Anda di halaman 1dari 45

PANCASILA SEBAGAI

SISTEM NORMA DAN ETIKA


Ketuhanan

Kemanusiaan

Nilai PS Persatuan

Kerakyatan

Keadilan

Secara normatif  acuan


tindakan baik
Pancasila
Secara filosofis  dijadikan
perspektif kajian nilai dan
norma yg berkembang di
masyarakat
PENGERTIAN NILAI
 Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal,
nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya
persoalan benar dan salah yang menuntut
pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang
dikehendaki dan tidak dikehendak (Sidi Gazalba)
Nilai adalah suatu gagasan mengenai apakah suatu
tindakan itu penting ataukah tidak penting (Horton
& Hunt (1987)
PENGERTIAN NORMA
 Norma atau kaidah-kaidah aturan yang berlaku
dalam masyarakat dapat dipertahankan dengan
adanya sanksi-sanksi, yaitu ancaman hukuman
terhadap siapa saja yang melanggarnya. Sanksi itu
merupakan suatu pengukuhan terhadap berlakunya
norma-norma yang berlaku tadi dan merupakan
reaksi terhadap perbuatan yang melanggar norma
tersebut.
FUNGSI NORMA
1). Sebagai ukuran, patokan dan pedoman bagi manusia dalam berperilaku
hidupnya. Artinya norma memuat aturan tingkah laku masyarakat dalam
pergaulan sosial.
2). Untuk memberikan sanksi kepada masyarakat yang melanggarnya. Norma
mengatur agar dalam memberikan sanksi sesuai dengan aturan norma-norma
yang berlaku di masyarakat setempat.
3). Untuk menjaga ketertiban dan kerukunan antar anggota masyarakat. Norma
mengatur agar perbedaan dalam masyarakat tidak menimbulkan kekacauan.
4). Sebagai sistem pengendalian dan penilai dalam sosial. Tingkah laku
anggota masyarakat diawasi dan dinilai serta dikendalikan oleh aturan-aturan
yang berlaku dalam masyarakat;
5). Untuk menciptakan keadilan dalam masyarakat. Norma ini memberikan
jaminan dan rasa keadilan dalam masyarakat;
6). Untuk mencapai tujuan bersama yaitu kedamaian dalam ketertiban
masyarakat
NORMA AGAMA
 adalah sekumpulan kaidah atau peraturan hidup manusia yang
sumbernya dari wahyu Tuhan. Penganut agama meyakini bahwa apa
yang diatur dalam norma agama berasal dari Tuhan Yang Maha Esa,
yang disampaikan kepada nabi dan rasul-Nya untuk disebarkan kepada
seluruh umat manusia di dunia.
 Peter Mahmud Marzuki, (2008: 89), menyatakan bahwa, norma agama
bersangkut paut dengan aspek manusia sebagai individu dan aspek
bathiniah manusia, norma ini mengatur hubungan antara individu
manusia sebagai suatu ciptaan dengan sang khalik sebagai penciptanya.
 Norma agama bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang beriman.
Ajaran agama atau kepercayaan dalam masyarakat sangat menjunjung
tinggi tata tertib dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap manusia akan
selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhan dan meninggalkan apa
yang dilarang-Nya sesuai dengan yang tercantum di dalam kitab suci
masing-masing agamanya
NORMA KESUSILAAN
 adalah peraturan hidup yang bersumber dari suara hati nurani manusia. Peraturan hidup
ini berkenaan dengan bisikan kalbu dan suara hati nurani manusia. Norma kesusilaan
ada bersamaan dengan kelahiran atau keberadaan manusia itu sendiri, tanpa melihat
jenis kelamin dan suku bangsanya.
 Norma kesusilaan bertujuan agar manusia mempunyai kehidupan yang berakhlak atau
mempunyai hati nurani yang bersih. Sumber dari norma kesusilaan ini adalah hati
sanubari manusia itu sendiri, yang bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada hal-hal
yang besifat lahiriah, tetapi ditujukan kepada sifat batin manusia.
 Artinya dengan hati nurani yang bersih maka manusia akan dapat membedakan mana
yang merupakan perilaku yang buruk dan mana perilaku yang tidak baik. (Chairun
Arrasjid, 2004:8).
 Adapun yang menjadi sanksi dari norma kesusilaan ini lebih menekankan kepada
penyesalan terhadap diri atau batin seseorang yang melakukan pelanggaran norma
kesusilaan tersebut, sebagai contoh, seseorang yang melakukan kebohongan dan tidak
jujur atas perkataanya, maka sebenarnya dalam hati nuraninya mengakui atas tindakan
yang tidak baik terhadap dirinya hingga menimbulkan penyesalan terhadap perbuatan
yang dilakukannya.
Norma Kesopanan

 adalah norma yang berhubungan dengan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan
segolongan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

 Norma kesopanan bertujuan untuk mencapai kehidupan dalam pergaulan hidup


berlangsung dengan menyenangkan. Peraturan-peraturan yang timbul tersebut ditaati
sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku manusia terhadap manusia yang ada di
sekitarnya (Winataputra, 2007:6.18)
 Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat. Norma kesopanan sering juga disebut sopan santun, tata karma, atau
adat istiadat.

 Dalam pergaulan pada masyarakat sering tata cara yang dipertahankan di masyarakat
yang melekat secara kuat dan menjadi adat istiadat. Adat istiadat adalah
aturan/kebiasaan yang dianggap baik dalam masyarakat yang dilakukan secara turun
temurun. Sedangkan kebiasaan, merupakan perbuatan yang berulang-ulang dalam
peristiwa yang sama, kemudian diterima dan diakui oleh masyarakat dan dianggap
sebagai aturan hidup.
NORMA HUKUM
 adalah peraturan-peraturan yang timbul mengenai tingkah laku manusia
dalam pergaulan masyarakat dan dibuat oleh badan-badan resmi negara
serta bersifat memaksa sehingga mempunyai perintah dan larangan serta
wajib ditaati oleh seluruh masyarakat.

 Norma hukum bertujuan untuk mencapai ketertiban dan kedamaian


dalam pergaulan hidup. Ketertiban dan kedamaian dapat tercapai dengan
menciptakan suatu keserasian antara ketertiban (yang bersifat lahiriah)
dengan ketentraman (yang bersifat batiniah) (Winataputra, 2008:6.18)

 Ciri utama dari norma hukum adalah mempunyai kekuatan sanksi berupa
ancaman hukuman. Kekuatan sanksi dalam norma hukum dapat
dipaksakan dan dilakukan melalui kekuatan alat-alat perlengkapan
negara, yaitu aparat penegak hukum. Hukum yang mempunyai sifat
memaksa..
NORMA SOSIAL DAN BUDAYA

 Pancasila dalam sosial dan budaya penerapannya dapat melalui hal


sederhana, yang dapat ditemukan di kehidupan masyarakat. Dengan
sosial dan budaya yang berpancasila, kita perlu menekankan agar
seluruh masyarakat paham akan perbedaan yang ada di negara
indonesia, yang harusnya sekarang sudah tidak perlu dijelaskan lagi
bahwa negara indonesia adalah negara yang berbeda beda
golongannya. Penerapan nilai pancasila dapat dimulai dari diri sendiri
misalnya dengan menghargai dan menghormati adanya perbedaan
agama, menempatkan sesama sebagai makhluk tuhan dengan segala
martabat dan hak asasi, menempatkan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi dan golongan, menjunjung tinggi sosial
kemasyarakatan, dan sikap hidup tolong menolong, kekeluargaan,
dan gotong royong.
 Hubungan antara nilai, moral dan norma

 Nilai, moral dan norma memiliki hubungan timbal balik dan


bersifatinteraktif dalam artian bahwa saling mempengaruhi dan
dipengaruhi.

 Nilai dan norma dapat dijadikan sebagai suatu pedoman, tolak ukur,
penuntun, petunjuk bagi moral manusia dalam kehidupannya, baik dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia maupundengan alam
semesta.

 Nilai itu bersifat abstrak dan ideal, karena nilai itu berada dalam gagasan,
pikiran, ide, keyakinan manusia. Nilai yang sifatnya abstrak tersebut,
kemudian dikonversikan menjadi lebih konkret, dengan cara nilai itu
diwujudkan melalui wujud tingkah laku atau perbuatan-perbuatan manusia
dalam melakukan aktivitas sosialnya sehari-hari. Untuk menjaga sekaligus
memperkuat nilai yang dianggap ideal, maka dapat dikonkretkan menjadi
norma-norma sosial.
 Pengertian Etika
 Etika adalah ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan
bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.
Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :
 1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip
      

yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.


 2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut
 

di atas dalam hubungannya dengan berbagai


aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu
(etika individual) maupun mahluk sosial (etika
sosial)
2. ETIKA

 Etika  kajian ilmiah terkait etiket atau moralitas.


 Etika  sebagai aturan kesusilaan / sopan santun.
 Istilah yg tepat  etiket pergaulan  etiket jurnalistik,
etiket kedokteran, dll.
 Scr etimologis (asal kata), etika berasal dari bhs Yunani,
ethos : watak kesusilaan atau adat.
 Identik dengan moral yg berasal dari bhs Latin mos
(jamak mores) = adat atau cara hidup.
 Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan
untuk mengkaji sistem nilai yang ada
Kata etika dan moral ada kesamaan arti, dalam
pemakaian sehari-hari digunakan secara berbeda.
Moral / moralitas  digunakan utk perbuatan yg
sedang dinilai.
Etika  digunakan utk mengkaji sistem nilai yang ada.

persamaan tersebut di atas terdapat dalam 3 (tiga) hal,


yaitu :
Objek : perbuatan manusia
Ukuran : baik dan buruk
Tujuan : membentuk kepribadian manusia
Pengertian Moral

Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan


kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang
hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada
aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara
moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap
tidak bermoral.

Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan


atau prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral
dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma
yang mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Perbedaan moral dan etika
moral mengajarkan apa yang benar sedangkan etika melakukan yang benar.
moral mengajarkan bagaimana seharusnya hidup sedangkan etika berbuat atau
bertindak sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam pendidikan moral.
moral menyediakan “rel” kehidupan sedangkan etika berjalan dalam
“rel”kehidupan.
moral itu rambu-rambu kehidupan sedangkan etika mentaati rambu-rambu
kehidupan.
moral itu memberikan arah hidup yang harus ditepumpuh sedangkan etika
berjalan sesuai arah yang telah ditetapkan (menuju arah).
moral itu pedoman kehidupan sedangkan etika mengikuti pedoman.
moral itu aturan yang wajib ditaati oleh setiap orang sedangkan etika sering
berorientasi pada situasi dan kondisui, motif, tujuan, kepentingan, dan
sebagainya.
moral sumber acuannya adalah norma dan adat istiadat, sedangkan etika
bersumber pada akal manusia
moral memandang tingkah laku manusia secara lokal atau khusus, sedangkan
etika berpandangan pada tingkah laku manusia secara umum
b. Aliran Besar Etika
Ada 3 teori / aliran besar bagian etika :
1) Etika Deontologi (ED)
Memandang tindakan baik atau buruk
berdasarkan apakah tindakan itu sesuai
E / tidak sesuai kewajiban.
Tak mempersoalkan akibat dari
D tindakan tersebut, baik atau buruk.
Kebajikan  ketika seorang
melaksanakan apa yang sudah menjadi
kewajibannya

Tokoh ED  Immanuel Kant (1734 – 1804).


Didasari kemauan baik

Kerja keras

Tindakan bila Sungguh-sungguh utk


itu baik melakukan perbuatan itu

Berdasarkan atas otonomi


bebasnya

Tanpa ada paksaan dari luar


2) Etika Teleologi (ET)
kebaikan dengan ET

Memandang baik atau buruk berdasarkan tujuan


atau akibat dari perbuatan itu.

Membantu kesulitan ED, ketika dihadapkan pada


atau lebih kewajiban yang bertentangan satu
ET dengan yang lain.

Jawaban ET bersifat situasional  memilih mana


yang membawa akibat baik walaupun harus
melanggar kewajiban nilai norma yang lain.
3) Etika Keutamaan (EK)

Tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan

Tidak mendasarkan pada penilaian moral pada


kewajiban terhadap hukum moral, tetapi pada
pengembangan karakter moral diri setiap orang

EK Orang tak hanya melakukan tindakan yang baik,


melainkan menjadi orang yang baik.

Karakter moral dibangun dengan cara meneladani


perbuatan-2 baik yang dilakukan oleh para tokoh besar.
Internalisasi dibangun melalui cerita, sejarah yg
mengandung nilai-2 keutamaan agar dihayati dan ditiru
masyarakat.
3. ETIKA PANCASILA (EP)
Tak bertentangan
Merangkum norma- norma yang berlaku

Mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai PS 


yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan
dan Keadilan.
EP
Perbuatan dikatakan baik bukan hanya bertentangan
dengan nilai-2 tsb, tetapi juga sesuai dan mempertinggi
nilai-2 PS.
Nilai-nilai PS bersifat universal, dapat diterima oleh
siapapun dan kapanpun.

Berbicara ttg nilai-2 yang sangat mendasar dalam


kehidupan manusia
Pancasila sebagai norma moral

Merupakan nilai-nilai dasar yang bersifat fundamentil dan


universil bagi manusia dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.harus dijabarkan dalam
kehidupan yang bersifat praktis berupa norma-norma
yang jelas yang kemudian menjadi suatu pedoman.

Norma moral : merupakan ajaran-ajaran, wejangan-


wejangan, patokan-patokan kumpulan peraturan baik
lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus
hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik.

Pancasila telah dijabarkan dalam suatu norma moralitas


sehingga Pancasila merupakan sistem etika dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia.
Pancasila sebagai Norma hukum

 Norma hukum :
suatu sistem perundang-undangan yang
berlaku di suatu negara. dalam pengertian ini
Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum di negara Indonesia.
Dan pelaksanaan dari hukum yang berlaku
juga harus didasarkan pada nilai moral
hukum Pancasila.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa (nilai
ketuhanan)
Dimensi Norma :
 Pasal 28 E ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, yang

menyatakan bahwa, “setiap orang bebas memeluk


agama dan beribadah menurut agamanya”.
 Pasal 29 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, yang

menyatakan bahwa “negara menjamin


kemerdekaan tiaptiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan beribadat menurut
agama dan kepercayaannya
 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Dimensi Moral Sila ke – 1

 Meyakini dan memilih satu agama dengan


menjalankan perintah dan menjauhi larangan sesuai
norma agama yang berlaku Tidak mengganggu
ibadah agama yang lain Hidup rukun meskipun
beda agama
Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab

Dimensi Norma
 Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, segala

warga negara bersamaan kedudukannya di


dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya
 Pasal 24 UUD NRI Tahun 1945, kekuasaan

kehakiman merupakan kekuasaan yang


merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan
Dimensi Moral sila ke- 2
 Sebagai manusia kita harus menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan - Berani membela keadilan


dan kebenaran - Saling menghormati dan
menghargai
Sila ketiga, persatuan Indonesia
 Pasal 1 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, negara
Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk
republik - Pasal 30 ayat (1) mengamanatkan bahwa
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara” -
UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan -
UU No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Dimensi moral :
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan

negara dan bangsa apabila diperlukan -


Menempatkan persatuan dan kesatuan serta
kepentingan dan keselamatan bangsa negara
sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan
pribadi dan golongan
Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

 Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, kedaulatan berada


di tangan rakyat dilaksanakan menurut UUD
 Pasal 2 dan Pasal 3 UUD NRI Tahun 1945 tentang MPR,
Pasal 4, Pasal 5 tentang Presiden, Pasal 18 tentang
Pemerintah Daerah, Pasal 19, Pasal 20 tentang Dewan
Perwakilan Rakyat, Pasal 22 C dan 22 D tentang Dewan
Perwakilan Daerah, Pasal 22 E tentang Pemilihan Umum
 UU No. 8 Tahun 2011 tentang Partai Politik
 UU No.2 Tahun 2018 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Dimensi moral sila ke-4
 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap

manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan


kewajiban yang sama

 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang


dipercaya untuk melaksanakan permusyawarata
Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indones

 Pasal 33 dan Pasal 34 UUD NRI Tahun 1945


tentang Perekonomian Nasional dan
kesejahteraan sosial
 UU No, 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
 UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial
Dimensi moral sila ke-5

 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar


dapat berdiri sendiri
 Tidak menggunakan hak miliki untuk usaha-usaha
yang bersifat pemerasan terhadap orang lain
 Suka bekerja keras, suka melakukan kegiatan dalam
rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial, misalnya gotong royong dalam
membayar pajak.
Nilai-nilai mendasar dalam kehidupan
manusia :
1) Ketuhanan
 Merupakan nilai tertinggi, karena menyangkut nilai yg
bersifat mutlak.
 Seluruh nilai diturunkan dari nilai ini.
 Suatu perbuatan dikatakan baik, bila tak bertentangan
dengan nilai ini, kaidah dan hukum Tuhan.
Secara empiris  setiap pelanggaran nilai, kaidah dan
hukum Tuhan akan berdampak buruk.
Contoh :
Pelanggaran kaidah Tuhan untuk pelestarian alam  terjadi
bencana alam banjir, kekeringan, tanah longsor, dsb.
2) Kemanusiaan
 Perbuatan dikatakan baik bila sesuai dengan nilai-2
kemanusiaan.
 Prinsip pokok dlm nilai kemanusiaan PS adalah keadilan
dan keadaban. Keadilan mensyaratkan kesinambungan
antara lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan
sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang
terikat hukum-2 Tuhan.
 Keadaban  indikasi keunggulan manusia dibanding
makhluk lain seperti hewan, tumbuhan dan benda tak
hidup.
 Perbuatan dikatakan baik bila sesuai nilai-2 kemanusiaan
yg berdasarkan konsep keadilan dan keadaban.
3) Persatuan
 Perbuatan dikatakan baik bila dapat memperkuat
persatuan dan kesatuan.

 Sikap egois dan menang sendiri, sikap memecah


belah  perbuatan buruk.

 Perbuatan atas nama agama (Sila I), tetapi kalau


memecah belah persatuan dan kesatuan menurut
etika PS bukan perbuatan yang baik.
4) Kerakyatan
 Dalam kerakyatan terkandung nilai hikmat /
kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata
hikmah / kebijaksanaan berorientasi pada tindakan
yg mengandung nilai kebaikan tertinggi.

 Dengan demikian, perbuatan belum tentu baik bila


disetujui / bermanfaat utk orang banyak, ttp
perbuatan itu baik bila atas dasar musyawarah
berdasarkan hikmah / kebijaksanaan.
5) Keadilan
 Nilai keadilan lebih diarahkan pada konteks sosial
bukan dalam konteks manusia selaku individu.

 Perbuatan dikatakan baik, bila sesuai dengan


prinsip keadilan masyarakat banyak.

 Menurut Kohlberg (1995 : 37) keadilan merupakan


kebajikan utama.
NILAI PANCASILA
 Dapat menjadi sistem etika yg kuat.
 Tak hanya bersifat mendasar, tetapi realistis dan aplikatif.
 Dalam kajian aksiologis, keberadaan nilai mendahului fakta
 nilai-2 PS meruapkan nilai ideal yg sudah ada dlm cita-2
B. Ind yg harus diwujudkan dalam kehidupan.
 Bersifat abstrak umum dan universal, yaitu nilai yg
melengkapi realitas kemanusiaan dimanapun, kapanpun
dan merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya
nilai-nilai lain.
 Nilai Ketuhanan  menghasilkan nilai spiritualitas,
ketaatan dan toleransi.
 Nilai Kemanusiaan  menghasilkan nilai kesusilaan,
tolong menolong, penghargaan, penghormatan, kerjasama,
dll.
 Nilai Persatuan  menghasilkan nilai cinta tanah air,
pengorbanan, dll.
 Nilai Kerakyatan  menghasilkan nilai menghargai
perbedaan, kesetaraan, dll.
 Nilai Keadilan  menghasilkan nilai kepedulian,
kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dll.
4. PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PERSOALAN
BANGSA & NEGARA

(Studi Kasus Korupsi)

Memprihatinkan, banyak masalah dalam bentuk krisis


multidimensional (Epoleksosbud, Hankam, Pendidikan, dll)

Hulunya krisis moral, yg tragisnya dilakukan oleh eksekutif, legeslatif


maupun yudikatif.
NKRI
Moralitas memegang kunci guna mengatasi krisis moral.

Indikator kemajuan B. Ind tak cukup diukur hanya dari kepandaian


WNI, kekayaan alam, dll tetapi yg mendasar adalah bangsa tsb
memegang teguh moralitas.
Moralitas memberi dasar, warna sekaligus penentu arah tindakan
suatu bangsa.
Barang sangat mahal (semakin
langka orang yang bermoral)
Moralitas saat ini
di Indonesia
Barang murah, banyak orang
menggadaikan moralitas dg
beberapa lembar uang

 Nilai-2 yg menjadi dasar dan tujuan negara 


telah digadaikan dengan serakah dan
bergelimang harta.
 Egoisme  mengalahkan solidaritas dan
kepedulian pada sesama.
BAGAIMANA MEMBANGUN KESADARAN MORAL
ANTI KORUPSI BERDASARKAN PANCASILA

 Korupsi  berarti sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,


ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan
dari kesucian.
 Kasus korupsi di Ind  semakin merajalela.
 Oleh krn itu penyelesaian korupsi  melalui beragam cara /
pendekatan (eksternal dan internal).

Adanya unsur dari luar diri manusia yg berkekuatan


memaksa orang tak korupsi, spt hukum yang kuat /
hukuman berat, penegak hukum yg bersih.
Eksternal
Terciptanya budaya dan watak masyarakat (orang
enggan / malu korupsi dan lain-lain).
Kekuatan yg muncul dari dalam diri manusia /
individu dan mendapat penguatan dari pendidikan
dan pembiasaan.
Internal
Pendidikan yang kuat  dari keluarga,
menanamkan jiwa anti korupsi, kemudian
diperkuat pendidikan formal dan non formal.

Membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan PS 


membangun mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal dalam
diri masy.
Di PT  pendidikan PS.
Nilai-2 PS  bila benar-benar dipahami, dihayati dan diamalkan, pasti
mampu menekan angka korupsi.
Nilai-2 PS (sila I, II, III, IV, V)  merupakan kesatuan organis, akan
menjadi kekuatan moral besar bila dijadikan landasan moril dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dalam pemberantasan korupsi.
Penanaman nilai-nilai PS paling efektif :
Melalui pendidikan
Melalui media (elektronik, cetak).

Pendidikan informal di keluarga  harus menjadi


landasan utama dan didukung oleh pendidikan
formal disekolah dan non formal di masyarakat.

Peran media  penting, memiliki pengaruh dan


daya jangkau yg luas, shg media harus memiliki
visi, misi mendidik bangsa dan membangun
karakter PS di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai