Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSEP DAN TEORI ETIKA DALAM ISLAM

OLEH

NAMA : ZULKARNAEN

KELAS : A11
NIM : 2281130543

DOSEN : Dr. H. YUSUF, M.Pd

UIN SYEKH NURJATI CIREBON

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Secara etimologis, menurut Endang SyaifuddinAnshari, etika berarti perbuatan, dan


ada sangkutpautnya dengan kata-kata Khuliq( pencipta) danMakhluq (yang diciptakan).
Akan tetapi, ditemukan jugapengertian etika berasal dari kata jamak dalam bahasaArab
“Akhlaq”. Kata Mufradnya adalah khulqu, yangberarti : sajiyyah: perangai, mur’iiah : budi,
thab’in : tabiat,dan adab: adab (kesopanan).1Etika pada umumnyadiidentikkan dengan moral
(moralitas). Meskipun samaterkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika danmoral
memiliki perbedaan pengertian. Secara singkat,jika moral lebih cenderung pada
pengertian “nilai baikdan huruk dari setiap perbuatan manusia, etikamempelajari tentang
baik dan buruk”. Jadi,bias dikatakan, etika berfungsi sebagai teori dan perbuatanbaik dan
buruk( ethics atau „ilm al-akhlaq) dan moral(akklaq) adalah praktiknya. Sering pula yang
dimaksuddengan etika adalah semua perbuatan yang lahir atasdorongan jiwa berupa
perbuatan baik maupun buruk.2Etika adalah salah satu cabang filsafat yangmempelajari
tentang tingkah laku manusia, perkataanetika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos
yang berartiadat kebiasaan. Etika adalah sebuah pranata prilakueseorang atau kelompok
orang yangtersusun dari suatusistem nilai atau norma yang diambil dari gejala-
gejalaalamiyahsekelompok masyarakat tersebut.3Istilahetika diartikan sebagai suatu perbuatan
standar (standard of conduct ) yang memimpin individu, etikaadalah suatu studi mengenai
perbuatan yang sah danbenar dan moral yang lakukan seseorang.4Aristoteles
mendefinisikan etika sebagai suatukumpulan aturan yang harusdipatuhi oleh
manusia.5Etika juga memiliki stresing terhadap kajian sistem nilainilaiyang ada. Oleh
karena itu apabila kita kaitkan etikadengan perdagangan dalam Islam, maka
akanmelahirkan suatu kesimpulan bahwa perdagangan harusmengacu nilai-nilai keislaman
yang telah baku darisumber aslinya yaitu al-Quran dan al-Sunnah.6Jika etikadiartikan
sebagai kumpulan peraturan sebagaimanayang diungkapkan oleh Aristoteles, maka
etikaperdagangan dalam Islam dapat diartikan sebagai suatu perdagangan yang harus
mematuhi kumpulan aturanaturanyang ada dalam islam.Pemakaian istilah etika disamakan
dengan akhlak,adapun persamaannya terletak pada objeknya, yaitukeduanya sama-sama
membahas baik buruknya tingkahlaku manusia. Segi perbedaannya etika menentukan
baikburuknya manusia dengan tolak ukur akal pikiran.Sedangkan akhlak dengan
menetukannya dengan tolakukur ajaranagama (al-Quran dan al-Sunnah).7Dari uraian
tersebut dapat kita simpulkan ajaranetika berpedoman pada kebaikan dari suatu
perbuatanyang dapat dilihat dari sumbangasihnya dalammenciptakan kebaikan hidup
sesama manusia, baikburuknya perbuatan seseorang dapat dilihat berdasarkanbesar kecilnya dia
memberikan manfaat kepada oranglain. Dalam menentukan baik atau buruknya
perbuatanseseorang, maka yang menjadi tolak ukur adalah akalpikiran. Selain etika ada juga
yang dapat menentukansuatu perbuatan baik atau buruk yaitu akhlak. Namundalam
menentukan baik atau buruknya perbuatan yangmenjadi tolak ukur dalam akhlak yaitu al-
Quran dan al-Sunnah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan Etika, Moral dan Akhlak
2. Bagaimana etika dalam pandangan Islam
3. Bagaimana pembagian etika
C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan Etika, Moral dan Akhlak
2. Mengetahui etika dalam pandangan Islam
3. Mengetahui pembagian etika
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Etika, Moral dan Akhlak

Etika merupakan istilah yang berasal dari bahasaYunani ethos yang berarti: adat
istiadat.8Sebagai cabangdari filsafat, maka etika berangkat dari kesimpulan logisdan
rasio guna untuk menetapkan ukuran yang samadan disepakati mengenaisesuatu
perbuatan, apakahperbuatan itu baik atau buruk, benar atau salah danpantas atau
tidak pantas untuk dikerjakan.Di dalam New Masters Pictorial
encyclopaediadikatakan: ethichs is science of moral philosophyconcerned not with fact,
but with values; not withcaracter of, but the ideal of human conduct. (Etika
adalahilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapitentang nilai-nilai, tidak
mengenai sifat tindakanmanusia, tetapi tentang idenya).Sebagian orang berpendapat
bahwa etika samadengan akhlak. Persamaan itu memang ada, karenakeduanya
membahas masalah baik buruknya tingkahlaku manusia.

Tujuan etika dalam pandangan filsafatialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusiadi setiap waktu dan tempat dengan ukuran tingkah lakuyang baik dan
buruk sejauh yang dapat diketahui olehakal fikiran. Akan tetapi dalam usaha
mencapai tujuanitu, etika mengalami kesulitan, karena pandanganmasing-masing
golongan di dunia ini tentang baik danburuk mempunyai ukuran atau kriteria yang
berlainan.Setiap golongan mempunyai konsepsi sendiri-sendiri.9Adapun perkataan
akhlak, berasal dari bahasaArab jama‟ dari khuluqun yang menurut lughatdiartikan
budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.Kata tersebut mengandung segi-segi
keterkaitan denganperkataan khalqun yang berarti kejadian, serta erathubungannya
dengan khaliq yang berarti pencipta, danmakhluq yang berarti diciptakan. Perumusan
pengertianakhlak timbul sebagai media yang memungkinkanadanya hubungan baik
antara khalik dengan makhlukdan makhluk dengan makhluk.Sementara perkataan
moral berasal dari Bahasa Latin mores kata jamak dari mos yang berarti
adatistiadat. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkandengan arti susila. Yang
dimaksud dengan moral ialahsesuai dengan ide-ide umum yang diterima tentangtindakan
manusia, mana yang baik dan wajar. Jadi sesuaidengan ukuran-ukuran tindakan
yang oleh umumditerima dalam lingkungan tertentu dan sudahterlembagakan dalam
suatu masyarakat.Ketiga istilah di atas merupakan istilah-istilahyang banyak
dipakai untuk mengungkapkan maknayang serupa atau hampir sama. Para
peneliti etika secarasadar banyak menyebutkan etika sebagai moral atau
jugaakhlak. Filsafat moral disebut juga filsafat akhlak dansebagainya. Istilah-istilah di
atas yang maknanyadisamaratakan pada dasarnya tetap memiliki perbedaan,karena
dalam segi semantik dapat diketahui bahwasetiap kata pada dasarnya memiliki
karakteristik artiatau makna tersendiri yang membedakannya dengankata lainnya.
Karena apabila ada dua kata atau lebih,memiliki makna sama maka akan ada
pemubazirandalam berbahasa.Untuk dapat membedakannya maka dapatdiketahui bahwa
etika menetapkan ukuran sesuatubertitik tolak dari akal fikiran, tidak dari agama. Di
siniletak perbedaannya dengan akhlak dalam pandanganIslam. Dalam pandangan
Islam, ilmu akhlak adalahsuatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan mana yangbaik
dan mana yang buruk berdasarkan ajaran Allah danRasul-Nya.

Ajaran etika Islam sesuai dengan fitrah akaldan fikiran yang lurus.
Sementara perbedaannya antaramoral dan etika, yakni etika lebih banyak bersifat
teori,sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.Jika kita boleh menarik garis
batas antara moraldan etika, maka moral adalah aturan-aturan normative (dalam
bahasa agama Islam disebut akhlak) yang berlakudalam suatu masyarakat tertentu
yang terbatas olehruang dan waktu. Penerapan tata moral dalamkehidupan
sehari-hari dalam masyarakat tertentumenjadi bidang kajian antropologi, sedang
etika adalahbidang kajian filsafat. Realitas moral dalam kehidupanmasyarakat
yang terjernihkan lewat studi kritis (criticalstudies) adalah wilayah yang dibidangi
oleh etika. Jadistudi kritis terhadap moralitas menjadi wilayah etika,sehingga moral
tidak lain adalah objek material daripadaetika.Berbeda dari etika (filsafat moral),
maka akhlaklebih dimaksudkan sebagai suatu „paket‟ atau „produkjadi‟ yang bersifat
normatif-mengikat, yang harusditerapkan dan direalisasikan dalam kehidupan
seharihariseorang muslim, tanpa perlu mempertanyakan danmenyelidiki secara kritis
terlebih dahulu.Akhlak atau moralitas adalah merupakanseperangkat tata nilai yang
„sudah jadi‟ dan „siap pakai‟tanpa dibarengi, bahkan menghindari studi
kritis.Sedangkan etika justru sebaliknya, bertugas untukmempertanyakan secara
kritis rumusan-rumusan masalalu yang sudah menggumpal dan dalam lapisan
masyarakat.Dalam bahasa Indonesia, selain menyerap istilah etika, moral dan akhlak,
juga digunakan beberapa perkataan yang makna dan tujuannya sama atau hampir
sama, yaitu tata susila,kesusilaan, budi pekerti, sopan santun, adab, perangaidan
tingkah laku atau kelakuan.Sebagai cabang dari filsafat, maka etika berangkatdari
kesimpulan logis dan rasio guna untuk menetapkanukuran yang sama dan
disepakati mengenai sesuatuperbuatan, apakah perbuatan itu baik atau buruk,
benaratau salah dan pantas atau tidak pantas untukdikerjakan.

B. Etika dalam pandangan Islam

Kalau kita sepakati bahwa etika ialah suatukajian kritis rasional mengenai yang
baik dan yangburuk, bagaimana halnya dengan teori etika dalamIslam. Sedangkan
telah disebutkan di muka, kitamenemukan dua faham, yaitu faham rasionalismeyang
diwakili oleh Mu‟tazilah dan fahamtradisionalisme yang diwakili oleh
Asy‟ariyah.Munculnya perbedaan itu memang sulit diingkari baikkarena pengaruh
Filsafat Yunani ke dalam dunia Islammaupun karena narasi ayat-ayat al-Qur ‟an
sendiri yangmendorong lahirnya perbedaan penafsiran. Di dalamal-Qur‟an pesan etis
selalusaja terselubungi olehisyarat-isyarat yang menuntut penafsiran danperenungan
oleh manusia.Etika Islam memiliki antisipasi jauh ke depandengan dua cirri utama.
Pertama, etika Islam tidak menentang fithrah manusia. Kedua, etika Islam
amatrasionalistik.Sekedar sebagai perbandingan baiklahakan saya kutipkan
pendapat Alex Inkeles mengenaisikap-sikap modern. Setelah melakukan kajian
terhadapberbagai teori dan definisi mengenai modernisasi,Inkeles membuat
rangkuman mengenai sikap-sikapmodern sabagai berikut, yaitu: kegandrungan
menerimagagasan-gagasan baru dan mencoba metode-metodebaru; kesediaan buat
menyatakan pendapat;kepekaan pada waktu dan lebih mementingkan waktukini dan
mendatang ketimbang waktu yang telahlampau; rasa ketepatan waktu yang ebih
baik;keprihatinan yang lebih besar untuk merencanakanorganisasi dan efisiensi;
kecenderungan memandangdunia sebagai suatu yang bisa dihitung; menghargain
kekuatan ilmu dan teknologi; dan keyakinan padakeadilan yang bias diratakan.
Rasanya tidak perlu lagi dikemukakan di sinibahwa apa yang dikemukakan Inkeles
dan diklaimsebagai sikap modern itu memang sejalan denganetika al-Qur'an. Dalam
diskusi tentang hubungan antaraetika dan moral, problem yang seringkali
munculialah bagaimana melihat peristiwa moral yang bersifatpartikular dan
individual dalam perspektif teori etikayang bersifat rasional dan universal. Islam
yangmempunyai klaim universal ketika dihayati dandirealisasikan cenderung menjadi
peristiwa particular dan individual. Pendeknya, tindakan moral adalahtindakan konkrit
yang bersifat pribadi dan subyektif.Tindakan moral ini akan menjadi pelik ketika
dalamwaktu dan subyek yang sama terjadi konflik nilai.Misalnya saja, nilai
solidaritas kadangkalaberbenturan dengan nilai keadilan dankejujuran. Disinilah
letaknya kebebasan, kesadaran moral sertarasionalitas menjadi amat penting.
Yakni bagaimanamempertanggungjawabkan suatu tindakan subyektifdalam kerangka
nilai-nilai etika obyektif, tindakanmikro dalam kerangka etika makro, tindakan
lahiriahdalam acuan sikap batin.Dalam persfektif psikologi, manusia terdiri daritiga
unsur penting yaitu, Id, Ego, dan Superego,sedangkan dalam pandangan Islam
ketiganya seringdipadankan dengan nafs amarah, nafs lawwamah, dan
nafsmutmaninah. Ketiganya merupakan unsur hidup yangada dalam manusia yang
akn tumbuh berkembangseiring perjalanan dan pengalaman hidup manusia.Maka
untuk menjaga agar ketiganya berjalan denganbaik, diperlukan edukasi yang
diberikan orang tuakepada anaknya dalam bentuk pemberian muatan etikayang
menjadi ujung tombak dari ketiga unsur diatas. Diantara pemberiaan edukasi etika
kepada anakdiarahkan kepada beberapa hal di bawah ini:

a) Pembiasaan kepada hal-hal yang baik dengancontoh dan perilaku orang tua
dan tidak banyak menggunakan bahasa verbal dalam mecarikebenaran dan sudah
barang tentu sangattergantung pada sisi historisitas seseorang dalamhidup dan
kehidupan.

b) Bila anak sudah mampu memahami dengan suatukebiasaan, maka dapat


diberikan arahan lanjutdenganmemberikan penjelasan apa dan mengapadan yang
berkaitan dengan hokum kausalitas(sebab akibat) Pada masa dewasa, anak juga
tidakdilepas begtu saja, peran orang tua sebagaipengingat dan pengarah tidak
harus putus, tanpaharus ada kesan otoriter, bahkan mengajak anakuntuk diskusi
tentang pemahaman keberagamaan.

c) Pada masa dewasa, anak juga tidak dilepas begtusaja, peran orang tua sebagai
pengingat danpengarah tidak harus putus, tanpa harus adakesan otoriter, bahkan
mengajak anak untukdiskusi tentang pemahaman keberagamaan.Pembiasaan
kepada hal-hal yang baik dengancontoh dan perilaku orang tua dan tidak
banyakmenggunakan bahasa verbal dalammenyampaikan baik dan buruk sesuatu,
manfaat.
BAB III

PENUTUP

Etika dalam islam adalah sebagai perangkat nilaiyang tidak terhingga dan agung yang
bukan sajaberiskan sikap, prilaku secara normative, yaitu dalambentuk hubungan manusia
dengan tuhan (iman),melainkan wujud dari hubungan manusia terhadapTuhan, Manusia
dan alam semesta dari sudut panganhistorisitas. Etika sebagai fitrah akan sangat
tergantungpada pemahaman dan pengalaman keberagamaanseseorang. Maka Islam
menganjurkan kepada manusiauntuk menjungjung etika sebagai fitrah denganmenghadirkan
kedamaian, kejujuran, dan keadilan. Etikadalam islam akan melahirkan konsep ihsan, yaitu
carapandang dan perilaku manusia dalam hubungan socialhanya dan untuk mengabdi
pada Tuhan, buka adapamrih di dalamnya. Di sinilah pean orang tua dalammemberikan
muatan moral kepada anak agar mampumemahami hidup dan menyikapinya dengan
bijak dandamai sbagaimana Islam lahir ke bumi membawakedamaian untuk semesta
(rahmatan lilalamain)

Anda mungkin juga menyukai