Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME ETIKA PROFESI HUKUM

Nama : Setiya Ningsih


NIM : 8111420214
No. Presensi : 49 (Empat Puluh Sembilan)
Mata Kuliah : Etika Profesi Hukum
Jadwal Kuliah : Rabu, Jam 07.00 WIB
Jenis Tugas : Tugas Individu Resume Materi
Etika, Moral, dan Akhlak
Dosen Pengampu : Andry Setiawan, S. H., M. H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022
1. ETIKA

WJS. Poerwadarminta dalam kamus Umum Bahasa Indonesia mengemukakan


pengertian etika sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Menurut
verkuly etika berasal dari Bahasa Yunani kuno yaitu ethos, sehingga muncul kata-kata
ethika. Kata ethos dapat diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin atau kecendurungan
hati seseorang untuk berbuat kebaikan. Soegarda Poerbakwatja menyatakan etika dalam
ensiklopedia Pendidikan dimaknai sebagai filsafat tentang nilia, kesusilaan, tentang baik
dan buruk, bahkan lebih luas lagi karena etika selain mempelajari nilai-nilai, etika juga
merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. M. Sastra Pradja mengungkapkan
dalam kasus istilah Pendidikan umum etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan
keseluruhan budi (baik dan buruk). Hamzah Ya’kub dalam etika Islam, merumuskan etika
sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan memperlihatkan
amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Sedangkan
menurut James J. Sphilane SJ memandang etika atau ethics senantiasa memeperhatikan
atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika
mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas
untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan perilaku seseorang terhadap orang
lain. Menurut Frederik pemikiran tentang etika telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno,
yaitu zaman Socrates. Walaupun kurang sekali tulisannya, namun Plato sebagai muridnya
Socrates mengembangkan pemikirannya. Pemikiran Socrates tersebut dikaitkan tentang
apa yang baik dan apa yang buruk. Aristoteles yang bekerja Plato, menyatakan bahwa
tujuan tertinggi dari manusia adalah kebahagiaan (happiness). Meskipun sebagai banyak
orang mengganggap kebahagiaan berkaitan dengan suatu al yang menyenangkan tetapi
menurut Aristoteles kebahagiaan itu harus bersifat lebih permanen dan berlangsung lama.
Menurut Asmaran apabila dipandang dari sudut terminology, ada beberapa definisi yang
dapat dijadikan sebagai rujukan, antara lain:

• Etika ialah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-
nilai, tidak mengenai Tindakan manusia, tetapi tentang idenya.
• Etika ialah studi tentang tingkah laku manusia tidak hanya menentukan
kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau
kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia.
Dari berbagai rumusan pemaknaan etika dapat dipahamkan etika meliputi segala sesuatu
yang berkaitan dengan peraturan yang mengandung petunjuk bagaimana sepatutnya
manusia berperilaku. Etika mengandung muatan peraturan tentang agama, kesusilaan,
hukum dan adat.

Dari segi ilmu etika adalah mempelajari suatu perilaku benar, baik dan yang
buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Dengan kata lain, kode etik, yaitu suatu pola
aturan, tata cara, tanda, pedoman etis ketika melakukan suatu kegiatan atau suatu pekerjaan
sebagai pedoman berperilaku. Menurut Ahmad Amin jika dilihat hubungan etika dengan
ilmu hukum tujuan keduanya tidak dapat dipisahkan karena etika dan hukum mengatur
perbuatan manusia untuk kebahagiaan mereka. Namun demikian makna lingkungan etika
lebih luas. Etika memerintahkan berbuat apa yang berguna dan melarang berbuat segala
apa yang tidak baik. Ilmu hukum tidak demikian, karena banyak perbuatan yang jelas
memberi manfaat, tetapi tidak diperintahkan untuk dilakukan. Ketua MA Amerika Serikat
Earl Warren pernah mengatakan bahwa hukum itu sebagai sesuatu yang hanya dapat tegak,
berlayar, bergerak di atas etika. Etika adalah landasan bagi hukum mengapung di atas
samuderanya. Hukum tidak mungkin tegak dengan cara yang adil jika etika tidak berfungsi
baik. Sehingga pembangunan kesadaran etika masyarakat sangatlah urgen.

Etika, pada dasarnya lebih luas dari pada hukum. Setiap pelanggaran terhadap
hukum, kebanyakan adalah pelanggaran terhadap etika. Akan tetapi sesuatu yang
melanggar etika belum tentu melanggar hukum. Etika lebih luas, bahkan dapat dipahami
sebagai basis sosial bagi bekerjanya sistem hukum. Jika etika diumpamakan sebagai
samudera, maka hukum merupakan kapalnya. Sebagai pedoman dalam bertindak dan
berperilaku, etika dirumuskan dalam bentuk aturan tertulis yang secara sistematik dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat dibutuhkan akan berfungsi
sebagai alat untuk menghakimi segala macam Tindakan yang secara logika-rasional umum
dinilai menyimpang dari kode etik.1

2. Moral

Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk
jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara

1
Farid Wajdi dan Suhrawardi K. Lubis. 2019. Etika Profesi Hukum (Edisis Revisi). Jakarta: Sinar Grafika. Hal 1-6.
terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi substantif
materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda. Widjaja
menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan
(akhlak). Menurut Al-Ghazali mengenai pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral,
sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan
sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu
dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Sedangkan Wila Huky, merumuskan pengertian
moral secara lebih komprehensip rumusan formalnya sebagai berikut:

1) Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar
tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.
2) Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup
atau agama tertentu.
3) Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran,
bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.

Dari ketiga rumusan formal tersebut diketahui bahwa batasan pertama dan kedua hampir
sama, yaitu seperangkat ide tentang tingkah laku dan ajaran tentang tingkah laku.
Sedangkan batasan ketiga adalah tingkah laku itu sendiri. Pada batasan pertama dan kedua,
moral belum berwujud tingkah laku, tapi masih merupakan acuan dari tingkah laku. Pada
batasan pertama, moral dapat dipahami sebagai nilai-nilai moral. Pada batasan kedua,
moral dapat dipahami sebagai nilai-nilai moral atau norma-norma moral. Sedangkan pada
batasan ketiga, moral dapat dipahami sebagai tingkah laku, perbuatan, atau sikap moral.
Namun demikian semua batasan tersebut tidak salah, sebab dalam pembicaraan sehari-
hari, moral sering dimaksudkan masih sebagai seperangkat ide, nilai, ajaran, prinsip, atau
norma. Akan tetapi lebih kongkrit dari itu , moral juga sering dimaksudkan sudah berupa
tingkah laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan pada ajaran, nilai, prinsip,
atau norma.

Kata moral juga sering disinonimkan dengan etika, namun menurut Magnis
Suseno, etika harus dibedakan dengan ajaran moral. Moral dipandang sebagai ajaran-
ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, entah lisan atau tertulis,
tentang bagaimana ia harus bertindak, tentang bagaimana harus hidup dan bertindak, agar
ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral adalah orang-orang dalam
berbagai kedudukan, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan
tulisan-tulisan para bijak seperti kitab Wulangreh karangan Sri Sunan Paku Buwana IV.
Sumber dasar ajaran-ajaran adalah tradisi dan adat istiadat, ajaran agama-agama atau
ideologiideologi tertentu. Sedangkan etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran
moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaranajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah
ajaran. Jadi etika adalah ajaran-ajaran moral tidakberada pada tingkat yang sama. Yang
mengatakan, bagimana kita harus hidup bukan etika, melainkan ajaran moral.2

Sampai saat ini masih diperdebatkan apakah moral itu bersifat objektivistik-
universal atau relativistik-kontekstual. Menurut perspektif Objektivistik, baik dan buruk
itu bersifat pasti atau tidak berubah. Suatu perilaku yang dianggap baik akan tetap baik,
bukan kadang baik dan kadang tidak baik. Sebaliknya pandangan yang menyatakan bahwa
persoalan moralitas itu sifatnya relatif, baik dan buruknya suatu perilaku itu sifatnya
“tergantung”, dalam arti konteksnya, kulturalnya, situasinya, atau bahkan tergantung pada
masing-masing individu. Dari dimensi ruang, apa yang dianggap baik bagi lingkungan
masyarakat tertentu, belum tentu dianggap baik oleh masyarakat yang lain. Dari dimensi
waktu, apa yang dianggap baik pada masa sekarang, belum tentu dianggap baik pada masa-
masa yang lalu. Dua pandangan yang saling dipertentangkan itu sesungguhnya dapat
diterima semua. Sebagaimana dikenal dalam kajian tentang macam-macam norma, dikenal
adanya empat macam norma, yaitu norma keagamaan, norma kesusilaan, norma
kesopanan, dan norma hukum. Norma kesusilaan itu lebih bersumber pada prinsipprinsip
etis dan moral yang bersifat Objektivistik-universal. Sedangkan norma kesopanan itu
bersumber pada prinsip-prinsip etis dan moral yang bersifat relativistik-kontekstual.3

3. Akhlak

Akhlak berasal dari Bahasa Arab yaitu khuluqun yang dapat diartikan sebagai
budi pekerti, perangai, maupun tingkah laku. Secara terminology akhlak adalah suatu
keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa melibatkan
akal dan pikiran. Atau dengan kata lain, akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa
seseorang yang menjadikan seseorang itu dengan mudah melakukan sesuatu tanpa banyak

2
Dasar-dasar pengertian moral. Hal 1-3. Diakses pada 5 Maret melalui
http://staffnew.uny.ac.id/upload/130515047/pendidikan/DASAR-DASAR+PENGERTIAN+MORAL.pdf
3
Ibid. hal 8-9
pertimbangan.4 Menurut KBBI akhlak merupakan budi pekerti atau kelakuan. Sedangkan
menurut para ahli diantaranya yaitu, Ibnu Maskawaih akhlak merupakan sifat yang
tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Menurut Abu Hamid Al Ghazali Akhlak adalah
sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang
dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya
renungan terlebih dahulu. Menurut Nurcholish Madjid istilah akhlak atau khuluq
merupakan satu akar kata dengan khalq atau penciptaan, khaliq (pencipta) dan makhluq
(ciptaan), yang semuanya mengacu pada pandangan dasar Islam mengenai penciptaan
manusia, bahwasanya manusia diciptakan dalam kebaikan, kesucian dan kemulian sebagai
“sebaik baiknya ciptaan (ahsanu taqwim). Muhammad Bin Ali Asy Syariif Al Jurjani
berpendapat bahwa akhlak ialah sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat
dalam diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
ringan tanpa berpikir dan direnungkan. Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali dalam
kitabnya Ihya Ulum al din mengatakan bahwa akhlak ialah; sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Ruang lingkup akhlak meliputi:

• Akhlak Pribadi
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya
seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan
insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang
utama, budi yang tinggi.
• Akhlak Berkeluarga,
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban
orang tua terhadap anak, yaitu mengarahkan dan mendidik, dengan sikap lemah
lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar,
terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai
harga diri, kehormatan dan kemuliaan. Seorang anak haruslah mencintai taati dan
hormat kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia
lainya.

4
Retno Widiyastuti. 2010. Kebaikan Akhlak dan Budi Pekerti. Semerang: Alprin. Hal 2
• Akhlak Bermasyarakat,
Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama
lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan
saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan
perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai
anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma-
norma kesusilaan yang berlaku.
• Akhlak Bernegara,
Patuh terhadap pemimpin selama itu tidak merugikan dan ikut serta dalam
membangun negara dalam bentuk lisan maupun fikiran.
• Akhlak Beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya.5

Sehingga dapat diketahui bahwa ruang lingkup akhlak sangatlah luas yaitu meliputi seluruh
aspek kehidupan baik dengan tuhan, maupun terhadap sesama makhluk hidup.

4. Contoh Pelanggaran dari Etika Moral dan Akhlak


• Berbicara kasar
Pelanggaran etika ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara kasar
tidak hanya melanggar etika tetapi juga melanggar norma kesopanan dan norma hukum
apabila kata kasar tersebut mengandung pencemaran nama baik. Saat ini anak di bawah
umur juga banyak yang berbicara kasar, hal ini menunjukan bahwa lingkungan disekitar
anak-anak tidaklah sehat. Pelanggaran ini tentunya sangat berdampak pada merosotnya
norma kesopanan dalam generasi muda.
• Perkosaan
Pelanggaran terhadap moral yang sangat memprihatinkan. Kebanyak korban
merupakan anak dibawah umur, tentunya hal ini akan menimbulkan masalah psikis
anak tersebut. pelanggaran moral ini dapat merusak masa depan anak sebagai generasi
penerus bangsa.
• Tawuran
Penyimpangan moral ini tentunya tidak hanya merugikan orang yang terlibat didalam
perkelahian tetapi merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung

5
Akbardwi. 2021. Pengertian Akhlak Menurut Para Ahli. DIAKSES PADA 5 Maret melalui
https://pelajar.net/pengertian-akhlak/#Menurut_KBBI
didalamnya. Kebanyakan pelaku tawuran adalah remaja terutama pelajar, tentunya hal
ini sangat tidak sesuai dengan anak sekolah yang seharusnya belajar dan berperilaku
baik.
• Pergaulan bebas
Globalisasi menjadikan pergaulan bebas bukan lagi masalah. Para pelanggar moral
menagnggap hal-hal yang berhubungan dengan pergaulan bebas merupakan hal yang
wajar. Padahal di Indonesia sarat akan norma dan semua penduduknya terikat oleh
agama. Sehingga sebenarnya pergaulan bebas secara tegas sangat dilarang.
• Penggunaan narkoba
Globalisasi dan modernisasi tidak dapat dipungkiri lagi telah mendatangkan
keuntungan bagi manusia. Arus informasi yang masuk ke negeri ini semakin sulit
dibendung. Dampak negatifnya, banyak remaja yang terjerumus mengikuti budaya
asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, misalnya penyalahgunaan Narkoba.
• Tindakan kriminal
Tindak kriminal adalah tindak kejahatan atau tindakan yang merugikan orang lain dan
melanggar norma hukum, norma sosial dan norma agama. Sebagai contoh yaitu
perbuatan mencuri, menodong, menjambret, membunuh, dan lain-lain. Disebabkan
sebab masalah kesulitan ekonomi. Lalu merupakan profesi atau pekerjaanya karena
sulit lapangan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbardwi. 2021. Pengertian Akhlak Menurut Para Ahli. DIAKSES PADA 5 Maret melalui
https://pelajar.net/pengertian-akhlak/#Menurut_KBBI
Dasar-dasar pengertian moral. Diakses pada 5 Maret melalui
http://staffnew.uny.ac.id/upload/130515047/pendidikan/DASAR-
DASAR+PENGERTIAN+MORAL.pdf
Makalah Contoh Pelanggaran Etika, Moral, Norma Agama Dan Norma Hukum. 2017. Diakses
pada 5 Maret melalui https://blognyonyait.blogspot.com/2017/03/makalah-contoh-
pelanggaran-etika-moral.html
Wajdi, Farid dan Lubis, Suhrawardi K.. 2019. Etika Profesi Hukum (Edisis Revisi). Jakarta:
Sinar Grafika.
Widiyastuti, Retno. 2010. Kebaikan Akhlak dan Budi Pekerti. Semerang: Alprin

Anda mungkin juga menyukai