Hum
Realitas yang multi interpretatif
Hukum sebagai Norma (statement yang
bersubstansi pengharusan (sollen) dengan
pencantuman sanksi-sanksi sebagai akibat
logis dari tidak dipenuhinya ketentuan yang
ada)
Hukum diartikan juga sebagai nomos yaitu
statement mengenai ada tidaknya keajegan
perilaku tertentu dalam suatu kehidupan
kolektif.
Hukum (normatif berupa peraturan) dan
sebagai faktual sebagai (keteraturan)
Keduanya dapat saling bersinergi, bukan 2 realitas
yang sama sekali terpisah. Hukum sebagai norma,
jika karena sebab tertentu sangat dipatuhi maka
hukum yang semula berkarakter “normatif” akan
bertransformasi dalam wujud pola perilaku yang
berlaku secara ajeg.
Selain itu suatu perilaku yang dipatuhi secara ajeg
dalam wkt panjang akan menjadi keteraturan, akan
dipahami secara secara kolektif sebagai kebiasaan
atau adat yang harus diberlakukan dalam
karakternya sebagai norma.
Hukum sebagai Norma secara konseptual
dapat dibedakan ke dalam 2 hal yaitu
norma hukum yang meta yuridis (keadilan,
kepatutan, asas moral
bangsa,kesejahteraan) yaitu ius
constituendum.
Yang kedua hukum yang berlaku secara
formal oleh badan legislatif dalam bentuk
perintah yang terumus secara eksplisit dan
bersanksi untuk menjamin kepastian yaitu
ius constitutum.
Sebagai ‘Nomos’ juga ada 2 pemahaman,
yaitu dalam wujudnya sebagai keteraturan
perilaku lahiriah yang sesuai dengan hukum
baik yang mematuhi prosedur formal
yuridis atau non yuridis.
Yang kedua, sebagai pola ajeg dalam
KEADILAN FILSAFATI
KEPASTIAN YURIDIS
HUKUM
GUSTAAV RAADBRUCH
PHILOSOPHIS (KEADILAN)
SOSIOLOGIS (MANFAAT)
YURIDIS (KEPASTIAN HUKUM)
SATJIPTO RAHARDJO
EKOLOGIS
- (EKSTERNAL – INTERNATIONAL,
RATIFIKASI)
- INTERNAL (BUDAYA, AGAMA)
1. Bersifat Empiris (Didasarkan pada Observasi terhadap Kenyataan
dan Akal Sehat sehingga Hasilnya Tidak Spekulatif.
2. Bersifat Teoritis (Bertujuan untuk menjelaskan Hubungan sebab
Akibat sehingga menjadi Teori)
3. Bersifat Kumulatif (Teori dan Penjelasan Hukum dan Masyarakat
dibentuk atas dasar Teori yang sudah ada, sehingga hasilnya adalah
memperbaiki, memperluas).
4. Bersifat Non Etis (yang disajikan, dipermasalahan bukannya baik
buruknya fakta (masalah tertentu), akan tetapi berisi penjelasan
analitis.
1. METODE KUALITATIF
BAHAN YANG BERUPA DESKRIPSI, PENJELASAN,
BAHAN YANG SULIT DIUKUR DENGAN ANGKA,
UKURAN EKSAKTA (BAHANNYA ADA DI
MASYARAKAT, DENGAN CARA HISTORIS
KOMPARATIF, CASE STUDY, INTERVIEW, INDEPT,
FGD, PARTICIPANT OBSERVER)
2. METODE KUANTITATIF
BAHAN – BAHAN DI MASYARAKAT YANG
DITAMPILKAN DENGAN ANGKA ,SKALA, INDEKS,
TABEL, DIAGRAM, STATISTIK.
3. MIXS KUALITATIF DAN KUANTITATIF
3. METODE INDUKTIF
MEMPELAJARI, MENJELASKAN GEJALA KHUSUS
UNTUK MENDAPATKAN KAIDAH – KAIDAH YANG
BERLAKU SECARA LEBIH LUAS (UMUM).
4. METODE DEDUKTIF
MEMPELAJARI , MENJELASKAN KAIDAH – KAIDAH
YANG BERLAKU UMUM UNTUK KEMUDIAN
DIPELAJARI SECARA KHUSUS.
Bahasa Inggris (Theory of Justice)
Bahasa Belanda (Theorie van Rechtvaardigheid)
3 Pengertian Adil
1. Tidak berat sebelah atau tidak memihak.
4
PARTISIPASI PUBLIK DALAM PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
5
Pengertian (Definisi Hukum)
Pekerjaan Hukum
Pembuatan Hukum
Fungsi Hukum
Bekerjanya Hukum
Penegakan Hukum sebagai suatu Proses
2. STRUKTUR HUKUM
INSTITUSI (LEMBAGA PENEGAK HUKUM (POLISI, JAKSA,
HAKIM, ADVOKAT, LEMBAGA PEMASYARAKATAN) ATAU
MEREKA YANG SECARA REPRESENTATIF MENJALANKAN
FUNGSI-FUNGSI PENEGAKAN HUKUM
3. KULTUR HUKUM
IDE, NILAI, KONSEP, STANDAR, SIKAP DAN
KEPERCAYAAN YANG HIDUP DALAM
MASYARAKAT.
Bahwa tindakan apapun yang akan diambil baik oleh pemegang peran,
dan lembaga pelaksana maupun pembuat undang undang selalu berada
dalam lingkup kompleksitas tekanan kekuatan sosial, budaya ekonomi,
politik dan faktorlainnya. Seluruh tekanan kekuatan itu selalu ikut
bekerja dalam setiap upaya untuk memfungsikan peraturan yang
berlaku, dan menerapkan sanksi dalam seluruh aktivitas lembaga
pelaksanaannya.
Dengan demikian, peranan yang pada akhirnya dijalankan oleh lembaga
dan peranata hukum itu merupakan hasil dari bekerjanya berbagai
macam faktor tekanan kekuatan . Tekanan berbagai kekuatan itu akan
terus berusaha masuk dan mempengaruhi setiap proses legislasi secara
efektif. Dengan demikian produk hukum yang di keluarkan dapat
memenuhi keinginan masyarakat, walaupun penerapannya juga
tergantung pada tekanan kekuatan tersebut. Oleh sebab itu produk
hukum yang dibuat dan telah dipengaruhi oleh tekanan kekuatan sosial,
budaya, ekonomi, politik tidak dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat secara efektif.
Pengkajiannya dimulai dari melihat respon
stakeholder selaku role accupant , menjadi
perintah untuk ditaati oleh seluruh rakyat
(berfungsi sebagai role making institutions), dan
kemudian penegakan sanksi yang dilakukan
kelembagaan atau aparat penegakan hukum
(misalnya Polisi, Jaksa, Hakim dan Lapas). Aparat
Pemerintahan atau turunannya yang diberikan
kewenangan untuk melakukan pengawasan, yaitu
badan pengawas dan lembaga lembaga lainnya
yang berfungsi sebagai role sanctioning
institution).
persoalan pembentukan dan implementasi suatu
hukum akan bergantung kepada pengaruh atau
asupan kekuatan kekuatan sosial dan personal,
kekuatan sosial politik. Teori bekerjanya hukum ini
juga dapat menjelaskan bagaimana pengaruh dari
personal lingkungan ekonomi, sosial, budaya, serta
politik dalam proses pembentukan dan
implementasinya. Itulah sebabnya kualitas dan
karakter hukum juga tidak lepas dari pengaruh
bekerjanya kekuatan kekuatan sosial dan personal
tersebut, terutama kekuatan politik pada saat
hukum itu dibentuk.
Bahwa setiap peraturan hukum itu menunjukkan
aturan tentang bagaimana seseorang pemegang
peran diharapkan untuk bertindak yang meliputi :
Tindakan apa yang akan diambil oleh seseorang