Anda di halaman 1dari 11

ETIKA KEILMUAN

(NAMA)

(NIM)

I. PENDAHULUAN

Etika merupakan bahasan yang berbicara tentang nilai etika dan nilai moral,
membicarakan perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat,etika sangat
menekankan pendekatan kritis dalam melihat nilai etika danmengenai norma etika. Etika
merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai etika dan pola perilaku hidup
manusia. Etika membicarakan soalnilai yang merupakan salah satu dari cabang filsafat. Etika
bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung
jawabkan karena setiap tindakannya selalu di pertanggungjawabkan. Etika yang sebanding
dengan moral dalam ilmu filsafat yaitu mengenai adat kebiasaan. Lebih jauh, etika dan moral
memiliki arti tersendiri dalam kehidupan manusia yang terwujud dalam pola perilaku
masyarakat. Etika sebagai pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang
budaya, sosial, dan agama.
Melalui belajar dan berpikir berfikir filsafat seperti itulah banyak persoalan dan
pertanyaan-pertanyaan dari yang ada dan yang tidak ada tapi ada bisa dicarikan jawabannya.
Dalam tataran ini cukup dimengerti apabila produk pemikiran filsafat mempengaruhi dan
menjadi idiologi suatu masyarakat dari yang terkecil sampai dalam bentuknya yang paling
besar yaitu negara. Dalam maknanya seperti itu, dapatlah dijelaskan bahwa filsafat telah
memberikan konsep-kosep metafisik dan kosmis yang bergerak di jagat raya ini dan
merupakan dasar dari perenungan, pencarian dalam filsafat.
Masalah etika itu sendiri merupakan cabang filsafat yang mencari hakikat nilai-nilai baik
dan jahat yang berkaitan dengan perbuatan dan tindakan seseorang yang dilakukan dengan
penuh kesadaran berdasarkan pertimbangan pemikirannya. Persoalan etika itu pula
merupakan persoalan yang berhubungan dengan eksistensi manusia dalam segala aspeknya
baik individu maupun masyarakat, baik hubungannya dengan Tuhan maupun dengan sesama
manusia dan dirinya. Ilmu berupaya mengantarkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan
moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. Ilmu
dan moral termasuk ke dalam genus pengetahuan yang mempunyai karakteristik masing-
masing.
Oleh karena, etika merupakan salah satu cabang dari kajian filsafat, makasangatlah perlu
untuk mengupas tuntas tentang permasalahan etika yang bersandarkan pada ruang lingkup
filsafat. Sehingga dapat diketahuilah tentang pandangan para pemikir atau para ahli filsafat
tentang etika. Tujuan etika dalamhal ini adalah untuk mendapatkan sesuatu yang ideal bagi
semua manusia ditempat manapun dalam waktu apapupun juga mengenail penilaian baik atau
buruk. Namun ukuran baik dan buruk sangat relatif sebab sangat tergantung pada keadaan
suatu daerah dan suasana suatu masa. Etika menentukan ukuran atas perbuatan manusia. Oleh
karena itu, dalam mengusahakan tujuan etika, manusia pada umumnya menjadikan norma
yang ideal untuk mencapai tujuaan tersebut.

II. PEMBAHASAN
II.1 Antara Etika, Moral, Norma dan kesusilaan
a. Etika

Etika secara etimologi berasal dari kata yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau
adat.Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang mebicarakan tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.Yang dapat dinilai baik buruk
adalah sikap manusia yaang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, katakata,
dan sebagainya. Adapun motif , watak, suara hati sulit untuk dinilai. Perbuatan atau tingkah
laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang dikerjakan
dengan tidak sadar tidak dapat dinilai baik buruk.

Menurut Sunoto (1982) etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif.
Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak
memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat. Contohnya sejarah
etika. Adapun etika normatif sudah memberikan penilaian yang baik dan yang buruk, yang
harus di kerjakan dan yang tidak. Etika normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika
khusus. Etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai, motifasi
suatu perbuatan, suara hati dan sebagainya.Etika khusus adalah prinsip-prinsip umum, seperti
etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan sebagainya.

Jenis – jenis etika :

1. Etika Filosofis
Etika berasal dari kegiatan berfilsafat atau berfikir, yang dimiliki oleh manusia. Etika
termasuk dalam filsafat, karena itu etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Terdapat dua
sifat etika, yaitu: Non-empiris dan Praktis . Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada
fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidak demikian, filsafat berusaha melampui yang
kongkret dengan seolah-olah menayakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula
dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada yang kongkret yang secara faktual dilakukan,
akan tetapi bertanya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Sedangkan
praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat
hukum mempelajari apa itu hukum.akan tetapi etika tidak terbatas itu, melainkan bertanya
“apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis
karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan
oleh manusia. Tetapi etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai.etika
hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban.

2. Etika Teologis

Ada dua hal yang berkaitan dengan teologis, yaitu: (a) Etika teologis bukan milik agama
tertentu, melainkan setiap agama mempunyai teologisnya masing-masing. (b) Teologis
merupakan bagian dari etika secara umum, karena banyak unsur-unsur etika secara umum,
dan dapat dimengerti secara umum. Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai
etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi
kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis.

b. Moral

Moral berasal dari kata latin mos jamaknya mores yang berarti adat atau cara hidup. Etika
dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan
atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai.Adapun etika dipakai untuk
pengkajian sistem nilai yang ada.Frans Magnis Suseno (1987) membedakan ajaran moral dan
etika. Ajaran moral adalah ajaran, wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang yang baik.
Sumber langsung ajaran moral adalah berbagai orang dalam kedudukan yang berwenang,
seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat, dan agama dan tulisan para bijak.Etika
bukan sumber tambahan bagi ajaran moral, tetapi filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran dan pandangan moral.Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi,
etika dan ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita
harus hidup, bukan etika melainkan ajaran moral.Etika mau mengerti ajaran moral tertentu,
atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengangan
berbagai ajaran moral.

Moral (bahasa latin moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia lain atau
orang lainnya dalam tindakan yang memilikinilai positif. Manusia yang tidak memiliki nilai
mora disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positifdi mata
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral
secara explisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa
moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang
memiliki nilai implisitkarena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan disekolah. Manusia harus
memiliki moral jika ia mau dihargai. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
masyarakat setempat.moral adalah tingkah laku, ucapan dalam berinteraksi sosial, apabila
tingkah laku dan tindakan itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut
dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakat , maka itu moral yang baik
begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki
standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun
sejak lama.

c. Norma

Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma memungkinkan
sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh
orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak
prilaku seseorang. Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat kelompok warga di
dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendalian tingkah laku yang
sesuai dan diterima. Norma juga dapat disebutkan sebagai ukuran atau kaidah yang menjadi
tolok ukur untuk menilai atau membandingkan sesuatu. Misalnya, untuk setiap masyarakat
harus menaati suatu tata tertib yang berlaku. (Frans Magnis Suseno, 1987, hlm. 14) Norma
adalah alat tukang kayu dan tukang batu yang berupa segitiga. Kemudian norma berarti
sebuah ukuran. Pada perkembangannya norma diartikan garis pengarah atau suatu peraturan.
Misalnya dalam suatu masyarakat pasti berlaku norma umum, yaitu norma sopan santun,
norma hukum, dan norma moral.

Macam – macam norma, yaitu:


 Norma agama, yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan larangan yang
berasal dari Tuhan.
 Norma moral/kesusilaan, yaitu peraturan atau kaidah hidup yang bersumber dari hati
nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang mengikat manusia
 Norma kesopanan, yaitu peraturan atau kaidah yang bersumber dari pergaulan hidup
antar manusia.
 Norma hukum, yaitu peraturan atau kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan resmi atau
negara yang sifatnya mengikat atau memaksa.
d. Kesusilaan

Leibniz seorang filsuf pada zaman Modern berpendapat bahwa kesusilaan adalah hasil
suatu “menjadi” yang terjadi didalam jiwa.Perkembangan dari nafsu alamiah yang gelap
sampai pada kehendak yang sadar, yang berarti sampai pada kesadaran kesusilaan yang telah
tumbuh lengkap, disebabkan oleh aktifitas jiwa sendiri.Segala perbuatan kehendak kita sejak
semula telah ada.Apa yang benar-benar kita kehendaki telah terkandung sebagai benih di
dalam nafsu alamiah yang gelap. (Harun Hadiwijono, 1990, hlm. 44-45).

Oleh karena itu, tugas kesusilaan pertama ialah meningkatkan perkembangan itu dalam
diri manusia sendiri.Kesusilaan hanya berkaitan dengan batin kita.Akibat pandangan itu
orang hanya dapat berbicara tentang kehendak yang baik dan jahat.Kehendak baik ialah jika
perbuatan kehendak mewujudkan suatu bagian dari perkembangan yang sesuai dengan
gagasan yang jelas dan aktual.Kehendak jahat ialah jika perbuatan kehendak diikat oleh
gagasan yang tidak jelas. Menurut filsuf Herbert Spencer, pengertian kesusilaan dapat
berubah, di antara bangsa berbagai pengertian kesusilaan sama sekali berbeda-beda. Pada
saman negara militer, kebajikan keprajuritanlah yang dihormati, sedang pada saman negara
industri hal itu dianggapp hina.Hal ini disebabkan oleh kemakmuran yang dialami pada
saman industri bukan didasarkan atas perampasan dan penaklukan, melainkan atas kekuatan
berproduksi. Kesusilaan merupakan bagian kecil dari norma sehingga bisa mengenal nama
norma susila, yaitu aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan setiap hari atau
seharihari. Contohnya pergaulan antara pria dan wanita. Kesusilaandapat pula menjadi bagian
dari adab dan sopan santun.

II.2 Dimensi Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologi


a. Dimensi Ontologis
Kata ontologi berasal dari perkataan yunani, yaitu Ontos: being, dan Logos:logic. Jadi,
ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan)
atau ilmu tentang yang ada. Ontologi diartikan sebagai suatu cabang metafisika yang
berhubungan dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Ontologi mengkaji sesuai yang
ada, sepanjang sesuatu itu ada. Clauberg menyebut ontologi sebagai “ilmu pertama,” yaitu
studi tentang yang ada sejauh ada. Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas, termasuk
Allah dan semua ciptaan, dan mendasari teologi serta fisika. Pertanyaan yang berhubungan
obyek apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi), bagaimana cara mengetahui
pengetahuan tersebut (epistemologi), dan apa fungsi pengetahuan tersebut (aksiologi).

b. Dimensi Epistemologi

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “Episteme” dan “Logos”. “Episteme” berarti
pengetahuan (knowledge), “logos” berarti teori. Dengan demikian, epistemologi secara
etimologis berarti teori pengetahuan. Epistemologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya
ilmu, dari mana sumber ilmu, serta bagaimana proses terjadinya. Dengan menyederhanakan
batasan tersebut, Brameld mendefinisikan epistimologi sebagai “it is epistemologi that gives
the teacher the assurance that he is conveying the truth to his student”. Definisi tersebut
dapat diterjemahkan sebagai “epistemologi memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru
bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya”. Disamping itu banyak sumber
yang mendefinisikan pengertian epistemologi di antaranya:

1. Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang mengenarahi masalah-masalah


filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan.
2. Epistemologi adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara
memperoleh pengetahuan, validitas, dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).
3. Epistemologi adalah cabang atau bagian filsafat yang membicarakan tentang
pengetahuan, yaitu tentang terjadinya pengetahuan dan kesahihan atau kebenaran
pengetahuan.
4. Epistemologi adalah cara bagaimana mendapatkan pengetahuan, sumber-sumber
pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan. Manusia dengan latar belakang,
kebutuhankebutuhan, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan
berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal?
Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolak ukur
kebaikan dan keburukan bagi manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia?
Mana pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa keadilan itu ialah baik? Pada
derajat berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya?
Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya
yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan
tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya. Pada dasarnya, manusia ingin menggapai
suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya.
c. Dimensi Aksiologi

Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “aksios” yang berarti
nilai dan kata “logos” berarti teori. Jadi, aksiologi merupakan cabang filsafat yang
mempelajari nilai. Dengan kata lain, aksiologi adalah teori nilai. Suriasumantri
mendefinisikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan kegunaan dari pengetahuan yang
di peroleh. Aksiologi dalam Kamus Bahasa Indonesia (1995) adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut
Wibisono seperti yang dikutip Surajiyo (2007), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur
kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan
ilmu. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan
value and valuation.

Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari
pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa
memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik
pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih
itudimanfaatkan di jalan yang tidak benar. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai
kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan
ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan
bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana

II.3 Hubungan Antara Nilai dan Budaya

Kebudayaan adalah hasil karya manusia, yang meliputi hasil akal, rasa, dan kehendak
manusia. Oleh karena itu maka kebudayaan tidak pernah berhenti, terus berlangsung
sepanjang jaman,merupakan suatu proses yang memerlukan waktu yang panjang untuk
memenuhi keinginanmanusia untuk lebih berkualiatas. Apabila kebudayaan adalah hasil
karya manusia, maka ilmu sebagai hasil akal pikir manusia juga merupakan kebudayaan.
Namun ilmu dapat dikatakan sebagai hasil akhir dalam perkembangan mental manusia dan
dapat dianggap sebagai hasil yang paling optimal dalam kebudayaan manusia.

Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu
kebudayaan yangdapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Dengan adanya unsur
tersebut, kebudayaan disini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar penjumlahan
unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu dikenal adanya unsur-unsur yang
universal yang melahirkan kebudayaan universal. Menurut C. Kluckhohn ada tujuh unsur
dalam kebudayaan universal,yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian hidup, sistem teknologi dan
peralatan, bahasa, sertakesenian. (Widyosiswoyo, 1996)

Ilmu adalah bagian dari pengetahuan.Untuk mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara


tertentu,memerlukan suatu metode dan mempergunakan sistem, mempunyai obyek formal
dan obyekmaterial. Karena pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan, maka ilmu yang
merupakan bagiandari pengetahuan dengan sendiriya juga merupakan salah satu unsur
kebudayaan (Daruni, 1991) Selain ilmu merupakan unsur dari kebudayaan, antara ilmu dan
kebudayaan ada hubungan pengaruh timbal-balik. Perkembangan ilmu tergantung pada
perkembangan kebudayaan,sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada
kebudayaan. Keadaan sosialdan kebudayaan, saling tergantung dan saling mendukung. Pada
beberapa kebudayaan, ilmudapat berkembang dengan subur. Disini ilmu mempunyai peran
ganda yakni:

1. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan


2. Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa

II.4 Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional


a. Pengertian Kebudayaan Nasional

Di dalam KBBI istilah kebudayaan diartikan sebagai: a) hasil kegiatan dan penciptaan
batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, dan b) keseluruhan
pengetahuanmanusia sebagaai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan
serta pengalamannya dan yang menjadi tingkah lakunya.Dengan rumusan lain bisa dikatakan
bahwa kebudayaan nasional adalah paduan seluruh lapisankebudayaan bangsa indonesia,
yang mencerminkan semua aspek perikehidupan bangsa. Kebudayaan nasional adalah
totalitas berdasarkan aspek kerohanian bangsa dan segala sesuatuyang dihasilkan oleh
manusia Indonesia sekarang.

b. Kebudayaan Nasional dan Manusia Indonesia

Masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri, yang adil dan makmur berdasarkan
pancasila danUUD 1945 hanya mungkin terwujud bila seluruh upaya pembangunan nasional
berpijak pada landasan budaya yang dinamis. Dinamis atau tidaknya kebudayaan nasional
akan tampak darimampu atau tidaknya kebudayaan tersebut merangsang pertumbuhan serta
perkembangan segalakekuatan aktif-kreatif yang dimiliki manusia dan masyarakat Indonesia.
Jadi yang dibutuhkanadalah suatu ruang kebudayaan yang memungkinkan manusia Indonesia
secara bebas mengekspresikan atau mengaktualisasikan diri dalam berbagai bentuk.

c. Peranan Ilmu terhadap Kebudayaan Nasional

Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan


yang sekarang bersifat konvensional ke arah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan
aspirasitujuan nasional. Langkah-langkah yang sistematik menurut Endang Daruni Asdi
(1991) adalah sebagai berikut:

1. Ilmu dan kegiatan keilmuan disesuaiikan dengan kebudayaan yang ada dalam
masyarakatkita, dengan pendekatan edukatif dan persuasif dan menghindari konflik-
konflik, bertitik tolakdari reinterprestasi nilai yang ada dalam argumentasi keilmuan.
2. Menghindari scientisme dan pendasaran terhadapp akal sebagai satu-satunya sumber
kebenaran.
3. Meningkatkan integritas ilmuan dan lembaga keilmuan, dan melaksanakan dengan
konsekuen kaidah moral kegiatan keilmuan.
4. Pendidikan keilmuan sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral. Etika dalam
kegiatan keilmuan mempunyai kaidah imperatif.
5. Pengembangan ilmu disertai pengembangan bidang filsafat. Filsafat ilmu hendaknya
diberikan di pendidikan tinggi. Walaupun demikian kegiatan ilmiah tidak berarti lepas
dari kontrol pemerintah dan kontrol masyarakat.

d. Strategi Kebudayaan
Strategi kebudayaan merupakan upaya bagaimana menangani kebudayaan khusunya
diIndonesia yang beragam budaya. Untuk mengetahui hal tersebut perlu diketahui lebih
dahulu apa sebenarnya fungsi kebudayaan nasional, kemudian bagaimana strategi
kebudayaan dari para ahli budaya Indonesia.

 Fungsi Kebudayaan Nasional

Kebudayaan nasional mempunyai dua fungsi pokok, yaitu pertama, sebagai pedoman
dalammembina persatuan dan kesatuan bangsa bagi masyarakat majemuk Indonesia. Dengan
perkataanlain, fungsi pertama kebudayaan Indonesia adalah memperkuat jati diri kita sebagai
bangsa.Kedua, sebagai pedoman dalam pengambilalihan dan pengembangan ilmu dan
teknologi modern.

 Strategi Kebudayaan di Indonesia

Untuk dapat menciptakan kebudayaan nasional Indonesia sebagai kegiatan dan proses
demikejayaan bangsa dan negara diperlukan adanya strategi yang tangguh. Menurut Slamet
Sutrisnoada lima langkah strategi, yakni sebagai berikut :

1. Akulturasi berarti berarti percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam
percaamapurannya masing-masing unsurnya lebih tampak.
2. Progresivitas beraarti maju. Progresivitas dalam kebudayaan mengandung pengertian
bahwa kebudayaan harus bergerak maju sehingga harus mengarah ke depan.
3. Sistem pendidikan di Indonesia harus mampu menanamkan kebudayaan sosial.
4. Kebijaksanaan bahasa nasional, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi di
Indonesia,melalui bahasa nasional tersebut telah dilakukan komunikasi yang baik dan
efektif dalam menunjang persatuan.
5. Sosialisasi Pancasila sebagai dasar negara melalui Pendidikan Moral Pancasila di
sekolah dasar, menengah dan mata kuliah Pancasila di Perguruan Tinggi.

III. SIMPULAN DAN PENUTUP


III.1 Simpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

a. Ilmu berupaya mengantarkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral pada


dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. Ilmu dan
moral termasuk ke dalam genus pengetahuan yang mempunyai karakteristik masing-
masing.
b. Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia.
Moral adalah sama artinya dengan etika, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Norma adalah sebuah ukuran atau dapat diartikan sebagai suatu peratura.
Kesusilaan adalah hasil suatu “menjadi” yang terjadi di dalam jiwa.
c. Dimensi Ontologis membahas sesuatu yang ada. Ontology membahas asas-asas
rasional dari kenyataan. Dimensis Epistemologi mempelajari asal mula, sumber,
manfaat, dan sahihnya pengetahuan. Landasan epistemology ilmu menyangkut cara
berpikir keilmuan berkenaan dengan kriteria tertentu agar sampai pada kebenaran
ilmiah. Dimensi Aksiologi sebagai nilai membahas tentang hakikat nilai, sehingga
disebut filsafat nilai.
d. Hubungan antara nilai dan budaya sangatlah erat. Faktor budaya berpengaruh
dominan dalam proses penilaian. Nilai sebagai konsep ukuran yang diyakini seseoran
merupakan bagian dari kebudayaan.
e. Kebudayaan nasional adalah kepribadian manusia Indonesia dalam wujudnya
berupampandangan hidup, cara berpikir, dan sikap terhadap pelbagai aspek kehidupan
bangsa. Peranan ilmu disini disesuaikan dengan kebudayaan yang ada dalam
masyarakat kita dengan pendekatan edukatif dan persuasif.

III.2 Penutup

Demikianlah makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu. Kami
dari penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dalam makalah ini. Untuk ini, kami
meminta kepada seluruh pihak untuk memberikan masukan dan kritikan yang bersifat
membangun supaya makalah ini lebih bermanfaat dimasa yang akan datang.

Sumber Bacaan :

Amsal, Bakhtiar. (2007). Filsafat Ilmu . Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.


H.A.Fuad Ihsan (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.
Suseno, Frans Magnis. (1987). Etika Dasar . Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai