Anda di halaman 1dari 6

MANUSIA, MORALITAS DAN HUKUM

OLEH : ERRY HIMAWAN MARTOATMODJO

A. MANUSIA DAN HUKUM


Manusia adalah mahluk sosial yang selalu
berhubungan dengan yang lain. Dalam hubungan
yang dilakukan itulah perlu keteraturan sehingga
setiap individu dapat berintreaksi secara harmonis
dengan individu lainnya dalam lingkungannya.
Untuk terciptanya keteraturan ini perlu suatu
perangkat yang disebut dengan hukum. Hukum di
masyarakat merupakan keharusan dan tuntutan
maka dapat dikatakan bahwa hukum itu melekat
bagi manusia dan lingkungannya. Dimana ada
masyarakat di sana ada hukum.

Hukum diciptakan dengan banyak tujuan seperti


hukum diadakan untuk menciptakan keadilan,
adanya jaminan kepastian dan ada yang
menekankan pada kegunaan hukum itu sendiri.
Namun dalam hubungannya dengan masyarakat
lebih ditekankan kepada tujuan hukum itu diadakan
adalah untuk ketertiban. Ketertiban merupakan
tujuan pokok dan pertama dari segala bentuk
hukum. Kebutuhan terhadap ketertiban ini
merupakan fundamental atau syarat pokok bagi
adanya suatu masyarakat manusia yang teratur.
Ketertiban sebagai tujuan utama hukum
merupakan fakta obyektif yang berlaku bagi segala
masyarakat manusia dalam segala bentuknya.

Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat ini,


diperlukan kepastian dalam pergaulan antar
manusia dalam masyarakat. Kepastian ini
menjamin bahwa kehidupan masyarakat akan
teratur dan juga menjamin mempertegas
keberadaan lembaga – lembaga penegak-penegak
hukum yang wajib melaksanakannya.
Terdapat banyak kaidah – kaidah yang berlaku di
masyarakat seperti kaidah agama, susila,
kesopanan, tradisi atau budaya dan moral. Diantara
kaidah – kaidah ini saling bersinergi satu sama lain
dan saling menguatkan. Sebagai contoh kaidah
hukum sebagai kaidah sosial, keberadaannya dapat
memberikan kekuatan kepada kaidah kesusilaan,
moral, agama. Namun adakalanya kaidah hukum
tidak serasi dengan kaidah – kaidah lainnya.

Hukum dapat disebut sebagai benar-benar hukum


apabila benar- benar dikehendaki oleh masyarakat
dan keberadaannya menjadi sebuah realita. Oleh
karena itu hukum sebagai kaidah sosial maka
hukum tidak bisa dilepaskan dari sebuah nilai,
hukum merupakan refleksi dari nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.

B. DIALEKTIKA HUKUM DAN MORAL SERTA SANKSI


DALAM MASYARAKAT
Apa artinya sebuah Undang-Undang kalau tidak
disertai dengan moralitas? Pertanyaan ini
mempertegas bahwa hukum tidak akan berarti
tanpa moralitas. Hukum akan menjadi kosong
tanpa moralitas. Kualitas hukum haruslah selalu
diukur dengan norma moral. Namun disisi lainnya
moralitas juga membutuhkan hukum sebab moral
tanpa hukum hanya menjadi impian kosong jikalau
tidak dijadikan dalam perundangan atau
dilembagakan dalam masyarakat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa hukum dapat meningkatkan
dampak sosial dari moralitas.

Namun hukum dan moral adalah berbeda. Dalam


kenyataannya terdapat banyak produk hukum yang
bertentangan dengan moral. Dimana berarti
terdapat ketidakcocokkan antara hukum dan
moral. Hukum dapat memiliki kekuatan jikalau
dijiwai oleh moralitas. Kualitas hukum terletak
pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa
moralitas, hukum tampak kosong dan hampa.

Namun demikian perbedaan hukum dan moral


sangatlah nyata. Hukum dapat dibukukan
sedangkan moral tidak dapat dibukukan. Hukum
lebih menjamin adanya kepastian sedangkan moral
tidak menjamin. Hukum lebih ditekankan pada
obyektivitas atau sesuai kenyataan sedangkan
moral lebih kepada subyektivitas. Hukum lebih
fokus kepada tingkah laku manusia sedangkan
moral juga menyangkut sikap batin seseorang.
Hukum mempunyai sanksi yang bersifat memaksa
sedangkan sanksi untuk moral adalah hati nurani
yang tidak senang. Hukum berasal dari kehendak
masyarakat dan berakhir menjadi kehendak
negara sedangkan moralitas berasal dari aturan-
aturan moral yang ada dan berlaku di masyarakat.

Namun pendapat dari ahli lainnya mengenai


perbedaan hukum dan moral adalah bahwa hukum
memiliki dasar yuridis dan konsensus sedangkan
moral berasal dari hukum alam. Hukum datang dari
luar diri manusia sedangkan moral datang dari
dalam manusia. Hukum pelaksanaannya dapat
dipaksakan sedangkan moral tidak dapat
dipaksakan. Sanksi hukum bersifat lahiriah
sedangkan sanksi moral bersifat kodrati. Hukum
lebih mengatur kehidupan manusia dengan negara
sedangkan moral lebih kepada pengaturan manusia
dengan manusia lainnya. Hukum lebih mengacu
waktu dan tempat sedangkan moral tidak mengacu
kepada keduanya.

C. PENGERTIAN NILAI, MORAL, ETIKA DAN NORMA


PENGERTIAN NILAI
Nilai termasuk dalam lingkungan ETIKA. Etika
mempunyai banyak makna seperti etika adalah
nilai atau norma yang menjadi pedoman. Etika
berarti juga nilai moral (kode etik) dan etika adalah
ilmu tentang baik dan buruk (filsafat moral).
Nilai adalah sangat nyata dalam hidup manusia.
Manusia selalu dalam hidupnya berpedoman pada
nilai-nilai yang berlaku. Sesuatu dianggap bernilai
adalah apabila bisa membuat senang, berguna,
memuaskan, menguntungkan, menarik dan dapat
memberi keyakinan.

Nilai dapat bersifat obyektif dimana nilai adalah


ada pada setiap sesuatu (pendapat aliran
idealisme). Apapun bentuknya yang ada didunia ini
pasti ada nilai melekat di dalamnya. Segala
sesuatu pasti bernilai dan bernilai bagi manusia.
Pendapat lainnya mengatakan bahwa nilai itu
subyektif lebih kepada siapa yang menilainya. Dan
pendapat yang ketiga merupakan campuran dari
kedua nilai sebelumnya. Nilai ditentukan oleh
subyek yang menilai dan obyek yang menilai.
Karakter nilai adalah ciri-ciri nilai itu sendiri
seperti nilai adalah realitas yang abstrak, lebih
kepada normatif dan mempunyai fungsi sebagai
daya dorong.

PENGERTIAN MORAL DAN ETIKA


Moral berarti ahklak, tata tertib batin atau hati
nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin
dalam hidup. Moral adalah etika tentang baik dan
buruk (sikap, perbuatan, kewajiban). Oleh karena
itu moral identik dengan etika, ahklak, kesusilaan
serta budi pekerti. Dalam filsafat nilai dapat dibagi
menjadi, nilai logika tentang benar dan salah, nilai
etika tentang baik dan buruk, nilai estetika tentang
indah dan jelek.
Jadi nilai etika adalah nilai baik dan buruk tentang
perilaku manusia. Nilai etika adalah nilai moral,
jadi moral adalah bagian dari nilai.

PENGERTIAN NORMA
Norma adalah seperangkat kaidah atau aturan
yang menjadi pedoman bagi masyarakat dalam
bertingkah laku yang berisikan tentang anjuran apa
yang boleh dilakukan dan larangan apa yang tidak
boleh dilakukan. Norma dapat dijadikan tolok ukur
dalam mengevalusi perbuatan seseorang. Di dalam
norma terdapat sanksi yang dikenakan bagi
pelanggar sanksi sebagai akibat dari perbuatannya.
Bentuk sanksi yang dikenakan haruslah sesuai
dengan norma yang dilanggarnya. Mengenai norma
ini, dapat dibagi menjadi norma agama bersumber
dari kitab suci berisikan ajakan-ajakan baik dan
larangan-larangan yang harus dijauhi, norma susila
lebih kepada aturan yang hidup di masyarakat dan
dijadikan pedoman bertingkah laku, norma sopan
bersumber pada tradisi dan budaya setempat dan
norma hukum bersumber pada aturan hukum
tertulis yang dibuat oleh penegak hukum.

D. PROSES TERBENTUKNYA DAN PERWUJUDAN


NILAI, MORAL, ETIKA DAN NORMA
Nilai penting bagi manusia karena bersifat normatif
dan menjadi pendorong bagi tingkah laku manusia.
Namun nilai masih bersifat tidak nyata dan
membutuhkan realisasi dan konkretisasi. Oleh
karena itu nilai perlu sebuah NORMA. Norma
adalah perwujudan dari nilai. Sebagai gambaran
dapat diambil contoh, manusia adalah mahluk yang
mendambakan keselamatan tetapi apa yang harus
dilakukan manusia agar terjadi keselamatan dalam
hidunya? Akhirnya yang dibutuhkan manusia
adalah adanya semacam aturan-aturan sebagai
tuntunan perilakunyang mengantarkan manusia
pada keselamatan

Setiap norma pasti terkandung nilai di dalamnya.


NILAI adalah jiwa bagi NORMA. Tanpa NILAI tidak
mungkin terwujud NORMA. Kemudian tanpa
NORMA maka NILAI tidak dapat diwujudkan pula.

Anda mungkin juga menyukai