FAKULTAS SYARIAH
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1
filsafat hukum adalah mempelajari mengenai permasalahan- permasalahan
yang terkait dengan tujuan hukum dalam kehidupan sehari-hari terutama masalah
ketertiban dan keadilan yang menyangkut masalah; Hubungan hukum dan
kekuasaan, Hubungan hukum dengan nilai sosial budaya, Mengapa negara berhak.
Dalam filsafat hukum terdapat problematika dan permasalahan serta pertanyaan
adalah sebagai berikut; masalah hukum dan kekuasaan, hukum adalah alat
1
Laurensius Arliman S, Filsafat Hukum, Deepublish, Yogyakarta, 2023.
pembaruan dalam masyarakat, hukum dan nilai-nilai social budaya, apakah
sebabnya orang menaati hukum?, apakah sebabnya negara berhak menghukum
seseorang?, etika dan kode etik profesi hukum
BAB II
PEMBAHASAN
dan notaris, dll) untuk berperilaku yang dapat disetujui oleh orang-orang
yang adil (that merit the approval of just men). Profesi hukum yang
bekerja berdasar hukum sebagai legalisasi kekuasaannya, memiliki
kekuasaan dan kewenangan yang dibenarkan untuk bersikap dan
berperilaku tertentu menurut hukum. Memiliki kewenangan sebagai
penghubung antara dua pihak yang bertikai, menjadi jembatan antara
pihak-pihak tersebut dengan masyarakat, menimbang beragam
kepentingan, norma, dan nilai yang ada di dalam masyarakat.Dewi
Themis135 sebagai simbol keadilan digambarkan sebagai sosok
bersenjatakan pedang di satu tangan dan dacin (timbangan) di tangan
lainnya. Dacin melambangkan keadilan, sementara pedang melambangkan
ketegasan dalam menegakan kebenaran. Mata sang dewipun senantiasa
tertutup, menunjukkan sikapnya untuk tidak pilih kasih dalam mengambil
keputusan.
Etika profesi hukum menuntut pengembannya memiliki rasa kepekaan
atas nilai keadilan dan kebenaran serta mewujudkan kepastian hukum bagi
2
Asmaran, Pengantar studi Akhlak, lembaga studi islam dan kemasyarakatan, Jakarta 1999,hal 6
pencapaian dan pemeliharaan ketertiban, keteraturan, kedamaian, dan
kesejahteraan masyarakat. Selain itu, berkewajiban selalu mengusahakan
dengan penuh kesadaran yang bermoral untuk mengetahui segala aturan
hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. Pengemban profesi hukum
mutlak menjalankan profesi terhormat tersebut dengan memiliki dan
menjalankan dengan teguh tiga hal mendasar, yaitu: Independen,
Imparsial, dan Kompeten.Independen atau independensi adalah salah satu
etikaprofesi dalam menjalankan profesi. Independensi secara harfiah dapat
diartikan 'bebas', 'merdeka' atau 'berdiri sendiri.
Independensi adalah proteksi yang berbasis pada kepercayaan
terhadap manusia penyandang kewenangan kekuasaan kehakiman yang
harus dilindungi dari kemungkinan intervensi oleh siapapun darimanapun
agar dapat menjalankan kekuasaannya dengan baik dan benar.
Independensi pada dasarnya bukan pemberian hukum atau negara, tapi
otomatis melekat semenjak seseorang menjadi penegak hukum.
Independensi bagi para pengadil (hakim terutama) sudah ada jauh sebelum
hukum modern (hukum positif) lahir. Pada mulanya para pengadil itu
dipercaya independen karena reputasi pribadinya, bukan karena jaminan
etik atau hukum. Setelah hukum positif (hukum modern)
menginstitusionalasi sistem penegakan hukum, barulah negara dan hukum
melegalisasi dan melegitimasinya sehingga prinsip independensi memiliki
kekuatan mengikat bagi hakim dan pihak lain. independensi memiliki
kekuatan mengikat bagi hakim dan pihak lain. Independensi dengan
demikian bukan temuan baru yang dilekatkan menjadi keharusan etis atau
hukum pada penegak hukum, tetapi build-in dalam diri hakim. Kokoh
tidaknya independensi sangat tergantung pada personaliti penegak hukum
bersangkutan. Penegak hukum yang cacat moral dan atau tidak kompeten
adalah hakim rapuh. Cacat moral, berarti tersandra atau tidak merdeka
karena kecacatannya. Tidak kompeten di bidangnya, berarti tidak memiliki
keyakinan keilmuan yang kuat sehingga mudah goyah, tidak percaya diri
dalam mengemban profesi bersangkutan.Agar independensi dapat
diemban dengan baik dan benar, penegak hukum mutlak harus mempunyai
kekuatan moral dan intelektual yang tangguh sehingga memiliki kendali
nurani dan pikiran yang bisa memberikan arahan dalam bertindak
menjalankan aktifitas kehakimannya. Menjadi penegak hukum berarti
menjadi moralis, menjadi intelektual, menjadi cendikiawan yang tidak
pernah berhenti berpikir, menjaga kebersihan diri dan memperjuangkan
kebenaran dan keadilan.
Subyek hukum yang berpredikat profesi hukum adalah:
– Hakim
– Penasihat Hukum (advokat, pengacara)
– Notaris
– Jaksa
– Polisi
– Petugas Lembaga Pemasyarakatan
Etika Profesi Hakim Indonesia telah disahkan dalam Rapat Kerja antara
Mahkamah Agung dengan para Ketua Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri
seluruh Indonesia pada bulan Nopember 1966 yang berupa Kode kehormatan
hakim indonesia dinamakan Panca Dharma Hakim Indonesia.
3
http://lanlanrisdiana.blogspot.co.id/2013/03/makalah-mengapa-orang-mentaati
hukum.html, diakses pada hari jumat, 29 Januari 2016 Pukul 15.00 WIT
4
Hyronimus Rtiti, 2011, Filsfat Hukum, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Hal. 76
menyebabkan timbulnya suatu masalah berupa kesenjangan sosial
sehingga pada waktu tertentu cenderung terjadi konflik dan ketegangan-
ketegangan sosial yang tentunya dapat mengganggu jalannya perubahan
masyarakat sebagaimana arah yang dikehendaki. Keadaan demikian terjadi
oleh karena adanya hukum yang diciptakan diharapkan dapat dijadikan
pedoman (standard) dalam bertindak bagi masyarakat tidak ada kesadaran
hukum sehingga cenderung tidak ada ketaatan hukum.
Menurut Soerjono, setir pendapatnya L. Pospisil, berpendapat bahwa ada
Faktor-faktor yang menyebabkan warga masyarakat mematuhi hukum,
setidak-tidaknya dapat dikembalikan pada faktor-faktor atau hal-hal
sebagai berikut5:
1. Compliance, yaitu:
“an overt acceptance induced by expectation of rewards and an attempt to
avoid possible punishment – not by any conviction in the desirability of the
enforced nile. Power of the influencing agent is based on ‘means-control”
and, as a consequence, the influenced person conforms only under
surveillance”.
http://lanlanrisdiana.blogspot.co.id/2013/03/makalah-mengapa-orang-mentaati-
5
hukum.html, diakses pada hari jumat, 29 Januari 2016, Pukul 14.00 WIT
conformity with the rule will be dependent upon the salience of these
relationships”
7
Anwar, Teori dan Hukum Konstitusi, Intrans Publishing, Malang, 2011, hal. 3.
adalah perintah Tuhan, maka pada hakekatnya manusia mentaati hukum
berarti mentaati Tuhan.
kekuatan yang dibuat negara dan di lain pihak bersedia pula memperoleh
pendirian yang lebih tegas. Karena negaralah yang berdaulat, maka hanya
hukum jadi segala sesuatu harus tunduk kepada negara. Negara di sini
hukum. Jadi, adanya hukum itu karena adanya negara, dan tidak ada satu
hukum pun yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara. Dalam kaitan
12
Lili Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat Hukum,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, Hlm.
70.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika profesi hakim bersifat universal dengan tujuan akhir atau filosofi
adalah penegakkan keadilan yang sebenarbenarnya atau keadilan sejati (natural
justice). Di Indonesia, etika yang universal tersebut dipadukan dengan situasi,
kondisi, budaya dan kepribadian bangsa yang berfalsafah Pancasila. Hakim
merupakan pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk mengadili. Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima,
memeriksa, dan memutus perkara berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak
memihak di siding pengadilan dalam hal dan menurut tata cara yang diatur
undangundang.
Teori Perjanjian
Teori Kedaulatan
13
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,Cet. Ke-
10, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 1.
14
Ibid
DAFTAR PUSTAKA
(Kenapa taat hukum).” Makalah Filsafat Hukum (Kenapa taat hukum). http://fh-
um2010.blogspot.co.id/2015/02/makalah-filsafat-hukum-kenapa-taat.
http://lanlanrisdiana.blogspot.co.id/2013/03/makalah-mengapa-orang-mentaati.
Anwar, Teori dan Hukum Konstitusi, Intrans Publishing, Malang, 2011, hal. 3.
Ibid
Ibid., Hal. 34
Ibid.