SH, “Alquran dan Ilmu Hukum”, Bulan Bintang, Jakarta

– Algra, Mr, N.E, en K. van Duyvendijk Mr, “Mula Hukum”, Binacipta

– Subhi Mahmasani, Dr, 8”, Filsafat Hukum Dalam Islam”, PT Al Ma’arif, Bandung

– Utrecht, Mr, E, “Pengantar Dalam Hukum Indonesia”, Ichtiar, Jakarta

– Burggink Mr, Drs, Alih Bahasa Arief Sidharta, SH, “Refleksi Tentang Hukum”, PT. Aditya Bakti,
Bandung,

– HR. Otje Salman. S. SH, Dr. Prof dan Anton F. Susanto, SH., M.Hum “Teori Hukum”, Refika
Aditama, Bandung

– Chainur Arrasjid, SH, 1988, “Pengantar Ilmu Hukum”, Yani Coprporation, Medan

– Yulies Triana Masriani, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar grafika

– Ishaq, SH, M.Hum, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinargrafika

– As’ad Sungguh, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinargrafika

– R. Soroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinargrafika

https://tiarramon.wordpress.com/2009/05/11/ilmu-hukum/ 17.22

KAIDAH SOSIAL SEBAGAI PERLINDUNGAN KEPENTINGAN


MANUSIA
Manusia sebagai mahluk sosial membentuk komunitas berupa masyarakan yang yang menciptakan nilai dan
belanjut membentuk kaidah - kaidah dan norma sebagai perlindungan kepentingan dalam masyarakat. Kaidah
sosial atau norma sosial adalah peraturan hidup yang menetapkan bagaimana manusia harus bertingkah laku
dalam hidup bermasyarakat. Atau dapat juga dikatakan kaidah sosial adalah pedoman tingkah laku manusia
dalam hidup bermasyarakat, yang fungsinya melindungi kepentingan manusia baik sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial dengan jalan menertibkan. (Kuntoro Basuki,2009) Hal itu berarti, kaidah sosial pada
hakikatnya merupakan aturan-aturan atau pedoman mengenai perilaku yang seharusnya dilakukan, yang
seharunya tidak dilakukan, yang dilarang untuk dilakukan atau yang dianjurkan untuk dilakukan. Kaidah sosial
sifatnya tidak hanya menggambarkan (deskriptif) dan menganjurkan (preskriptif), tetapi sifatnya mengharuskan
(normatif) bahkan memaksa (imperatif).
Dari sejarah perkembangan kehidupan manusia, kita dapat mengetahui bahwa dalam usaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, manusia memperoleh pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman ini
menciptakan nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman atau patokan bagi manusia, tentang apa yang baik
yang harus dilakukan dan apa yang buruk yang harus dihindari. Pola-pola berfikir manusia mempengaruhi
sikafnya yang merupakan kecenderungan-kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap
manusia yang lain, benda atau keadaan-keadaan.Sikaf-sikaf manusia kemudian membentuk kaidah-kaidah,
karena manusia cenderung untuk hidup teratur dan pantas. Kehidupan yang teratur dan sepantasnya menurut
manusia yang satu dengan yang lain belum tentu sama. Olehkarena itu diperlukan patokan-patokan yang berupa
kaidah (Rasjidi,1998 :35).

Perlindungan kepentingan tercapai apabila tercipta pedoman atau peraturan hidup yang menentukan bagaimana
manusia itu harus berbuat atau tidak berbuat. Pedoman atau peraturan disebut norma atau kaidah sosial.Norma
atau kaidah sosial merupakan rumusan suatu pandangan mengenai prilaku atau sikap yang seyogyanya tidak
dilakukan.

Macam-macam Kaidah Sosial yaitu:

1.Kaidah Agama atau Kaidah Keagamaan

Kaidah agama adalah peraturan hidup yang oleh para pemeluknya diyakini sebagai perintah dari Tuhan, atau
dapat dikatakan bahawa kaidah agama berpangkal pada kepercayaan kepada Tuhan. Kaidah agama berisi
perintah-perintah, larangan-larangan dan anjuran-ajuran yang memberi tuntunan hidup kepada manusia agar
mendapatkan kedamaian dan keselamatn hidup di dunia dan di akhirat. Kaidah agama membebani manusia
dengan kewajiban kepada Tuhan, kepada sesama manusia dan kepada diri sendiri serta lingkungan sekitarnya.
Bagi siapa yang melanggar kaidah agama akan mendapatkan hukuman dari Allah di dunia maupun di akhirat.

2.Kaidah Kesusilaan.

Kaidah kesusilaan adalah peraturan hidup yang bersumber pada rasa kesusilaan dalam masyarakat dan sebagai
pendukungnya adalah hati nurani manusia itu sendiri (Fitrah manusia). Rasa ini didorong untuk melindungi
kepentingan diri sendiri ataupun orang lain. Kaidah kesusilaan mendorong manusia untuk kebaikan akhlak
pribadinya guna penyempurnaan manusia. Bagi siapa yang melanggar kaidah kesusilaan akan mendapat
hukuman bukan datang dari luar dirinya, melainkan batinnya sendiri yang akan menghukum yaitu berupa ketidak
tenangan dan penyesalan. Kaidah kesusilaan dianggap sebagai kaidah paling tua dan paling asli dan terdapat
dalam diri sanubari manusia itu sendiri sebagai makhluk bermoral, dan terdapat pada setiap manusia dimanapun
ia berada.

3.Kaidah Kesopanan atau kaidah sopan santun.

Kaidah kesopanan adalah peraturan hidup yang bersumber pada kepatutan, kebiasaan atau kesopanan dalam
masyarakat. Kaidah kesopanan dinamakan pula kaidah sopan santun, tata krama atau adat. Bagi siapa yang
melanggar kaidah kesopanan akan mendapat umpatan atau cemoohan atau akan dikucilkan oleh masyarakat.
Sanksi dari masyarakat yang berupa dikucilkan, dipandang rendah atau dibenci oleh orang-orang di sekitarnya,
dapat melahirkan rasa malu, rasa bersalah, terhina ,kehilangan, dimana semuanya itu dapat menimbulkan
penderitaan bagi jiwa orang tersebut.

4.Kaidah Hukum

Kaidah hukum adalah peraturan hidup yang sengaja dibuat secara resmi oleh penguasa masyarakat atau
penguasa Negara untuk melindungi dan memenuhi segala kepentingan hidup manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Kaidah hukum ini pada hakikatnya untuk memperkokoh dan juga untuk memberikan
perlindungan terhadap kepentingan manusia yang dilakukan oleh ketiga kaidah sosial yang lain. Bagi siapa yang
melanggar kaidah hukum akan mendapat sanksi tegas dan dapat dipaksakan oleh suatu instansi resmi.

Fungsi khusus kaidah hukum dalam hubungannya dengan ketiga kaidah sosial yang lain, ada dua yaitu;

1. Pertama, Untuk memberikan perlindungan secara lebih tegas terhadap kepentingan-kepentingan


manusia yang telah dilindungi oleh ketiga kaidah sosial yang lain.
2. Ke dua, untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan manusia yang belum
sepenuhnya dijabarkan oleh ketiga kaidah sosial yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kaidah hukum merupakan bentuk penjabaran secara konkrit dari pasangan nilai-nilai yang bersifat
global yang telah diserasikan. Misalnya aturan dan tata tertib berlalu lintas, Aturan mengenai tata cara
penerimaan pegawai negeri sipil dan seterusnya.

Adapun caranya adalah dengan memberi perumusan yang jelas, disertai dengan sanksi yang tegas dan dapat
dipaksakan oleh instansi yang berwenang. Dengan demikian seseorang yang melanggar larangan-larangan
tersebut di atas dapat dikenakan dua macam sanksi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.Antara kaidah hukum dan kaidah Agama. Misalnya korupsi. Sanksi sesuai dengan kaidah hukum, yaitu si
pelanggar akan dijatuhi hukuman pidana penjara dan atau denda akibat telah melakukan perbuatan pidana
berupa korupsi. Sanksi sesuai dengan kaidah agama, yaitu bahwa si pelanggar adalah berdosa dan nantinya
akan mendapatkan hukuman dari Allah di akhirat jika tidak bertaubat. Di samping itu juga dapat terjadi akibat
pelanggaran tersebut yang bersangkutan mendapatkan penderitaan batin sewaktu hidup di dunia. Meski dalam
hukum agama (Islam) bagi pelaku tindak pidana korupsi telah diatur di dalam al-Qur’an dan Hadits tentang
sanksi pidana yang akan mereka terima, namun tetaplah urusan pidana di kembalikan kepada kaidah hukum.
Dan kaidah hukum hanya bisa dilakukan oleh penguasa masyarakat ataupun penguasa Negara.

2.Antara kaidah hukum dan kaidah kesusilaan. Dalam hal ini di samping dapat dikenai sanksi karena
pelanggaran kaidah hukum, si pelanggar juga akan mendapatkan sanksi dari dirinya sendiri, yaitu berupa
tekanan batin. Bahkan dapat terjadi, sebagai akibat dari tekanan batin yang terlalu berat seseorang bisa jatuh
sakit mendadak atau depresi bahkan mengambil jalan pintas yang tidak pantas yaitu bunuh diri. Na’udzubillah.

3.Antara kaidah hukum dan kaidah kesopanan. Orang yang melanggar hukum (membunuh, korupsi atau
berzina) dapat terjadi si pelanggar yang telah dijatuhi pidana penjara misalnya, namun setelah Ia bebas,
masyarakat masih menghukumnya. Hukuman dari masyarakat yang tidak resmi ini dapat berupa cemoohan atau
yang bersangkutan dikucilkan.
https://sosialhukum.blogspot.com/2016/01/kaidah-sosial-sebagai-perlindungan_6.html 17.24

Kaidah Sosial Sebagai Perlindungan


Kepentingan Manusia
Kaidah sosial atau norma sosial adalah peraturan hidup yang menetapkan
bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat.
Atau dapat juga dikatakan kaidah sosial adalah pedoman tingkah laku
manusia dalam hidup bermasyarakat, yang fungsinya melindungi
kepentingan manusia baik sebagai individu maupun sebagai makhluk
sosial dengan jalan menertibkan. (Kuntoro Basuki,2009)
Hal itu berarti, kaidah sosial pada hakikatnya merupakan aturan-
aturan atau pedoman mengenai perilaku yang seharusnya dilakukan, yang
seharunya tidak dilakukan, yang dilarang untuk dilakukan atau yang
dianjurkan untuk dilakukan. Kaidah sosial sifatnya tidak hanya
menggambarkan (deskriptif) dan menganjurkan (preskriptif), tetapi
sifatnya mengharuskan (normatif) bahkan memaksa (imperatif).
Dengan kaidah sosial hendak dicegah gangguan-gangguan terhadap
kepentingan manusia, disamping itu juga hendak dicegah terjadinya
bentrokan-bentrokan kepentingan manusia, sehingga terciptalah tata
kehidupan masyarakat yang damai atau tata kehidupan masyarakat yang
tertib dan tentram.

Jenis-jenis Kaidah Sosial


Kaidah sosial tumbuh sejak manusia mengenal hidup
bermasyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan
mata rantai dari pertumbuhan dan perkembangan kepentingan manusia
yang melahirkan beberapa macam kaidah atau norma. Mochtar
Kusumaatmaja (1980) menyebutkan tiga macam, yaitu kaidah kesusilaan,
kesopanan dan hukum. Satjipto Rahardjo (1982 :15) meneyebutkan tiga
macam juga, tetapi dengan perumusan yang berbeda, yaitu kaidah
kesusilaan, kebiasaan dan hukum. Soerjono Soekanto (1980 :67-68)
menyebutkan empat kaidah, yaitu kaidah kepercayaan, kesusilaan,
kesopanan dan hukum.
Dalam uraian selanjutnya kita akan mendasarkan kepada empat
macam kaidah sosial, yaitu kaidah agama atau keagamaan, kaidah
kesusilaan, kaidah kesopanan atau sopan santun dan kaidah hukum.
Karena memang keempat kaidah tersebut mengatur tentang kehidupan
manusia.
1. Kaidah Agama atau Kaidah Keagamaan
Kaidah agama adalah peraturan hidup yang oleh para pemeluknya diyakini
sebagai perintah dari Tuhan, atau dapat dikatakan bahawa kaidah agama
berpangkal pada kepercayaan kepada Tuhan. Kaidah agama berisi
perintah-perintah, larangan-larangan dan anjuran-ajuran yang memberi
tuntunan hidup kepada manusia agar mendapatkan kedamaian dan
keselamatn hidup di dunia dan di akhirat. Kaidah agama membebani
manusia dengan kewajiban kepada Tuhan, kepada sesama manusia dan
kepada diri sendiri serta lingkungan sekitarnya. Bagi siapa yang melanggar
kaidah agama akan mendapatkan hukuman dari Allah di dunia maupun di
akhirat.
2. Kaidah Kesusilaan.
Kaidah kesusilaan adalah peraturan hidup yang bersumber pada rasa
kesusilaan dalam masyarakat dan sebagai pendukungnya adalah hati
nurani manusia itu sendiri (Fitrah manusia). Rasa ini didorong untuk
melindungi kepentingan diri sendiri ataupun orang lain. Kaidah kesusilaan
mendorong manusia untuk kebaikan akhlak pribadinya guna
penyempurnaan manusia. Bagi siapa yang melanggar kaidah kesusilaan
akan mendapat hukuman bukan datang dari luar dirinya, melainkan
batinnya sendiri yang akan menghukum yaitu berupa ketidak tenangan dan
penyesalan. Kaidah kesusilaan dianggap sebagai kaidah paling tua dan
paling asli dan terdapat dalam diri sanubari manusia itu sendiri sebagai
makhluk bermoral, dan terdapat pada setiap manusia dimanapun ia
berada.
3. Kaidah Kesopanan atau kaidah sopan santun.
Kaidah kesopanan adalah peraturan hidup yang bersumber pada
kepatutan, kebiasaan atau kesopanan dalam masyarakat. Kaidah
kesopanan dinamakan pula kaidah sopan santun, tata krama atau adat.
Bagi siapa yang melanggar kaidah kesopanan akan mendapat umpatan atau
cemoohan atau akan dikucilkan oleh masyarakat. Sanksi dari masyarakat
yang berupa dikucilkan, dipandang rendah atau dibenci oleh orang-orang
di sekitarnya, dapat melahirkan rasa malu, rasa bersalah, terhina
,kehilangan, dimana semuanya itu dapat menimbulkan penderitaan bagi
jiwa orang tersebut.
4. Kaidah Hukum
Kaidah hukum adalah peraturan hidup yang sengaja dibuat secara resmi
oleh penguasa masyarakat atau penguasa Negara untuk melindungi dan
memenuhi segala kepentingan hidup manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Kaidah hukum ini pada hakikatnya untuk memperkokoh
dan juga untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan manusia
yang dilakukan oleh ketiga kaidah sosial yang lain. Bagi siapa yang
melanggar kaidah hukum akan mendapat sanksi tegas dan dapat
dipaksakan oleh suatu instansi resmi.
Fungsi khusus kaidah hukum dalam hubungannya dengan ketiga
kaidah sosial yang lain, ada dua yaitu:
Pertama, Untuk memberikan perlindungan secara lebih tegas
terhadap kepentingan-kepentingan manusia yang telah dilindungi oleh
ketiga kaidah sosial yang lain.
Ke dua, untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan-
kepentingan manusia yang belum sepenuhnya dijabarkan oleh ketiga
kaidah sosial yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kaidah
hukum merupakan bentuk penjabaran secara konkrit dari pasangan nilai-
nilai yang bersifat global yang telah diserasikan. Misalnya aturan dan tata
tertib berlalu lintas, Aturan mengenai tata cara penerimaan pegawai negeri
sipil dan seterusnya.
Adapun caranya adalah dengan memberi perumusan yang jelas,
disertai dengan sanksi yang tegas dan dapat dipaksakan oleh instansi yang
berwenang. Dengan demikian seseorang yang melanggar larangan-
larangan tersebut di atas dapat dikenakan dua macam sanksi. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Antara kaidah hukum dan kaidah Agama. Misalnya korupsi. Sanksi sesuai
dengan kaidah hukum, yaitu si pelanggar akan dijatuhi hukuman pidana
penjara dan atau denda akibat telah melakukan perbuatan pidana berupa
korupsi. Sanksi sesuai dengan kaidah agama, yaitu bahwa si pelanggar
adalah berdosa dan nantinya akan mendapatkan hukuman dari Allah di
akhirat jika tidak bertaubat. Di samping itu juga dapat terjadi akibat
pelanggaran tersebut yang bersangkutan mendapatkan penderitaan batin
sewaktu hidup di dunia. Meski dalam hukum agama (Islam) bagi pelaku
tindak pidana korupsi telah diatur di dalam al-Qur’an dan Hadits tentang
sanksi pidana yang akan mereka terima, namun tetaplah urusan pidana di
kembalikan kepada kaidah hukum. Dan kaidah hukum hanya bisa
dilakukan oleh penguasa masyarakat ataupun penguasa Negara.
2. Antara kaidah hukum dan kaidah kesusilaan. Dalam hal ini di samping
dapat dikenai sanksi karena pelanggaran kaidah hukum, si pelanggar juga
akan mendapatkan sanksi dari dirinya sendiri, yaitu berupa tekanan batin.
Bahkan dapat terjadi, sebagai akibat dari tekanan batin yang terlalu berat
seseorang bisa jatuh sakit mendadak atau depresi bahkan mengambil jalan
pintas yang tidak pantas yaitu bunuh diri. Na’udzubillah.
3. Antara kaidah hukum dan kaidah kesopanan. Orang yang melanggar
hukum (membunuh, korupsi atau berzina) dapat terjadi si pelanggar yang
telah dijatuhi pidana penjara misalnya, namun setelah Ia bebas,
masyarakat masih menghukumnya. Hukuman dari masyarakat yang tidak
resmi ini dapat berupa cemoohan atau yang bersangkutan dikucilkan.
Jadi, Kaidah hukum memberikan perlindungan terhadap
kepentingan-kepentingan manusia yang telah dilindungi oleh ketiga kaidah
sosial yang lain. Wallahu a’lam

Disarikan dari buku PTHI


https://syamsulfisip.blogspot.com/2012/06/kaidah-sosial-sebagai-perlindungan.html 17.32

Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah sosial lainnya

1. Kaidah hukum dan kaidah agama dan kesusilaan


• Tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib
masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah
agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi
manusia ideal.

• Sasarannya, kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi
bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan
mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki
tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan kaidah agama dan
kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik.

• Sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber sanksinya


berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia
(heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan
oleh suara hati masing2 pelanggarnya (otonom).

• Kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara


nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan
kesusilaan pada asasnya tergantng pada yang bersangkutan.

• Isinya, kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan normatif)
sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja
(normatif).

2. Kaidah hukum dan kaidah kesopanan

- Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya


memberikan kewajiban saja.
- Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara),
sanksi kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.

3. Kaidah kesopanan dan kaidah agama dan kesusilaan

- Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah
kesusilaan berasal dari pribadi manusia
- Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap
batin manusia
- Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar
tidak menjadi manusia jahat

Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :

- Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan


- Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah
- Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat
- Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat
- Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman)
Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan
masyarakat sudah ada kaidah yang mengatur tingkah laku manusia
dalam pergaulan hidupnya ?

Hal ini karena :


- Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan
hidup yang memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan
yang sepenuhnya dari kaidah agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun,
kebiasaan maupun adat.
- Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari
kaidah-kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila
terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut akibat atau ancamannya
dipandang belum cukup kuat.

https://donxsaturniev.blogspot.com/2010/07/perbedaan-antara-kaidah-hukum-dengan.html 17.34

HUBUNGAN ANTARA KAIDAH HUKUM DENGAN


KAIDAH SOSIAL

Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi oleh
penguasa masyarakat atau penguasa negara, mengikat setiap orang dan berlakunya
dapat dipaksakan oleh Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia atau
perbuatan nyata yang dilakukan manusia.
Kaidah sosial adalah peraturan yang tidak di buat oleh penguasa negara tetapi berlaku
dan di akui di dalam masyarakat. Kaidah sosial mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan di dalam masyarakat dan memiliki sanksi sosial.

Kaidah hukum tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk,
yang diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan lahiriyah orang itu.Pengertian
kaidah hukum ini juga banyak di definisikan oleh para ahli secara tidak langsung kaidah
hukum itu meruapakan salah satu kaidah yang sangat meliputi masyarakat secara
umum.

Dalam sistem hukum di Indonesia mengenal adanya pebedaan antara kaidah-kaidah


sosial yang tidak tertulis dan yang tetulis atau undang-undang namun tetap ada
kesatuan, oleh karennya antara hukum dan kaidah sosial sifatnya saling mengisi artinya
kaidah sosial mengatur kehiudpan manusia dalam masyarakat dalam hal-hal hukum
tidak mengaturnya. Kaidah hukum dan sosial tidak hanya saling mengisi tetapi juga
saling memperkuat.
Kesimpulannya adalah bahwa kaidah hukum, agama, adat, kesusilaan dan sosial
merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan artinya kaidah-kaidah tersebut
akan selalu ada selama manusia masih menempatkan dirinya sebagai mahluk sosial
(zoon politkon). Kesimpulan lain dari uraian diatas adalah sanksi yang diatur atau tidak
diatur oleh undang-udang merupakan hal terpenting untuk dapat menata keteruban
dalam masyarakat sosial dengan tujuan untuk mencapai suatu keadilan dan keteraturan
dalam kehiduapan bermaysarakat.
https://sosialhukum.blogspot.com/2016/01/hubungan-antara-kaidah-hukum-dengan.html 17.35

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Kaidah Hukum dan Kaidah Sosial


Dalam sistem hukum di Indonesia mengenal adanya pebedaan antara kaidah--
kaidah sosial yang tidak tertulis dan yang tetulis atau undang-undang namun tetap ada
kesatuan, oleh karennya antara hukum dan kaidah sosial sifatnya saling mengisi artinya
kaidah sosial mengatur kehiudpan manusia dalam masyarakat dalam hal-hal hukum tidak
mengaturnya. Kaidah hukum dan sosial tidak hanya saling mengisi tetapi juga saling
memperkuat.
Kesimpulannya adalah bahwa kaidah hukum, agama, adat, kesusilaan dan sosial
merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan artinya kaidah-kaidah tersebut
akan selalu ada selama manusia masih menempatkan dirinya sebagai mahluk sosial (zoon
politkon). Kesimpulan lain dari uraian diatas adalah sanksi yang diatur atau tidak diatur oleh
undang-udang merupakan hal terpenting untuk dapat menata keteruban dalam masyarakat
sosial dengan tujuan untuk mencapai suatu keadilan dan keteraturan dalam kehiduapan
bermaysarakat.

B. Kelompok Sosial Dan Hukum


Mempelajari kelompok sosial merupakan hal terpenting bagi hukum, oleh karena
hukum merupakan abstraksi dari interaksi sosial dinamis di dalam kelompok-kelompok
sosial tersebut. Interaksi sosial yang dinamis tersebut lama-kelamaan karena pengalaman,
menjadi nilai-nilai sosial yaitu konsepsi-konsepsi abstrak yang di dalam alam pikiran bagian
terbesar warga masyarakat tentang apa yang dianggap baik dan tidak baik dalam pergaulan
hidup.
Nilai sosial tersebut biasanya telah berkembang sejak lama dan telah mencapai
suatu kemantapan dalam jiwa bagian terbesar warga masyarakat dan dianggap sebagai
pedoman atau pendorong bagi tata kelakuannya. Nilai-nilai sosial yang abstrak tersebut
mendapatkan bentuk yang konkret dalam kaidah yang merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat bersangkutan.
Seorang sosiolog yaitu Richard Schwartz (R.D. Schwartz 1964: 471-491)
memberikan keterangan bahwa pada masyarakat tertentu hukum kurang berperan apabila
dibandingkan dengan kaidah-kaidah lainnya. Terutama pada masyarakat gemein schaftilch
kaidah-kaidah sosial lainnya lebih efektif karena hukum. Sebetulnva secara implisit berarti
turut sertanya atau campur tangannya pihak lain, yang berarti pula memperluas
persengketaan. Artinya, pada masyarakat-masyarakat tertentu yang masih sederhana dan
homogen sifatnya ada kecenderungan untuk menyelesaikan suatu konflik diantara mereka
sendiri.

https://indahdalamberbagi.blogspot.com/2014/12/hukum.html 17.36

1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat


ditinjau dari berbagai segi sbb :
• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata
tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya.
Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki
pribadi agar menjadi manusia ideal.
• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia
dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan
kaidah kesusilaan mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi. Kaidah
hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan
kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi
itu baik.
• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber
sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri
manusia (heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan
dipaksakan oleh suara hati masing2 pelanggarnya (otonom).
• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum
dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan
kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya tergantng pada yang
bersangkutan.
• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut
dan normatif) sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya
memberikan kewajiban saja (normatif).
2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan
– Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya
memberikan kewajiban saja.
– Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara),
sanksi kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan
– Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah
kesusilaan berasal dari pribadi manusia
– Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada
sikap batin manusia
– Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia
agar tidak menjadi manusia jahat.
Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :
– Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan
– Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah
– Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat
– Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat
– Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan
ketentraman)
Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan
masyarakat sudah ada kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidupnya ?
Hal ini karena :
– Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan
hidup yang memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan
yang sepenuhnya dari kaidah agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun,
kebiasaan maupun adat.
– Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari
kaidah-kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila
terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut akibat atau ancamannya
dipandang belum cukup kuat.

Silahkan untuk Memberi komentar dan Masukan bagi terjalinnya komunikasi


dan kekeluargaan fh unpas

Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat ditinjau dari berbagai segi
sbb :
• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat dan
melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan bertujuan
untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal.

• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi bagi
setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan mengatur sikap batin
manusia sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan
sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik.

• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber sanksinya berasal dari
luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom), sedangkan kaidah
kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing2 pelanggarnya (otonom).

• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara nyata oleh
kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya
tergantng pada yang bersangkutan.

• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan normatif) sedang
kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja (normatif).

2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan

– Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberikan kewajiban
saja.

– Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara), sanksi kaidah
kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.

3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah kesusilaan

– Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan berasal dari
pribadi manusia

– Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia, kaidah agama dan
kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia

– Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah agama dan
kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia jahat.

Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :

– Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan

– Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah

– Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat

– Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat

– Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman)


Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah ada
kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ?

Hal ini karena :

– Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang
memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari kaidah
agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan maupun adat.

– Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah


tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran terhadap
kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat.

Silahkan untuk Memberi komentar dan Masukan bagi terjalinnya komunikasi dan kekeluargaan fh
unpas

Tag : PHI, SEMESTER 1

https://forumkomunikasifhunpas.blogspot.com/2014/12/perbedaan-antara-kaidah-hukum-
dengan.html 17.38

HUKUM DAN KAIDAH-KAIDAH SOSIAL LAINNYA


1.BERBAGAI KAIDAH SOSIAL

Kehidupan manusia dalam masyarakat, selain diatur oleh hukum juga diatur oleh
kaidah-kaidah agama dan kaidah-kaidah sosial bukan hukum seperti kebiasaan.
Kaidah agama merupakan kaidah sosial yang apabila kaidah itu selain memang
mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat, juga dirasakan sebagai
suatu kaidah yang patut dituruti.

Kaidah sopan santun atau kesopanan sering tidak mengikat karena kaidah
kesopanan itu tidah hanya berbeda daru suatu lingkungan masyarakat ke
lingkungan masyarakat lain, namun ukuran kesopanan itu sering juga berlain-lain
an di dalam suatu lingkungan masyarakat yang sama namun berbeda menurut
generasi.
Kaidah sosial mengikat apabila ada snksinya dan masyarakat yang bersangkutan
sanggup dan mau menjalankan atau menjatuhkan sansi itu.
Jadi kaidah-kaidah sosial bukan hukum ini adalah kaidah agama yang telah
diterima sebagai adat, kediasaan menurut adat,kepatutan atau moral positif dan
kesopanan.
2.HATI NURANI MANUSIA DAN SIFAT KAIDAH

Kepatutan atau moral positif sebagai kaidah sosial perlu dibedakan dari moral
yang bukan merupakan kaidah sosial.Moral seseorang yang didasarkan etika
disebut otonom. Moral didasarkan atas hati nurani manusia itu sendiri dan
memungkinkan manusia itu untuk membedakan antara yang baik dan yang
buruk.

Karena adanya kesadaran kaidah atau norma ini yang bersumber pada etika
atau kemampuan manusia membedakan antara yang baik dan yang buruk, maka
dimungkinkan adanya kehidupan manusia bermasyarakat yang diatur oleh
kaidah-kaidah sosial.

3.SANKSI KAIDAH SOSIAL BUKAN HUKUM

Beda sanksi kaidah sosial dan sanksi hukum adalah bahwa kaidah sosial itu
sanksinya tidak diatur oleh undang-undang, melainkan ditetapkan oleh
masyarakat sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Sanksi hukum diatur baik mengenai cara atau prosedur penegakannya, pihak-
pihak yang menegakkannya dan bobot atau berat sanksinya.

4.HUBUNGAN KAIDAH HUKUM DAN BUKAN KAIDAH HUKUM

Hukum sebagai kaidah sosial tidak berarti bahwa pergaulan antar manusia dalam
masyarakat hanya diatur oleh hukum. Selain oleh hukum, kehidupan manusia
dalam masyarakat selain dipedomani moral manusia itu sendiri yang otonom,
diatur pula oleh agama, kaidah-kaidah moral positif, kebiasaan, adat kebiasaan
dan kaidah-kaidah sosial lainnya.

Diposting oleh perkembangan hukum di 08.15

https://intisarihukum.blogspot.com/2010/12/hukum-dan-kaidah-kaidah-sosial-lainnya.html 17.38

Apa itu kaedah ?


Kaedah, sebagaimana dijelaskan oleh Purbacaraka dan Soekanto (1993:19)
adalah patokan atau ukuran ataupun pedoman untuk berperikelakuan atau
sikap tindak dalam hidup.
Apa yang maksud dengan kaidah hukum?
Menurut Soekanto (1983:40), hukum sebagai kaedah merupakan patokan
perikelakuan atau sikap tindak yang sepantasnya. Patokan tersebut
memberikan pedoman, bagaimana seharusnya manusia berperikelakuan.
Apakah kaidah hukum tidak termasuk kaedah sosial?
Jika merujuk pada pandangan Ishaq (2008:29), berdasarkan ruang lingkup
pengaturannya, Jenis kaedah dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Kaedah dengan aspek kehidupan pribadi, di bagi atas :


o kaedah kepercayaan atau agama;
o kaedah kesusilaan.
2. Kaedah dengan aspek kehidupan antar pribadi yang di bagi atas :
o kaedah sopan santun atau adat;
o kaedah hukum.

Kaedah tersebut merupakan kaedah sosial, karena pada hakikatnya


merumuskan suatu pandangan mengenai perilaku atau sikap tindak yang
seyogyanya dilakukan dalam masyarakat. Dengan demikian, kaedah
hukum merupakan bagian dari kaedah sosial.
Apa yang membedakan kaedah hukum dengan kaidah sosial
lainnya?
Dalam hal ini, yang disebut kaedah sosial lainnya adalah kaedah
kepercayaan/agama, kaedah kesusilaan dan kaedah sopan santun/adat.
Menurut Ishaq (Ibid : 35), perbedaan antara kaedah hukum dengan kaedah
sosial lainnya dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu :

1. Dari Segi Tujuan


kaedah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat dan
memberi perlindungan terhadap manusia beserta kepentingannya.
Kaedah agama, kaedah kesusilaan bertujuan memperbaiki pribadi
manusia agar menjadi manusia baik. Sedangkan kaedah kesopanan
bertujuan untuk menertibkan masyarakat agar tidak ada korban.
2. Dari Segi Isi
Kaedah hukum memberikan hak dan kewajiban (atributif dan normatif).
Mengatur tingkah laku dan perbuatan lahir manusiadi dalam hukum
akan dirasakan puas kalau perbuatan manusia itu sudah sudah sesuai
dengan peraturan hukum. Kaedah agama, kaedah kesusilaan hanya
memberikan kewajiban saja (normatif), dan berisi aturan yang ditujukan
kepada sikap batin manusia. Kaedah kesopanan hanya memberikan
kewajiban saja, yang isi aturannya ditujukan kepada sikap lahir manusia.
3. Dari Segi Asal Usul Sanksinya
Kaedah hukum asal usul sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh
kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom), yaitu alat perlengkapan
negara. Kaedah agama asal usul sanksinya juga berasal dari luar dan
dipaksakan oleh kekuatan dari luar diri manusia (heteronom), yaitu
Tuhan. Kaedah kesusilaan asal-usul sanksinya berasal dari diri sendiri
dan dipaksakan oleh suara hati masing-masing pelanggarnya (otonom).
Kaedah kesopanan asal usul sanksinya juga berasal dari kekuasaan luar
yang memaksa, yaitu masyarakat.
4. Dari Segi Sanksi
Kaedah hukum sanksinya dipaksakan oleh masyarakat secara resmi.
Kaedah agama sanksinya dipaksakan oleh Tuhan. Kaedah kesusilaan
sanksinya dipaksakan oleh diri sendiri. Kaedah kesopanan sanksinya
dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
5. Dari Segi Sasarannya
Kaedah hukum dan kaedah kesopanan sasaran aturanya ditujukan
kepada perbuatan konkret (lahirian). Kaedah agama dan kaedah
kesusilaan sasaran aturannya ditujukan kepada sikap batin.

Daftar Referensi

 Chainur Arrasjid. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Cet. 2. Sinar Grafika, Jakarta.


 Ishaq. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Cet. I. Sinar Grafika, Jakarta.
 R. Soeroso. 2005. Pengantar Ilmu Hukum. Cet. 7. Sinar Grafika, Jakarta.
 Surojo Wignjodipuro. 1983. Pengantar Ilmu Hukum. Cet. 5. PT Gunung
Agung, Jakarta.
https://e-kampushukum.blogspot.com/2016/06/perbedaan-kaedah-hukum-dan-kaedah.html 17.39

Anda mungkin juga menyukai