Anda di halaman 1dari 7

PENGANTAR ILMU HUKUM

Oleh :

Nama : I Gusti Putu Ery Aditya Purna


NIM : 2114101195
No : 13
Kelas : F

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHATAHUN
AJARAN 2021/2022

1
SOAL DAN JAWABAN PENGANTAR ILMU HUKUM (PIH)

1. Jelaskan kedudukan dan fungsi ilmu hukum sebagai ilmu praktis


Ilmu hukum adalah termasuk ilmu praktis, namun kedudukan ilmu hukum menempati posisi
yang istimewa dalam klasifikasi ilmu karena mempunyai sifat sebagai ilmu normatif dalam
perkembangannya, objek telaahannya bukan hanya dipahami secara tradisional, namun
tugasnya lebih banyak terarah pada penciptaan hukum baru yang diperlukan untuk
mengakomodasi timbulnya berbagai hubungan kemasyarakatan yang baru. Makanya, ilmu
hukum harus terbuka dan mampu mengolah produk berbagai ilmu-ilmu lain tanpa kehilangan
karaktar khasnya sebagai ilmu normatif. Segi Ilmu Sosial Ditinjau dari segi ilmu sosial,
pengantar ilmu adalah suatu mata pelajaran yang merupakan pengantar ke arah ilmu hukum.
Ilmu hukum ini termasuk ilmu sosial yang objek penyelidikannya adalah tingkah laku
manusia dan masyarakat dalam berbagai bentuknya yang dipelajari oleh ilmu hukum juga
masalah manusia, khususnya tentang kaidah-kaidah kehidupannya serta tentang mana yang
harus dan mana yang dilarang untuk dikerjakan. Oleh karenanya kedudukan pengantar ilmu
hukum adalah sejajar dengan ilmuilmu sosial lainnya. Segi Disiplin Hukum Ditinjau dari segi
disiplin hukum, pengantar ilmu hukum merupakan salah satu bagian daripada disiplin hukum
bersama-sama dengan:
a. Filsafat hukum, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan
mendasar dari hukum atau tentang hakikat hukum dan tentang dasar-dasar bagi kekuatan
mengikat daripada hukum.
b. Filsafat hukum, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan
mendasar dari hukum atau tentang hakikat hukum dan tentang dasar-dasar bagi kekuatan
mengikat daripada hukum.
2. Jelaskan perbedaan mendasar antara ilmu hukum normatif dan ilmu hukum empiris !
Filsafat ilmu membedakan ilmu dari sudut pandang positivistik yang melahirkan ilmu empiris
dan pandangan normatif yang melahirkan ilmu normatif. Dari dua pandangan ini ilmu hukum
sesuai dengan karakter aslinya yaitu sebagai ilmu yang normatif dan disisi lain memiliki
karakter empiris (sociological jurisprudence & socio legal jurisprudence). Sehingga seringkali
ilmu hukum dibedakan atas ilmu hukum normatif dan ilmu hukum empiris.
Dari sudut pandang Teori Hukum, dibagi atas tiga lapisan utama yaitu: Dogmatik Hukum,
Teori Hukum (dalam arti sempit) dan Filsafat Hukum. Ketiga lapisan tersebut pada
2
prakteknya saling memberi dukungan dan memiliki karakteristik khas yang dengan sendirinya
mempunyai metode yang khas pula dan hal inilah yang sering dikenal sebagai bidang kajian
Teori Hukum.
D.H.M. Meuwessen5 membedakan ilmu hukum normatif dengan ilmu hukum empiris, yaitu :
1. Ilmu hukum empiris secara tegas membedakan fakta dari norma.
2. Bagi ilmu hukum empiris, gejala hukum harus murni empiris, yaitu fakta sosial.
3. Bagi ilmu hukum empiris, metode yang digunakan adalah metode ilmu empiris.
4. Ilmu hukum empiris merupakan ilmu yang bebas nilai.
Sedangkan J.J.H. Bruggink, menggambarkan perbedaan antara ilmu hukum empiris dengan
ilmu hukum normatif dengan tabel gambar sebagai berikut :

Pandangan positivistik: Pandangan normatif:


Ilmu hukum empirik Ilmu hukum normatif
Hubungan dasar Subyek - obyek Subyek - obyek
Sikap ilmuwan Penonton (toeschouwer) Participan (doelnemer)
PERSPEKTIF EKSTERN INTERN
Teori Kebenaran Korespondensi Pragmatik
Proposisi Hanya informatif atau empiris Normatif dan evaluatif
Metode Hanya Metode yang biasa Juga metode lain
diamati panca indra
Moral Non kognitif Kognitif

Hubungan antar Pemisahan tegas Tidak ada pemisahan


moral dan hukum
Ilmu Hanya sosiologi hukum empiris Ilmu hukum dalam arti luas
dan teori hukum empiris

3. Mengapa kaidah hukum masih dibutuhkan walaupun sudah ada kaidah agama, kesusilaan dan
kesopanan ? Jelaskan !
Karena kaidah hukum adalah sebagai peraturan hidup yang sengaja dibuat atau yang tumbuh
dari pergaulan hidup dan selanjutnya dipositifkan secara resmi oleh penguasa masyarakat atau
penguasa negara. Kaidah hukum diharapkan dapat melindungi dan memenuhi segala
3
kepentingan hidup manusia dalam hidup bermasyarakat. Kaidah hukum ini pada hakekatnya
untuk memperkokoh dan juga untuk melengkapi pemberian perlindungan terhadap
kepentingan manusia yang telah dilakukan oleh ketiga kaidah sosial yang lain. Bagi siapa
yang melanggar kaidah hukum akan mendapat sanksi yang tegas dan dapat dipaksakan oleh
suatu instansi resmi.
Perlindungan terhadap kepentingan manusia dalam hidup bermasyarakat yang diberikan oleh
kaidah agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan, ternyata belum cukup atau dirasakan
masih kurang memuaskan, sebab:
1. Jika terjadi pelanggaran terhadap kaidah agama, kesusilaan dan kesopanan, sanksinya
dianggap masih kurang tegas atau kurang dirasakan. Contoh: Ketiga kaidah tersebut
mewajibkan atau memuat larangan agar orang jangan membunuh, jangan mencuri, jangan
berzinah. Namun sanksinya kurang tegas dan kurang dirasakan secara langsung. Kalau itu
berkaitan dengan kaidah agama, sanksinya nanti di akhirat, padahal sanksi akhirat sangat
tergantung pada kadar keimanan seseorang. Kalau itu berkaitan dengan kaidah kesusilaan,
sanksinya datang dari dirinya sendiri, yang tentunya tergantung pada hati nurani atau
berbudi luhur tidaknya seseorang. Sedangkan kalau berkaitan dengan kaidah kesopanan,
memang sudah ada sanksi dari masyarakat, namun hanya berupa cemoohan, gunjingan
atau si pelanggar tersebut dikucilkan.
2. Ternyata masih banyak kepentingan-kepentingan manusia yang belum dilindungi oleh
kaidah agama, kesusilaan dan kesopanan. Contoh: Ketiga kaidah sosial tersebut tidak
mengatur, bagaimana cara masuk di perguruan tinggi, bagaimana cara melangsungkan
perkawinan yang menjamin kepastian hukum, bagaimana cara mengendarai kendaraan
bermotor di jalan umum, dan lain sebagainya.
Dapat dianggap kedua hal tersebut di atas sebagai kelemahan, dan sekaligus juga sebagai
bukti bahwa ketiga kaidah sosial yang bersangkutan dalam memberikan perlindungan
terhadap kepentingan manusia dalam hidup bermasyarakat masih kurang memuaskan. Oleh
sebab itu diperlukan kaidah hukum. Fungsi khusus kaidah hukum dalam hubungannya dengan
ketiga kaidah sosial yang lain ada dua, yaitu: pertama untuk memberikan perlindungan secara
lebih tegas terhadap kepentingan-kepentingan manusia yang telah dilindungi oleh ketiga
kaidah sosial yang lain; kedua untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan-
kepentingan manusia yang belum dilindungi oleh ketiga kaidah sosial yang lain.
4
4. Jelaskan perbedaan antar kaidah mandiri dan kaidah tidak mandiri menurut Engish dan Jue !
5. Jelaskan perbedaan pendapat antara Hart dan Stig stromhol berkaitan dengan kaidah primer
dan kaidah sekunder !
Hart menurutnya dapat dipahami melalui dua tipe aturan, yakni aturan primer dan aturan
sekunder. Hart adalah bahwa melalui dua tipe aturan ini banyak gagasan yang membangun
kerangka pemikiran hukum seperti gagasan tentang kewajiban dan validitas hukum dapat
dijelaskan. Karena alasan ini, Hart tidak ragu lagi menyebut aturan primer dan sekunder ini
sebagai esensi dari hukum. Aturan primer yang dimaksud Hart adalah aturan-aturan yang
menimpakan kewajiban (obligation). Aturan tersebut merupakan standar dalam kehidupan
sebuah masyarakat. Bagi masyarakat yang hidup dalam sebuah sistem hukum, aturan primer
itu tidak lain adalah aturan tertulis seperti undang-undang, keputusan presiden, dll. Aturan
primer, singkatnya, adalah aturan yang menimpakan kewajiban terhadap orang yang hidup
dalam sebuah sistem hukum. Aturan sekunder yang dimaksud di sini tidak lain landasan dari
aturan primer itu sendiri. Hart membagi aturan sekunder ke dalam tiga jenis, yaitu aturan
pengakuan (rule of recognition), aturan perubahan (rule of change), dan aturan pemutusan
(rule of adjudication). Ketiga aturan tersebut menurut Hart merupakan syarat adanya sebuah
sistem hukum. Karena itu, tanpa adanya aturan sekunder tidak akan ada sistem hukum
sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan modern. Suatu komunitas yang hanya diatur oleh
aturan primer belaka menurut Hart memiliki tiga kelemahan. Pertama, ketidakpastian
(uncertainty). Masyarakat tidak memiliki pegangan yang pasti untuk membedakan aturan-
aturan hukum dengan aturan lainnya seperti aturan moralitas, kebiasaan atau agama.
Kelemahan akan ketidakpastian ini dapat diatasi oleh salah satu jenis dari aturan sekunder,
yakni aturan pengakuan (rule of recognition). Aturan pengakuan ini memungkinkan orang
mengenali aturan primer yang berlaku di dalam komunitasnya. Kedua, aturan-aturan tersebut
bersifat statis (static) sebab masyarakat tidak memiliki cara untuk menyesuaikan aturan
dengan kondisi yang terus berubah, baik melalui proses penghapusan aturan-aturan lama
maupun dengan cara memperkenalkan aturan-aturan yang baru. Terhadap kelemahan ini
aturan perubahan memberikan wewenang terhadap anggota dewan atau pejabat lain untuk
mengajukan peraturan baru atau menghapus peraturan lama. Ketiga, administrasi dari aturan-
aturan tidak efisien (inefficient) karena tidak ada lembaga yang secara khusus diberi
kekuasaan untuk menetapkan hukuman ketika terjadi pelanggaran hukum. Terhadap
5
kelemahan ini aturan-aturan pemutusan (rule of adjudication) menetapkan siapa pihak (orang)
yang berwenang untuk memberi putusan. Aturan-aturan pemutusan ini juga menentukan
standar dari keputusan yang memadai bagi pelanggaran yang terjadi.
6. Adakah perbedaan antara keberlakuan empiris dan keberlakuan evaluatif secara empiris ?
Jelaskan !
Keberlakuan Empiris
kalo keberlakuan empiris tidak melihat isi norma tersebut. Asal norma tersebut terlihat
dipatuhi, maka norma tersebut efektif.
Keberlakuan Evaluatif
Sedangkan keberlakuan evaluatif secara empiris itu dilihat dari isinya terlebih dahulu.
Masyarakat menerima, setuju dan akhirnya melakukan isi norma itu.
7. Pandangan Hans Kalsen yang memisahkan antara keadilan dan hukum tidak dapat diterima
karena hal itu menentang kodrat hukum itu sendiri. Mengapa demikian ? Jelaskan dan kaitkan
jawaban saudara dengan pandangan Gustav Radbruch tentang keadilan !
Hans Kelsen, sebagai tokoh positivisme hukum menjelaskan hukum dalam paparan sebagai
sistem norma, sebuah sistem yang didasarkan pada keharusan-keharusan (apa yang
seharusnya atau das sollen). Bagi Hans Kelsen, norma merupak produk pemikiran manusia
yang sifatnya deliberatif. Sesuatu menjadi sebuah norma kalau memang dikehendaki menjadi
norma, yang penentuannya dilandaskan pada moralitas maupun nilai-nilai yang baik.
Menurutnya, pertimbangan-pertimbangan yang melandasi sebuah norma bersifat metayuridis.
Sesuatu yang bersifat metayuridis tersebut bersifat das sollen, dan belum menjadi hukum yang
berlaku mengikat masyarakat. Singkatnya, bagi Hans Kelsen, norma hukum selalu diciptakan
melalui kehendak. salah satu teori yang diperkenalkan Hans Kelsen dalam Teori Hukum
Murni. Positivisme hukum dijabarkan secara mendalam dan rinci dari sisi filsafat oleh Hans
Kelsen. Penjelasan Hans Kelsen bertitik tolak dari cara berfikir Immanuel Khant, lebih
tepatnya Hans Kelsen memberi isi pada cara berfikir Immanuel Khant untuk selanjutnya,
menjelaskan tentang positivisme hukum. Immanuel Khant membagi bahwa kehidupan terbagi
dua bidang, bidang fakta dan bidang seharusnya (ideal). Bidang fakta (alam nyata)
sesungguhnya memuat yang meyakini positivisme hukum.
Menurut Gustav Radbruch tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Keadilan
harus mempunyai posisi yang pertama dan yang paling utama dari pada kepastian hukum dan
6
kemanfaatan. Secara historis, pada awalnya menurut Gustav Radburch tujuan kepastian
hukum menempati peringkat yang paling atas diantara tujuan yang lain. Namun, setelah
melihat kenyataan bahwa dengan teorinya tersebut di Jerman di bawah kekuasaan Nazi
melegalisasi praktek-praktek yang tidak berperikemanusiaan selama masa Perang Dunia II
dengan jalan membuat hukum yang mensahkan praktekpraktek kekejaman perang pada masa
itu. Gustav Radbruch pun akhirnya meralat teorinya tersebut diatas dengan menempatkan
tujuan keadilan menempati posisi diatas tujuan hukum yang lain. Kepastian hukum oleh
karena hukum memberi tugas hukum yang lain, yaitu keadilan hukum serta hukum harus tetap
berguna. Sedangkan kepastian hukum dalam hukum tercapai apabila hukum tersebut
sebanyak-banyaknya dalam undang-undang. Dalam undang-undang tersebut terdapat
ketentuan-ketentuan yang bertentangan (undang-undang berdasarkan suatu sistem yang logis
dan praktis). Undang-undang dibuat berdasarkan rechtswerkelijkheid (keadaan hukum yang
sungguh-sungguh) dan dalam undang-undang tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang dapat
ditafsirkan secara berlain-lainan. Adanya skala prioritas pertama selalu keadilan, kemanfaatan,
dan terakhir barulah kepastian hukum.

Anda mungkin juga menyukai