Anda di halaman 1dari 4

Nama : Indah Nur Jannah

NIM : 00118015
Prodi : Keperawatan Tingkat 1 semester 2
Mata Kuliah : Pancasila

Supremasi Hukum dalam Aspek Hukum dan Aspek Moral


Supremasi hukum adalah upaya atau kiat untuk menegakkan dan memposisikan hukum
pada tempat yang tertinggi dari segala-galanya. Dalam hal supremasi hukum dan penegakan
hukum telah menjadi masalah sentral didalam kehidupan bermasyarakat, bebangsa, bernegara
bahkan didalam roda pemerintahan. Hal tersebut disebabkan terjadinya kesenjangan antara das
sollen dengan das sein artinya apa yang diharapkan belum tentu sesuai dengan kenyataan. Dalam
hal ini seperti yang telah diketahui bahwa Indonesia adalah negara hukum bukan negara
kekuasaan. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri penegakkan hukum belum dapat diharapkan
sebagaimana mestinya, terkesan bahwa hukum tersebut ibarat berada dipesimpangan jalan yang
panjang.

Banyak contoh kasus yang berkenaan dengan supremasi hukum dan penegakan hukum,
antara lain skandal bank senturi. Bagaimana skandal mafia pajak yang salah satu aktornya adalah
“Gayus Tambunan” dengan menampilkan pentas sandiwara hukum yang oleh publik menilai
sebagai proses penegakan hukum yang setengah hati, demikian juga terhadap kasus “Antasari
Ashar” sebagai mantan ketua komisi pemberantas korupsi (KPK) yang diduga keras penuh
rekayasa.

Supremasi hukum dan penegakan hukum adalah dua yang tidak dapat terpisahkan antara
satu dengan yang lain harus bersinergi untuk mewujudkan cita-cita hukum, fungsi hukum, dan
tujuan hukum, yang sebesar-besarnya buat kemanfaatan, kebahagiaan dan kesejahteraan umat
manusia yang bersendikan nilai-nilai kemenangan dan keadilan.

Menurut Hans Wehr kata hukum berasal dari Bahasa arab, asal katanya “HUKM” kata
jamaknya “AHKAM” yang berarti putusan (judgement, verdice, decision), ketetapan (provision),
perintah (command), pemerintahan (goverment), dan kekuasaan (anthority, fower). Menurut Vino
gradoff hukum adalah seperangkat aturan yang diadakan dan dilaksanakan oleh suatu masyarakat
dengan menghormati kebijakan dan pelaksanaan kekuasaan atas setiap manusia dan barang.
Sedangkan menurut Belle Froid mengemukakan bahwa hukum adalah segala aturan yang berlaku
dalam masyarakat, mengatur tata tertib masyarakat dan didasarkan atas kekeuasaan yang ada
didalam masyarakat. Definisi hukum dapat disederhanakan hukum adalah peraturan-peraturan dan
tata tertib serta kaidah maupun norma yang ada ditengah-tengah masyarakat dan mempunyai
sanksi yang tegas.

Aspek hukum dan aspek moral dalam kehidupan bermasyarakat yang menunjukkan ada
suatu usaha bersama untuk menangani berbagai bidang antara lain berkaitan dengan ekonomi,
politik, agama, budaya, dan lain sebagainya. Semakin berkembangnya suatu masyarakat maka
semakin mengakibatkan berpengaruh besar dalam karakter, budaya, dan pola fikir dari masyarakat
tersebut. Kaitannya akan mempengaruhi susunan masyarakat, dikarenakan masyarakat adalah
sebagai wadah dalam proses pembentukan aspek hukum dan moral itu. Hal tersebut disebabkan
karena adanya kemungkinan dalam kelompok masyarakat yang menimbulkan suatu komunitas
yang lebih baik dari kelompok lainnya, baik dari segi moralitas, pola fikir maupun gaya hidup, hal
tersebut sangat mempengaruhi aspek hukum dan moral sehingga terbentuknya pembentukan
hukum, kesadaran hukum, kepatuhan terhadap hukum didalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Hukum merupakan sarana untuk mengatur kehidupan manusia didalam berprilaku dan
memiliki etika dan estetika serta memiliki kepribadian yang menarik sehingga dapat berinteraksi
didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian selalu terdapat
gejala bahwa antara hukum dan prilaku moral terdapat suatu jarak perbedaan yang sangat
mencolok. Bila mana hal ini terjadi maka akan timbul ketegangan yang semestinya harus
disesuaikan dan tidak menimbulkan ketegangan yang berkelanjutan, tetapi usaha kearah tersebut
kerap kali terlambat dilakukan. Semestinya pada waktu itulah dapat ditunjukkan adanya hubungan
yang nyata diantara aspek hukum dan aspek moral yang mengaturnya, sebab penerapan hukum
baru akan terjadi apabila sudah berhadapan dua unsur pada titik singgung yaitu adanya suatu
perbuatan moral yang bertentangan dengan hukum, norma, kaidah dan tata tertib yang ada
ditengah-tengah masyarakat.

Didalam sejarah kehidupan manusia, secara naluriah dimana saja dan kapan saja manusia
mempunyai kecendrungan untuk menjaga sikap prilaku dan moral yang senantiasa bersinergi dan
mematuhi norma, kaidah, tata tertib, dan hukum yang ada ditengah-tengah masyarakat berbangsa
dan bernegara. Aturan yang dipakai dalam berinteraksi biasanya bertitik tolak pada norma-norma
yang hidup dalam masyarakat dan norma-norma tersebut memberi acuan tentang cara bersikap dan
prilaku yang disepakati untuk ditaati agar tercapai ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan
bersama.

Norma yang mengatur kehidupan manusia didalam aspek hukum dan aspek moral
mempunyai banyak ragamnya dan salah satunya yang sangat penting adalah norma hukum,
disamping norma agama, norma susila, dan kesopanan. Norma hukum dapat dijumpai pada seluruh
lapisan masyarakat baik yang tradisional maupun dalam masyarakat modern. Norma hukum itu
mengatur hampir seluruh segi kehidupan masyarakat, baik secara sistematis yang kodifikasikan
maupun yang tidak dibukukan tetap, norma hukum itu dipakai untuk aspek hukum dan moralitas
didalam kehidupan dan tersebar oleh para ahli hukum dikualifisir dalam mematuhi hukum. Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan hukum yang dikodifikasikan dan sistematis maupun
yang tersebar dan dikualifisir dalam mentaati hukum tidak selalu dapat menjawab dan
mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan masyarakat secara permanent untuk memahami
aspek hukum, sebab pada kenyataannya hukum yang berlaku sering kali tertinggal dari
pertumbuhan perkembangan masyarakat didalam kehidupan yang hakiki.

Tentang aspek hukum dapat dikaitkan dengan aspek moral dan berhubungan erat dalam
perubahan sosial, Lawrence m. viedmann mempertanyakan apakah hukum mengakibatkan proses
perubahan sosial atau justru mengikuti proses perubahan sosial dan seterusnya. Dalam hal tersebut
Lawrence m. viedmann mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang mampu menjawab
pertanyaan tersebut secara tuntas. Yang jelas secara kenyataan bahwa hukum mengikuti perubahan
sosial dan berkaitan erat dalam aspek hukum dan aspek moral.

Perubahan dan perkembangan dalam suatu masyarakat dari segi aspek hukum dan moral
merupakan gejala yang normal, hal tersebut merupakan konsekuensi dari akibat melajunya arus
globalisasi terutama kemajuan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, penemuan-
penemuan dalam berbagai bidang tersebut menyebabkan terjadinya modernisasi pendidikan,
modernisasi dalam ekonomi dan perdagangan, perubahan dalam perkembangan moral, hukum dan
politik. Perubahan-perubahan tersebut melahirkan berbagai bentuk nilai baru yang terjadi didalam
kehidupan bermasyarakat yang sangat berbeda dengan nilai-nilai yang berlaku sebelumnya.
Kondisi tersebut membuat masyarakat harus mengadakan perubahan hukum yang sesuai dengan
aspek hukum dan aspek moral. Aspek hukum dan aspek moral tersebut harus mampu membuat
masyarakat untuk hidup dalam suasana ketertiban dan ketentraman didalam berinteraksi dalam
suasana pergaulan yang lebih baik dengan mematuhi norma-norma dan kaidah serta ketentuan
hukum yang berlaku.

Pada dasarnya masyarakat memiliki kecendrungan untuk memberikan penilaian terhadap


hukum yang berlaku dan kepada norma-norma yang hidup didalam masyarakat. Norma hukum
selalu dijadikan pedoman, dan ukuran dalam pergaulan hidup masyarakat untuk mencapai
kestabilan dan ketentraman, sehingga kepentingan individu yang beraneka ragam macamnya dapat
diselaraskan antara satu dengan yang lain. Akan tetapi ada kalanya didalam aspek hukum dan
aspek moral sebagian dari anggota masyarakat dijumpai ketidak pahaman dan ketidak pedulian
terhadap nilai-nilai dan hukum yang sudah mapan. Hal tersebut menyebabkan keinginan untuk
mengadakan perubahan-perubahan dalam hal ini merupakan hal yang wajar sebab kehidupan
manusia cendrung bersifat dinamis, berkembang, dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Suatu negara dikatakan sebagai negara hukum apabila unsur supremasi hukum dijadikan
sebagai landasan penyelenggaraan negara termasuk memelihara dan melindungi hak-hak warga
negaranya. John locke menyatakan bahwa untuk pendidikan suatu negara hukum yang menghargai
hak-hak warga negara harus berisi dua unsur penting, yaitu pertama, adanya hukum yang mengatur
bagaimana anggota masyarakat dapat menikmati hak asasinya dengan damai. kedua, adanya suatu
badan yang dapat menyelesaikan yang sengketa yang timbul antara perintah (vertikal dispute) atau
sesama anggota masyarakat (horizontal dispute). Masyarakat menurutnya tidak lagi diperintahkan
berdasarkan diktator atau siapapun tetapi diperintahkan berdasarkan hukum. Inti dari gagasan John
locke ini mensyaratkan bahwa penghormatan terhadap supremasi hukum tercermin dari adanya
hukum secara subtantif (law an paper) dan kondisi hukum oleh badan-badan peradilan (law in
action)

Anda mungkin juga menyukai