Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MID SEMESTER SOSIOLOGI HUKUM

Kelas Sabtu Dan Ahad Akhir 2022-2023


Pengampu Dr. Wiwie Heryani, S.H., M.H.

Nama Mahasiswa : Michael Arnold Pramudito


NIM : B012222016

Soal
Kerjakan Soal Berikut ini:
1. Kemukakan 3 (Tiga) Pendekatan Dalam Ilmu Hukum, Serta Perbedaan Dari
Ketiganya.
2. Sebut Dan Jelaskan 3 Teori Tentang Perubahan Hukum Dan Perubahan
Masyarakat.
3. Jelaskan Hubungan Kesadaran Hukum, Ketaatan Hukum Dan Efektivitas
Hukum.
4. Kemukakan Pendapat Satjipto Rahardjo Tentang Penegakan Hukum
Progresif.
5. Sebut Dan Jelaskan Komponen Pembentuk Hukum Menurut Brian
Tamanaha Dalam Teori Hukum Sebagai Cermin Masyarakat.
6. Jelaskan Pengaruh Timbal Balik Antara Hukum Dan Faktor Non Hukum
Melalui Teori Sibernatik Talcott Parson Dan Harry C. Bredemeir.

Jawaban
1. 3 (Tiga) Pendekatan dalam ilmu hukum yaitu:
a. Pendekatan Normatif atau pendekatan “Jurisprudential”
memfokuskan kajiannya dengan memandang hukum sebagai suatu
sistem yang utuh mencakupi seperangkat asas-asas hukum, norma-
norma hukum, dan aturan-aturan hukum baik itu tertulis maupun tidak
tertulis.
Sebagaimana telah diketahui bahwa unsur-unsur hukum adalah asas-
asas hukum, norma-norma hukum, dan aturan-aturan hukum. Dimana
dari sebuah asas akan melahirkan norma-norma hukum, dan dari norma
tersebut kemudian melahirkan aturan-aturan. Contohnya: asas
pengakuan hak milik individu, melahirkan norma dilarang mengganggu
hak milik seseorang, yang kemudian melahirkan aturan – aturan hukum
antara lain Pasal 362 KUH Pidana.

b. Pendekatan empiris atau legal empirical memfokuskan kajiannya


dengan memandang hukum sebagai seperangkat perilaku (behavior),
seperangkat tindakan (action), dan seperangkat realitas
(reality). Pendekatan ini masih dibedakan ke dalam beberapa kajian –
kajian. Berikut kajian-kajian pendekatan ini, yaitu: Sosiologi hukum;
Antropologi hukum; Psikologi hukum; Hukum dan ekonomi; Hukum dan
pembangunan; Hukum dan struktur sosial; dan Kajian hukum kritis.

c. Pendekatan Filsufis Pendekatan ini memfokuskan kajiannya dengan


memandang hukum sebagai seperangkat nilai – nilai moral serta ide –
ide yang abstrak, diantaranya kajian tentang moral keadilan.
Pendekatan filsufis ini dipelajari dalam mata kuliah Filsafat hukum,
logika hukum, dan teori hukum.

Sehubungan dengan tiga pendekatan ilmu hukum itu, hukum umumnya


dapat dibedakan ke dalam :
a. Ius constituendum : hukum ideal yang diharapkan berlaku,
dibidang ini didekati dengan pendekatan filsufis;
b. Ius constitutum : hukum positif, yaitu hukum yang yang
diberlakukan oleh suatu negara tertentu, untuk suatu waktu
tertentu, akan tetapi dalam realitasnya betul – betul berlaku.
c. Ius Operatum : Hukum yang dalam realitasnya betul – betul
berlaku.
Beberapa pakar hukum membedakan ilmu hukum menjadi dua yaitu
ilmu hukum semu (ilmu hukum positif atau perundang-undangan) dan
ilmu hukum yang sesungguhnya (kajian empiris, dan kajian filosofis
terhadap hokum).

2. 3 (Tiga) Teori Tentang Perubahan Hukum dan Perubahan Masyarakat


Dalam mengkaji tentang perubahan hukum, maka ada beberapa teori yang
berkaitan atau berhubungan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Teori Utilitarianisme (Jeremy Betham);
Hukum yang efisien dan efektif adalah hukum yang bisa mencapai
visidan misinya untuk memberikan kebahagiaan terbesar kepada jumlah
terbanyak (the greates happines for the greats people).
b. Teori Sosiological juriprudence (Eugen Ehrlich);
Teori Sosiological jurisprudence Harus ada keseimbangan antara
keinginan untuk melakukan pembaharuan hukum melalui perundang-
undangan dengan kesadaran untuk memperhatikan kenyataan yang
hidup di masyarakat. (living law just law).
c. Teori Pragmatic Legal Realism (Roscoe Pound);
Hukum dapat memimpin perubahan dalam masyarakat, karena
fungsihukum itu sebagai alat rekayasa sosial (law as atool of social
engineering).

Teori Perubahan Masyarakat :

Soerjono Soekanto menyatakan bahwa Perubahan Sosial


adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat,yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, pola-pola perilaku di antara kelompok-
kelompok masyarakat. Dia jugamenjelaskan bahwa perubahan
dapat mengenai nilai-nilai sosial, kaidah-kaidahsosial, pola-pola
perilaku, organisasi, susunan lembaga-lembagakemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang,interaksi
sosial dan lain sebagainya.
Factor-faktor yang menjadi perubah social menurut Robert L.
Sutherlandada empat factor yang mempengaruhi, yaitu, Innovation
(pembaharuan), Invention (penemuan), Adaptation (penyesuaian
dengan budaya lain), Adoption (penggunaan penemuan baru).
Arnold M. Rose sebagaimana yang dikutip oleh Soerjono
Soekantomenjelaskan ada 3 teori umum perihal perubahan sosial yang
menyebabkanterjadinya perubahan sosial, yaitu:
1) Komulasi yang progressif daripada penemuanpenemuan di bidang
teknologi,
2) Kontak atau konflik antar kebudayaan, dan
3) Gerakan sosial (social movement).

3. Hubungan Kesadaran Hukum, Ketaatan Hukum Dan Efektivitas Hukum.


Kesadaran Hukum: Kesadaran tentang keberadaan dan berlakunya
norma hukum tertentu, Kesadaran hukum positif: kesadaran hukum yang
digunakan dengan maksud baik. Kesadaran hukum yang negatif: kesadaran
hukum yang digunakan dengan maksud buruk.
Ketaatan Hukum: Pola pikir dan perilaku yang sejalan dengan kehendak
hukum (tunduk pada hukum) terlepas apakah setuju atau tidak dengan
kehendak hukum tersebut.
Derajat ketaatan: - Compliance (Ketakutan akan sanksi)- Identification
(Ketakutan terhadap relasi/hubungan sesama) – Internalization (Kehendak
Hukum sama dengan nilai intrinsik warga masyarakat).
Efektivitas Hukum: Teori Efektivitas (Soerjono Soekanto) Hukum sebagai
kaidah merupakan patokan mengenai sikap tindak atau perilaku yang
pantas. Metode berpikir yang dipergunakan adalah metode deduktif-
rasional, sehingga menimbulkan jalan pikiran yang dogmatis.

Bisa disimpulkan bahwa kesadaran hukum dan ketaatan hukum sangat


berpengaruh pada efektivitas hukum berlaku pada masyarakat, kesadaran
hukum dan ketaatan hukum ini tidak dapat dipisahkan untuk mewujudkan
efektivitas hukum di masyarakat.

4. Pendapat Satjipto Rahardjo Tentang Penegakan Hukum Progresif.


Pendapat Prof. Dr. Satjipto Rahardjo adalah sebuah gagasan yang
fenomenal yang ditujukan kepada aparatur penegak hukum terutama
kepada sang Hakim agar supaya jangan terbelenggu dengan positivisme
hukum yang selama ini banyak memberikan ketidakadilan kepada
yustisiaben (pencari keadilan) dalam menegakkan hukum. Karena
penegakan hukum merupakan rangkaian proses untuk menjabarkan nilai,
ide, cita yang cukup abstrak yang menjadi tujuan, Tujuan hukum atau cita
hukum memulai nilai-nilai moral, seperti keadilan dan kebenaran. Nilai-nilai
tersebut harus mampu diwujudkan dalam realitas nyata.
Paradigma hukum progresif ini, kita semua para penegak hukum (terutama
hakim) dituntut untuk merubah cara berpikirnya “yang lama” yang selama
ini selalu penuh dengan aroma paradigma positivistik. Karena salah satu
sumber yang menyebabkan tidak bekerjanya hukum sebagaimana
mestinya. Sehingga saat ini sudah saatnya para penegak hukum yang betul-
betul ingin melihat hukum berdiri di atas sendi-sendi kebenaran untuk
berani memulai dengan paradigma hukum progresif.
Hukum progresif memandang bahwa hukum itu untuk manusia. Jadi hukum
untuk membahagiakan manusia, hukum untuk mengabdi untuk
kepentingan manusia. Bukan manusia untuk hukum.

5. Komponen Pembentuk Hukum Menurut Brian Tamanaha Dalam Teori Hukum


Sebagai Cermin Masyarakat:
a. Bahwa pemerintah itu dibatasi oleh hukum. Negara hukum melindungi
masyarakat dari penekanan (oppression) oleh pemerintah, baik yang
bersifat komunitarian maupun individual. Negara hukum juga melindungi
masyarakat dalam keadaan pluralism.
b. Negara hukum difahami secara legalitas formal. Negara hukum dipahami
sebagai sesuatu yang sangat bernilai (supremely valuable good), tetapi
belum tentu memiliki nilai kemanusiaan yang bersifat universal
(universal human good) pula. Orang tidak dapat berpikir bahwa
peraturan sebagai inti dari legalitas formal, berlaku untuk segala
keadaan.
c. Pengaturan yang didasarkan pada hukum (rule of law), bukan orang
(rule of man). Keadaan tersebut dapat dicapai manakala dapat dicapai
keseimbangan antara keduanya yang intinya adalah pengendalian diri
(self restraint).

6. Pengaruh Timbal Balik Antara Hukum Dan Faktor Non Hukum Melalui Teori
Sibernatik Talcott Parson Dan Harry C. Bredemeir.

Teori sibernetika dicetuskan pertama kali oleh Talcott Parsons, dimana


dalam teorinya Parsons menganggap bahwa masyarakat merupakan suatu
sistem yang terdiri dari bagian-bagian (sub-sub) yang saling berkaitan dan
saling mempengaruhi secara timbal balik. Parson berpandangan bahwa
masyarakat merupakan suatu sistem secara fungsional yang terintegrasi
dalam bentuk equilibrium. Meski integrasi sosial tidak akan pernah dapat
dicapai secara sempurna, namun secara prinsip sistem sosial selalu
cenderung untuk bergerak kepada harmoni yang bersifat dinamis. Secara
lebih spesifik teori ini menyebutkan bahwa di dalam sebuah masyarakat
terdapat berbagai macam sub sistem, dimana antara sub sistem satu
dengan sub sistem lainya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Sub sistem sebagaimana dimaksud meliputi sub sistem antara
lain adalah, sub sistem budaya, sub sistem sosial, sub sistem politik dan
sub sistem ekonomi, atau yang populer dikenal dengan istilah AGIL.

Sub sistem sebagaimana disebutkan dalam teori ini akan saling


berkaitan/berhubungan satu sama lain, hubungan antara sub sistem
demikian yang kemudian oleh Satjipto Rahardjo disebut sebagai hubungan
Sibernetik, dimana hubungan antara subsistem satu dengan subsistem
lainya dapat dilihat ketika sistem-sistem yang memiliki informasi tinggi
tetapi energi rendah (sub sistem budaya dan subsistem sosial) mengatur
sistem-sistem yang memiliki informasi lebih rendah tetapi energi lebih
tinggi (subsistem politik dan subsistem ekonomi) masing-masing dari sub
sistem sebagaimana dimaksud akan saling mempengaruhi berdasarkan
fungsi primer dari masing-masing sub sistem tersebut, seperti sub sistem
budaya yang memiliki fungsi primer mempertahankan pola, subsistem
sosial sebagai fungsi integritas, fungsi politik sebagai fungsi pencapaian
tujuan, dan fungsi subsistem ekonomi sebagai fungsi yang adaptif.

Anda mungkin juga menyukai