Anda di halaman 1dari 26

Prinsip Etika dan Moral

dalam Pelayanan
Kebidanan
Nana Maryana, S.S.T., M.Keb
Etika, Etiket, Moral dan Hukum

 Etika
 Sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia
yang didorong oleh kehandak dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan.
 Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai:

 YUNANI à Ethos, kebiasaan atau tingkah laku

 INGGRIS à Ethis, tingkah laku/perilaku manusia yang baik : tindakan yang


harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
 Menurut K. Bertens etika dirumuskan sebagai berikut :

 Kata etika dapat digunakan dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang /suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
 Etika berati kumpulan asas/moral, yang dimaksud disini adalah kode etik.
Etiket

 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari


kata “etiket”, yaitu :
 Etiket berasal dari bahasa inggris Etiquette. Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan
santun.

 Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan
agar hubungan selalu baik.
Persamaan etika dengan etiket

 Sama-sama menyangkut perilaku manusia

 Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu


menyatakan tentang apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan
Moral

Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang dianggap baik atau
buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai perkembangan atau perubahan
norma atau nilai. Moralitas berasal dari bahasa Latin Moralis, artinya:

 Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.

 Sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruk.
Hukum

 Segala peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam kehidupan bersama yang dapat


dipaksakan dengan suatu sanksi dalam pelaksanaannya. Hukum berhubungan erat dengan
moral. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh
moralitas. Sebaliknya moral juga berhubungan erat dengan hukum. Moral hanya sebatas hal
yang abstrak saja tanpa adanya hukum.
 Contoh : bahwa mencuri itu adalah moral yang tidak
baik, supaya prinsip etis ini berakar di masyarakat
maka harus diatur dengan hukum.
Menurut Bertens, ada beberapa perbedaan
antar hukum dan moral:
 Hukum ditulis sistematis, disusun dalam kitab undang-undang, mempunyai kepastian lebih besar dan bersifat obyektif.

 Moral bersifat subyektif, tidak tertulis dan mempunyai ketidak pastian lebih besar.

 Hukum membatasi pada tingkah laku lahiriah saja dan hukum meminta legalitas.

 Moral menyangkut sikap batin seseorang.

 Hukum bersifat memaksa dan mempunyai sanksi.

 Moral tidak bersifat memaksa, sanksi moral adalah hati nurani tidak tenang, sanksi dari Tuhan.

 Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan negara, masyarakat atau negara dapat merubah hukum. Hukum tidak
menilai moral.

 Moral didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi masyarakat dan negara, masyarakat dan negara tidak dapat
merubah moral. Moral menilai hukum.
 Pada dasarnya hukum merupakan cerminan nilai-nilai
yang berlaku dimasyarakat dan memegang nilai-nilai
secara konsisten merupakan tindakan yang etis ,
sehingga antara hukum dan etika juga memiliki
keterkaitan .Digunakan sebagai pedoman bagi Bidan
dalam menjalankan tugas profesinya.
Tujuan adanya hukum adalah

Menjamin pelayanan yang aman dan


berkualitas.

Sebagai landasan untuk standarisasi dan


perkembangan profesi
Sistematika Etika

 Hati Nurani
 Hati nurani akan memberikan penghayatan tentang baik
atau buruk berhubungan dengan tingkah laku nyata kita.
Hati nurani memerintahkan atau melarang kita untuk
melakukan sesuatu sekarang dan disini. Ketika kita tidak
mengikuti hati nurani berarti kita menghancurkan integritas
kepribadian kita dan mengkhianati martabat terdalam kita.
Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa
manusia mempunyai kesadaran
 Kebebasan dan Tanggung Jawab

Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan


dan tanggung jawab, sehingga pengertian manusia
bebas dengan sendirinya menerima juga bahwa
manusia itu bertanggung jawab. Tidak mungkin
kebebasan tanpa tanggung jawab dan tidak
mungkin tanggung jawab tanpa kebebasan
 Tanggung jawab dalam arti sempit berarti bahwa
seseorang harus mampu menjawab, tidak boleh
mengelak bila dimintai penjelasan tentang
perbuatannya. Tanggung jawab meliputi tanggung
jawab terhadap perbuatan yang telah berlangsung
dengan segala konsekuensinya, tanggung jawab
terhadap perbuatan yang sedang dilaksanakan dan
tanggung jawab terhadap perbuatan yang akan datang
Nilai dan Norma

 Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang
menyenangkan, sesuatu yan disukai, sesuatu yang diinginkan
 Nilai mempunyai tiga ciri:

1) Berkaitan dengan subyek.

2) Tampil dalam suatu nilai yang praktis karena subyek ingin membuat sesuatu.

3) Nilai menyangkut pada sifat yang ditambah oleh subyek pada sifat yang dimiliki obyek.
 Norma berasal dari bahasa Latin Norma, artinya aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolok
ukur menilai sesuatu
 Norma umum meliputi tiga hal:

1) Norma kesopanan atau etiket.

2) Norma hukum.

3) Norma moral, adalah norma yang tertinggi, dan norma moral tidak dapat dilampau oleh norma
yang lain tetapi menilai norma-norma yang lain.
 Hak dan Kewajiban

Hak berkaitan dengan manusia yang bebas, terlepas dari segala ikatan dengan hukum
obyektif. Hak merupakan pengakuan yang dibuat oleh orang atau sekelompok orang terhadap
orang atau sekelompok orang lain. Ada beberapa macam hak, antara lain hak legal, hak moral,
hak individu, hak social, hak positif, dan hak negatif.

1) Hak legal merupakan hak yang didasarkan atas hukum.

2) Hak moral adalah hak yang didasarkan pada prinsip atau etis.
Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak
orang lain dan setiap hak seseorang berkaitan
dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak
tersebut
Etika Sosial

 Seorang bidan adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang bidan harus mempunyai etika,
karena yang dihadapi bidan adalah juga manusia. Bidan harus bertindak sopan, murah senyum
dan menjaga perasaan pasien. Ini dilakukan karena bidan adalah membantu proses
penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan
seorang bidan bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien.
Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap
saling menghormati dan menghargai di antara
keduanya. Etika dapat membantu para bidan
mengembangkan kelakuan dalam menjalankan
kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran,
sehingga para bidan dapat mengetahui kedudukannya
dalam masyarakat dan lingkungan perawatan
Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan

 Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai tempat, dimana sering
terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan
kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.
 Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi,
screening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensive pada neonatal, dan pengakhiran
kehamilan.

 Bidan sebagai :

 Pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang professional dan akutabilitas serta aspek legal
dalam pelayanan kebidanan.

 Praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based.

Sehingga disini berbagai dimensi etik dan bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal
yang penting untuk digali dan dipahami.
 Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang menyeluruh, moralitas hanya terdapat
pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk lain selain manusia. Moralitas berasal dari
bahasa latin moralis, artinya pada dasarnya sama dengan moral, moralitas suatu perbuatan
artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya
 Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi
yang bersangkutan di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, dan larangan-larangan, termasuk
ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota
profesi, tidak hanya dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan berkaitan juga dengan
tingkah lakunya secara umum dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat
Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk
kepentingan anggota dan organisasi, meliputi :

1) Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.

2) Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

3) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4) Meningkatkan mutu profesi.


Sumber Etika

Pancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila dapat dijadikan
sebagai sumber pembentukan norma etik (norma moral) dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah nilai moral.
Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat diwujudkan kedalam norma-norma
moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila memegang peranan dalam perwujudan
sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita
berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum
di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri bahwa
kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.

Anda mungkin juga menyukai