Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok

Hukum Internasional

Disusun Oleh:
Ajeng Syifa Salsabila 3019210050
Febiana Haryadi 3019210046
Nurlita Puspitasari 3019210047
Reza Putra Pratama 3019210262 (Ketua)
Yessa Tabah Mustika 3019210048

Fakultas Hukum
Universitas Pancasila
Jakarta
2021

Hukum Perjanjian Internasional


1. Apakah pengertian Hukum Internasional sebagaimana diatur dalam Konvensi Wina 1969
tentang Perjanjian Internasional?
 Vienna Convention on the Law of Treaties 1969 (Vienna Convention 1969)
mengatur mengenai Perjanjian Internasional Publik antar Negara sebagai subjek
utama Hukum Internasional. Konvensi ini pertama kali open for ratification pada
tahun 1969 dan baru entry into force pada tahun 1980. Definisi Perjanjian
Internasional dalam ketentuan positif terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a
Konvensi Wina 1969 yang menyebutkan bahwa: "1. For the purposes of the
present convention; a. "Treaty" means an International agreement concluded
between states in written form and governed by International law, whether
embodied in a single instrument or in two or more related instruments and
whatever its particular designation". Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina pada
dasarnya mengatur bahwa perjanjian yang dimaksud adalah suatu persetujuan
Internasional yang diadakan antara Negara-Negara dalam bentuk tertulis dan
diatur oleh Hukum Internasional, baik yang berupa satu instrumen tunggal atau
berupa dua atau lebih instrumen yang saling berkaitan tanpa memandang apapun
juga namanya. Pengertian Perjanjian Internasional juga diatur dalam Pasal 1 (a)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional dimana
Perjanjian Internasional didefinisikan sebagai Perjanjian, dalam bentuk dan nama
tertentu, yang diatur dalam Hukum Internasional yang dibuat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban di bidang Hukum Publik. Beberapa unsur atau
kualifikasi yang harus terpenuhi dalam suatu Perjanjian untuk dapat disebut
sebagai Perjanjian Internasional ialah: kata sepakat, Subjek-Subjek Hukum
Internasional, berbentuk tertulis, obyek tertentu, dan tunduk pada atau diatur oleh
Hukum Internasional.

2. Dalam prakteknya seringkali terdapat kesulitan untuk membedakan apakah suatu


instrumen atau dokumen tertulis yang dibuat oleh dua Negara atau lebih itu merupakan
suatu pernyataan Politik atau suatu Perjanjian Internasional yang memuat kewajiban
Hukum bagi para pihak. Sebutkan cara-cara yang biasa dipergunakan untuk mengetahui
dan membedakan apakah suatu dokumen merupakan suatu Perjanjian Internasional!
 Menurut Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional, Perjanjian
Internasional adalah: “An International Agreement concluded between States and
InternationalOrganizations in written form and governed by International Law,
whetherembodied in a single instrument or in two or more related instruments
andwhatever its particular designation”. Selanjutnya, definisi ini diadopsi oleh
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional yang
merumuskan sebagai setiap Perjanjian di bidang Hukum Publik, yang diatur oleh
Hukum Internasional, dan dibuat oleh Pemerintah dengan Negara, Organisasi
Internasional, atau Subjek Hukum Internasional lain. Dari pengertian Hukum ini,
maka terdapat beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh suatu dokumen
untuk dapat ditetapkan sebagai suatu Perjanjian Internasional menurut Konvensi
Wina 1969 dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional, yaitu:
a. an International Agreement.
b. by Subject of International Law.
c. in Written Form.
d. "Governed by International Law” (diatur dalam Hukum Internasional serta
menimbulkan hak dan kewajiban di bidang Hukum Publik).
e. Whatever Form.

3. Terdapat berbagai macam istilah dalam Perjanjian Internasional, namun demikian secara
konsep hukum istilah-istilah dimaksud mempunyai esensi yang sama, yaitu mengikat
para pihak secara, dibuat serta diterapkan dengan itikad baik (good faith) dan harus
ditaati dan dihormati (pacta sunt servanda). Sebutkan istilah-istilah dalam Perjanjian
tersebut serta kebiasaan dalam penggunaannya!
 Istilah dalam Perjanjian serta kebiasaan dalam penggunaannya, ialah:
a. Treaties (Traktat), ialah Perjanjian yang diadakan oleh dua Negara atau
lebih yang mencakup seluruh instrumen yang dibuat oleh subyek Hukum
Internasional dan memiliki kekuatan Hukum yang mengikat, menurut
Hukum Internasional. Suatu traktat untuk dapat menjadi Sumber Hukum
Formil harus disetujui oleh DPR terlebih dahulu, kemudian baru
diratifikasi oleh Presiden, dan setelah itu baru berlaku mengikat terhadap
Negara peserta dan warga Negaranya. Atau dengan kata lain untuk
menjadi Sumber Hukum Formil traktat harus melalui prosedur sebagai
berikut:

- Tahap pertama penetapan isi Perjanjian oleh para Wakil Negara


peserta yang bersangkutan.

- Tahap ke dua persetujuan isi Perjanjian oleh DPR Negara peserta


masing-masing.

- Tahap ke tiga ratifikasi atau pengesahan isi Perjanjian oleh


Pemerintah (Kepala Negara) masing-masing peserta.

- Tahap ke empat Pelantikan atau pengumuman yang bisasnya


ditandai dengan tukar-menukar piagam Perjanjian yang sudah
disahkan.
b. Convention (Konvensi), ialah dapat disebut juga sebagai kebiasaan.
Menurut J.H.P Bellefroid, Hukum Kebiasaan atau yang umum dinamakan
“kebiasaan” saja adalah: “Peraturan-Peraturan yang walaupun tidak
ditetapkan oleh Pemerintah, tetapi ditaati oleh seluruh rakyat karena
mereka yakin bahwa peraturan itu berlaku sebagai Hukum”. Jadi dalam
konteks Hukum Internasional, kebiasaan atau konvensi dapat diartikan,
peraturan-peraturan yang walaupun tidak ditetapkan oleh salah satu
kelompok Negara atau organisasi dunia, namun ditaati oleh NegaraNegara
dunia karena mereka memiliki kepentingan yang sama dan yakin bahwa
peraturan itu berlaku sebagai Hukum, untuk timbulnya Hukum Kebiasaan
atau Konvensi itu diperlukan syarat-syarat tertentu yaitu:

- Harus ada perbuatan atau tindakan yang semacam dalam keadaan


yang sama dan harus selalu diikuti oleh umum. Dalam hal ini tidak
usah seluruh rakyat ikut menimbulkan kebiasaan itu, cukup hanya
golongan-golongan yang berkepentingan saja, dan bahkan cukup
yang berada dalam keadaan tertentu yang mengikuti suatu
hubungan tertentu. Contohnya: Kebiasaan dalam perdagangan
dibentuk oleh para pedagang, dalam sewa-menyewa oleh penyewa
dan orang yang menyewakan.

- Harus ada keyakinan Hukum dari golongan orang-orang yang


berkepentingan. Keyakinan Hukum ini dalam bahasa latin disebut
“opinio juris seu necessitatis”. Dan keyakinan Hukum ini
mempunyai dua arti:

- Keyakinan Hukum dalam arti Materiil, artinya suatu keyakinan


bahwa Hukum, atau keyakinan bahwa suatu aturan itu memuat
Hukum yang baik. Jadi yang dilihat isinya, apakah isi suatu aturan
itu baik atau tidak.

- Keyakinan Hukum dalam arti Formil, artinya orang yakin bahwa


aturan itu harus diikuti dengan taat dan dengan tidak mengingat
akan nilai daripada isi aturan tadi.
c. Agreement (Persetujuan), ialah mencakup seluruh jenis perangkat
Internasional dan biasanya mempunyai kedudukan lebih rerndah dari
traktat dan konvensi. Secara khusus mengatur materi-materi yang diatur
dalam traktat, dimana persetujuan ini digunakan pada Perjanjian yang
mengatur materi kerjasama di bidang ekonomi, kebudayaan, dan iptek.
d. Charter (Piagam), istilah charter umumnya digunakan untuk perangkat
Internasional seperti dalam pembentukan suatu organisasi Internasional.
Penggunaan istilah ini berasal dari Magna Charta yang dibuat pada tahun
1215. Contoh umum yang paling dikenal dari perangkat Internasional
tersebut adalah Piagam PBB tahun 1945.
e. Protocol (Protokol), terdapat 3 macam protokol, yaitu:

- Protocol of Signature, atau protokol penandatanganan, merupakan


perangkat tambahan suatu Perjanjian Internasional yang dibuat
oleh pihak-pihak yang sama pada Perjanjian, protokol tersebut
berisikan hal-hal yang berkaitan dengan penafsiran Pasal-Pasal
tertentu pada Perjanjian dan hal-hal yang berkaitan dengan
peraturan teknik pelaksanaan Perjanjian.

- Optional Protocol, atau protokol tambahan, yaitu protokol yang


memberikan hak tambahan hak dan kewajiban selain yang diatur
dalam Perjanjian Internasional. Contohnya, Konvensi Internasional
mengenai hak-hak Sipil dan Politik tahun 1966.

- Protocol based on a framework, atau protokol yang mengatur


kewajiban-kewajiban khusus dalam melaksanakan Perjanjian
induknya, serta protokol untuk mengubah beberapa Perjanjian
Internasional seperti, Protocol of Amending the Agreement 1945,
Conventions and Protocol on Natur in Drugs, dan protokol yang
merupakan perlengkapan Perjanjian sebelumnya seperti Protocol
of 1967 Relating to the Status of Refugees yang merupakan
pelengkap dari Convention of relating to the Status Refugees.
f. Declaration (Deklarasi), ialah suatu Perjanjian yang berisikan
ketentuanketentuan umum dimana pihak-pihak pada deklarasi tersebut
berjanji untuk melakukan kebijakan-kebijakan tertentu di masa yang akan
datang. Contohnya: Declaration of Human Rights 1947.
g. Final Act, ialah suatu dokumen yang berisikan ringkasan laporan sidang
dari suatu konferensi atau pertemuan internasional yang juga menyebutkan
konverensi-konverensi yang dihasilkan oleh konferensi tersebut dengan
kadang-kadang disertai anjuran atau harapan yang sekiranya dianggap
perlu. Contohnya: Final Act General Agreement on Tariff and Trade
(GATT) 1974.
h. Agreed Minutes, ialah suatu catatan mengenai hasil perundingan yang
telah disepakati oleh pihak-pihak dalam Perjanjian.
i. Memorandum of Understanding, ialah Perjanjian yang mengatur
peaksanaan teknik operasional suatu Perjanjian induk. Jenis Perjanjian ini
dapat berlaku setelah penandatanganan tanpa melakukan pengesahan.
j. Arranement, ialah suatu Perjanjian yang mengatur pelaksanaan teknis
operasonal suatu Perjanjian induk. Dan dapat dipakai untuk melaksanakan
proyek-proyek jangka pendek yang bersifat teknis. Contohnya:
Arrangement Studi Kelayakan Proyek Tenaga Uap di Aceh yang
ditandatangani tanggal 19-02-1976 antara Departemen Pertambangan RI
dan President the Canadian International Development Agency.
k. Exchange of Notes, ialah Perjanjian Internasional yang bersifat umum
yang memiliki banyak persamaan dengan Perjanjian Hukum Perdata,
Perjanjian ini dilakukan dengan mempertukarkan dua dokumen yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak pada masing-masing dokumen.
l. Process Verbal, istilah ini dipakai untuk mencatat pertukaran atau
penyimpan piagam pengesahan atau untuk mencatat kesepakatan hal-hal
yang bersifat teknis administratif atau perubahan-perubahan kecil dalam
suatu persetujuan.
m. Modus Vivendi, ialah Perjanjian yang bersifat sementara dengan maksud
akan diganti dengan pengaturan yang tetap terperinci, biasanya dengan
cara tidak resmi dan tidak memerlukan pengesahan.

4. Konvensi Wina 1969 mengatur Perjanjian Internasional tertulis, namun demikian dalam
prakteknya juga dapat ditemukan bahwa pernyataan lisan dari pejabat pemerintah juga
mempunyai kekuatan hukum mengikat yang sama. Mengapa demikian dan sebutkan
contoh kasus yang pernah diputuskan oleh Mahkamah Internasional Permanen
(Permanent Court of International Justice)!
 Pernyataan lisan dari Pejabat Pemerintah juga mempunyai kekuatan Hukum
mengikat yang sama, karena memiliki unsur-unsur seperti:
a. Bahwa setiap Perjanjian Internasional harus dilakukan atas dasar
kesepakatan para pihak. Kesepakatan merupakan prinsip umum yang harus
dilakukan para pihak, apabila para pihak tidak bersepakat mengenai
Perjanjian yang dibuat, maka Perjanjian tersebut tidak dapat dikatakan
mengikat pihak-pihak tersebut.
b. Perjanjian tidak tertulis harus dibuat oleh Pejabat yang mempunyai
kewenangan, seperti Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, atau Menteri
Luar Negeri, serta Pejabat Negara yang relevan dengan bidangnya.
Perjanjian Internasional tak tertulis ini dapat dikatakan sebagai janji dari
salah satu perwakilan Negara, baik Kepala Negara, Kepal Pemerintahan,
Menteri Luar Negeri, dan Public Officials lain yang dianggap relevan
dalam bidang-bidang tugasnya.
c. Dalam pelaksanaan Perjanjian tidak tertulis berlaku prinsip Pacta Sunct
Servanda yang berarti, pihak-pihak harus melakasanakan
kewajibankewajibannya seperti apa yang telah diatur dalam Perjanjian.
Apabila pihak-pihak tersebut telah mengikatkan diri terhadap Perjanjian,
maka para pihak tidak diperbolehkan menarik diri dari Perjanjian tersebut
secara sepihak tanpa persetujuan pihak lain. Prinsip ini disetujui seperti
pada Konferensi London 1871.dimana Italia, Rusia, Inggris, Perancis,
Austria, dan Turki sepakat bahwa dalam konferensi tersebut untuk
mengakui Prinsip Hukum antar bangsa sehingga para pihak tidak
diperkenankan untuk menarik diri dari ikatan-ikatan Perjanjian dan
mengubah hak dalam Perjanjian, tanpa persetujuan pihak-pihak lain.
 Contoh kasus yang pernah diputuskan oleh Mahkamah Internasional Permanen
(Permanent Court of International Justice), ialah:
Kasus Status Hukum Greendlandia Timur yaitu sengketa antara Denmark
dan Norwegia, diselesaikan di Mahkamah Internasional Permanen Atau
(Permanent Court of International Justice) di Den Haag Perjanjian tersebut
adalah perjanjian Lisan atau unwritten treaty, dan diakui dalam Kasus
Eastern Greenland Case antara Norwegia dan Denmark. Pada kasus ini
deklarasi yang bernama Ihlen’s Declaration mengakui eksistensi
unwritten treaty sebagai sumber Hukum Internasional.
5. Terdapat beberapa hal ataupun keadaan yang membuat suatu Perjanjian Internasional
dianggap tidak sah (invalid) yang diatur dalam Konvensi Wina 1969. Hal-hal apa sajakah
yang mengakibatkan suatu Perjanjian dianggap tidak sah?
 Hal-Hal yang dapat mengakibatkan suatu Perjanjian Internasional dianggap tidak
sah menurut Konvensi Wina 1969, ialah:
a. Terjadi sebuah pelanggaran pada ketentuan-ketentuan Hukum Nasional
dari salah satu Negara yang bersangkutan.
b. Terjadi sebuah unsur kesalahan saat Perjanjian itu dibuat sehingga
pelaksanaannya menjadi tidak maksimal.
c. Terjadi penipuan dari Negara yang satu pada Negara yang bersangkutan
yang lain sewaktu perjanjian itu dibuat.
d. Terdapat penyalahgunaan atau kecurangan melalui segala jalan seperti
kelicikan atau suap yang dilakukan oleh Negara peserta.
e. Terjadi paksaan pada wakil sebuah Negara peserta, paksaan itu bisa
dengan ancaman atau dengan kekuatan.
f. Perjanjian Internasional yang dilakukan bertentangan dengan Dasar
Hukum Internasional.

6. Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional diatur


bahwa ratifikasi terhadap Perjanjian Internasional dapat dibuat dalam bentuk
UndangUndang atau Keputusan Presiden. Agar dijelaskan materi Perjanjian apa saja yang
disahkan atau diratifikasi dengan Undang-Undang dan materi apa yang disahkan dengan
Keputusan Presiden?
 Pengesahan Perjanjian Internasional dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional Bab III Pasal 9 hingga Pasal 14.
Pengesahan Perjanjian Internasional dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
Pengesahan oleh Undang-Undang dan Pengesahan oleh Keputusan Presiden
sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 9 yang berbunyi: “(1) Pengesahan
Perjanjian Internasional oleh Pemerintah Republik Indonesia dilakukan sepanjang
dipersyaratkan oleh Perjanjian Internasional tersebut. (2) Pengesahan Perjanjian
Internasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
UndangUndang atau Keputusan Presiden”. Adapun materi Perjanjian
Internasional yang disahkan atau diratifikasi oleh Undang-Undang dijelaskan
dalam Pasal 10 yang berbunyi: “Pengesahan Perjanjian Internasional dilakukan
dengan UndangUndang apabila berkenaan dengan:
a. Masalah Politik, Perdamaian, Pertahanan, dan Keamanan Negara.
b. Perubahan Wilayah atau Penetapan Batas Wilayah Negara Republik
Indonesia.
c. Kedaulatan atau Hak Berdaulat Negara.
d. Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup.
e. Pembentukan Kaidah Hukum Baru.
f. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.”
Sedangkan materi Perjanjian Internasional yang disahkan atau diratifikasi oleh
Keputusan Presiden dijelaskan dalam Pasal 11 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: “(1)
Pengesahan Perjanjian Internasional yang materinya tidak termasuk materi
sebagaimana dimaksud Pasal 10, dilakukan dengan Keputusan Presiden, (2)
Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan salinan setiap Keputusan Presiden
yang mengesahkan suatu Perjanjian Internasional kepada Dewan Perwakilan
Rakyat untuk dievaluasi.

Anda mungkin juga menyukai