Anda di halaman 1dari 10

PERAN ISLAM DALAM

PENGADILAN HAM UU NO.


26 TAHUN 2000

KELOMPOK 4
HAM
• Hak Asasi Manusia (HAM) atau dalam bahasa Inggris berarti human rights
adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma yang menggambarkan standar
tertentu dari perilaku manusia, dan dilindungi secara teratur sebagai hak-hak
hukum dalam hukum kota dan internasional.
PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA
MENURUT UU DAN TAP MPR
• Menurut Undang-Undang Nomor 26 pasal 1 ayat 1
• Menurut UU No 39 Tahun 1999 Menurut Undang-Undang Nomor 26 pasal 1 ayat 1,
Menurut Undang-Undang Nomor 39 HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
tahun 1999, HAM adalah seperangkat hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
hak yang melekat pada hakikat Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
keberadaan manusia sebagai makhluk yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
Tuhan Yang Maha Esa. oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia
• Menurut Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998
Menurut Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998, hak asasi
manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri
manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk
menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan,
perkembangan manusia dan masyarakat yang tidak
boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu-gugat oleh
siapapun
B. HAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

1. Hak manusia
Menurut Abu al'Ala al- atau huquq
Maududi, al-insan al-
ada dua konsep tentang dharuriyyah
hak.
2. Hak Allah
atau huquq
Allah
HAM dalam Islam dimulai dengan beberapa peristiwa yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Piagam Madinah (al-Dustur al-Madinah)
Adapun ajaran pokok dalam Piagam Madinah itu adalah:
• Interaksi secara baik dengan sesama, baik pemeluk Islam maupun non Muslim.
• Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.
• Membela mereka yang teraniaya.
• Saling menasihati
• Menghormati kebebasan beragama.
Satu dasar itu yang telah diletakkan oleh Piagam Madinah sebagai landasan bagi kehidupan bernegara untuk
masyarakat majemuk di Madinah.

2. Deklarasi Cairo (The Cairo Declaration) yang memuat ketentuan HAM yakni hak persamaan dan kebebasan
(QS. Al-Isra: 70, An- Nisa: 58, 105, 107, 135 dan Al-Mumtahanah: 8); hak hidup (QS. Al-Maidah: 45 dan Al-
Isra’: 33); hak perlindungan diri (QS. Al-Balad: 12 - 17, AT-Taubah: 6).
Secara prinsip, HAM dalam Islam mengacu pada al-dlaruriyat
alkhamsah atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam
(hak-hak asasi manusia dalam islam). Konsep itu mengandung lima hal
pokok yang dikemukakan oleh Imam Asy-Syathibi yang harus dijaga
oleh setiap individu yaitu
1. Menjaga agama (hifzd al-din). Alasan
diwajibkannya berperang dan berjihad, jika 4. Menjaga harta (hifzd al-mal). Alasan
ditujukan untuk para musuh atau tujuan senada pemotongan tangan untuk para pencuri dan
diharamkannya riba dan suap-menyuap, atau
2. Menjaga jiwa (hifzd al-nafs). Alasan memakan harta orang lain dengan cara bathil
diwajibkannya hukum qishash, yang lainnya. Harta merupakan salah satu inti kebutuhan
didasarkan pada QS. al-Baqarah:178-179) dalam kehidupan, di mana manusia tidak bisa
diantaranya menjaga kemuliaan dan dipisahkan dengannya (QS. al-Kahfi:46)
kebebasann
5. Menjaga keturunan (hifd al-nasl).
3. Menjaga akal (hifzd al ‘aql). Alasan Alasan diharamkannya zina dan qazdaf. Dalam hal
diharamkannya semua benda yang ini, Islam sangat menganjurkan pernikahan
memabukkan atau narkotika dan sejenisnya. terhadap mereka yang dianggap dan merasa
Akal adalah sumber hikmah atau pengetahuan, sudah mampu untuk melakukannya untuk
cahaya muara hati, sinar hidayah dan media menjaga keturunan, harta dan kehormatan.
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
C. PERAN ISLAM DALAM PENGADILAN
HAM
• Sikap umat Islam Indonesia terhadap prinsip-prinsip HAM
sudah final dan konklusif. Perbedaannya terletak pada aspek
rincian dan metode implementasi. Karena itu, kerjasama dan
dialog tentang bagaimana menegakkan HAM terus dilakukan
dengan mempertimbangkan aspek-aspek spesifik dari masing-
masing konsep ajaran agama. Ormas-ormas Islam adalah
representasi dari umat Islam Indonesia. Dalam sejarah HAM,
umat Islam justru menjadi korban pelanggaran HAM oleh
negara (rejim politik tertentu). Tragedi G 30 S, Peristiwa
Tanjung Periuk, dan lain-lainnya adalah contoh pelanggaran
HAM yang meminta korban umat Islam. Dengan demikian,
selama ini umat Islam Indonesia tetap konsisten membela
tegaknya HAM dan bahkan sangat kritis terhadap semua
bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh negara
ataupun oleh oknum umat Islam.
“ Pemerintah dan DPR telah melakukan upaya-upaya serius untuk membatasi dan memerangi
radikalisme dan terorisme bermotif agama melalui pendekatan keamanan dan pendekatan budaya.
Pada tahun 2003 DPR telah menetapkan UU No. 15/2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme. Kemudian pada tahun 2010, pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT) untuk memperkuat upaya-upaya memerangi terorisme. Badan ini pun melibatkan


tokoh agama dan ulama dalam pelaksanaan program-programnya, terutama dalam bentuk
deradikalisasi dan kontra-radikalisme.
Sejak sekitar 10 tahun terakhir, para tokoh dan organisasi keagamaan, terutama Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah, juga telah melakukan upaya-upaya untuk mencegah dan membatasi radikalisme
agama. Mereka mensosialisasikan pemahaman yang benar tentang ajaran agama (khususnya Islam),
dengan mempromosikan perdamaian dan harmoni sesuai dengan misi Islam itu sendiri sebagai rahmat
bagi alam semesta (rahmat li al-‘âlamîn). Mereka juga menjelaskan bahwa perjuangan untuk aspirasi
atau protes terhadap setiap penyimpangan harus dilakukan secara legal dan konstitusional serta
melalui cara-cara yang bijak (hikmah), bukan melalui cara-cara kekerasan dan teror, apalagi jika
kekerasan dan teror yang dilakukan atas nama jihad. Mereka juga mengutuk kekerasan dan teror itu
dan menganggapnya sebagai tindakan yang menodai Islam dan melanggar HAM.
• Dari penjelasan di atas dapat diambil pemahaman bahwa
posisi umat Islam Indonesia terkait HAM adalah mengikuti
perundang-undangan negara. Namun demikian bisa dilihat
bahwa aturan dalam perundang-undangan tersebut tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Sehingga menghadapi
kenyataan ini umat Islam seharusnya tidak terlalu
mempersoalkan tapi yang terpenting adalah bagaimana umat
Islam itu betul-betul menjunjung nilai-nilai HAM. Dalam hal
ini lebih mengedepankan pelaksanaan atau implementasi
nilai-nilai HAM sehingga terjadi kehidupan yang harmonis,
aman dan kehidupan yang jauh dari kekerasan, pemaksaan
kehendak dan perampasan hak dalam kehidupan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai