Anda di halaman 1dari 15

HAKIKAT; FUNGSI; DAN PERWUJUDAN

NILAI, MORAL DAN HUKUM

Andi Rizka Maulina 3019210326


Muhammad Nur Ichsan 3019210240
Reza Putra Pratama 3019210262
Sekar Ayu setyaningrum 3019210051
Wawo Fadholna Makhrom 3019210279
Widya Puspaningrum 3019210081
Zaki Zaidan As Sajjad 3019210193
1. Hakikat Nilai dan Moral
Bertens (2001) menyebutkan ada tiga jenis makna etika,
yaitu

a. Etika berarti nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi


pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.
b. Etika berari kumpulan asas atau nilai moral. Etika yang
dimaksud adalah kode etik.
c. Etika berarti ilmu tentang baik dan buruk. Etika yang
dimaksud sama dengan istilah filsafat moral.
Beberapa pendapat tentang pengertian nilai dapat diuraikan sebagai berikut.

Menurut Bambang Daroeso, nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap
sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.

Menurut Bambang Daroeso, nilai memiliki ciri sebagai berikut.


a. Suatu realitas yang abstrak (idak dapat ditangkap melalui indra, tetapi ada).
b. Normatif (yang seharusnya, ideal, sebaiknya, diinginkan).
c. Berfungsi sebagai daya dorong manusia (sebagai motivator).

Nilai yang beragam dapat diklasifikasikan ke dalam macam atau enis nilai. Prof. Drs.
Notonegoro, S.H, menyatakan ada tiga nilai, yaitu
d. Nilai materill, yakni sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
e. Nilai vita, yakni sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan
kegiatan.
f. Nilai kerohanian, dibedakan menjadi 4 macam, yaitu
– Nilai kebenaran bersumber pada akal pikir manusia (rasio, budi, dan cipta).
– Nilai estetika (keindahan) bersumber pada rasa manusia.
– Nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada kehendak keras,karsa hati, dan
nurani manusia.
Tidak semua nilai adalah nilai moral. Nilai moral berkaitan dengan perilaku
manusia (human) tentang hal baik-buruk.
Dalam filsafat nilai secara sederhana dibedakan menjadi 3 jenis.
a. Nilai logika, yaitu nilai tentang benar-salah.
b. Nilai etika, yaitu nilai tentang baik-buruk.
c. Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah jelek.

Nilai etik/etika adalah nilai tentang baik-buruk yang berkaitan manusia.


Jadi, kalau kita mengatakan etika orang itu buruk, bukan berarti wajahnya
buruk, tetapi menunjuk perilaku orang itu yang nilai etik adalah nilai moral.
Jadi, moral yang dimaksudkan ada moral sebagai bagian dari nilai.
2. Norma sebagai Perwujudan dari Niai
Setiap norma pasti terkandung nilai di dalamnya. Nilai sekaligus menjadi sumber
bagi norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin terwujudrma-norma yang berlaku di
masyarakat ada empat macam, scbagai berikut.

• Norma agama, yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan
larangan yang berasal dari Tuhan.

• Norma moral/kesusilaan, yaitu peraturan/kaidah hidup yang bersumber dari


hati murani dan merupakan tilai-nilai moral yang mengikat manusia.

• Norma kesopanan, yaitu peraturan/kaidab yang bersumber dari


• pergaulan hidup antarmanusia.

• Norma hukum, yaitu peraturan/kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan resmi


atau negara yang sifatnya mengikat dan memaksa.
3. Hukum sebagai Norma
Hukum sebagai norma berbeda dengan ketiga norma
sebelumnya (agama, kesusilaan, dan kesopanan). Perbedaan
norma hukum dengan norma lainnya adalah sebagai berikut.

• Norma hukum datangnya dariluar diri kita sendiri, yaitu dari


kekuasaan/lembaga yang resmi dan berwenang.
• Norma hukum dilekati sanksi pidana atau pemaksa secara
fisik.
• Norma lain tidak dilekati sanksi pidana secara fisik.
KEADILAN, KETERTIBAN, DAN KESEJAHTERAAN
1. Makna Keadilan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indoncsia (KBBD), keadilan berarti (sifat


perbuatan, perlakuan) yang adil. Keadilan berarti perilaku atau perbuatan yang
dalam pelaksanaannya memberikan kepada pihak lain sesuatu yang
semestinya harus diterimna oleh pihak lain.

Aristoteles membedakan dua macam keadilan, yautu keadilan komutatif dan


keadilan distributif.
1. Keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan hak atau jatah
kepada setiap orang menurut jasa-jasa yang telah diberikan (pembagian
menurut haknya masing-masing pihak). Di sini keadilan tidak menuntut
pembagian yang sama bagi setiap orang, tetapi pembagian yang sama
berdasarkan perbandingan.
2. Keadilan komutatif, yaitu hubungan yang adil dan sama antarwargancgara
secara timbal balik..
2. Ketertiban

Ketertiban berasal dari kata tertib yang artinya teratur. Sedangkan ketertiban di
dalam masyarakat adalah keadaan serba teratur dengan baik. Selain itu
ketertiban adalah salah satu perwujudan dari keteraturan. Untuk mendapatkan
suatu ketertiban didalam masyarakat, diperlukan adanya suatu aturan atau
hukum. Dengan adanya hukum dan norma yang di patuhi oleh seluruh lapisan
masyarakat, maka akan tercipta suatu ketertiban.

3. Kesejahteraan

Kesejahteraan atau sejahtera dalam istilah umum menunjukan keadaan yang


baik, di mana kondisi masyarakatnya dalam keadaan makmur, sehat dan
damai. Kesejahteraan juga bisa disebut sebagai impian tetinggi suatu
masyarakat maupun negara, karena kesejahteraan telah mencangkup segala
harapan dan cita-cita setiap individu dalam suatu masyarakat.
Fungsi dan Tujuan Hukum dalam Masyarakat

Ada empat fungsi hukum dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.


1. Sebagai Alat Pengatur Tertib Hubungan Masyarakat
2. Sebagai Sarana untuk Mewujudkan Keadilan Sosial
3. Sebagai Penggerak Pembangunan
4. Fungsi kritis dari hukum
Selain norma moral, ada pula hukum. Pada dasarnya, hukum adalah
norma yang merupakan perwujudan dari nilai, temmasuk nilai moral.

Terdapat perbedaan antara norma moral dengan norma hukum.


norma hukum berdasarkan yuridis dan konsensus, sedangkan norma
moral
berdasarkan hukum alam.

norma hukum bersifat heteronomi, yaitu datang dari luar diri sedangkan
moral berasal dari dalam diri. dari sisi pelaksanaan, hukum dilaksanakan
secara paksaan dan lahiriah;
sedangkan moral tidak dapat dipaksakan.
dari sanksinya, sanksi
hukum bersifat Iahiriah sedangkan moral bersifat batiniah.
Dilihat dari tujuannya hukum mengatur tertib hidup masyarakat bernegara;
Pelanggaran norma moral merupakan suatu pelanggaran etik, sedangkan
pelanggaran terhadap norma hukum merupakan pelanggaran hukum.

1. Pelanggaran Etik
Kebutuhan akan norma etik oleh manusia diwujudkan dengan mernbuat
serangkaian norma etik untuk suatu kegiatan atau profesi. Rangkaian norma
moral yang terhimpun ini biasa disebut kode ctik. Kode etik merupakan bentuk
aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja buat berdasarkan prinsip-
prinsip moral yang ada. Masyarakat cara berkelompok membentuk kode etik
profesi. Contohnya, guru, kode etik insinyur, kode etik wartawan, dan
sebagainya.

2. Pelanggaran Hukum
Kesadaran hukun adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan atau
perintab dar Huar untuk tunduk pada hukung yang berlaku. Dengan berjalannya
kesadaran hukum di masyarakat maka hukum tidak perlu menjatubkan sanksi.
Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar- benar terbukti melanggar
hukum.
Hubungan antara Hukum dengan Moral

Menurut K. Bertens, perbedaan hukum dan moral ada empat :

a) Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya hukum dibukukan secara


sistematis dalam kitab perundang-undangan. Jadi, norma hukum lebih memiliki
kepastian dan objektif dibandingkan dengan norma moral. Norma moral lebih bersifat
subjektif dan akibatnya lebih banyak orang yang mencari kejelasan tentang kebenaran
mana yang harus dianggap etis atau tidak

b) Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut
juga sikap batin seseorang

c) Sanksi pada norma hukum dapat dipaksakan, pelanggar pasti akan terkena
hukumannya. Norma etis tidak dapat dipaksakan. Satu-satunya sanksi di bidang
moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang

d) Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara.
Hukum harus diakui oleh suatu negara supaya berlaku sebagai hukum. Moralitas
didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat.
Hubungan antara manusia, nilai, moral, dan
hukum
Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia
berkaitan dengan nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai
kejujuran, keadilan, menjilat, dan perbuatan negatif lainnya, sehingga
perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral karena dengan
adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan
sangat menentukan kepribadian individu atau jati diri manusia,
lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai yang
mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan norma
kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan
manusia yang utuh dalam konteks sosial.
Contoh kasus
Video yang menunjukkan seorang perempuan menangis dan berteriak saat
digotong oleh sejumlah pria dan dibawa masuk ke satu rumah di Kabupaten
Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), Di samping itu, ada satu video
yang menunjukkan seorang perempuan yang 'diculik' oleh empat pria saat
berada di satu terminal di Kota Weetabula, Kabupaten Sumba Barat Daya,
Nusa Tenggara Timur. Kedua rekaman video itu menggambarkan bagian dari
proses kawin tangkap, praktik yang dianggap lazim di kalangan masyarakat
Sumba, khususnya yang berada di daerah pedalaman.
Narasumber mengaku sangat menentang praktik kawin tangkap yang
menurutnya, pelaksanaannya pada masa sekarang sudah melenceng jauh dari
praktik pada masa lalu. Menurut dia, pada masa lalu perempuan yang
menjalankan tradisi kawin tangkap atau Palaingidi Mawini dihargai. Pada
zaman dulu, ia menuturkan, orang yang menjalankan praktik kawin tangkap
harus berasal dari keluarga kaya karena belis atau mahar yang harus
dibayarkan ke pihak perempuan besar.
KESIMPULAN
Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Ketiganya
mempunyai hubungan yang saling terkait satu dengan lainnya. Manusia hidup dalam suatu
lingkungan yang mana dalam setiap lingkungan itu memiliki nilai dan hukum yang harus dipatuhi
dan dengan adanya moral yang baik maka nilai dan hukum dapat diaplikasikan dengan baik oleh
manusia tersebut.
Manusia adalah makhluk sosial yang artinya makhluk yang tidak mampu hidup sendiri atau selalu
membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dalam kehidupan sosial masyarakat dikenal
berbagai gejala-gejala sosial seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, proses
sosial, perubahan sosial dan kebudayaan. Tidak semua gejala sosial tersebut berjalan secara
normal, kadang-kadang-kadang timbul gejala sosial yang tidak dikehendaki yang kemudian
sering disebut masalah sosial. Masalah tersebut bersifat sosial karena bersangkut paut dengan
hubungan antar manusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Hal
ini dinamakan masalah sosial karena bersangkut paut dengan dengan gejala-gejala yang
mengganggu dalam masyarakat.
Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan nilai, moral, dan
hukum seperti kasus tersebut

Anda mungkin juga menyukai