NIM : 30302100228
DISIPLIN HUKUM
A. Ilmu Hukum
Kaidah kesusilaan menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. (1986 : 7) adalah kaidah
yang berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi
manusia. Salah satu ciri kaidah kesusilaan dibandingan dengan kaidah hukum ialah bersifat
kaidah kesusilaan yang otonom, berarti bahwa diikuti atau tidaknya suatu aturan tingkah laku
tersebut tergantung pada sikap batin manusianya. Sebagai contoh, Mencuri itu adalah
perbuatan yang dilarang. Kaidah kesusilaan itu dituruti oleh manusia, bukan karena manusia
tadi yang takut pada sanksi berdosa pada tuhan akan tetapi kata batinnya sendiri yang
menganggap perbuatan itu tidak patut untuk dilakukan.
2. Kaidah Agama :
Kaidah agama yakni aturan tingkah laku yang diyakini oleh penganutnya berasal dari tuhan.
Sebagai contoh, Pemeluk agama islam meyakini bahwa kewajiban menjalankan shalat lima
waktu bersumber dari perintah Allah SWT. Kaidah agama ini pun masih dibedakan menjadi
kaidah agama yang khusus mengatur hubungan manusia dengan tuhan dan kaidah agama yang
umum, mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia. Kaidah dalam agama islam
misalkan, masih dibedakan atas kaidah dengan sanksinya di dunia dan kaidah dengan
sanksinya di akhirat kelak.
3. Kaidah Kesopanan :
adapun yang di maksud kaidah kesopanan adalah didasarkan atas kebiasaan, kepatutan dan
kepantasan yang berlaku di dalam masyarakat. Salah satu perbedaannya dengan kaidah
kesusilaan atau moral adalah kaidah kesopanan justru ditunjukan pada sikap lahir manusia,
demi penyempurnaan dan ketertiban dalam masyarakat. Sanksi bagi pelanggaran terhadap
kaidah kesopanan berwujud teguran, celaan, cemoohan, pengucilan dan sejenisnya yang tidak
dilakukan oleh masyarakat secara terorganisasi, melainkan dilakukan sendiri - sendiri. Sebagai
contoh : jika Si A seorang gadis remaja datang ke kampusnya dengan mengenakan pakaian
yang seronok, yang dianggap oleh masyarakat kampusnya sebagai tidak sopan, maka warga
kampusnya akan memberikan sanksi si A dengan teguran, cercaan, bahkan bisa saja di kucilkan
dari pergaulan kampusnya.
2. Pengertian Umum Ilmu Hukum :
1. Prof Utrecth
Adalah himpunan peraturan-peraturan (prenta-prenta atau larangan-larangan) yang mengurus
tata tertib dala masyarakat dan ditaati oleh masyarakat itu.
2. S.M Amin
Adalah kumpulan peraturan-peraturan yanmg terdiri dari norma-norma dan sanksi-sanksi dan
tujuan hukum adalah mengadilkan ketertiban dalam khidupan manusia, sehingga ketertiban
tercapai.
3. M.H Tirtaanidjaya, S.H
Adalah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam aturan tingkah laku, tindakan dalam
pergaulan hidup dengan ancaman harus membayar kerugian jika melanggar aturan tersebut
4. Prof.J.Van Kant
Adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan penghidupan yang bersifat memaksa yang dijadikan
untuk melindungi kepentingan orang dalam masyarakat.
3. Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan :
Ilmu hukum sebagai ilmu kenyataan membahas hukum dari sisi sikap tindak atau perilaku.
Artinya hukum akan dilihat dari segi penerapannya yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku
atau sikap tindak. Yang termasuk di dalam ilmu-ilmu kenyataan tentang hukum diantaranya
adalah :
A. Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum pertama kali diperkenalkan oleh Anzilotti pada Tahun 1882. Di lihat dari
perkembangannya, dapat dijelaskan bahwa sosiologi hukum pada hakikatnya lahir dari hasi-
hasil pemikiran para ahli filsafat hukum.
Ilmu hukum juga memiliki peran strategis untuk lahirnya sosiologi hukum. Hukum sebagai
gejala sosial yang ada dalam masyarakat sebagai kajian ilmu hukum, mendorong
perkembangan sosiologi hukum. Sementara itu ilmu hukum juga berbicara tentang nilai
seperti halnya nilai keadilan, ketertiban dan keamanan yang merupakan kebutuhan dari
masyarakat.
Ilmu sosiologi juga memiliki peran yang sangat penting untuk memecahkan berbagai persoalan
hukum yang ada dalam masyarakat. Dewasa ini banyak persoalan hukum yang diselesaikan
oleh hukum yang sifatnya normatif tidak memuaskan. Dengan demikian diperlukanlah adanya
suatu pendekatan yang lebih komprehensif melalui ilmu sosiologi yang merupakan ilmu yang
berkenaan dengan kemasyarakatan yang diharapkan dapat memecahkan segala persoalan
hukum yang dihadapi oleh masyarakat.
B. Antropologi Hukum :
Istilah Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu antropos dan logos. Antropos berarti
manusia dan logos berarti ilmu atau studi. Pegertian dari Antropologi hukum itu sendiri adalah
suatu cabang ilmu pengetahuan yg mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya pada
masyarakat-masyarakat sederhana maupun pada masyarakat yang mengalami proses
perkembangan dan pembangunan.
Antropologi hukum menggunakan pendekatan secara menyeluruh dalam menyelidiki manusia
dan masyarakatnya, menemukan bahwa melalui manifestasinya sendiri yang khas, akan melihat
bahwa hukum itu selalu hadir dalam masyarakat.
C. Perbandingan Hukum :
alam bukunya Comparative Law, Rudolf D. Schleringer mengemukakan bahwa perbandingan
hukum merupakan metoda penyelidikan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yg
lebih mendalam tentang bahan hukum tertentu.
Perbandingan hukum bukan merupakan suatu perangkat peraturan dan azas-azas hukum, bukan
suatu cabang hukum, melainkan suatu cara menggarap suatu unsur hukum asing yang aktual
dalam suatu masalah hukum.
Tujuan mempelajari perbandingan hukum dapat dibedakan berdasarkan asal usul dan
perkembangannya. Jika kita bertitik tolak pada teori hukum alam maka tujuan perbandingan
hukum adalah membandingkan sistem-sistem hukum guna dapat mengembangkan hukum alam
itu sendiri, sehingga tampak adanya persamaan dan perbedaan. Apabila kita bertitik tolak pada
jalur orientasi yang bersifat pragmatism maka tujuan perbandingan hukum adalah untuk
mengadakan perbaruan hukum dan tidak semata-mata melihat perbedaan dan persamaan antara
dua sistem hukum atau lebih.
D. Sejarah Hukum :
sejarah hukum adalah suatu bidang studi hukum yang mempelajari perkembangan dan asal-usul
sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan membandingkan dengan hukum yang
berbeda karena dibatasi oleh waktu. Yang ditekankan dalam studi sejarah hukum adalah hukum
suatu bangsa merupakan ekspresi jiwa dari bangsa yang bersangkutan dan oleh karenanya
senantiasa selalu berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan ini terletak pada karakteristik
pertumbuhan yang dialami masing-masing sistem hukum.
Sejarah hukum ini tidak dapat dilepaskan dari aliran Historical Juriprudence yang di pelopori
oleh Friedrich Carl von Savigny. Aliran muncul sebagai suatu reaksi terhadap Rasionalisme
abad ke-18 dan Semangat Revolusi Perancis yang menentang wewenang dan tradisi.
Menurut Lemaire, apabila dilihat dari sudut bentuknya sejarah hukum terdiri atas sejarah hukum
ekstern ruang lingkupnya yaitu perkembangan secara menyeluruh dari suatu hukum positif
tertentu dan sejarah hukum intern ruang lingkupnya yaitu lembaga dan pengertian hukum dari
suatu bidang tata hukum tertentu.
Apabila hukum itu dikatakan tumbuh dan berkembang maka dapat diartikan bahwa ada
hubungan antara sistem hukum yang sekarang dengan yang lalu. Karenanya untuk memahami
fenomena hukum dalam masyarakat, perlu dikenal dan dipahami secara sistematis tentang
proses-proses terbentuknya hukum, faktor-faktor penyebab keberadaannya, dan sebagainya.
5. Psikologi Hukum :