Anda di halaman 1dari 22

https://books.google.co.id/books?

id=4WvkCAAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

file:///C:/Users/user/Downloads/BukuEtikaProfesidanHukumKesehatan.pdf

A. Pengertian (Etika, Etiket, Moral, dan Hukum)


Etika Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno ―ethos” (dalam bentuk tunggal) yang
berarti kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap,
dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak ―ta etha” mempunyai arti adat kebiasaan
(Wahyuningsih, 2005:1). Etika yang berasal dari bahasa Inggris ―ethics” artinya
pengertian, ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang
tepat yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya
(Wahyuningsih, 2005:2). Etika yang berasal dari bahasa latin ―mos” atau “mores” (jamak)
artinya moral, yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan etika
adalah sama, hanya bahasa asalnya berbeda (Wahyuningsih, 2005:2). Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1953) etika dijelaskan sebagai ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Jadi kamus lama hanya mengenal satu arti,
yaitu etika sebagai ilmu (Bertens, 2004:5). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), etika dijelaskan dengan
membedakan 3 arti : 1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak). 2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. (Bertens,
2004:5) Pembagian etika : 1. Etika deskriptif Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral
dalam
Perbedaan etiket dan etika : Etiket Etika 1) Menyangkut cara suatu perbuatan yang harus
dilakukan. 1)Tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, memberi nilai 2)
Hanya berlaku dalam tentang perbuatan itu sendiri. pergaulan, bila tidak ada orang lain
tidak berlaku. 3) Bersifat relatif, tidak sopan dalam satu kebudayaan, sopan dalam
kebudayaan lain. 4) Memandang manusia dari segi lahiriah. 2) Selalu berlaku, tidak
tergantung hadir atau tidaknya seseorang. 3) Bersifat absolut, contoh jangan mencuri,
jangan berbohong. 4) Memandang manusia dari segi batiniah. (Wahyuningsih, 2005:3)

Moral Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang
dianggap baik atau buruk di masyarkat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai
perkembangan atau perubahan norma atau nilai (Wahyuningsih, 2005:2-3). Moralitas
berasal dari bahasa Latin ―moralis” yang artinya : 1. Segi moral suatu perbuatan atau baik
buruknya. 2. Sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik
buruk (Wahyuningsih, 2005:3)
Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang menyeluruh, moralitas hanya
terdapat pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk lain selain manusia. Moralitas
pada dasarnya sama dengan moral, moralitas suatu perbuatan artinya segi moral suatu
perbuatan atau baik buruknya (Wahyuningsih, 2005:10). Moralitas adalah sifat moral atau
seluruh asas dan nilai yang menyangkut baik dan buruk. Kaitan etika dan moralitas adalah
bahwa etika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku moral atau ilmu yang
membahas tentang moralitas (Wahyuningsih, 2005:10).
Hukum
Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak
mempunyai arti kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Sebaliknya moral juga berhubungan
erat dengan hukum. Moral hanya sebatas hal yang abstrak saja tanpa adanya hukum.
Contohnya, mencuri adalah moral yang tidak baik, supaya prinsip etis ini berakar di
masyarakat, maka harus diatur dengan hukum (Wahyuningsih, 2005:4). Perbedaan hukum
dan moral menurut Bertens (2004):

Hukum Moral
1. Hukum ditulis sistematis, disusun dalam 1. Moral bersifat subyektif, tidak tertulis
kitab UU, mempunyai kepastian lebih besar dan mempunyai ketidak- pastian lebih
dan bersifat obyektif. 2. Hukum membatasi besar. 2. Moral menyangkut sikap batin
pada tingkah laku lahiriah saja dan hukum seseorang. 3. Moral tidak bersifat
meminta legalitas. 3. Hukum bersifat memaksa, sanksi moral adalah hati nurani
memaksa dan mempunyai sanksi. 4. Hukum tidak tenang, sanksi dari Tuhan. 4. Moral
didasarkan atas kehendak masyarakat dan didasarkan pada norma-norma moral yang
negara, masyarakat atau negara dapat melebihi masyarakat dan negara, tidak
merubah hukum. Hukum tidak menilai dapat merubah moral. Moral menilai
moral. hukum.

B. Sistematika Etika 1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang
tingkah laku manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana yang boleh
dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat. 2. Etika normatif,
membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia : 1) Etika umum, yang
membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondis MANUSIA UNTUK bertindak
etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral. 2) Etika
khusus : (1) Etika sosial menekankan tanggung jawab sosial dan hubungan antar sesama
manusia dalam aktivitasnya. (2) Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-
kewajiban manusia sebagai pribadi. (3) Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada
profesi. (http://kumpulansegalamacam.blogspot.com/2 008/07/pengertian-etika-dan-
moral-dalam.html)
Pada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapan MPR-RI No.VI/MPR/2001
tentang etika kehidupan bangsa. Etika kehidupan bangsa bersumber pada agama yang
universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yaitu Pancasila. Etika kehidupan berbangsa
antara lain meliputi: etika sosial budaya, etika politik dan pemerintahan, etika ekonomi
dan bisnis, etika penegakkan hukum yang berkeadilan, etika keilmuan, etika lingkungan,
etika kedokteran dan etika kebidanan (http://kumpulan
segalamacam.blogspot.com/2008/07/pengertian-etika-dan moral-dalam.html). Etika
umum dibedakan atas : 1) Hati nurani Hati nurani akan memberikan penghayatan tentang
baik atau buruk berhubungan denagn tingkah laku nyata kita. 2) Kebebasan dan
tanggungjawab Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung jawab,
sehingga pengertian manusia bebas dengan sendirinya menerima juga bahwa manusia itu
bertanggungjawab. Nilai dan Norma Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang
menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan , sesuatu yang disukai, sesuatu
yang diinginkan. Hak dan Kewajiban Hak berkaitan dengan manusia yang bebas, terlepas
dari segala ikatan dengan hukum obyektif (Wahyuningsih, 2005:5-7)
Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya bidan dan klien. 2. Menjaga kita
untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan/membahayakan orang lain. 3. Menjaga privacy setiap individu. 4.
Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya. 4.
Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya. 5. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam
menganalisis suatu masalah. 6. Menghasilkan tindakan yang benar. 7. Mendapatkan
informasi tentang hal yang sebenarnya. 8. Memberikan petunjuk terhadap tingkah
laku/perilaku manusia antara baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yang
berlaku pada umumnya. 9. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat
abstrak. 10Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik. 11Mengatur hal-hal yang
bersifat praktik. 12Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat
maupun tata cara di dalam organisasi profesi. 13Mengatur sikap, tindak tanduk orang
dalam menjalankan tugas profesinya yang biasa disebut kode etik profesi
(http://kumpulan segalamacam.blogspot.com/2008/07/pengertian-etika dan-moral-
dalam.html).

Sumber Etika

1. Nilai-nilai atau value.


2. . Norma.
3. 3. Sosial budaya, dibangun oleh konstruksi sosial dan dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. 4. Religius.
1) Agama mempunyai hubungan erat dengan moral.
2) Agama merupakan motivasi terkuat perilaku moral atau etik.
3) Agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma etis yang paling penting.
4) Setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku
para anggotanya.
5) Kebijakan atau policy maker, siapa stake holdernya dan bagaimana kebijakan yang
dibuat sangat berpengaruh atau mewarnai etika maupun kode etik.
(Wahyuningsih, 2005:8)

Hak, Kewajiban, Tanggung Jawab Hak

merupakan pengakuan yang dibuat oleh orang atau sekelompok orang terhadap orang
atau sekelompok orang lain. Ada beberapa macam hak, yaitu hak legal, hak moral, hak
individu, hak sosial, hak positif, dan hak negatif. Hak legal merupakan hak yang didasarkan
atas hukum. Hak moral didasarkan pada prinsip atau etis (Wahyuningsih, 2005:7). Setiap
kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain dan setiap hak seseorang berkaitan
dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut. Menurut John Stuart Mill
bahwa kewajiban meliputi kewajiban sempurna dan kewajiban tidak sempurna.
Kewajiban sempurna artinya kewajiban didasarkan atas keadilan, selalu terkait dengan
hak orang lain. Sedangkan kewajiban tidak sempurna, tidak terkait dengan hak orang lain
tetapi bisa didasarkan atas kemurahan hati atau niat berbuat baik (Wahyuningsih, 2005:7-
8). Tanggung jawab dalam arti sempit berarti bahwa seseorang harus mampu menjawab,
tidak boleh mengelak bila dimintai penjelasan tentang perbuatannya. Tanggung jawab
meliputi tanggung jawab terhadap perbuatan yang telah berlangsung dengan segala
konsekuensinya, tanggung jawab terhadap perbuatan yang sedang dilaksanakan dan
tanggung jawab terhadap perbuatan yang akan dating (Wahyuningsih, 2005:8).

KODE ETIK PROFESI

Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya di dalam hidupnya di masyarakat. Kode etik juga diartikan
sebagai suatu ciri profesi yang berumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu
disiplin ilmu dan merupakan pengetahuan komprhensif suatu profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi (Wahyuningsih, 2005:4).
Kode etik profesi merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang
profesinya baik yang berhubungan dengan klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman
sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Namun dikatakan bahwa kode etik pada zaman
dimana nilai–nilai peradaban semakin kompleks, kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai
pegangan satu–satunya dalam menyelesaikan masalah etik, untuk itu dibutuhkan juga
suatu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum. Benar atau salah pada penerapan
kode etik, ketentuan/nilai moral yang berlaku terpulang kepada profesi (http://kumpulan-
segalamacam.blogspot.com/2008/07/pengertian-etika-dan moral-dalam.html). Pada
dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi yang meliputi :

1) Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi Dalam hal ini yang dijaga adalah
image dari pihak luar atau masyarakat, mencegah orang luar memandang rendah atau
remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang
berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan
nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode kehormatan.

2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota Kesejahteraan yang


dimaksud ialah kesejahteraan material, spiritual, atau mental. Dalam hal kesejahteraan
material anggota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-larangan bagi
anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama
anggota profesi.

3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi Kode etik juga berisi tujuan
pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam
menjalankan tugasnya.

4) Untuk meningkatkan mutu profesi Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta
anjuran agar profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan
bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara
dan meningkatkan mutu organisasi profesi (http://kumpulan
segalamacam.blogspot.com/2008/07/ pengertian-etika dan-moral-dalam.html) Dimensi
kode etik menurut Wahyuningsih (2005:11)

Dimensi kode etik menurut Wahyuningsih (2005:11) :

 Anggota profesi dan klien.


 Anggota profesi dan sistem.
 Anggota profesi dan profesi lain.
 Semua anggota profesi.

Prinsip kode etik menurut Wahyuningsih (2005:11) :

 Menghargai otonomi.
 Melakukan tindakan yang benar.
 Mencegah tindakan yang dapat merugikan
 . Memperlakukan manusia secara adil.
 Menjelaskan dengan benar.
 Menepati janji yang telah disepakati.
 Menjaga kerahasiaan.

Kode Etik Bidan

Pengertian Kode Etik Bidan Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan
komprehensif professional yang menuntut bidan melaksanakan praktik kebidanan baik
yang berhubungan dengan kesejahteraan keluarga, masyarakat teman sejawat, profesi
dan dirinya sendiri. (Yanti&Eko.N, 2010). Kode etik profesi bidan hanya ditetapkan oleh
organisasi profesi, Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Penetapan kode etik IBI harus dilakukan
dalam kongres IBI. Kode etik profesi bidan akan mempunyai pengaruh dalam menegakkan
disiplin di kalangan profesi bidan (Wahyuningsih, 2005:12).

Dasar pembentukan kode etik bidan

Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam
Kongres Nasional IBI X tahun 1988 dan petunjuk pelaksanaannya disyahkan dalam Rapat
Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada
Kongres Nasional IBI XII tahun 1998 (Yanti&Eko.N, 2010). Kode etik bidan Indonesia berisi
7 bab dan dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu a) Kewajiban terhadap klien dan
masyarakat. b) Kewajiban terhadap tugasnya. c) Kewajiban bidan terhadap sejawat dan
tenaga kesehatan lainnya. d) Kewajiban bidan terhadap profesinya. e) Kewajiban bidan
terhadap diri sendiri. f) Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa, dan tanah
air. g) Penutup (Yanti&Eko.N, 2010).

Kode Etik Kebidanan

1. Mukadima
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan luhur demi
tercapainya : a. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. b. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. c. Tingkat kesehatan
yang optimal bagi setiap warga negara Indonesia.
Maka Ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi
wadah persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia menciptakan Kode Etik Bidan
Indonesia yang disusun atas dasar penekanan keselamatan klien diatas kepentingan
lainnya. Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan
hati dari setiap bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan
sebagai anggota tim kesehatan demi tercapai nya cita-cita pembangunan di bidang
kesehatan pada umumnya, KIA/KB dan kesehatan keluarga pada khususnya. Selain
itu, tugas sentral para bidan adalah mengupayakan segala sesuatunya agar kaumnya
pada detik-detik yang sangat menentukan menyambut kelahiran insan generasi
secara selamat, aman dan nyaman.
Dengan menelusuri tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terus
meningkat sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai sosial budaya yang
berlaku dalam masyarakat, sudut sewajarnya kode etik bidan ini berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan ideal dan Garis-garis Besar Haluan Negara
sebagai landasan operasional. Sesuai dengan wewenang dan peraturan
kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik ini merupakan pedoman dalam tata
cara dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan profesional. Bidan senantiasa
berupaya memberi pemeliharaan kesehatan yang komprehensif terhadap remaja
putri, wanita pranikah, wanita prahamil, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui,
bayi dan balita pada khususnya, sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi insan
bangsa yang sehat jasmani dan rohani dengan tetap memperhatikan kebutuhan
pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat pada umumnya.
2. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
1. Setiap bidan senantiasa menjinjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatan nya dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya.
2. Setiab bidan dalam menjalankan tugas profesinya, menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran,
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahului kepentingan klien,
menghormati hak klien, dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. 5.
Setiap bidan dalam menjalankan tugas nya, senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identita yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang di milikinyaa.
6. Setiap bidan senatiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
3. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)a a. Setiap bidan senantiasa memberikan
pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan dan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat. b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan
mengadakan konsultasi dan atau rujukan. c. Setiap bidan harus menjamoin
kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila
diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.
4. Kewajiaban bidan terhadap teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir) a.
Setiap bidan harus menjalin hubungan baik dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi. b. Setiap bidan dalam melaksanakan
tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga
kesehatan lainnya.
5. 5. Kewajian bidan terhadap profesinya (3 butir) a. Setiap bidan harus menjaga nama
baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang
tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. b. Setiap bidan
harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Setiap bidan
senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang
dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
6. 6. Kewajiban bidan terhadap dirisendiri (2 butir) a. Setiap bidan harus memelihara
kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik. b. Setiap bidan
seyongyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7. 7. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir) a.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan kesehatan khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana dan kesehatan keluarag. b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisifasi
dan menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu
jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana dan kesehatan keluarga.
8. Penutup (1 butir) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa
menghayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.
BAB 2
Pengertian nilai
Beberapa pengertian nilai :  Menurut (Simon, 1973) dalam Ismani (2001) Nilai
adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran,
keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek, atau perilaku yang
berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan
seseorang  Menurut (Znowski, 1974) dalam Ismani (2001) Nilai adalah keyakinan
seseoang tentang sesuatu yang berharga, kebenaan, atau keinginan mengenai ide
ide, objek, atau perilaku khusus.  Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan
yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai dengan tuntutan hati
nuraninya. (Ismani, 2001).  Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang
menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, yang disukai dan
diinginkan. Value is the address of a yes (Jerman Hang Jonas) Nilai mempunyai
konotasi yang positif dan memiliki 3 ciri sebagai berikut: a) Berkaitan dengan subjek
b) Tampil dalam suatu konteks yang praktis karena subjek ingin membuat sesuatu c)
Nilai menyangkut pada sifat yang ditambah oleh subjek pada sifat yang dimiliki objek.
Dari pengertian diatas menunjukan bahwa nilai nilai tersebut bersifat pribadi. Para
ahli sepakat bahwa nilai-nilai timbul dari pengalaman pribadi seseorang dan akan
berbeda untuk setiap orang. Nilai-nilai tersebut merupakan suatu ciri, yaitu sebagai
beikut: 1) Nilai membentuk nilai dasar perilaku seseorang. 2) Nilai-nilai nyata dari
seseorang diperlihatkan melalui pola perilaku yang konsisten. 3) Nilai-nilai menjadi
kontrol internal bagi perilaku seseorang. 4) Nilai-nilai merupakan komponen
intelektual dan emosional dari seseorang yang secara intelektual diyakinkan tentang
suatu nilai serta memegang teguh dan mempertahankannya.
B. Penyerapan dan pembentukan nilai
Pada hakekatnya nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan
objek itu sendiri. Sesuatu hal mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang
melekat pada sesuatu itu. Dengan demikian maka nilai adalah suatu kenyataan yang
tersembunyi dibalik kenyataan lainnya. Adapun nilai itu karena adanya kenyataan lain
sebagai pembawa nilai (wertrager). Menilai berarti menimbang yaitu suatu kegiatan
manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, kemudian untuk
mengambil keputusan dimana keputusan nilai baik/buruk. Keputusan nilai yang dilakukan
oleh subjek penilaian berhubungan dengan unsur-unsur jasmani, akal, perasaan, karsa
(kehendak) dan kepercayaan. Apabila membicarakan nilai maka sebenarnya membahas
tentang hal yang ideal yang merupakan cita-cita, harapan dan keharusan das sollen bukan
das sein. Nilai memiliki makna normative artinya antara dunia ideal dan real saling
berhubungan yang harus direalisasikan dalam perbuatan sehari-hari yang merupakan
fakta.
Artinya nilai sangat erat kaitannya dengan norma : aturan atau kaidah yang dipakai
sebagai tolak ukur menilai sesuatu yang meliputi 3 hal:  Norma kesopanan atau etiket 
Norma hukum  Norma moral Nilai-nilai dipelajari sejak kecil oleh anak-anak dirumah,
kemudian bekembang sepanjang hidupnya. Bila seseorang memilih menjadi bidan berarti
ia membawa nilai-nilai yang ada sebelumnya kedalam dunia kebidanan. Nilai-nilai tersebut
ada yang cocok dan ada yang tidak cocok dengan Etika Kebidanan.

Nilai personal atau pribadi dan nilai luhur profesi


a. Nilai Personal atau nilai pribadi
Kode etik merupakan ikhtisar mengenai nilai-nilai personal suatu profesi yang
menegaskan dan merinci aturan aturan mengenai perilaku terhadap mana para
anggotanya harus memihak dan melibatkan diri agar mereka tetap berdiri dijalan dan
berpenampilan baik didalam organisasi profesi, jadi kode etik merupakan batasan-
batasan mengenai pertanggungjawaban dan perilaku yang diharapkan serta
pertanggungjawaban dan perilaku yang diwajibkan.
Falsafah yang mendasari nilai personal adalah sebagai berikut:
1) Orang memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan maupun keputusan
mereka sendiri
2) Orang yang mempunyai tanggung jawab dalam melakukan atau mengubah
lingkungan
3) Orang yang mempunyai kemampuan untuk mempelajari tingkah laku yang
baru
4) Responsive terhadap semua orang disekitarnya
5) Menggali dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya secara penuh
6) Kesadaran mengenai system diri merupakan langkah awal kearah
perwujudan diri (self realization)
7) Hak-hak orang terhadap system nilai dan keyakinan tidak bisa dipaksakan

Ikhtisar mengenai prinsip-prinsip nilai-nilai personal suatu profesi


Perilaku dan sifat utama nilai-nilai personal yang harus dimiliki sebagai suatu
profesi adalah:
1. Kualitas pribadi Memelihara standar tingkah laku pribadi yang tinggi
dalam kapasitasnya sebagai profesi social 2. Pengembangan kompetensi
professional Berjuang untuk tetap proefisien didalam praktek
profesionalnya dan dalam penampilan fungsi-fungsi profesionalnya 3.
Pelayanan Memandang tugas melayani sebagai kewajiban utama bagi
profesi 4. Integritas 5. Bertindak secara selaras dan serasi dengan
integritas profesionalnya yang tertinggi 6. Belajar dan meneliti
Melibatkan diri dalam studi dan penelitian berpedoman kepada konvensi
penelitian ilmiah yang lazim dipergunakan kalangan ilmiah

b. Nilai Luhur profesi


Dalam nilai luhur profesi erat kaitannya dengan etika profesi, dimana profesi
merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian sehingga profesionalisme dapat
diartikan orang yang melakukan pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu
dengan mengandalkan keahlian bukan hanya sekedar hobi, untuk senang-senang atau
mengisi waktu luang. Suatu profesi dianggap profesi luhur karena menekankan
pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat pada umumnya yang dilaksanakan
sebagai panggilan hidup dimana nafkah dilihat sekedar sebuah imbalan (akibat) dari
menjalankan profesinya demi kepentingan masyarakat dan bukan sebagai tujuan
utama dari kegiatan itu bahkan bersedia mengorbankan hidupnya hanya demi
menunaikan profesinya.
a. Secara umum terdapat beberapa ciri atau sifat yang melekat pada nilai profesi
luhur
 Adanya pengetahuan khusus
 Adanya kaidah dan standar moral tinggi
 Mengabdi kepada kepentingan masyarakat
 Ada izin untuk bisa menjalankan suatu profesi
 Anggota dari suatu organisasi

b. profesi Prinsip-prinsip utama yang terdapat pada profesi luhur adalah sebagai
berikut:
 Tanggungjawab
 Keadilan
 Otonomi
c. Cerminan profesi luhur dalam pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat.

Pada saat sekarang ini unsur bisnis mengotori nilai luhur suatu profesi, hal ini disebabkan oleh
pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa bisnis adalah suatu pekerjaan yang kotor dan
dicemoohkan. Kesan dan sikap masyarakat seperti itu sebenarnya disebabkan oleh ulah orang
bisnis itu sendiri. Beberapa orang mengambil keuntungan sebesar-besarnya dalam menawarkan
suatu barang kepada masyarakat tanpa menghiraukan kepuasan, kesejahteraan, keamanan dan
kepentingan masyarakat menyebabkan citra bisnis menjadi hal yang harus dijauhi.

Kebijaksanaan dan nilai-nilai

Klarifikasi nilai (value) merupakan suatu proses dimana seorang dapat mengerti system nilai-nilai
yang melekat pada dirinya sendiri. Merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang
menemukan system perilaku sendiri melalui perasaan atau analisis yang dipilihnya dan muncul
alternative alternatif, apakah pilihan ini sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari
suatu kondisi sebelumnya.

Ada 3 fase dalam klarifikasi nilai-nilai yang perlu dipahami oleh bidan. Yaitu:

1) Pilihan

a) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan setiap individu

b) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada, asuhan yang diberikan bukan
hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan
mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlukan

c) Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan


merupakan konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat
2) Penghargaan
a) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri
b) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak
bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya

3) Tindakan

a) Gabunganan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari

b) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam


kehidupan pribadi dan professional, sehingga timbul rasa sensitive atas tindakan yang
dilakukan. Semakin didasari nilai-nilai professional maka semakin timbul nilai-nilai moral
yang dilakukan serta selalu konsisten untuk mempertahankannya.

Pertimbangan nilai-nilai

Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan serta
selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau pasien dan
ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-
prinsip yang dianutnya yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi
dan sangat mungkin kita tidak lagi merasa nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai
merupakan suatu proses dimana kita perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang
diambil secara khusus dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini
merupakan nilai-nilai positif yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
masyarakat luas

BAB 3

Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan
kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adalah
kepuasan pasien yang dilayani oleh bidan. Setiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjelaskan
tugasnya disuatu institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar
profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis. Bidan sebagai pemberi pelayanan
harus menjamin pelayanan yang profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan
kebidanan.

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus
memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk pembangunan
dalam negeri, salah satunya adalah dalam aspek kesehatan.

A. Aspek Legal Pelayanan Kebidanan


Aspek legal disefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan
suatu tindakan ditinjau dari segi hukum yang berlaku di indonesia. Tujuan aspek legal
dalam pelayanan kebidanan adalah dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk
melaksanakan praktik bidan perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perundang undangan serta
memberikan kejelasan batas-batas kewenangannya dalam menjalankan praktik
kebidanan.

Latar belakang sistem legislasi tenaga bidan Indonesia :

 1. UUD 1945 Amanat dan pesan mendasar dari UUD 1945 adalah upaya pembangunan
nasional yaitu pembangunan di segala bidang guna kepentingan, keselamatan,
kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia secara terarah, terpadu dan
berkesinambungan.
 2. UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara
Indonesia melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya arus globalisasi salah
satu fokus utama agar mampu mempunyai daya saing adalah bagaimana peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia dibentuk sejak janin di
dalam kandungan, masa kelahiran, masa bayi, dan masa tumbuh kembang balita. Hanya
sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki pengetahuan dan kemampuan
sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi perubahan serta mampu bersaing.
 3. Persiapan sumber daya manusia Karena pelayanan kebidanan meliputi kesehatan
wanita selama kurun waktu kesehatan reproduksi wanita, sejak remaja, masa calon
pengantin, hamil, persalinan, nifas, periode interval, klimakterium dan menopause serta
memantau tumbuh kembang balita serta anak pra sekolah
 4. Visi pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2010 Derajat kesehatan yang optimal
dengan strategi paradigma sehat, profesionalisme, JPKM dan desentralisasi.
B. Otonomi dalam Pelayanan Kebidanan
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban
dan tanggung gugat (acucountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga
semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu
evidence based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur
batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan. luas, Dengan adanya legitimasi
kewenangan bidan yang lebih bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak
secara professional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak
sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Penelitian dalam bidang kebidanan
3. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
4. Akreditasi
5. Sertifikasi
6. Registrasi
7. Uji kompetensi
8. Lisensi

Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan tekait dengan pelayanan
kebidanan antara lain sebagai berikut:

1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan


praktik bidan
2. Standar pelayanan kebidanan 2001
3. Kepmenkes RI No 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan
4. UU Kesehatan No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
5. PP No 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
6. Kepmenkes RI 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang organisasi dan tata kerja
Depkes
7. UU No 22/1999 tentang otonomi daerah
8. UU No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi
10.KUHAP dan KUHP 1981
11.Peraturan Mentri Kesehatan RI No 585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang
persetujuan tindakan medik
12. UU yang terkait dengan hak reproduksi dan keluarga berencana
 UU No 10/1992 Tentang pengembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera
 UU No 23/2003 Tentang penghapusan kekerasan perempuan

LEGISLASI, REGISTRASI, LISENSI PRAKTIK KEBIDANAN


1. Legislasi -Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat
hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi),
registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
- Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi : a. Mempertahankan
kualitas pelayanan b. Memberikan kewenangan c. Menjamin perlindungan hukum d.
Meningkatkan profesionalisme - Peran legislasi : a. Menjamin perlindungan pada masyarakat
pengguna jasa profesi dan profesi sendiri b. Legislasi sangat berperan dalam pemberian
pelayanan professional
2. 2. Registrasi 1) Pengertian registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi
harus mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna mendapatkan
kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-
syarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tersebut. 2) Registrasi bidan artinya proses
pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan
memenuhi minimal kompetensi inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan,
sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya. 3) Aplikasi proses
registrasi dalam praktik kebidanan adalah sebagai berikut, bidan yang baru lulus mengajukan
permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi dimana Institusi Pendidikan berada guna memperoleh SIB (Surat Ijin Bidan) selambat-
lambatnya satu bulan setelah menerima ijasah bidan. Kelengkapan registrasi menurut
Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi : a. Fotokopi ijasah bidan b.
Fotokopi transkrip nilai akademik c. Surat keterangan sehat dari dokter d. Pas foto sebanyak 2
lembar SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk
penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB (Surat Ijin Praktik Bidan). Bentuk formulir
permohonan registrasi atau SIB dapat dilihat pada lampiran. SIB tidak berlaku lagi karena : a.
Dicabut atas dasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku b. Habis masa berlakunya c.
Tidak mendaftar ulang d. Atas permintaan sendiri
3. 4) Lisensi 1) Pengertian lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah
atau yang berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang
telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri. 2) Tujuan umum lisensi adalah melindungi
masyarakat dari pelayanan profesi. 3) Tujuan khusus lisensi adalah : 1. Memberikan kejelasan
batas wewenang 2. Menetapkan sarana dan prasarana 4) Aplikasi lisensi dalam praktik
kebidanan adalah dalam bentuk SIPB (Surat Ijin Praktik Bidan). SIPB adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang
diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
atau Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Fotokopi SIB yang
masih berlaku b. Fotokopi ijasah bidan c. Surat persetujuan atasan d. Surat keterangan sehat
dari dokter e. Rekomendasi dari organisasi profesi f. Pas foto
Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan
melakukan praktik bidan.

BAB 4
Issue etik dalam pelayanan kebidanan.
1. Pengertian dan Bentuk Issue Etik
1. Pengertian
a. Isu adalah topik yang menarik untuk didiskusikan dan sesuatu yang
memungkinkan setiap orang mempunyai pendapat.
b. Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan
apakah penyelesaiannya baik atau buruk.
c. Isu etik adalah topik yang penting berhubungan dengan benar atau salah, baik
atau buruk dalam menyelesaikan masalah yang erat kaitannya dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan.

2) 2) Bentuk
a. Beberapa permasalahan pembahasan etik dalam kehidupan sehari-hari
adalah sebagai berikut :
 Persetujuan dalam proses melahirkan
 Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan
 Kegagalan dalam proses persalinan
 Pelaksanaan USG dalam kehamilan
 Konsep normal pelayanan kebidanan
 Bidan dan pendidikan sex
b. Ada beberapa masalah etik yang berhubungan dengan teknologi, contohnya
sebagai berikut :
 Perawatan intensif pada bayi
 Skreening bayi
 Transplantasi organ
 Teknik reproduksi dan kebidanan
c. Etik berhubungan erat dengan profesi, yaitu :
 Pengambilan keputusan dan penggunaan etik
 Otonomi bidan dan kode etik profesional
 Etik dalam penelitian kebidanan
 Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif
4. Issue Etik yang Terjadi dalam Pelayanan Kebidanan Perlu juga disadari bahwa dalam
pelayanan kebidanan seringkali muncul masalah atau isu di masyarakat yang berkaitan
dengan etik dan moral, dilema serta konflik yang dihadapi bidan sebagai praktisi kebidanan.
Isu adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang belum
tentu benar, serta membutuhkan pembuktian. Bidan dituntut berperilaku hati-hati dalam
setiap tindakannya dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku yang
ethis profesional.
Beberapa contoh mengenai isu etik dalam pelayanan kebidanan, adalah
berhubungan dengan :
1. Agama/kepercayaan
2. Hubungan dengan pasien
3. 3. Hubungan dokter dengan bidan
4. 4. Kebenaran
5. 5. Pengambilan keputusan
6. 6. Pengambilan data
7. 7. Kematian
8. 8. Kerahasiaan
9. 9. Aborsi
10. 10. AIDS 11. In-Vitro Fertilization
C. Issue Moral Issue moral
adalah merupakan topik yang penting berhubungan dengan benar dan salah dalam
kehidupan sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan dengan kehidupan
orang sehari-hari menyangkut kasus abortus, euthanasia, keputusan untuk terminasi
kehamilan. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian yang luar biasa dalam kehidupan
sehari-hari, seperti menyangkut konflik, mal praktik, perang, dsb.
D. Dilema dan konflik moral
1. Dilema Moral
2. Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan
pada dua alternatif pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan
membutuhkan pemecahan masalah .
3. Dalam mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan
tanggungjawab profesionalnya, yaitu :
a. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan, kesejahteraan
pasien atau klien.
b. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian,
(omission), disertai rasa tanggungjawab, memperhatikan kondisi dan keamanan
pasien atau klien.
4. Contoh studi kasus mengenai dilema moral :
“Seorang ibu primipara masuk kamar bersalin dalam keadaan
inpartu. Sewaktu dilakukan anamneses dia mengatakan tidak mau di
episiotomy. Ternyata selama Kala II kemajuan Kala II berlangsung lambat,
perineum masih tebal dan kaku. Keadaan ini dijelaskan kepada ibu oleh
bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya menolak diepisiotomi.
Sementara waktu berjalan terus dan denyut jantung janin menunjukkan
keadaan fetal distress dan hal ini mengharuskan bidan untuk melakukan
tindakan episiotomy, tetapi ibu tetap tidak menyetujuinya. Bidan
berharap bayinya selamat. Sementara itu, ada bidan yang
memberitahukan bahwa dia pernah melakukan hal ini tanpa persetujuan
pasien, dilakukan karena untuk melindungi bayinya. Jika bidan melakukan
episiotomi tanpa persetujuan pasien, maka bidan kan dihadapkan pada
suatu tuntutan dari pasien. Sehingga inilah merupakan contoh gambaran
dilema moral. Bila bidan melakukan tindakan tanpa persetujuan pasien,
bagaimana ditinjau dari segi etik dan moral. Bila tidak dilakukan tindakan,
apa yang akan terjadi pada bayinya?”.
2. Konflik Moral
1) Konflik moral menurut Johnson adalah bahwa konflik atau dilema pada
dasarnya sama, kenyataannya konflik berada diantara prinsip moral dan tugas
yang mana sering menyebabkan dilema, ada dua tipe konflik, yang pertama
konflik yang berhubungan prinsip, dan yang kedua adalah konflik
berhubungan dengan otonomi. Dua tipe konflik ini adalah merupakan dua
bagian yang tidak terpisahkan. Bagaimana kita mengatasi dilema?, yaitu
menggunakan teori-teori etika dan teori pengambilan keputusan dan dalam
pelayanan kebidanan.
2) 2) Contoh studi kasus mengenai konflik moral : “Ada seorang bidan yang
berpraktik mandiri di rumah. Ada seorang pasien inpartu datang ke tempat
praktiknya. Status obstetrik pasien adalah G1 PO AO hasil pemeriksaan
penapisan awal menunjukkan presentasi bokong dengan taksiran berat janin
3900 gram, dengan kesejahteraan janin dan ibu baik. Maka bidan tersebut
menganjurkan dan memberikan konseling pada pasien mengenai kasusnya
dan untuk dilakukan tindakan rujukan. Namun pasien dan keluarganya
menolak dirujuk dan bersikukuh untuk tetap melahirkan di bidan tersebut
karena pertimbangan biaya dan kesulitan lainnya. Melihat kasus ini maka
bidan dihadapkan pada konflik moral yang bertentangan prinsip moral dan
otonomi maupun kewenangan dalam pelayanan kebidanan. Bahwa sesuai
Kepmenkes Republik Indonesia 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi
dan praktik bidan, bidan tidak berwenang memberikan pertolongan
persalinan pada primigravida dengan presentasi bokong, disisi lain ada prinsip
nilai moral dan kemanusiaan yang dihadapi pasien, yaitu ketidakmampuan
secara sosial ekonomi dan kesulitan yang lain, maka bagaimana seseorang
bidan mengambil keputusan yang terbaik terhadap konflik moral yang
dihadapi dalam pelayanan kebidanan”.

BAB V

Etik merupakan bagian filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai
suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau buruk (Jones,
1994). Moral merupakan pengetahuan atau keyakinan tentang adanya hal yang baik dan buruk
serta mempengaruhi sikap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik dan buruk berkembang
pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan, pendidikan, sosial budaya, agama, dsb,
hal inilah yang disebut kesadaran moral atau kesadaran etik. Moral juga merupakan keyakinan
individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik atau buruk walaupun situasi berbeda. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada perubahan pola pikir manusia.

Teori Pengambilan Keputusan

Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh seorang
aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu masalah. Tindakan para aktor kebijakan dapat
berupa pengambilan keputusan yang biasanya bukan merupakan keputusan tunggal, artinya
kebijakan diambil dengan cara mengambil beberapa keputusan yang saling terkait dengan masalah
yang ada.

Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan
alternatif yang tersedia. Ada beberapa teori yang paling sering digunakan dalam mengambil
kebijakan yaitu :

A. Teori Rasional Komprehensif Teori pengambilan keputusan yang biasa digunakan dan
diterima oleh banyak kalangan adalah teori rasional komprehensif yang mempunyai
beberapa unsur
1. 1. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat
dibedakan dari masalahmasalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-
masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain ( dapat diurutkan menurut
prioritas masalah)
2. 2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat
keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya
3. 3. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara
saksama.
4. 4. Asas biaya manfaat atau sebab akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
5. 5. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk
menbandingkan dengan alternatif lain.
6. 6. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan,
nilai, dan sasaran ditetapkan.

Ada beberapa ahli lain antara lain Charles lindblom, 1965 (Ahli Ekonomi dan Matematika)
yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan itu sebenarnya tidak berhadapan dengan
masalah-masalah yang konkrit akan tetapi mereka seringkali mengambil keputusan yang kurang
tepat terhadap akar permasalahan. Teori rasional komprehensif ini menurut hal-hal yang tidak
rasional dalam diri pengambil keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil keputusan
memiliki cukup informasi mengenai berbagai alternatif sehingga mampu meramalkan secara tepat
akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada, serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya. Dan
mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan. Pengambil keputusan sering kali
memiliki konflik kepentingan antara nilai-nilai sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini oleh
masyarakat. Karena teori ini mengasumsikan bahwa fakta-fakta dan nilai-nilai yang ada dapat
dibedakan dengan mudah, akan tetapi kenyataannya sulit membedakan antara fakta dilapangan
dengan nilai-nilai yang ada.

1. Ada bebrapa masalah diberbagai Negara berkembang seperti Indonesia untuk


menerapkan teori rasional komprehensif ini karena beberapa alasan yaitu
Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai
untuk dasar pengambilan keputusan. kalau dipaksakan akan terjadi sebuah
keputusan yang kurang tepat.
2. Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan negara
berkembang, ekologi budayanya berbeda.
3. Birokrasi di negara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam
pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan
korup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.
B. Teori Inkremental Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari
banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan merupakan model yang sering
ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan. Teori ini
memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
1. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapainya merupakan hal yang saling terkait.
2. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternative
yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini
hanya dipandang berbeda secara incremental atau marjinal.
3. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenai sebab dan
akibatnya.
4. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifiniskan secara teratur dan
memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan
dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
5. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap masalah.
Sehingga keputusan yangb baik terletak pada berbagai analisis yang mendasari
kesepakatan guna mengambil keputusan.
6. Pembuatan keputusan incremental ini sifatnya adalah memperbaiki atau
melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan
penyempurnaan.

Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat diterapkan


bagi negara-negara yang memiliki struktur majemuk. Keputusan dan kebijakan diambil
dengan dasar saling percaya diantara berbagai pihak sehingga secara politis lebih aman.
Kondisi yang realistik di berbagai negara bahwa dalam mengambil keputusan/kebijakan
para pengambilan keputusan dihadapkan pada situasi kurang baik seperti kurang cukup
waktu, kurang pengalaman, dan kurang sumber-sumber lain yang dipakai untuk analisis
secara komprehensif. Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan
yang membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat diterima. Ada beberapa kelemahan
dalam teori inkremental ini :

1. Keputusan-keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan


kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok
lemah terabaikan.
2. Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak
memperhatikan berbagai macam kebijakan lain.
3. Di negara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang incremental tidak
tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan
mendasar.
C. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti yang
dikemukakan oleh ahli sosiologi organisasi Aitai Etzioni yaitu pengamatan terpadu (Mixid
Scaning) sebagai suatu pendekatan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat
fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan
arahan dasar dan melapangkan jalan bagi keputusankeputusan fundamental sesudah
keputusan-keputusan itu tercapai. Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya
merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional
komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan. Dalam
membuat keputusan selain berpedoman pada teori-teori di atas keputusan tersebut harus
dipertimbangkan dari segi etis dan tidaknya keputusan tersebut. Ciri-ciri keputusan etis
adalah :
1. Mempunyai pertimbangan apa yang benar dan apa yang salah
2. Sering menyangkut keputusan yang sukar
3. Tidak mungkin dielakkan
4. Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman, tabiat, dan lingkungan social
Mengapa situasi menjadi hal penting harus diperhatikan dalam pembuatan keputusan adalah
untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi, untuk melakukan perbuatan yang tepat dan
berguna serta untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan. Untuk memahami
situasi bukan hal mudah dalam membuat keputusan karena itu perlu diketahui kesulitan yang
dihadapi dalam memahami situasi yaitu :

1. Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita


2. Pengertian kita terhadap sitausi sering dipengaruhi oleh
3. kepentingan Prasangka dan faktor-faktor subjektifitas yang lain.

Beberapa hal yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki pengertian kita terhadap situasi :

a. Melakukan penyelidikan yang memadai


b. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan par ahli
c. Memperluas pandangan tentang situasi
d. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

Anda mungkin juga menyukai