PENGANTAR FARMASI
“ SEJARAH FARMASI DI MESIR”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Farmasi
Disusun :
Kelompok 7
Kelas A
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT atas Rahmat dan
karunia Nya kami dapat menyelesaikan paper pengantar farmasi tentang sejarah
farmasi di Mesir. Banyak manfaat dan pengalaman yang kami dapat melalui
pembuatan paper ini
1. Allah SWT
2. Orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan moral maupun
material
3. Bapak Prof.Dr.Wahono Sumaryono, Apt selaku Rektor Universitas
Pancasila
4. Ibu Prof.Dr.Shirly Kumala, M.Biomed, Apt selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila dan Dosen Pengantar Farmasi
5. Bapak Prof.Dr.Syamsudin, M.Biomed, Apt selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila
6. Ibu Faizatun, S.Si., M.Si., Apt selaku Wakil Dekan II Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
7. Bapak Drs.M.F.Arifin, M.Si., Apt selaku Wakil Dekan III Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila
i
Tiada kata yang lebih pantas selain kami ucapkan banyak terima kasih dan
kami berharap semoga paper ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi masukan
bagi paper paper selanjutnya
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR...................................................................... i
2. DAFTAR ISI.................................................................................... iii
3. DAFTAR GAMBAR........................................................................iv
4. ABSTRAK........................................................................................ v
5. BAB I PENDAHULUAN.................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah.......................................................2
1.4 Pembatasan Masalah....................................................................2
1.5 Metode Penulisan.........................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan.................................................................. 3
6. BAB II LANDASAN TEORI.......................................................... 4
2.1 Pengertian farmasi....................................................................... 4
2.2 Sejarah Farmasi........................................................................... 7
2.3 Tokoh Farmasi............................................................................ 10
7. BAB III PEMBAHASAN............................................................... 17
3.1 Mitologi Mesir............................................................................ 17
3.2 Sejarah Farmasi Di Mesir........................................................... 18
3.3 Pengobatan Oleh Bangsa Mesir Kuno........................................ 20
3.4 Farmasi Di Mesir Saat Ini............................................................ 21
8. BAB IV PENUTUP.......................................................................... 22
4.1 Kesimpulan.................................................................................. 22
9. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................24
iii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1....................................................................................... 5
2. Gambar 2.2 ...................................................................................... 5
3. Gambar 3.1....................................................................................... 11
4. Gambar 3.2....................................................................................... 12
5. Gambar 3.3....................................................................................... 13
6. Gambar 3.4....................................................................................... 18
7. Gambar 3.5....................................................................................... 19
iv
ABSTRAK
Farmasi berasal dari kata “PHARMACON” yang berarti obat atau racun.
Sedangkan pengertian farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang
meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi,
pengolahan, peracikan, informasi obat dan distribusi obat.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Oleh karena itu, kami membuat paper berjudul “Sejarah Farmasi di Mesir”
yang akan membahas sejarah dunia pengobatan atau sejarah dari farmasi serta
perkembangannya hingga saat ini di Mesir.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan farmasi ?
2. Bagaimana Sejarah Farmasi ?
3. Apa yang dimaksud dengan mitologi Mesir?
4. Bagaimana sejarah farmasi di Mesir ?
5. Bagaimana Pengobatan oleh bangsa Mesir Kuno?
6. Bagaimana Farmasi di Mesir Saat ini ?
2
1.5 Metode Penulisan
Dalam penyusunan paper ini, kami memperoleh bahan atau sumber-
sumber pembahasan dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet
dan beberapa literatur yang ada. Kemudian kami saling menghubungkan satu
sama lain dalam pembahasan sehingga menjadi karangan lengkap, objektif
dan akurat.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Gambar 2.1
Dioscorides, De Materia Medica , Byzantium, abad ke-15
Gambar 2.2
Dokter dan apoteker, ilustrasi dari Medicinarius (1505) oleh Hieronymus
Brunschwig.
5
Di dunia Arab pada abad VIII, ilmu farmasi yang dikembangkan oleh para
ilmuawan Arab menyebar luas sampai ke Eropa. Pada masa ini sudah mulai
dibedakan peran antara seorang herbalist dengan kedokteran terjadi pada tahun
1240 ketika Kaisar Frederick II dari Roma melakukan pemisahan tersebut.
Maklumat yang dikeluarkan tentang pemisahan tersebut menyebutkan bahwa
masing-masing ahli ilmu mempunyai keinsyafan, standar etik, pengetahuan,
dan keterampilan sendiri-sendiri yang berbeda dengan ilmu lainnya. Dengan
keluarnya maklumat kaisar ini, maka mulailah sejarah baru perkembangan
ilmu farmasi sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka
lambang Ilmu Farmasi dan Kedokteran Berbeda. Ilmu Farmasi memakai
lambang cawan dililit ular sedangkan kedokteran tongkat dililit ular.
Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia.
Mulai Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi
yang pertama didirikan di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821
(sekarang sekolah tersebut bernama Philadelphia College of Pharmacy and
Science). Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi dengan bermunculannya
sekolah-sekolah tinggi dan fakultas-fakultas di universitas.
Peran organisasi keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan
perkembangan ilmu farmasi. Sekarang ini banyak sekali organisasi ahli
farmasi baik lingkup nasional maupun internasional. Di Inggris, organisasi
profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan nama “The
Pharmaceutical Society of Great Britain”. Sedangkan, di Amerika Serikat
menyusul 11 tahun kemudian dengan nama “American Pharmaceutical
Association”. Organisasi internasionalnya akhirnya didirikan pada tahun 1910
dengan nama “Federation International Pharmaceutical”.
Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman
menemukan cara menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra
karbon dan lima atom ekstra hidrogen ke adlam sari pati kulit kayu
willow. Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnya
menyebabkan lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaitu
Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca Perang Dunia I. Kemudian,
6
pada Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara
massal, seperti obat TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi serta
antipsikotika.
Sejak saat itulah, dunia farmasi terus berkembang dengan didukung oleh
berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan bioteknologi.
Sekolah-sekolah farmasi saat ini hampir dijumpai di seluruh dunia. Kiblat
perkembangan ilmu, kalau boleh kita sebut, memang Amerika Serikat dan
Jerman (karena di sanalah industri obat pertama berdiri).
Perkembangan farmasi boleh dibilang dimulai ketika berdirinya pabrik
kina di Bandung pada tahun 1896. Kemudian, terus berjalan sampai sekitar
tahun 1950 di mana pemerintah mengimpor produk farmasi jadi ke Indoneisa.
Perusahaan-perusahaan lokal pun bermunculan, tercatat ada Kimia Farma,
Indofarma, Biofarma, dan lainnya. Di dunia pendidikan sendiri, sekolah tinggi
atau fakultas farmasi juga dibuka di berbagai kota.
7
2. Farmasi pada Masa Babylonia Kuno
Babylon, permata bagi Mesopotamia kuno, sering disebut juga
sebagai tempat munculnya peradaban manusia, adalah yang pertama
menemukan dan melaksanakan praktek peracikan obat. Para ahli
penyembuh ketika itu (sekitar 2600 SM) melaksanakan tiga peran berbeda
secara bersamaan sebagai agamawan, dokter, dan apoteker. Naskah-
naskah medik ditulis di atas tablet tablet tanah liat yang berisikan gejala-
gejala penyakit, resep dan cara peracikan obat, dan juga doa-doa. Orang-
orang babylon telah berhasil menemukan hal-hal penting dalam upaya
penyembuhan penyakit yang pada masa sekarang dikenal dengan
farmasetik modern, ilmu kedokteran, serta kegiatan-kegiatan spiritual.
8
Kebangkitan di dunia farmasi selanjutnya diilhami dengan turunnya Al-Qur'an
seiiring dengan kemajuan bangsa arab yang merupakan pusat peradaban dunia
termaju saat itu, dimana ilmuan ilmuan islam berpatokan pada Al-Qur'an dan
Metode pengobatan nabawi (Nabi), disamping penelitian dan pengembangan
lainnya. Mulai Abad ke-9 terus berkembang hingga abad ke-13 melalui
berbagai karya asli dan terjemahan, dunia arab telah menjembatani ilmu yang
menghubungkan yunani dengan dunia farmasi modern saat sekarang ini.
Puncak sumbangan dunia Arab-islam dalam perkembangan farmasi dapat
dikatakan ketika adanya suatu panduan praktek kefarmasian pada tahun 1260
yang disusun oleh seorang ahli kefarmasian berpengalaman dari mesir (Abu'l-
Muna Al-Kohen al-Attar), dalam panduan praktek kefarmasian tersebut attar
menuliskan pengalaman hidupnya serta ilmu dalam seni apotek atau seni
dalam meracik obat, yang sebagiab besar juga menguraikan etika farmasis
sebagai profesi kesehatan. Ilmuan Farmasi yang terkenal pada zaman ini
antara lain :Yuhanna bin Masawayah (777-875), Abu Hasan Ali Bin Sahl
Rabban Al-tabari (808), Sabur bin Sahl, Zayd Hunayn bin Ishaq al ibadi (809-
873), dan lain lainnya.
9
yang bertanggung jawab terhadap aktifitas medis tanamannnya. dieropa abad
ke18 dan 19 M mereka berdua sangat dihargai karna kemampuannya. mereka
juga menerapkan kemampuan ilmu farmasi pada pembuatan produk-produk
obat yang mempunyai standar kemurnian, keseragaman, dan khasiat yang
tinggi daripada yang sebelumnya dikenal. ekstraksi dan isolasi ini merupakan
keberhasilan yang sangat besar dibidang sediaan yang dipekatkan, sehingga
saat itu banyak ahli farmasi yang membuat sediaan obat dari tanaman meski
dalam skala yang kecil.
Pada awal abad ke-19 obat diamerika umumnya diimpor dari eropa, walaupun
banyak obat asli amerika yang berasal dari suku indian yang diambil oleh
pendatang.
Seiring terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat, muncul 3 perusahaan
farmasi pertama diketahui telah berdiri sebelum tahun 1826 dan 22
perusahaan muncul setengah abad kemudian. pada tahun 1821 sekolah
farmasi pertama didirikan di philadelphia.
10
2. Bapak Botani: Theophrastus
Gambar 3.1
Theoprastus (sekitar 300 SM) adalah sosok ilmuan Yunani
kuno ternama yang dikenal sebagai filosof besar dan ahli dalam
ilmu alam dan disebut-sebut sebagai Bapak Botani. Berbagai
observasi dan pengamatan yang dilakukannya mengenai medis dan
herbal merupakan suatu pencerahan bagi pemahaman manusia.
Beliau bertindak sebagai pengajar bagi sekumpulan siswa yang
mempunyai minat yang sama dengannya.
11
namun juga bagaimana mencegah dan mengobati efek racun. Mithridates VI
tanpa banyak pertimbangan menggunakan tubuhnya sendiri dan juga tubuh
para tahanan sebagai "kelinci percobaan" dalam mengujicoba berbagai racun
dan antiracun. tampak dalam gambar, di belakang Mithridates terletak
rhizotomists, offering fresh, flowering aconite, ginger,dan gentian. Dan di
kanan bawah gambar terletak dua buah wadah biang sampanye. Formula yang
diramu Mithridates yang paling terkenal adalah suatu panantidotal yang
populer digunakan selama kurang lebih seribu tahun yang dikenal dengan
Mithridatum.
12
Gambar 3.2
5. Dioscorides
Dengan adanya berbagai pencapaian dalam dunia ilmu pengetahuan serta
perkembangan yang memotivasi banyak orang melakukan observasi atau studi
intensif oleh para saintis, penelitian menjadi kian penting bagi kebutuhan
perdagangan dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Pedanios
Dioscorides (abad pertama masehi), adalah saintis yang telah berkontribusi dalam
bidang kefarmasian. Untuk mempelajari Materia Medica, Beliau melakukan
kerjasama dengan tentara romawi di seluruh dunia. Dia mencatat hasil-hasil
observasi, menyampaikan tentang cara yang baik dalam mengumpulkan,
menyimpan, dan menggunakan obat-obatan. Berbagai uji coba yang telah
dilakukannya terus digunakan sampai pada abad keenam.
6. Galen
Gambar 3.3
13
Galen adalah sosok dari masa lalu yang sampai sekarang masih
sangat dihormati oleh profesi farmasi dan kedokteran. Galen (tahun 130-
200 M)merupakan pakar praktisi dan pendidikan farmasi dan kedokteran
di Roma. metode yang diterapkannya dalam menyiapkan dan meracik obat
telah digunakan di dunia barat selama 1500 tahun, dan namanya sendiri
telah diasosiasikan dengan metode peracikannya yang dikenal dengan
galenika. Beliau adalah penemu dari formula krim dingin, yang secara
esensial adalah sama dengan krim yang kita kenal sekarang. banyak
prosedur-prosedur yang ditemukan Galen masih digunakan di
laboratorium peracikan modern masa kini.
7. Hipocrates
Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Seorang dokter yang
mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang
menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin rumit, baik
formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian
tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan
pemisahan secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang
terkenal “Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan
adalah bahwa akar ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.
Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya
industri-industri obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri
obat dan di bidang “penyedia/peracik” obat (=apotek). Dalam hal ini keahlian
kefarmasian jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada
apotek. Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan
obat.
Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan
teknologi agar mampu menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan
dan sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum pendidikan bidang farmasi disusun
14
lebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk menunjang keberhasilan para
anak didiknya dalam melaksanakan tugas profesinya.
Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum
merupakan bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA
(Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang merupakan kelompok ilmu
murni (basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukandisebut Sarjana
Farmasi melainkan Sarjana Sains.
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi
jabatan untuk standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik
Kimia Farmasi, (yang tergolong sektor kesehatan) bagi jabatan yang
berhubungan erat dengan obat-obatan, dengan persyaratan : pendidikan
Sarjana Teknik Farmasi.
Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan
bidang yang menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis,
pembuatan, pengendalian, distribusi dan penggunaan. Silverman dan Lee
(1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”, menyatakan bahwa :
o Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu
dokter menuliskan resep rasional. Membanu melihat bahwa obat yang
tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang benar, membuat
pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat
baik dengan atau tanpa resep dokter.
o Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam hal
produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar
untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang obat, yang
dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang
berpengalaman.
o Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah
penggunaan obat yang salah, penyalahgunaan obat dan penulisan
resep yang irrasional. Sedangkan Herfindal dalam bukunya “Clinical
Pharmacy and Therapeutics” (1992) menyatakan bahwa Pharmacist
15
harus memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada hanya sebagai
sumber informasi obat.
Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan
farmasi, karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA,
berubah menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi farmasi
berkembang ke arah “patient oriented”, memuculkan berkembangnya Ward
Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy (Farmasi klinik).
Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional
lain memerlukan informasi obat tang seharusnya datang dari para apoteker.
Temuan tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa apoteker
merupakan informasi obat yang “parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan para
dokter akan informasi obat Apoteker yang berkualits dinilai amat jarang/langka,
bahkan dikatakan bahwa dibandingkan dengan apotekeer, medical representatif
dari industri farmasi justru lebih merupakan sumber informasi obat bagi para
dokter.
Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care”
yang membawa para praktisi maupun para “profesor” ke arah “wilayah” pasien.
Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah akarnya
semula yaitu sebagai mitra dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker
diharapkan setidak-tidaknya mampu menjadi sumber informasi obat baik bagi
masyarakat maupun profesi kesehatan lain baik di rumah sakit, di apotek atau
dimanapun apoteker berada.
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
Yunani menyebutnya anubis) yang mungkin dianggap sebagai farmasis.
Praktek pengobatan di Mesir telah berlangsung sejak tahun 2900 SM dan
mereka juga diketahui memiliki catatan formula obat fenomenal, Papyrus
Ebers, yang dibuat sejak 1500 SM. Papyrus Eberss tersebut memuat
sekitar 800 formula dan 700 macam obat-obatan. Pusat farmasi di negara
Mesir Kuno diselenggarakan oleh dua orang penjabat negara yang
bertindak sebagai ahli farmasi di suatu ruangan yang disebut sebagai
“Rumah kehidupan”. Dengan seting kira-kira seperti gambar ini, Papyrus
Ebers didiktekan oleh seorang ahli farmasi mengenai perosedur formulasi
yang sedang dikerjakan.
Gambar 3.4
18
Pada catatan peninggalan Mesir menunjukkan hubungan yang dekat antara
penyembuhan supranatural dengan penyembuhan empiris, resep/formula obat
biasanya diawali dengan doa atau mantra tertentu di dalam formula-formula
tersebut disebutkan obat-obat yang lebih rumit, bentuk sediaan yang lebih banyak
dan teknik pembuatan yang mendetil. Bukti mengenai farmasi zaman mesir kuno
terdapat pada Ebers Papyrus, yaitu suatu kertas bertulisan yang panjangnya 60
kaki dan lebarnya satu kaki dari abad ke-16 SM, dokumen ini sekarang berada di
University of Leipzig, untuk mengingat seorang ahli tentang Mesir,
berkebangsaan Jerman, bernama Georg Ebers, yang menemukan dokumen
tersebut di kuburan suatu mumi dan menerjemahkannya sebagian, selama
setengah dari akhir abad ke-19. Sebagian besar isi Papirus Ebers adalah formula-
formula obat, yang menguraikan lebih dari 800 formula. Selain itu disebutkan
juga sekitar 700 obat-obatan yang berbeda, misalnya Obat-obatan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan yang sampai sekarang masih dipakai, antara lain seperti
akasia, biji jarak, adas, disebut bersama-sama dengan yang berasal dari mineral,
seperti besi oksida, natrium bikarbonat, natrium klorida dan sulfur. Kotoran
hewan juga digunakan dalam pengobatan seperti halnya di Babylonia, dalam
literatur lain disebutkan bahwa psylliumdisebutkan dalam Papirus Ebers dan
dikenal sebagai laksatif dan antidiare sekitar tahun 1500 SM.
19
Gambar 3.5
20
adalah dengan menggunakan mantra dan ramuan tertentu untuk mengusir
roh-roh tersebut.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Farmasi berasal dari kata “PHARMACON” yang berarti obat atau
racun. Sedangkan pengertian farmasi adalah suatu profesi di bidang
kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan,
pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan
distribusi obat.
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan
tradisional yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina,
dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh
orang tertentu secara turun-temurun dari keluarganya. Di negara Cina,
para tabib mendapatkan ilmunya dari keluarga secara turun-temurun. Itu
gambaran “ilmu farmasi” kuno di Cina.
Praktek kefarmasian telah dikenal dalam mitologi Mesir. Seperti
halnya di Babylonia, bangsa Mesir juga mengenal dewa-dewa yang
berpengaruh dalam pengobatan seperti Thoth, Osiris, Isis, Horus dan
Imhotep. Salah satu simbol yang menghubungkan praktek kefarmasian
saat ini dengan mitologi kuno adalah simbol Rx, yang dijumpai dalam
penulisan resep di seluruh dunia. Sebagian besar pendapat menyatakan
bahwa simbol tersebut berasal dari simbol mata Horus, dewa elang bangsa
Mesir. Horus selalu mengawasi setiap proses pembuatan obat, sebagai
simbol bahwa profesi farmasis selalu mendapat pengawasan dari Tuhan
sehingga setiap pelaku profesi ini harus selalu bekerja dengan baik, cermat
dan jujur karena Tuhan selalu melihat dan mengawasi mereka.
22
Bukti mengenai farmasi zaman mesir kuno terdapat pada Ebers Papyrus,
yaitu suatu kertas bertulisan yang panjangnya 60 kaki dan lebarnya satu
kaki dari abad ke-16 SM, dokumen ini sekarang berada di University of
Leipzig, untuk mengingat seorang ahli tentang Mesir, berkebangsaan
Jerman, bernama Georg Ebers, yang menemukan dokumen tersebut di
kuburan suatu mumi dan menerjemahkannya sebagian, selama setengah
dari akhir abad ke-19. Sebagian besar isi Papirus Ebers adalah formula-
formula obat, yang menguraikan lebih dari 800 formula. Selain itu
disebutkan juga sekitar 700 obat-obatan yang berbeda, misalnya Obat-
obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang sampai sekarang masih
dipakai, antara lain seperti akasia, biji jarak, adas, disebut bersama-sama
dengan yang berasal dari mineral, seperti besi oksida, natrium bikarbonat,
natrium klorida dan sulfur. Kotoran hewan juga digunakan dalam
pengobatan seperti halnya di Babylonia, dalam literatur lain disebutkan
bahwa psylliumdisebutkan dalam Papirus Ebers dan dikenal sebagai
laksatif dan antidiare sekitar tahun 1500 SM.
23
DAFTAR PUSTAKA
24