Anda di halaman 1dari 40

TUGAS

FILSAFAT ILMU

TENTANG

BERBAGAI JENIS EPISTEMOLOGI

OLEH :
KELOMPOK II
1. YORHA SEPTRIYANA (16124125)
2. MILLYA YASMARENI (16124048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami
kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu.
Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan
konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis.
Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan
kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan
untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh
kebenaran.
Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya
mengemban tugas utama untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan,
menyampaikan nilai-nilai kebenaran. Semua orang yang berhasrat untuk
mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan kebenaran. Kebenaran adalah satu
nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi
rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human
dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan obyek pikir manusia sudah lama
menjadi penyelidikan manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya
menyelidiki secara terus menerus apakah hakekat kebenaran itu. Jika manusia
mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk
melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang
kebenaran, tanpa melaksanakan kebenaran tersebut manusia akan mengalami
pertentangan batin, konflik spikologis. Menurut para ahli filsafat itu bertingkat-
tingkat bahkan tingkat-tingkat tersebut bersifat hirarkhis. Kebenaran yang satu di
bawah kebenaran yang lain tingkatan kualitasnya ada kebenaran relatif, ada
kebenaran mutlak (absolut). Ada kebenaran alami dan ada pula kebenaran illahi,
ada kebenaran khusus individual, ada pula kebenaran umum universal.
Dalam pembahasan filsafat, epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari
filsafat. Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi, juga ontologi dan
aksiologi. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan.
Ontologi adalah teori tentang “ada”, yaitu tentang apa yang dipikirkan, yang
menjadi objek pemikiran. Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang
membahas tentang manfaat, kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan
itu. Oleh karena itu, ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan,
mulai dari ontologi, epistemologi, kemudian aksiologi. Dengan gambaran
senderhana dapat dikatakan, ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi), lalu dicari
cara-cara memikirkannnya (epistemologi), kemudian timbul hasil pemikiran
yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi).
B. Rumusan Masalah
1. Apa hasil dari Epistemologi?
2. Bagaimana kedudukan Bahasa, Matematika, dan Statistik dalam
perkembangan ilmu, Seni dan Budaya?
C. Tujuan
1. Dapat memahami hasil dari Epistemologi
2. Dapat memahami kedudukan Bahasa, Matematika, dan Statistik dalam
perkembangan ilmu, Seni dan Budaya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Berbagai Hasil Epistemologi
1. Aksioma
Aksioma adalah pendapat yang dijadikan pedoman dasar dan merupakan
Dalil Pemula, sehingga kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi.Aksioma yaitu
suatu pernyataan yang diterima sebagai kebenaran dan bersifatumum, tanpa
memerlukan pembuktian. Contoh aksioma :
a. Melalui dua titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis lurus.
b. Jika sebuah garis dan sebuah bidang mempunyai dua titik persekutuan,maka
garis itu seluruhnya terletak pada bidang.
c. Melalui tiga buah titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah bidang.
d. Melalui sebuah titik yang berada di luar sebuah garis tertentu, hanya
dapatdibuat sebuah garis yang sejajar dengan garis tertentu tersebut.
2. Hukum/Law
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan
dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan
bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat
terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan
cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan
memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.
Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari
pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat
negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau
tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum
akan jauh lebih baik daripada dibandingkan dengan peraturan tirani yang
merajalela."
Hingga saat ini, belum ada kesepahaman dari para ahli mengenai
pengertian hukum. Telah banyak para ahli dan sarjana hukum yang mencoba
untuk memberikan pengertian atau definisi hukum, namun belum ada satupun
ahli atau sarjana hukum yang mampu memberikan pengertian hukum yang dapat
diterima oleh semua pihak. Ketiadaan definisi hukum yang dapat diterima oleh
seluruh pakar dan ahli hukum pada gilirannya memutasi adanya permasalahan
mengenai ketidaksepahaman dalam definisi hukum menjadi mungkinkah hukum
didefinisikan atau mungkinkah kita membuat definisi hukum? Lalu berkembang
lagi menjadi perlukah kita mendefinisikan hukum?
Ketiadaan definisi hukum jelas menjadi kendala bagi mereka yang baru
saja ingin mempelajari ilmu hukum. Tentu saja dibutuhkan pemahaman awal
atau pengertian hukum secara umum sebelum memulai untuk mempelajari apa
itu hukum dengan berbagai macam aspeknya. Bagi masyarakat awam pengertian
hukum itu tidak begitu penting. Lebih penting penegakannya dan perlindungan
hukum yang diberikan kepada masyarakat. Namun, bagi mereka yang ingin
mendalami lebih lanjut soal hukum, tentu saja perlu untuk mengetahui pengertian
hukum. Secara umum, rumusan pengertian hukum setidaknya mengandung
beberapa unsur sebagai berikut:
a. Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat.
Peraturan berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku manusia
agar tidak bersinggungan dan merugikan kepentingan umum.
b. Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang untuk
itu. Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh lembaga
atau badan yang memang memiliki kewenangan untuk menetapkan suatu
aturan yang bersifat mengikat bagi masyarakat luas.
c. Penegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat bukan
untuk dilanggar namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya diatur pula
mengenai aparat yang berwenang untuk mengawasi dan menegakkannya
sekalipun dengan tindakan yang represif. Meski demikian, terdapat pula
norma hukum yang bersifat fakultatif/melengkapi.
d. Hukum memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan melawan
hukum akan dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam peraturan
hukum.
1) Bidang hukum
Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum
pidana/hukum publik, hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara, hukum tata
negara, hukum administrasi negara/hukum tata usaha negara, hukum
internasional, hukum adat, hukum islam, hukum agraria, hukum bisnis, dan
hukum lingkungan.
a. Hukum pidana
Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik. Hukum pidana
adalah hukum yang mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal
perbuatan - perbuatan yang diharuskan dan dilarang oleh peraturan perundang
- undangan dan berakibat diterapkannya sanksi berupa pemidanaan dan/atau
denda bagi para pelanggarnya.
Dalam hukum pidana dikenal 2 jenis perbuatan yaitu kejahatan dan
pelanggaran.
1) Kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan
peraturan perundang - undangan tetapi juga bertentangan dengan nilai
moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat. Pelaku pelanggaran
berupa kejahatan mendapatkan sanksi berupa pemidanaan, contohnya
mencuri, membunuh, berzina, memperkosa dan sebagainya.
2) Pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh peraturan
perundangan namun tidak memberikan efek yang tidak berpengaruh
secara langsung kepada orang lain, seperti tidak menggunakan helm,
tidak menggunakan sabuk pengaman dalam berkendaraan, dan
sebagainya.
Di Indonesia, hukum pidana diatur secara umum dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan dari zaman
penjajahan Belanda, sebelumnya bernama Wetboek van Straafrecht (WvS).
KUHP merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di Indonesia
di mana asas-asas umum termuat dan menjadi dasar bagi semua ketentuan
pidana yang diatur di luar KUHP (lex specialis)
b. Hukum perdata
Salah satu bidang hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara
individu-individu dalam masyarakat dengan saluran tertentu. Hukum perdata
disebut juga hukum privat atau hukum sipil. Salah satu contoh hukum perdata
dalam masyarakat adalah jual beli rumah atau kendaraan .
Hukum perdata dapat digolongkan antara lain menjadi:
1) Hukum keluarga
2) Hukum harta kekayaan
3) Hukum benda
4) Hukum perikatan
5) Hukum waris
c. Hukum acara
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering
juga disebut hukum formil. Hukum acara merupakan ketentuan yang
mengatur bagaimana cara dan siapa yang berwenang menegakkan hukum
materiil dalam hal terjadi pelanggaran terhadap hukum materiil. Tanpa hukum
acara yang jelas dan memadai, maka pihak yang berwenang menegakkan
hukum materiil akan mengalami kesulitan menegakkan hukum materiil.
Untuk menegakkan ketentuan hukum materiil pidana diperlukan hukum acara
pidana, untuk hukum materiil perdata, maka ada hukum acara perdata.
Sedangkan, untuk hukum materiil tata usaha negara, diperlukan hukum acara
tata usaha negara. Hukum acara pidana harus dikuasai terutama oleh para
polisi, jaksa, advokat, hakim, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan.
Hukum acara pidana yang harus dikuasai oleh polisi terutama hukum
acara pidana yang mengatur soal penyelidikan dan penyidikan, oleh karena
tugas pokok polisi menurut hukum acara pidana (KUHAP) adalah terutama
melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan. Yang menjadi tugas jaksa
adalah penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim pidana. Oleh karena itu,
jaksa wajib menguasai terutama hukum acara yang terkait dengan tugasnya
tersebut. Sedangkan yang harus menguasai hukum acara perdata. termasuk
hukum acara tata usaha negara terutama adalah advokat dan hakim. Hal ini
disebabkan di dalam hukum acara perdata dan juga hukum acara tata usaha
negara, baik polisi maupun jaksa (penuntut umum) tidak diberi peran seperti
halnya dalam hukum acara pidana. Advokatlah yang mewakili seseorang
untuk memajukan gugatan, baik gugatan perdata maupun gugatan tata usaha
negara, terhadap suatu pihak yang dipandang merugikan kliennya. Gugatan itu
akan diperiksa dan diputus oleh hakim. Pihak yang digugat dapat pula
menunjuk seorang advokat mewakilinya untuk menangkis gugatan tersebut.
Tegaknya supremasi hukum itu sangat tergantung pada kejujuran para
penegak hukum itu sendiri yang dalam menegakkan hukum diharapkan benar-
benar dapat menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Para
penegak hukum itu adalah hakim, jaksa, polisi, advokat, dan petugas Lembaga
Pemasyarakatan. Jika kelima pilar penegak hukum ini benar-benar
menegakkan hukum itu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah
disebutkan di atas, maka masyarakat akan menaruh respek yang tinggi
terhadap para penegak hukum. Dengan semakin tingginya respek itu, maka
masyarakat akan terpacu untuk menaati hukum.
2) Sistem hukum
Ada berbagai jenis sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh negara-
negara di dunia pada saat ini, antara lain sistem hukum Eropa Kontinental, sistem
hukum Anglo-Saxon, sistem hukum adat, dan sistem hukum agama.
a. Sistem hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan
ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun)
secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam
penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang
menganut sistem hukum ini.
Sistem hukum umum adalah suatu sistem hukum yang digunakan di
Inggris yang mana di dalamnya menganut aliran frele recht lehre yaitu di
mana hukum tidak dibatasi oleh undang-undang tetapi hakim diberikan
kebebasan untuk melaksanakan undang-undang atau mengabaikannya.
b. Sistem hukum Anglo-Saxon
Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada
yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian
menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan
di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali
Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana
mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistem hukum Eropa
Kontinental Napoleon). Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain
juga menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan,
India dan Nigeria yang menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-
Saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan hukum agama.
Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah
terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai
dengan perkembangan zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih
menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara.
c. Sistem hukum adat/kebiasaan
Hukum Adat adalah seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan
yang berlaku di suatu wilayah. misalnya di perkampungan pedesaan terpencil
yang masih mengikuti hukum adat. dan memiliki sanksi sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku di wilayah tertentu.
d. Sistem hukum agama
Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan
ketentuan agama tertentu. Sistem hukum agama biasanya terdapat dalam
Kitab Suci.
3) Hukum Indonesia
Indonesia adalah negara yang menganut sistem hukum campuran dengan
sistem hukum utama yaitu sistem hukum Eropa Kontinental. Selain sistem
hukum Eropa Kontinental, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat dan
sistem hukum agama, khususnya hukum (syariah) Islam. Uraian lebih lanjut ada
pada bagian Hukum Indonesia.
3. Teori
Dalam banyak literatur dijelaskan bahwa teori (yang berasal dari kata:
thea) selalu menggunakan bangunan berfikir yang tersusun sistematis, logis
(rasional), empiris (kenyataan), juga simbolis dalam menjelaskan suatu
fenomena. Teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan
mengenai suatu peristiwa atau kejadian, azas dan hukum umum yang menjadi
dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan, dan pendapat/cara/aturan untuk
melakukan sesuatu. Teori merupakan sarana pokok guna dapat menyatakan
hubungan sistematis yang terjadi dalam gejala sosial maupun gejala alam yang
akan diteliti. Teori juga merupakan abstraksi dan pengertian atau hubungan suatu
proporsi dan dalil.
Teori adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
memberikan, menjelaskan, dan memprediksikan phenomena. Ada dua macam
teori, yaitu teori intuitif dan teori ilmiah. Teori intutif adalah teori yang dibangun
berdasarkan pengalaman praktis. Sedangkan teori ilmiah (teori formal) adalah
teori yang dibangun berdasarkan hasil-hasil penelitian.
Dalam istilah ilmiah, teori itu benar-benar sebuah hipotesis yang telah
terbukti sesuai dengan fakta-fakta dan yang memiliki kualitas prediktif. Dengan
definisi tersebut, dan tanpa mendevaluasi keyakinan, tidak semua keyakinan akan
dianggap sebagai teori. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, karena jika
tidak, maka dia bukanlah suatu teori.
Teori memiliki dua ciri umum:
a. Semua teori adalah “abstraksi” tentang suatu hal. Dengan demikian teori
sifatnya terbatas.
b. Semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu
sifatnya relatif dalam arti tergantung pada cara pandang si pencipta teori, sifat
dan aspek hal yang diamati, serta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti
waktu, tempat dan lingkungan sekitarnya.
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran
teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan
mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang
pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi.
Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan
fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta .[2] Selain itu, berbeda dengan
teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan
bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan
bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan,
berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori
sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari
keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan
pengetahuan tentang dunia sosial. Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan
idiologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan
ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda.
Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori.
Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh
Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah
ideologi.
Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model
atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial
tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode
ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.
Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai
fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau
tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas
kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah
teori membentuk generalisasi atas banyak pengamatan dan terdiri atas kumpulan
ide yang koheren dan saling berkaitan.
Istilah teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang
diramalkan oleh suatu teori namun belum pernah terpengamatan. Sebagai contoh,
sampai dengan akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena
diramalkan menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam.
Terdapat miskonsepsi yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah
mendapatkan cukup bukti dan telah teruji oleh para peneliti lain tingkatannya
akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini tidaklah benar karena definisi hukum ilmiah
dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan hukum akan
tetap menjadi hukum.
a. Elemen
Di dalam sebuah teori terdapat beberapa elemen yang mengikutinya.
Elemen ini berfungsi untuk mempersatukan variabel-variabel yang terdapat di
dalam teori tersebut. Elemen pertama yaitu konsep. Konsep adalah sebuah ide
yang diekspresikan dengan symbol atau kata.[5]. Konsep dibagi dua yaitu, simbol
dan definisi.Dalam ilmu alam konsep dapat diekspresikan dengan simbol-simbol
seperti, ”∞” = tak terhingga, ”m”= Massa, dan lainya. Akan tetapi, kebanyakan
di dalam ilmu sosial konsep ini lebih diekspresikan dengan kata-kata tidak
melalui simbol-simbol. Menurut Neuman kata-kata juga merupakan simbol
karena bahasa itu sendiri adalah simbol. Karena mempelajari konsep dan teori
seperti mempelajari bahasa. Konsep selalu ada di mana pun dan selalu kita
gunakan.. Misalnya kita membicarakan tentang pendidikan. Pendidikan
merupakan suatu konsep, ia merupakan ide abstrak yang hanya di dalam pikiran
kita saja.
Elemen kedua yaitu Scope. Dalam teori seperti yang dijelaskan di atas
memiliki konsep. Konsep ini ada yang bersifat abstrak dan ada juga yang bersifat
kongkret. Teori dengan konsep-konsep yang abstrak dapat diaplikasikan terhadap
fenomena sosial yang lebih luas, dibanding dengan teori yang memiliki konsep-
konsep yang kongkret. Contohnya, teori yang diungkapkan oleh Lord Acton
”kekuasaan cenderung dikorupsikan”. Dalam hal ini kekuasaan dan korupsi ada
pada lingkup yang abstrak. Kemudian kekuasaan ini dalam lingkup kongkret
sepeti presiden, raja, jabatan ketua RT,dll. Dan korupsi dalam lingkup kongkret
seperti korupsi uang.
Elemen ketiga adalah relationship. Teori merupakan sebuah relasi dari
konsep-konsep atau secara lebih jelasnya teori merupakan bagaimana konsep-
konsep berhubungan. Hubungan ini seperti pernyataan sebab-akibat (causal
statement) atau proposisi. Proposisi adalah sebuah pernyataan teoritis yang
memperincikan hubungan antara dua atau lebih variable, memberitahu kita
bagaimana variasi dalam satu konsep dipertangggung jawabkan oleh variasi
dalam konsep yang lain. Ketika seorang peneliti melakukan tes empiris atau
mengevaluasi sebuah hubungan itu, maka hal ini disebut sebuah hipotesa. Sebuah
teori sosial juga terdiri dari sebuah mekanisme sebab akibat, atau alasan dari
sebuah hubungan, sedangkan mekanisme sebab akibat adalah sebuah pernyataan
bagaimana sesuatu bekerja.
b. Daftar teori
a. Hukum: Teori Hukum Pembangunan , Teori Hukum Progresif , Teori Hukum
Integratif
b. Biologi: Teori evolusi
c. Ekonomi: Teori keputusan
d. Klimatologi: Teori pemanasan global
e. Ilmu komputer: Teori komputasi
f. Geologi: Tektonik lempeng
g. Sastra: Literary theory
h. Matematika: Teori "chaos", Teori graf, Teori bilangan, Teori probabilitas
i. Statistika: Teori nilai ekstrem
j. Musik: teori musik
k. Fisika: Grand unification theory, Teori medan kuantum, Teori akustik, Teori
relativitas khusus | Teori relativitas umum
l. Sosiologi dan filsafat: Critical social theory
4. Tesis
Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang
dikemukakan dalam karya tulis ilmiah; untuk mendapatkan gelar kesarjanaan
pada perguruan tinggi. Tesis juga dapat berarti sebuah karya tulis ilmiah resmi
akhir seorang mahasiswa. Tesis merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan
dalam penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan dalam
ilmu pendidikan sesuai ilmu yang telah dipelajari.
a. Karakteristik
a. Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup dalam
salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai dengan program studi yang
ditempuh oleh mahasiswa yang bersangkutan.
b. Merupakan pengujian empirik terhadap posisi teoritik tertentu.
c. Menggunakan data primer sebagai data utama yang dapat ditunjang oleh data
sekunder.
d. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kecuali untuk program
studi bahasa asing.
b. Jenis
a. Penelitian Kuantitatif atau Nalar Deduktif-Hipotektikal: membangun
pernyataan/kerangka hipotetikal
b. Penelitian Kualitatif atau Nalar Induktif–Nonhipotetikal: tidak membangun
pernyataan/kerangka hipotetikal format sebagai berikut:
5. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori dan belum menggunakan fakta. Oleh karena itu, setiap penelitian yang
dilakukan memiliki suatu hipotesis atau jawaban sementara terhadap penelitian
yang akan dilakukan. Dari hipotesis tersebut akan dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut benar adanya atau tidak
benar.
a. Perbedaan Hipotesis, teori dan hukum
Hipotesis adalah penjelasan terbatas fenomena; teori ilmiah adalah
penjelasan mendalam tentang fenomena yang diamati. Hukum adalah suatu
pernyataan tentang fenomena yang diamati atau konsep pemersatu, menurut
Kennesaw State University.
“Ada empat konsep utama dalam ilmu: fakta, hipotesis, hukum, dan teori-
teori,” Coppinger kepada Live Science. “Hukum adalah deskripsi – deskripsi
sering matematika – fenomena alam, misalnya, Hukum Newton tentang Gravitasi
atau Hukum assortasi Mendel, hukum-hukum ini hanya menjelaskan pengamatan
Tidak bagaimana atau mengapa mereka bekerja…”
Contoh
Coppinger menunjukkan bahwa Hukum Gravitasi ditemukan oleh Newton di
abad ke-17. Hukum-hukum ini secara matematis menjelaskan bagaimana dua
benda yang berbeda di alam semesta berinteraksi satu sama lain. Namun, hukum
Newton tidak menjelaskan apa itu gravitasi, atau cara kerjanya. Tidak sampai
tiga abad kemudian, ketika Albert Einstein mengembangkan Teori Relativitas,
para ilmuwan mulai memahami apa itu gravitasi, dan bagaimana cara kerjanya.
“Hukum Newton berguna untuk para ilmuwan dalam astrofisikawan dapat
menggunakan hukum yang berusia berabad-abad untuk mendaratkan robot di
Mars. Tapi itu tidak menjelaskan bagaimana gravitasi bekerja, atau apa itu.
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan
diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak
bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis,
peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala.
Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji
kebenarannya disebut teori.
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja
menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena
langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata
beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara
ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan,
maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian,
pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah
ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-
kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya
sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan
makna di dalamnya.
Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai
sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti
sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah
fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses
terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu
penelitian sosial.
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang
melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan
hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung
dapat diuji.
b. Kegunaan
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya
penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan
ini, di antaranya:
a. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat
dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan
diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori
mengenai konflik.
b. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar
atau di falsifikasi.
c. Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan
karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis
disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara
terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
c. Hipotesis dalam penelitian
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam
penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan
hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.
Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan
hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk
menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak
menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang
berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau
mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang
menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan,
dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel
adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
1) Untuk menguji teori,
2) Mendorong munculnya teori,
3) Menerangkan fenomena sosial,
4) Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5) Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
d. Karakteristik
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan
benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian.
Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis
tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian,
melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya
harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1) Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah
dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis
merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan
atau searah dengan tujuan penelitian.
2) Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara
operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus
mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan
diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3) Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan
memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis
deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau
distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai
yang mempunyai makna.
4) Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan
preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah
seperti halnya dalam hipotesis.
5) Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat
dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel
yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia
yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan
hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak
ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis
bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode
pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6) Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang
diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif).
Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat
umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya,
hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi,
hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,
sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan.
Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam
pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7) Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu
hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di
antara variabel dibuat secara eksplisit.
e. Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
1) Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya
timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak
dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang
sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar
dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut,
penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2) Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua
kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa
preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin
tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak
relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara
eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis
keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya
digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya
dilaksanakan.
3) Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu
hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang
perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4) Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak
dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat
hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot
yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa
sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat
olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat
hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5) Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam
istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti
cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi
jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan
hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah
oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering
mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6) Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah
ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.
Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
f. Hubungan hipotesis dan teori
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai
jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai
suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau
lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah
diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau
bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah
yang akan diteliti. Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana
dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara
atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam
kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab,
teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai
jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori
tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat
diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan
ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum
digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat
keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk
fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat
diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang
menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut
sebagai hipotesis.
Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-
konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang
menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau
empiris). Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui
hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori dan bahkan membantu
pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan
penelitian. Oleh sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang
teori dalam bentuk yang dapat diuji (statement of theory in testable form), atau
kadang-kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang
realitas (tentative statements about reality).
Oleh karena teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis
akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang
diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian,
atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada.[13]
Kemudian, karena dasar penyusunan hipotesis yang reliabel dan dapat diuji
adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan,
memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan antara fenomena
yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan
yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi, sumber hipotesis adalah teori
sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu
hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu
fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata
lain, meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke
hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.
6. Expert Judgement
Expert Judgement adalah pertimbangan atau pendapat (tentang baik dan
buruk) oleh ahli atau pakar dalam suatu ilmu.
Expert Judgement atau Pertimbangan Ahli dilakukan melalui:
a. Diskusi Kelompok (group discussion)
Group discussion adalah sutau proses diskusi yang melibatkan para pakar
(ahli) untuk mengidentifikasi masalah analisis penyebab masalah, menentukan
cara-carapenyelesaian masalah, dan mengusulkan berbagai alternative
pemecahan masalah dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia
dalam diskusi kelompok terjadicurah pendapat (brain storming ) diantara para ahli
dalam perancangan model atauproduk. Mereka mengutarakan pendapatnya
sesuai dengan bidang keahlian masing-masing..
b. Teknik Delphi
Teknik Delphi adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus diantara
para pakarmelalui pendekatan intuitif. Langkah-Langkah penerapan Teknik
Delphi dalam Uji-Ahlidalam penelitian pengembangan adalah sebagai berikut :
a. Problem identification and specification
.Peneliti mengidentifikasi isu dan masalah yang berkembang di
lingkungannya(bidangnya), permasalahan yang melatar belakangi, atau
permasalahan yang dihadapiyang harus segera perlu penyelesaian.
b. Personal identification and selection
.Berdasarkan bidang permasalahan dan isu yang telah teridentifikasi,
penelitimenentukan dan memilih orang-orang yang ahli, manaruh perhatian,
dan tertarik bidangtersebut, yang memungkinkan ketercapaian tujuan. Jumlah
responden paling tidaksesuai dengan sub permasalahan, tingkat kepakaran
(experetise ), dan ataukewenangannya.
7. Opini
Opini bukanlah merupakan sebuah fakta, akan tetapi jika di kemudian
hari dapat dibuktikan atau diverifikasi, maka opini akan berubah menjadi fakta.
Opini adalah Pendapat, pikiran, ataupun pendirian yang belum diakui
kebenarannya.
Contoh Opini
a. Kesadaran akan pentingnya belajar di kalangan remaja indonesia semakin
meningkat, terutama dilihat dari jumlah jam belajar mereka. Kesadaran itu
perlu ditunjang oleh kepedulian orang tua dan Pemerintah, misalnya dengan
menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan sesuai dengan taraf
perkembangan psikologi mereka.
b. Perlu ada perubahan formasi tempat duduk agar suasa belajar di kelas lebih
menyenangkan

8. Fakta
Fakta adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang merupakan kenyataan atau
sesuatu yang benar-benar terjadi.
Contoh Fakta
1. Kini, rata-rata waktu yang digunakan setiap siswa untuk belajar sekitar lima
jam perhari
2. Sementara itu, pada tahun sebelumnya, menurut survei sebuah LSM, waktu
belajar mereka diluar kegiatan sekolah hanya 2-3 jam per hari.
B. Kedudukan Bahasa, Matematika, dan Statistika dalam Perkembangan
Ilmu, Seni dan Budaya
1. Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada
komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi, dan apakah
manusia layak disebut makhluk sosial? Sebagai sarana komunikasi maka segala
yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir
sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa
mempunyai kemampuan berbahasa seseorang tidak dapat melakukan kegiatan
berpikir secara sistematis dan teratur.
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengertian
bahasa. Sudah barang tentu setiap ahli berbeda- beda cara penyampaiannya.
Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary vocal
symbol by means of which a social group cooperates (bahasa adalah suatu
system symbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu
kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi). Senada dengan definisi di
atas, Joseph Broam mengatakan bahwa a language is a structured system of
arbitrary vocal symbol by means of wich members of social group interact
(suatu system yang berstruktur dari symbol-simbol bunyi arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu
sama lain). Batasan di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah
paham. Oleh karena itu, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya, di
antaranya, simbol-simbol, simbol- simbol vocal, simbol-simbol arbitrer, suatu
sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer, yang dipergunakan
oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
Simbol-simbol yang dimaksud berarti thing that stand for other things
atau sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain, selanjutnya dapat dikatakan
bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol, hal tersebut mengandung makna
bahwa ucapan si pembicara dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek
ataupun kejadian dalam dunia praktis, lebih lanjut simbol-simbol vocal dapat
dimaknai dengan simbol-simbol yang membangun ujaran manusia yakni, simbol-
simbol vocal itu sendiri, berupa bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya
dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem
pernapasan. Untuk memenuhi maksudnya, bunyi-bunyi tersebut dapat didengar
oleh orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk memudahkan si
pendengar dan merasakan secara jelas, sehingga berbeda dari yang lainnya.
Dalam beberapa bahasa, bunyi-bunyi tertentu tidak dapat dipakai di awal kata
yang lainnya tidak dapat dipakai atau menduduki posisi akhir kata. Gabungan
bunyi dan urutan bunyi membuktikan betapa pentingnya kriteria kecocokan dan
permulaan yang teratur rapi. Permulaan ini jelas bersifat intuitif yang merupakan
sifat tidak sadar. Walaupun telah ditelaah para sarjana, diciptakan dan telah
dipergunakan oleh manusia yang biasanya tidak sadar akan adanya suatu “sistem
berstruktur” yang mendasari ujaran mereka.
Dalam kehidupan sehari- hari, manusia mengkomunikasikan pikiran,
perasaan, gagasan, maksud, dan perasaan secara langsung melalui suatu tindak
tutur. Penutur dan pendengar yang terlibat dalam peristiwa iyu umumnya saling
bekerja sama. Secara tidak langsung, antara penutur dan mitra tutur (lawan
bicara) telah melakukan interaksi sosial.dalam interaksi sosial tersebut, bahasa
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, bahasa sebagai sarana
komunikasi antar manusia, maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak
terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan
pengetahuan.
Bahasa sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam
hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti
bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar
biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya. Bahwa
keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan
terletak pada kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, manusia disebut animal
symbolicum, yaitu mahluk yang menggunakan simbol5, lebih lanjut menurut
Wittgenstein menyatakan dalam Ernest Cassirer “Batas bahasaku adalah batas
duniaku”. Melalui pernyataan ini orang-orang yang berpikir (homo sapiens) akan
bertanya dalam diri apa itu bahasa? Apa fungsinya ? bagaimana peran bahasa
tersebut dalam berpikir ilmiah ?
Bloch dan Tragger mengatakan bahwa “a language is a system of
arbitrary vocal symbol by means of which social group cooperates” (bahasa
adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh suatu
kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Lain halnya dengan Joseph
Broam mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari
simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu
kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
a. Simbol-simbol
Simbol-simbol berarti sesuatu yang menyatakan sesuat yang lain.
Hubungan antara simbol dan “sesuatu” yang dilambangkannya itu tidak
merupaan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya atau sesuatu yang bersifat
alamiah, seperti yang terdapat antara awan hitam dan turunnya hujan,
ataupun antara tingginya panas badan dan kemungkinan terjadinya infeksi.
Awan hitam adalah tanda turunya hujan, panas suhu badan yang tinggi tanda
suatu penyakit.
b. Simbol-simbol vokal
Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol-
simbol vokal yaitu bunyi-bunyi yang urutan- urutan bunyinya dihasilkan dari
kerjasama berbagai organ atau alat tubuh dalam sistem pernafasan. Untuk
memenuhi maksudnya, bunyi-bunyi tersebut haruslah didengar oleh orang
lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk memudahkan
pendengar untuk merasakan secara jelas dan berbeda dari yang lainnya.
Dengan kata lain, tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ vokal
manusia merupakan simbol-simbol bahasa, lambang-lambang kebahasaan.
Contoh: bersin, batuk, dengkur, biasanya tidak mengandung nilai simbolis,
semua itu tidak bermakna apa- apa di luar mereka sendiri.
c. Simbol-simbol vokal arbitrer
Lain halnya dengan istilah simbol-simbol arbitrer, dimana istilah
arbitrer disini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang
valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Hal
ini akan lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari satu bahasa.
Misalnya,untuk menyatakan jenis beinatang yang disebut Equua Caballus,
orang Inggris menyebutnya horse, orang Perancis menyebutnya cheval,
orang Indonesia menyebutnya kuda, dan orang Arab menyebutnya hison.
Semua kata ini sama arbitrerrnya. Semuanya adalah konvensi sosial yakni
sejenis persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam
antara sesama anggota masyarakat terhadap makna kata tertentu.
d. Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer.
Walaupun hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari
setiap suara hati nurani, logika atau psikologi, namun kerjasama antara
bunyi-bunyi itu sendiri, di dalam bahasa tertentu, ditandai oleh sejumlah
konsistensi, ketetapan intern. Misalnya: setiap bahasa beroperasi dengan
sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti
tekanan kata dan intonasi).
e. Yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial sebagai alat bergaul
satu sama lain.
Fungsi bahasa memang sangat penting bagi keberlangsungan peradaban
manusia. Dengan bahasa, para anggota masyarakat dapat mengadakan interaksi
sosial.
Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat
bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik
berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Walaupun tampak perbedaan tetapi saling melengkapi. Secara umum dapat
dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
1) Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat
2) Penetapan pemikiran dan pengungkapan
3) Penyampaian pikiran dan perasaan
4) Penyenangan jiwa
5) Pengurangan kegoncangan jiwa lain halnya dengan MAK
Halliday yang mengungkapkan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut :
 Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang
bersifat materi seperti makan, minum dan sebagainya
 Fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan
tingkah laku
 Fungsi Interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan
perasaan dan pikiran
 Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai serta mengungkap
tabir fenomena dan keinginan mempelajarinya
 Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran- gambaran tentang discovery seseorang dan tidak
sesuai dengan realita (dunia nyata)
 Fungsi Represetasional: penggunaan bahasa untuk menggambarkan
pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya kepada orang lain.
Lebih lanjut, dia mengemukakan 3 fungsi bahasa, yakni simbolik, emotif,
dan afektif. Fungsi simbolik dan emotif menonjol dalam komunikasi ilmiah,
sedangkan fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik. Lain halnya
dengan Buhler masih dalam Bakhtiar, dia membedakan fungsi bahasa ke dalam
bahasa ekspresif, bahasa konatif, dan bahasa representasional. Bahasa ekspresif
yaitu bahasa yang terarah pada diri sendiri, yakni si pembicara.
Bahasa konatif yaitu bahasa yang terarah pada lawan bicara. Dan bahasa
representasional yaitu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya, yaitu apa saja
selain si pembicara atau lawan bicara. Masih di buku Amsal Bahtiyar, Desmond
Morris mengemukakan pendapat yang berbeda tentang fungsi bahasa, yaitu :
o Information talking, pertukaran keterangan informasi
o Mood talking, hal ini sama dengan fungsi bahasa ekspresif yang
dikemukakan ole Buhler
o Exploratory talking, tuturan yang sopan yang maksudnya kerukunan
melalui perxakapan yakni menggunakan bahasa untuk memperlancar
proses sosial dan menghindari pertentangan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa
adalah sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada anggota
masyarakat. Sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses
berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang
berlandaskan logika induktif maupun deduktif.
Dengan kata lain, kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan dengan
bahasa. Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi
yang disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah. Dimana,
komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa
pengetahuan. Untuk mencapai komunikasi ilmiah tersebut maka bahasa yang
digunakan harus terbebas dari unsur emotif.
Lebih lanjut bahasa ilmiah tersebut diaplikasikan dalam berbagai disiplin
ilmu yang ada diantaranya matematika dan statistika.
2. Matematika
Pada abad ini, matematika menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
keseharian aktifitas manusia, baik mulai dari matematika yang sederhanan, yakni
proses perhitungan sederhana, satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit,
misalnya perhitungan antariksa. Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, hampir
semuanya telah menggunakan matematika sebagai pengembangan aljabar maupun
statistika. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan
fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
a. Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna
dari serangkaian penrnyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
mate-matika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati. Dalam hal ini matematika mempunyai
sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi
yang bersifat emosional.
b. Matematika sebagai sarana berfikir deduktif
Seperti yang telah diketahui, bahwa, matematika merupakan ilmu
deduktif, diamana, dimana nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian
masalah-masalah yang dihadapi tidak disadari atas pengalaman seperti halnya
yang terdapat dalam ilmu empirik, melainkan didasarkan atas deduksi-
deduksi (penjabaran-penjabaran), pola berfikir deduktif banyak digunakan
baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses
pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang
kebenarannya telah ditentukan. Misalnya: jika diketahui A termasuk dalam
lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada
hubungan dengan C.
c. Matematika untuk ilmu alam dan ilmu sosial
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika
memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika dalam
perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambang-
lambang bilangan untuk perhitungan dan pengukuran, di samping hal lain
seperti bahasa, metode, dan lainnya. Hal ini sesuai dengan objek ilmu alam,
yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati dan dilakukan penelaahan yang
berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan
yang kompleks dan sulit dalam melakukan pengamatan, di samping objek
penelaahan yang tak berulang maka kontribusi matematika tidak
mengutamakan kepada lambang- lambang bilangan
Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa
kebanyakan dari masalah yang dihadapinya tidak mempunyai pengukuran
yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama
sekali tidak relevan.
3. Statistik
a. Definisi Statistik
Pada mulanya, kata statistik diartikan sebagai keterangan-
keterangan yang dibutuhkan oleh Negara dan berguna bagi Negara. Secara
etimologi, kata “statistic” berasal dari kata status (bahasa latin) yang
mempunyai persamaan dengan dengan arti kata state (bahasa inggris),
yang dalam bahasa Indonesia di terjemahkan dengan Negara.
Pada mulanya, kata “statistic” diartikan sebagai “kumpulan
bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun
yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan
kegunaan yang besar bagi suatu Negara”. Namun pada perkembangannya,
arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang
berwujud angka (data kuantitatif saja). Dari segi terminologi, dewasa ini
istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian.
Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data
statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.
Kedua, sebagai kegiatan statistik kadang atau kegiatan perstatistikan. Ketiga,
kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistic yaitu cara-cara tertentu
yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur
menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan
bahan keterangan yang berupa angkaitu dapat berbicara atau dapat
memberikan makna tertentu. Keempat, istilah statistik dewasa ini juga dapat
diberi pengertian sebagai “ilmu statistik”. Ilmu statistik tidak lain adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap-
tahap yang ada dalam kegiatan statistik. Jadi statistik merupakan se-kumpulan
metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak
menentu.
b. Sejarah Perkembangan Statistika
Statistika yang relatif sangat muda dibandingkan dengan matematika
berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun
belakangan ini. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun
eksperimen, dilakukan lebih cermat dan teliti dengan menggunakan teknik-
teknik statistika yang diperkembang- kan sesuai dengan kebutuhan. Di
Indonesia sendiri kegiatan dalam bidang penelitian sangat meningkat, baik
kegiatan akademik maupun pengambilan keputusan telah memberikan
momentum yang baik untuk pendidikan statistika.
4. Menghubungkan antar bahasa, Matematika serta Statistika
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan
berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika,
logika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai
dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan
alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain
Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara
deduktif dan berpikir induktif11. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri
kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai
peranan yang sangat penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika
mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat sarana ilmiah
ini saling berhubungan erat satu sama lain. Bahasa merupakan sarana
komunikasi, maka segala sesuatu yang berkaitan erat dengan komunikasi tidak
terlepas dari bahasa. Seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan
pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, maka
seseorang tidak dapat melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan teratur.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran, proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu
penarikan kesimpulan baru dianggap valid kalau proses penarikan kesimpulan
tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini
disebut logika, di mana logika dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk
berpikir secara sah”. Terdapat bermacam- macam cara penarikan kesimpulan,
diantaranya, penarikan kesimpulan dengan cara logika induktif dan logika
deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan umum. Sedangkan logika
deduktif membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat
umum menjadi khusus yang bersifat individual.
Penalaran secara umum dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Sedangkan deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, mempergunakan pola berpikir
yang dinamakan silogisme.

C. ARTI Atau MAKNA , Atau MEANING


1. Arti Dari Dalam (ADD)
2. Arti Dari Luar (ADL)
D. HUBUNGAN PERKEMBANGAN BAHASA DENGAN ILMU
3. Pengertian Ilmu
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu; atau pengetahuan atau kepandaian tentang soal
duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya. Dalam Wikipedia Indonesia,
ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia.
Selain itu, beberapa tokoh telah menuliskan definisi ilmu antara lain
sebagai berikut :
1) Menurut Nazir(1988), Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum
dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil –
dalil tertentu menurut kaidah – kaidah umum.
2) Menurut Shapere (1974), konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup
tiga hal yaitu adanya rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat
disistematisasi.
3) Menurut Schulz (1962), pengertian ilmu mencakup logika, adanya
interpretasi subjektif dan konsistensi dengan realitas sosial.
Secara garis besar, ilmu merupakan suatu kumpulan proses dengan
menggunakan suatu metode ilmiah yang menghasilkan suatu pengetahuan
yang sistematis.
Secara etimologi, ilmu berasal dari kata “ilm” (Bahasa Arab), Science
(Bahasa inggris) atau Scientia (Bahasa Latin)yang mengandung kata kerja
scire yang berarti tahu atau mengetahui. Adapun perbedaan ilmu dengan
pengetahuan. Kalau pengetahuan yang merupakan padan kata dari knowledge
merupakan kumpulan fakta – fakta, sedangkan ilmu adalah pengetahuan
ilmiah/sistematis. Kumpulan fakta – fakta tersebut merupakan bahan dasar
dari suatu ilmu, sehingga pengetahuan belum dapat dikatakan sebagai ilmu,
namun ilmu pasti merupakan pengetahuan.
Menurut John G. Kemeny, Ilmu merupakan semua pengetahuan yang
dikumpulkan dengan metode ilmiah. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa
ilmu merupakan hasil/produk dari sebuah proses yang dibuat dengan
menggunakan metode ilmiah sebagai suatu prosedur. Proses yang dilakukan
untuk menghasilkan suatu ilmu bukan merupakan proses pengolahan semata
tetapi merupakan suatu rangkaian aktivitas ilmiah/penelitian terhadap suatu
hal yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dikenal dengan istilah
ilmuan (scientist) yang bersifat rasional, kognitif dan teleologis (memiliki
tujuan yang jelas).
Secara lengkap menurut The Liang Gie, Definisi Ilmu adalah
rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan metode berupa
aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai gejala – gejala kealaman,
kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan
penerapan (The Liang Gie, 130).
Suatu ilmu harus bersifat empiris (hasil dari panca indera/percobaan),
sistematis (memeiliki keterkaitan yang teratur), objektif (bukan hasil
prasangka), analitis dan verifikatif (bertujuan mencari kebenaran ilmiah).
Ilmu memiliki pokok persoalan (objek) dan fokus perhatian. Sebagai contoh
ilmu alam. Ilmu alam memiliki pokok persoalan terkait dengan alam dengan
beberapa fokus perhatian seperti fisika, kimia, biologi, dan lain-lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu berbeda dengan pengetahuan.
Pengetahuan merupakan kumpulan fakta yang merupakan bahan dari suatu
ilmu, sedangkan ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu gejala
ataupun kondisi pada suatu bidang dengan menggunakan berbagai prosedur,
cara, alat dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan suatu kebenaran
ilmiah yang bersifat empiris, sistematis, objektif, analisis dan verifikatif.

4. Pengertian Bahasa
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh
dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi.
Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk
dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan
baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang
berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta
sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
1) Menurut Wittgenstein, bahasa merupakan bentuk pemikiran yang
dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk
dan struktur yang logis
2) Ferdinand De Saussure, bahasa adalah ciri pembeda yang paling
menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya
sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain
3) Plato, bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang
dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata
(ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara
lewat mulut.
4) Carrol, bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan
urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau
yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh
sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama
kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam
lingkungan hidup manusia.
Sehingga dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahasa adalah alat
untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
5. Hubungan ilmu dan bahasa
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu
mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Dan bahasa adalah
media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek
ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya
transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek,
meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan
olehnya (Surya Sumantri, 1998).
Terkait dengan hal di atas, dikatakan sebenarnya manusia dapat
berpikir tanpa menggunakan bahasa, tetapi dengan ilmu menjadikan bahasa
memudahkan dalam kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan
persoalan dan menarik kesimpulan. Dengan ilmu, bahasa mampu
mengabstraksikan pengalamannya dan mengkomunikasikannya pada orang
lain karena bahasa merupakan sistem lambang yang tidak terbatas yang
mampu mengungkapkan segala pemikiran.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kempen (tokoh psikolingustik)
yang menjelaskan studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa yang
berhubungan dengan ilmu, yaitu mengenai sistem-sistem bahasa yang ada
pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide
orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri
melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan.
Ilmu dan bahasa berhubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk
berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita
melalui bahasa yang kita pelajari. Manusia hanya akan dapat berkata dan
memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang terbahasakan. Orientasi
inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan
berkata.
Contoh dalam perilaku manusia yang tampak dalam hubungan ilmu
dan bahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika
dia memproduksi bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah
perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga
menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan
diucapkan atau ditulisnya.
Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa
berperan penting dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu.
Setiap penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa,
matematika (sarana berpikir deduktif) dan statistika (sarana berpikir induktif)
sebagai sarana berpikir (Sarwono, 2006: 13). Upaya-upaya penyebarluasan
ilmu juga tidak mungkin dilaksanakan tanpa bahasa sebagai media
komunikasi. Setiap forum ilmiah pasti menggunakan bahasa sebagai sarana
utama. Aktivitas-aktivitas yang diarahkan untuk memahami, mengeksplorasi,
dan mendiskusikan konsep-konsep ilmu tidak dapat diselenggarakan tanpa
melibatkan bahasa sebagai sarana.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR RUJUKAN

Andawiyah, Rofiatul. 2014. Interrelasi Bahasa, Matematika dan Statistika.


OKARA,Vol 2.

Muhadjir, Noeng. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Rakesarasin

https://id.wikipedia.org/wiki/

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Quantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Anda mungkin juga menyukai