Anda di halaman 1dari 15

MANUSIA DAN PERADABAN

OLEH : ERRY HIMAWAN, SPt, MM

A. TRADISI DAN ADAT

Tradisi atau kebiasaan (Latin: traditio, "diteruskan") adalah


sebuah bentuk perbuatan yang dilakukanberulang-ulang
dengan cara yang sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa
orang tersebut menyukai perbuatan itu. Kebiasaan yang
diulang-ulang ini dilakukan secara terus menerus karena
dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang, sehingga
sekelompok orang tersebut melestarikannya. Kata "Tradisi"
diambil dari bahasa latin "Tradere" yang bermakna
mentransmisikan dari satu tangan ke tangan lain untuk
dilestarikan. Tradisi secara umum dikenal sebagai suatu
bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah
kuno. Setiap tradisi dikembangkan untuk beberapa tujuan,
seperti tujuan politis atau tujuan budaya dalam beberapa
masa. Jika kebiasaan sudah diterima oleh masyarakat dan
dilakukan secara berulang, maka segala tindakan yang
bertentangan dengan kebiasaan akan dirasakan sebagai
perbuatan yang melanggar hukum.
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai
budaya, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum
adat yang mengatur tingkah laku manusia antara satu sama
lain yang lazim dilakukan di suatu kelompok masyarakat. Adat
yang memiliki sanksi disebut dengan hukum adat sedangkan
yang tidak memiliki sanksi disebut dengan kebiasaan. Adat
istiadat merupakan tata kelakuan yang paling tinggi
kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat
kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Pelanggaran
terhadap adat istiadat ini akan menerima sanksi yang keras
dari anggota lainnya.
Adat berasal dari bahasa Melayu dan tradisi berasal dari
bahasa Inggris mengandung pengertian sebagai kebiasaan
yang bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk
asli, yang meliputi nilai-nilai budaya, norma-norma hukum dan
aturan yang saling berkaitan dan kemudian menjadi suatu
sistem atau peraturan tradisional. Menurut Jalaluddin Tunsam
(seorang yang berkebangsaan Arab yang tinggal di Aceh)
dalam tulisannya pada tahun 1660. "Adat" berasal dari bahasa
Arab ‫ع ادات‬, bentuk jamak dari ‫( ع ادَة‬adah), yang berarti "cara",
"kebiasaan". Di Indonesia, kata "adat" baru digunakan pada
sekitar akhir abad 19. Sebelumnya kata ini hanya dikenal pada
masyarakat Melayu setelah pertemuan budayanya dengan
agama Islam pada sekitar abad 16-an. Kata ini antara lain
dapat dibaca pada Undang-undang Negeri Melayu.

B. MODERNISASI
Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah
bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau
kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan
akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju,
berkembang, dan makmur.
Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang
sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun
modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua
lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-
desa terpencil.
Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu
transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau
pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke
arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara
barat yang stabil. Sementara menurut J W School, modernisasi
adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam
segala aspek-aspeknya.
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi
memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut:

 Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah


melembaga dan tertanam kuat dalam kalangan pemerintah
maupun masyarakat luas.
 Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar
mewujudkan birokrasi.
 Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat
pada suatu lembaga atau badan tertentu.
 Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat
terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat
komunikasi massa.
 Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
 Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan
sosial (social planning) yang tidak mementingkan kepentingan
pribadi atau golongan.

Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut :

 Perubahan Tata Nilai dan Sikap


Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari
cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional.

 Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.


Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan
mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa
modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu
sekarang ini.

 Tingkat Kehidupan yang lebih Baik


Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi
yang sudah maju menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat
komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga merupakan
salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu
pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan
modernisasi.

Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut :

 Pola Hidup Konsumtif


Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan
semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan
masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah
tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang
ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.

 Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain
dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai
makhluk sosial.

 Gaya Hidup Kebarat-baratan


Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di
Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli
adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan
bebas remaja, dan lain-lain.

 Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa
individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi
maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan
individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus
mengikuti perkembangan zaman memiliki kesenjangan tersendiri
terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses
modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan
sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa
disangkutkan sebagai sikap individualistik.

 Kriminalitas
Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya
rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat
persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.
Negara Indonesia sekarang ini sudah mencapai tahap
pemikiran yang sangat modern, Indonesia sendiri sudah
mampu menciptakan alat-alat teknologi yang praktis dan
efisien seperti layaknya yang ada di kehidupan kita sehari –
hari seperti Televisi, telepon genggam, komputer, laptop, dan
lainnya, sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang
digunakan pun memiliki kajian – kajian penting dalam proses
kemajuan dan perkembangan teknologi yang membuat
Indonesia lebih modern.
Karena sumber daya inilah pihak Indonesia bekerja sama
dengan Negara lain dan saling melengkapi kebutuhan antara
satu dengan Negara lainnya. Sehingga menciptakan kemajuan
yang ada pada Indonesia dari sisi modernisasi maupun
teknologinya. Indonesia sedang berada dalam masa-masa
transisi dan penyesuaian di mana modernisasi
dan globalisasi kian kuat masuk secara bertahap ke dalam
Indonesia. Bukan hanya itu modernisasi juga sangat
terpengaruh dengan majunya teknologi – teknologi yang ada
pada Negara Indonesia sendiri.
Teori modernisasi menjelaskan tentang proses transformasi
dari masyarakat tradisional atau terbelakang ke
masyarakat modern. Modernisasi merupakan proses
perubahan terhadap sistem ekonomi, sosial dan politik yang
berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-17
sampai ke-19 yang kemudian menyebar ke negara-negara
Eropa lainnya. Perubahan tersebut juga terjadi di Amerika
Selatan, Asia dan Afrika pada abad ke-19 dan ke-20. Teori
modernisasi fokus pada cara masyarakat pramodern menjadi
modern melalui proses pertumbuhan ekonomi dan perubahan
struktur sosial, politik dan budaya. Masyarakat modern adalah
masyarakat industri. Oleh karena itu, hal pertama yang harus
dilakukan untuk memodernkan masyarakat adalah dengan
industrialisasi.
Teori modernisasi berkembang dalam tiga fase. Fase pertama
(1950-an dan 1960-an), fase kedua (1970-an dan 1980-an), fase
ketiga (1990-an). Teori modernisasi lahir sebagai sejarah tiga
peristiwa penting dunia setelah Perang Dunia II, yaitu
munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia,
perluasan gerakan komunis sedunia dimana Uni Soviet mampu
memperluas pengaruh politiknya ke Eropa
Timur dan Asia serta lahirnya negara-negara merdeka baru di
Asia (Afrika dan Amerika Latin). Terdapat dua teori yang
melatarbelakangi lahirnya teori modernisasi, yaitu teori
evolusi dan teori fungsionalisme.
Teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat
dalam dua hal. Pertama, teori evolusi menganggap bahwa
perubahan sosial merupakan gerakan searah, seperti garis
lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif
menuju masyarakat maju. Kedua, teori evolusi membaurkan
antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir
perubahan sosial. Perubahan menuju bentuk masyarakat
modern merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Teori fungsionalisme tidak lepas dari pemikiran Talcott
Parsons yang memandang masyarakat seperi organ tubuh
manusia. Pertama, struktur tubuh manusia memiliki bagian
yang saling terhubung satu sama lain. Oleh karena itu,
masyarakat mempunyai berbagai kelembagaan yang saling
terkait satu sama lain. Kedua, setiap bagian tubuh manusia
memiliki fungsi yang jelas dan khas, demikian pula setiap
bentuk kelembagaan dalam masyarakat.
Terdapat tiga pemikir klasik teori modernisasi untuk
menggambarkan bagaimana seorang sosiolog, ekonom dan
ahli politik menguji persoalan pembangunan di Negara Dunia
Ketiga.

 Menurut Neil Smelser, modernisasi akan selalu


melibatkan konsep diferensiasi struktural. Dengan adanya
proses modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat
yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam
substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus.
 Walt Whitman Rostow menyatakan bahwa ada lima
tahapan pembangunan ekonomi, yaitu masyarakat tradisional,
persiapan tinggal landas, tinggal landas, menuju kematangan
dan konsumsi massa. Namun, masalah yang dihadapi Negara
Dunia Ketiga adalah bagaimana memperoleh sumber daya
yang diperlukan, khususnya sumber daya modal untuk
mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi. Menurut
Rostow, masalah dana investasi dapat diselesikan dengan
beberapa cara, yaitu pemindahan sumber dana secara radikal
atau melalui berbagai kebijakan pajak, investasi yang berasal
dari lembaga-lembaga keuangan, perdagangan internasional
dan investasi langsung modal asing.
 Menurut James S. Coleman, modernisasi politik merujuk
pada proses diferensiasi struktur politik dan sekularisasi
budaya politik yang mengarah pada etos keadilan. Terdapat
tiga hal pokok yang dinyatakan oleh Coleman, yaitu
diferensiasi politik dapat dikatakan sebagai salah satu
kecenderungan sejarah perkembangan sistem politik modern,
prinsip kesamaan dan keadilan merupakan etos masyarakat
modern serta usaha pembangunan politik yang berkeadilan
akan membawa akibat pada perkembangan kapasitas sistem
politik.
Walt Whitman Rostow mengidentifikasi bahwa ada lima
tahapan dalam modernisasi, yaitu.

1. Masyarakat tradisional: tahapan ini ditandai dengan kegiatan


bertani dan barter.
2. Persiapan untuk tinggal landas: tahapan ini ditandai dengan
adanya spesialisasi, produksi barang dan perdagangan. Selain
itu, infrastruktur transportasi dikembangkan untuk mendukung
perdagangan . Tahapan ini pada akhirnya mendorong
adanya investasi.
3. Tinggal landas: pada tahapan ini terjadi peningkatan
industrialisasi dan ekonomi beralih
dari pertanian ke manufaktur.
4. Menuju kematangan: pada tahap ini terjadi diversifikasi
ekonomi ke daerah baru dan sedikit ketergantungan pada
impor.
5. Konsumsi massa: pada tahap ini ekonomi menuju konsumsi
massa dan pelayanan di sektor jasa semakin mendominasi.

Terdapat dua asumsi dalam teori modernisasi. Pertama, teori


modernisasi berasal dari konsep-konsep metafora yang
diturunkan dari teori evolusi. Kedua, teori modernisasi berasal
dari pola pikir teori fungsionalisme. Berdasarkan teori evolusi,
modernisasi merupakan proses bertahap, proses
homogenisasi, terbentuk sebagai
proses Eropanisasi atau Amerikanisasi, proses yang tidak
bergerak mundur, perubahan progresif dan memerlukan waktu
panjang. Sementara itu, berdasarkan teori fungsionalisme
modernisasi merupakan proses sistematik, proses
transformasi dan proses yang terus-menerus.
Teori modernisasi mampu menurunkan berbagai implikasi
kebijakan pembangunan yang perlu diikuti negara Dunia
Ketiga dalam memodernkan dirinya. Pertama, teori
modernisasi secara implisit memberikan pembenaran
hubungan kekuatan yang bertolak belakang antara masyarakat
tradisional dan modern. Dalam hal ini Amerika Serikat dan
Eropa Barat sebagai negara maju dan Negara Dunia Ketiga
sebagai masyarakat tradisional dan terbelakang. Kedua, teori
modernisasi menilai ideologi komunisme sebagai ancaman
pembangunan Negara Dunia Ketiga.[4] Oleh karena itu, jika
Negara Dunia Ketiga ingin melakukan modernisasi, mereka
perlu menempuh arah yang telah dijalani Amerika Serikat dan
Eropa Barat. Ketiga, teori modernisasi mampu memberikan
legitimasi tentang perlunya bantuan asing, khususnya dari
Amerika Serikat.
Daniel Lerner menyatakan bahwa teori modernisasi melupakan
sejarah yang terjadi pada Negara Dunia Ketiga. Dalam
sejarahnya, Negara Dunia Ketiga mengalami masa penjajahan
oleh bangsa Eropa sehingga membuat negara tersebut
tertinggal. Selain itu, teori ini menyatakan bahwa untuk
menjadi modern, Negara Dunia Ketiga harus mengikuti proses
yang terjadi di Negara Dunia Pertama (negara Barat). Akan
tetapi, proses Negara Dunia Pertama menjadi modern
membutuhkan waktu yang sangat panjang.

C. MASYARAKAT MADANI
Masyarakat Madani (dalam bahasa Inggris: civil society) dapat
diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam
membangun, menjalani, dan memaknai
kehidupannya. Kata madani sendiri berasal dari bahasa arab
yang artinya civil atau civilized (beradab). Istilah masyarakat
madani adalah terjemahan dari civil atau civilized society,
yang berarti masyarakat yang berperadaban.
Untuk pertama kali istilah Masyarakat Madani dimunculkan
oleh Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana
menteri Malaysia. Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani
merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
individu dengan kestabilan masyarakat. Inisiatif dari individu
dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan
pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu
atau keinginan individu.
Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai
proses penciptaan peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai
kebijakan bersama. Dawam menjelaskan, dasar utama dari
masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi sosial yang
didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri
dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan
dan hidup dalam suatu persaudaraan.
Masyarakat Madani pada prinsipnya memiliki multimakna,
yaitu masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika
dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif,
bermotivasi, berpartisipasi, konsisten memiliki bandingan,
mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui,
emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah
masyarakat yang demokratis.
Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang akan
melindungi warga negara dari perwujudan kekuasaan negara
yang berlebihan. Bahkan masyarakat madani dapat dikatakan
sebagai tiang utama kehidupan politik yang demokratis. Sebab
masyarakat madani tidak saja melindungi warga negara dalam
berhadapan dengan negara, tetapi juga merumuskan dan
menyuarakan aspirasi masyarakat.
Filsuf Yunani Aristoteles(384-322) yang memandang civil
society sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan
negara itu sendiri. Pandangan ini merupakan fase
pertama sejarah wacana civil society. Pada masa
Aristoteles, civil society dipahami sebagai sistem kenegaraan
dengan menggunakan istilah ‘’ koinonia politike’’, yakni sebuah
komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam
berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan
keputusan.
Rumusan civil society selanjutnya dikembangkan oleh Thomas
Hobbes (1588-1679 M ) dan John Locke (1632-1704), yang
memandangnya sebagai kelanjutan dari evolusi natural
society. Menurut Hobbes, sebagai antitesa negara civil society
mempunyai peran untuk meredam konflik dalam masyarakat
sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak, sehingga ia
mampu mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pola
interaksi (perilaku politik) setiap warga negara. Berbeda
dengan John Locke, kehadiran civil society adalah untuk
melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga Negara.
Fase kedua, pada tahun 1767 Adam Ferguson mengembangkan
wacana civilsociety dengankonteks sosial dan politik di Skotla
ndia. Ferguson, menekankan visi etis pada civil society dalam
kehidupan sosial. Pemahamannya ini lahir tidak lepas dari
pengaruh dampak revolusi industri dan kapitalisme yang
melahirkan ketimpangan sosial yang mencolok.
Fase ketiga, pada tahun 1792 Thomas Paine mulai memaknai
wacana civil society sebagai sesuatu yang berlawanan dengan
lembaga negara, bahkan dia dianggap sebagai antitesa
negara. Menurut pandangan ini, negara tidak lain hanyalah
keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang absah,
menurut mazhab ini, adalah perwujudan dari delegasi
kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi terciptanya
kesejahteraan bersama. Semakin sempurna sesuatu
masyarakat sipil, semakin besar pula peluangnya untuk
mengatur kehidupan warganya sendiri.
Fase keempat, wacana civil society selanjutnya
dikembangkan oleh Hegel (1770-1837 M), Karl Marx (1818-
1883 M) dan Antonio Gramsci (1891-1937 M). Dalam pandangan
ketiganya civil society merupakan elemen ideologis kelas
dominan.
Fase kelima, wacana civil society sebagai reaksi terhadap
mazhab Hegelian yang dikembangkan oleh Alexis de
Tocqueville (1805-1859 M). Pemikiran Tocqueville tentang civil
society sebagai kelompok penyeimbang kekuatan
Negara. Menurut Tocqueville, kekuatan politik dan masyarakat
sipil merupakan kekuatan utama yang menjadikan demokrasi
Amerika mempunyai daya tahan yang kuat.
Adapun tokoh yang pertama kali menggagas istilah civil
society ini adalah Adam Ferguson dalam bukunya ”Sebuah
Esai tentang Sejarah Masyarakat Sipil’’ (An Essay on The
History of Civil Society) yang terbit tahun 1773
di Skotlandia. Ferguson menekankan masyarakat madani pada
visi etis kehidupan bermasyarakat. Pemahamannya ini
digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial yang
diakibatkan oleh revolusi industri dan munculnya kapitalisme,
serta mencoloknya perbedaan antara individu.
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh
wajah. Memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan
makna yang berbeda-beda. Bila merujuk pada pengertian
dalam bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau
masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer.
Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil
society, juga berdasarkan pada konsep negara-
kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada
tahun 622 M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep
tamadhun (masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan
oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al Madinah al Fadhilah (Madinah
sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al-
Farabi pada abad pertengahan.
Menurut Dr. Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga
Pengembangan Pesantren dan Studi Islam, Al
Haramain, Piagam Madinah adalah dokumen penting yang
membuktikan betapa sangat majunya masyarakat yang
dibangun kala itu, di samping juga memberikan penegasan
mengenai kejelasan hukum dan konstitusi sebuah
masyarakat. Bahkan, dengan menyetir pendapat Hamidullah
(First Written Constitutions in the World, Lahore,
1958), Piagam Madinah ini adalah konstitusi tertulis pertama
dalam sejarah manusia. Konstitusi ini secara mencengangkan
telah mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-
hak sipil (civil rights), atau lebih dikenal dengan hak asasi
manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan
Amerika (American Declaration of
Independence, 1997), Revolusi Prancis (1789), dan Deklarasi
Universal PBB tentang HAM (1948) dikumandangkan.
Sementara itu konsep masyarakat madani atau dalam
khazanah Barat dikenal sebagai civil society (masyarakat
sipil), muncul pada masa pencerahan (Renaissance)
di Eropa melalui pemikiran John Locke dan Immanuel Kant.
Sebagai sebuah konsep, civil society berasal dari proses
sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya
dipersandingkan dengan konsepsi tentang state
(negara). Dalam tradisi Eropa abad ke-18, pengertian
masyarakat sipil ini dianggap sama dengan negara (the state),
yakni suatu kelompok atau kesatuan yang ingin mendominasi
kelompok lain.
Masyarakat madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia
menghajatkan unsur- unsur sosial yang menjadi prasayarat
terwujudnya tatanan masyarakat madani. Beberapa unsur
pokok yang dimiliki oleh masyarakat madani adalah:

 Adanya Wilayah Publik yang Luas


Free Public Sphere adalah ruang publik yang bebas sebagai
sarana untuk mengemukakan pendapat warga masyarakat. Di
wilayah ruang publik ini semua warga Negara memiliki posisi
dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial dan
politik tanpa rasa takut dan terancam oleh kekuatan –
kekuatan di luar civil society.

 Demokrasi
Demokrasi adalah prasayarat mutlak lainnya bagi
keberadaan civil society yang murni (genuine). Tanpa
demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin
terwujud. Demokrasi tidak akan berjalan stabil bila tidak
mendapat dukungan riil dari masyarakat. Secara umum
demokrasi adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber
dan dilakukan oleh, dari, dan untuk warga negara.

 Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati
perbedaan pendapat.

 Pluralisme
Kemajemukan atau pluralisme merupakan prasayarat lain
bagi civil society. Pluralisme tidak hanya dipahami sebatas
sikap harus mengakui dan menerima kenyataan sosial yang
beragam, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk
menerima kenyataan perbedaan sebagai sesuatu yang alamiah
dan rahmat Tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan
masyarakat.

 Keadilan sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian
yang proporsional atas hak dan kewajiban setiap warga
negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan: ekonomi,
politik, pengetahuan dan kesempatan. Dengan pengertian lain,
keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan
salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok
atau golongan tertentu.
Merujuk pada Bahmuller (1997), ada beberapa ciri-ciri
masyarakat madani, antara lain:
Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok
eksklusif ke dalam masyarakat melalui kontrak sosial dan
aliansi sosial.

 Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-


kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat
dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
 Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan
negara karena keanggotaan organisasi-organisasi volunter
mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-
keputusan pemerintah.
 Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust)
sehingga individu-individu mengakui keterkaitannya dengan
orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri (individualis).
 Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan
lembaga-lembaga sosial dengan berbagai perspektif.

Pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi


yang menjadi bagian dari sosial kontrol yang berfungsi
mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif
serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang
tertindas. Pilar-pilar tersebut antara lain:

 Lembaga Swadaya Masyarakat


Lembaga Swadaya Masyarakat adalah institusi sosial yang
dibentuk oleh swadaya masyarakat yang tugas utamanya
adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan masyarakat yang tertindas. [1] LSM dalam konteks
masyarakat madani bertugas mengadakan pemberdayaan
kepada masyarakat mengenai hal-hal yang signifikan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya mengadakan pelatihan dan
sosialisasi program-program pembangunan masyarakat.
 Pers
Pers adalah institusi yang berfungsi untuk mengkritisi dan
menjadi bagian dari sosial kontrol yang dapat menganalisis
serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan warga negaranya. [1] Selain itu, pers juga
diharapkan dapat menyajikan berita secara objektif dan
transparan.

 Supremasi Hukum
Setiap warga negara, baik yang duduk dipemerintahan atau
sebagai rakyat harus tunduk kepada aturan atau
hukum. Sehingga dapat mewujudkan hak dan kebebasan antar
warga negara dan antar warga negara dengan pemerintah
melalui cara damai dan sesuai dengan hukum yang
berlaku. Supremasi hukum juga memberikan jaminan dan
perlindungan terhadap segala bentuk penindasan individu dan
kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala
bentuk penindasan hak asasi manusia.

 Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan tempat para
aktivis kampus (dosen dan mahasiswa) yang menjadi bagian
kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak melalui
jalur moral porce untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan
mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah. Namun,
setiap gerakan yang dilakukan itu harus berada pada jalur
yang benar dan memposisikan diri pada real dan realitas yang
betul-betul objektif serta menyuarakan kepentingan
masyarakat. Sebagai bagian dari pilar penegak masyarakat
madani, maka Perguruan Tinggi memiliki tugas utama mencari
dan menciptakan ide-ide alternatif dan konstruktif untuk dapat
menjawab problematika yang dihadapi oleh masyarakat.

 Partai Politik
Partai Politik merupakan wahana bagi warga negara untuk
dapat menyalurkan aspirasi politiknya. Partai politik menjadi
sebuah tempat ekspresi politik warga negara sehingga partai
politik menjadi prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani.

Anda mungkin juga menyukai