Filsafat, hukum, dan filsafat hukum pada dasarnya suatu objek penemuan kebenaran
mutlak yang di peroleh melalui proses etika, yang bertujuan mengetahui yang sebenrnya
dalam hukum yang di anut oleh suatu masyarakat. Filsafat suatu cara untuk memikirkan
sesuatu sedalam-dalamnya, memikirkan suatu hal ini tidak hanya pada objek saja tetapi pada
tujuan dari objek yang akan di capai. Proses berfikir ini juga harus di selidiki dari hal
memahami realita yang bersifat umum, untuk mendapatkan kesimpulan yang khusus. Hukum
di pandang sebagai tidak menentang keadailan, artinya ada konsekuensi dari peraturan yang
tidak adil dari hukum yang sebenarnya. Maka dari itu jika suatu peraturan kehilangan arti dan
makna yang sebnearnya maka hukum dan peraturan yang berlakuy tidak lagi wajib dan tidak
boleh di taati. Kepastian hukum ada nilainya, harus berkeyakinan bahwa hukum harus benar,
dan harus adil. Adanya hukum positif untuk menjamin kepastian hidup dan sesuai dengan
prinsip-prinsip keadilan. Filsafat hukum dapat di pelajari bahwa dari zaman dahulu yang di
pakai adalah hukum alam yang sah, sampai di zaman sekarang yang di pakai undang-undang
yang berlaku, dengan norma hukum yang konkret dalam masyarakat. Filsuf yang di anut
rasionalisme, percaya pada kekuatan pengertian manusia, maka dari itu untuk merumuskan
prinsip-prinsip keadilan yang berlaku untuk selamanya. Hukum yang di jelaskan di fokuskan
kepada hukum zaman dahulu sampai dengan hukum sampai zaman sekarang. Merujuk
kepada pengertian hukum pada perspektif hukum alam yang positif, hukum secara
keseluruhan pada norma-norma yang berlaku. Hukum yaitu ilmu pengetahuan yang tersusun
secara sistematis, ajaran yang di hadapi, pedoman atau patokan sikap tindak perilaku yang
pantas, proses perangkat norma-norma hukum yang bearlaku pada suatu waktu dan tempat
tertentu,proses pemerintahan yaitu hubungan timbal balik antar unsur system kenegaraan,
konsepsi-konsepsi antara bai dan buruk. Filsafat hukum yaitu mengatur tingkah laku dan
etika yang mempelajari etika dan hakikat hukum pada umumnya. Kedudukan filsafat hukum
pertama kaidah yang menetapkan kewajiban dan menyangkut pengakuan, penyesuaian kaidah
pada logika, filsafat teoritis, filsafat praktis, poetika, dari filsafat teoritis di bagi menjadi
fisika, matematika, metafisika. Filsafat praktis di bagi menjadi etika, ekonomi, politik. Dari
etika menjadi filsafat hukum. Bahwa filssafat hukum di entuk dan di tegaskan karena kaidah,
putusan hukum sebagai system yang logis.
Hukum dan moral memiliki kesusuaian dan ketidaksesuaian, tidak di anggap memiliki
nilai-nilai moral, sebab nilai-nilai baru dapat di temukan dalam moralitas. Karena moralitas
dapat di ukur ketika hukum di taati secara lahirilah baru ada kesadaran bahwa hukum itu
adalah kewajiban. Konstruksi legalitas dan moralitas karena ada kepentingan diri sendiri dan
demi kewajiban itu sendiri, hakikatnya seseorang berbuat karena menyadari bahwa seseorang
tidak bisa di nilai pasti. Hukum moral di pandang sebagai subjek hukum pada masyarakat,
dan objeknya adalah perilaku yang lahir dari kewajiban-kewajiban hukum yang
mendeskripsikan aturannya. Bertindak berdasarkan kewajiban-kewajiaban sebagai dari
kehendak baik, Tindakan baik secara moral. Kehidupan moral dalam hal ini kehendak baik
dapat di temukan dalam dasar hukum moral. Tindakan individual baik secara moral dari
objeknya. Prinsip dasar moralitas berupa pencarian dasar pada nilai yang objektif, tidak dapat
di temukan dalam otonomi dan struktur rasional dari imperative kategoris. Moral, moralitas
dan etika terdapat perbedaan yang semestinya harus di pahami dalam menggambarkan
hukum dan moral sebagai adat istiadat kebiasaan tingkah laku dan kelakuan. Moral yaitu
kegiatan-kegiatan manusia yang baik dan buruk, sesuai kaidah-kaidah yang di terima
menyangkut dan di anggap benar, kemampuan untuk di arahkan oleh atau di pengaruhi
dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam
bersosialisasi. Norma-norma khusus yang berlaku dalam sopan santun, norma-norma hukum,
yang menyangkut sikap masyarakat, norma hukum adalah norma yang tidak bisa di langgar.
Masyarkat yang melanggar hukum, yang tidak menaati norma-norma yang berlaku. Moralitas
di satu sisi berbeda dengan moral, dalam hal ini moralitas di sebutkan sebqagai sikap manusia
berkenaan dengan hukum moral yang di dasarkan atas keputusan bebasnya. Moralitas juga
terlepas dari persoalan-persoalan hidup manusia melainkan yang tumbuh seiring dengan
kondisi masyarakat. Pengetahuan moralitas yang di tempuh melalui evolusi moralitas telah
memberi ruang kepada manusia untuk lebih memahami tentang kodratnya sebagai manusia.
Etika adalah suatu disiplin rasional, sedangkan moralitas berkaitan erat dengan adat istiadat
dan kebiasaan. Jadi etika di bedakan dengan moral atau moralitas, maka wacana
membicarakan landasan-landasan moralitas, di lihat dari sudut pandang nilai kebiasaan dalam
kehidupan kelompk, kaidah-kaidah moralitas, yang memberi makna tentang kebenaran dan
kesalahan, etika dalam system morlaitas mengacu paa prinsip-prinsip moral actual. Maka
etika pada saat yang bersamaan memiliki tujuan yaitu bagi seluruh manusia di tempat
manapun juga dan dalam waktu manapun tergantung pada keadaan. Etika menentukan ukuran
atas perbuatan masyarakat, dalam mengusahakan tujuan etika masyarakat umumnya menjadi
norma yang ideal untuk mencapai tujuan tersebut.