Anda di halaman 1dari 3

Nama : Angel Meirdhani saranga

NPM : 20041010043
MANUSIA, MORALITAS DAN HUKUM
Nilai dianggap penting dalam kehidupan manusia, hal ini disebabkan seseorang di dalam hidupnya
tidak dapat dipisahkan dengan nilai nilai. Oleh karena itu, nilai-nilai ini implementasinya sangat
luas, dapat ditemukan pada berbagai perilaku yang terpilih dalam berbagai kehidupan yang luas di
alam semesta ini. Jadi, pemahaman akan konsep nilai dianggap penting dalam upaya untuk
mengerti dan memahami pentingnya nilai bagi kehidupan manusia. Di dalam nilai itu sendiri
terkandung cita-cita, harapan-harapan, dambaandambaan dan keharusan. Maka apabila kita
berbicara tentang nilai, sebenarnya kita berbicara tentang hal yang ideal, tentang hal yang
merupakan cita-cita, harapan, dambaan dan keharusan. Jika berbicara tentang nilai berarti masuk
pada bidang makna normatif, bukan kognitif, masuk ke dunia ideal dan bukan dunia real.
Meskipun demikian diantara keduanya, antara yang makna normatif dan kognitif, antara dunia
ideal dan real, itu saling berhubungan atau saling berkait erat. Artinya yang ideal harus menjadi
real dan yang bermakna normatif harus direalisasikan dalam perbuatan sehari-hari yang
merupakan fakta.
Dalam memahami lebih jauh mengenai konsep nilai, maka Notonagoro membagi nilai menjadi 3
(tiga) macam, yaitu :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia, atau
kebutuhan material ragawi manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerokhanian ini dapat dibedakan atas empat macam:
a). Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
b). Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (esthetis, gevoel, rasa)
manusia.
c). Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will,would, karsa)
manusia.
d). Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini
bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia
Nilai memiliki kaitannya yang erat dengan etika, karena etika pada pokoknya merupakan kajian
mengenai nilai baik dan buruk serta benar dan salah. Istilah etika berasal dari dua kata dalam
bahasa Yunani yaitu eqos-ethos dan eqiqos-ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat
yang biasa. Sedangkan ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik.
Etika sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Etika Deskriptif. Etika desriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman
moral secara deskriptif. Ini dilakukan dengan bertolak dari kenyataan bahwa ada fenomena
moral yang dapat digambarkan dan diuraikan secara ilmiah, seperti yang dapat dilakukan
terhadap fenomena spiritual lainnya, misalnya religi dan seni.
2. Etika Normatif. Etika normatif dapat juga disebut filsafat moral (moral philoshopy). Etika
normatif sendiri dibagi dalam dua teori, yaitu teori-teori nilai (theories of value) dan teori-
teori keharusan (theories of obligation). Teori-teori nilai mempersoalkan sifat kebaikan,
sedangkan teori-teori keharusan membahas tingkah laku.
3. Nilai Barat dan Timur. Barat dalam pikirannya cenderung menekankan dunia objektif
daripada rasa sehingga hasil pola pemikirannya membuahkan sains dan tekhnologi. Dalam
cara berfikir dan hidupnya lebih terpikat oleh kemajuan material dan hidup sehingga tidak
cocok dengan cara berfikir untuk meninjau mkana dunia dan makna hidup. Barat hidup
dalam dunia teknis dan ilmiah, maka filsafat tradisional dan pemahaman agama muncul
sebagai suatu sistematik ide-ide abstrak tanpa hubungan dengan yang nyata dan praktek
hidup. Akibatnya, pengaruhnya atas hidup dan pikiran orang makin berkurang karena Barat
mengunggulkan cara berfikir analitis rasional, maka mereka menganggap pikiran nilai-
nilai hidup yang meminta kepekaan hati sebagai sesuatu yang subjektif dan tidak bermutu.
Nilai penting yang mendasari semua nilai di Barat adalah martabat manusia, kebebasan
dan tekhnologi.
Hukum Pemahaman mengenai hubungan manusia dengan hukum yaitu bahwa setiap saat
manusia dikuasai oleh hukum. Hukum mencampuri urusan manusia sebelum ia lahir dan masih
mencampurinya sesudah manusia meninggal. Hukum melindungi benih di kandungan ibu dan
masih menjaga jenazah orang yang sudah mati. Hukum berlaku pada seorang individu ketika
baru dilahirkan, memberikan hak-hak terhadap orang tua dan meletakkan kewajiban atas orang
tua terhadap anak anaknya. Pergaulan hidup manusia yang terjadi karena hubungan antara
manusia satu dengan yang lainnya, baik hubungan yang langsung (asal-usul/keturunan),
perkawinan, perdagangan, tempat tinggal, kebangsaan, dan lain-lainnya. Jadi dapat dikatakan
bahwa semua hubungan itu diatur oleh hukum, semuanya adalah hubungan hukum, bahkan
jika dipikirkan lebih lanjut maka terasalah bahwa hukum itu tidak terbatas melainkan terdapat
dimana-mana.
Fungsi Nilai, Moral dan Hukum dalam Kehidupan Manusia
Nilai, moral dan hokum mempunyai keterkaitan yang sangat erat sekali. Nilai yang dianggap
penting oleh manusia itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus
diaplikasikan dalam perbuatan. Setiap individu harus memahami nilai dan kebernilaian
dirinya, sehingga akan menempatkan diri secara bijak dalam pergaulan hidup serta akan
mengakui dan bijak terhadap keberadaan nilai dan kebernilaian orang lain. Pemahaman akan
nilai dan kebernilaian diri akan membawa implikasi pada permasalahan moralitas. Moralitas
diidentikan dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk (etika), yang mana cara mengukurnya
adalah melalui nilai-nilai yang terkandung dalam perbuatan tersebut. Sedangkan perbuatan-
perbuatan manusia agar tidak merugikan orang lain atau masyarakat dan dapat menciptakan
ketertiban serta dapat menjaga keutuhan masyarakat, maka dibuatlah hokum yang mengatur
tentang hubungan sosial masyarakat
Bahkan Hukum Positif Jepang memungkinkan seorang tersangka dalam kasus pidana tidak
diteruskan perkaranya ke pengadilan, dengan banyak didasari pertimbangan non-hukum serta
moral. Seorang tersangka tidak sampai dituntut di muka pengadilan:
1. Dengan alasan menunjukkan sikap yang baik.
2. Lingkungan kehidupannya menunjukkan kemungkinan si tersangka dapat merubah cara
hidupnyamenjadi baik.
3. Masih di bawah umur atau anak-anak.
4. Mengembalikan hasil kejahatannya atau meletakkan jabatan

Anda mungkin juga menyukai