Anda di halaman 1dari 12

Nama: Zahwa Auliya

KONSEP ADIL DALAM AL-QUR’AN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan islam itu dapat dilihat dari

prinsip-prinsip ajaran yang dikandungnya. Salah satu prinsip yang menempati posisi

penting dan menjadi diskursus dari waktu kewaktu adalah keadilan (al’adalah). Keadilan

secara sederhana diartikan sebagai sebuah upaya untuk menempatkan sesuatu pada

tempatnya. Dengan demikian, tegaknya keadilan akan menghadirkan konsekwensi logis

berupa terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang harmonis. tidak terbatas dalam satu

aspek kehidupan, keadilam sejatinya ada dalam aspek yang amat luas. Lunturnya prinsip

keadilan berakibat pada guncangnya sebuah tatanan sosial.

Masalah keadilan ini banyak dibicarakan dalam al-Qur’an dalam berbagai konteks

kata “adil” Dari pendekatan kebahasaan ini kiranya sudah mulai ada titik terang maksud

dari “adil” dan “keadilan”dalam al-Qur’an. Namun makna keadilan sebagai konsep dasar

lebih luas daripada makna kebahasaan. Ada empat makna keadilan yang di kemukakan oleh

pakar agama:

1. Adil dalam arti sama

2. Adil dalam arti seimbang

3. Adil adalah “perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu

kepada pemiliknya.”

4. Adil di nisbahkan kepada allah

Sebagaimana yang diketahui bahwa di negara ini masih terdapat disana sini ketidak

adilan baik ditataran pemerintahan masyarakat dan di sekitar lingkungan ini terjadi baik

karna kesengajaan atau tidak sengaja, hal ini menunjukan rendahnya kesadaran manusia
akan keadilan. Atau berbuat adil terhadap sesama manusia atau dengan sesama makhluk

hidup. Seandainya di negara ini terjadi pemerataan keadilan maka yakin tidak akan terjadi

protes yang disertai kekerasan, kemiskinan yang bekepanjangan, perampokan, kelaparan,

gizi buruk dan lain-lain. Mengapa hal diatas terjadi karen konsep keadilan yang tidak

diterapkan secara benar, atau bisa dikatakan keadilan hanya milik orang kaya dan penguasa.

Jika keadilan disandingkan dengan supremasi hukum, maka keduanya ibarat dua sisi mata

uang yang tidak terpisahkan. Keadilan akan terwujud jika didukung dengan tegaknya

supremasi hukum. Begitu pula, keadilan akan terpuruk jika supremasi hukum tidak

ditegakkan. Mengingat posisi keadilan yang amat signifikan, tulisan ini akan berupaya

mengulas persoalan-persoalan yang terkait dengan terma keadilan.

Jika keadilan disandingkan dengan supremasi hukum, maka keduanya ibarat dua sisi

mata uang yang tidak terpisahkan. Keadilan akan terwujud jika didukung dengan tegaknya

supremasi hukum. Begitu pula, keadilan akan terpuruk jika supremasi hukum tidak

ditegakkan. Mengingat posisi keadilan yang amat signifikan, tulisan ini akan berupaya

mengulas persoalan-persoalan yang terkait dengan tema keadilan.

Penulis juga akan memaparkan bagaimana hubungan antara keadilan dengan

supremasi hukum dan penerapan keadilan dalam beberapa aspek kehidupan. Berdasarkan

fenomena yang ada sekarang ini konsep keadilan hanya sebatas isapan jempol belaka.

Karena sedikitnya manusia yang memiliki rasa kepedulian, sosial dan manusiawi.

Persoalan keadilan, hakikatnya hanayalah milik sah maha kuasa, karena kita selaku

makhluknya tidak akan pernah memiliki sikap keadilan sesungguhnya. Dalam pembahasan

makalah ini akan menjabarkan defenisi konsep keadilan yang idealisnya, serta bagaimana

konsep keadilan menurut para pakar ahli hukum ditinjau dari sisi agama maupun pada

umumnya. Kemudian daripada itu dalam makalah ini juga dibahas tentang sejauh mana

keadilan yang hakikinya diterapkan di Indonesia, apakah keadilan hanya dimiliki mereka
yang punya kuasa, harkat dan martabat yang tinggi, ataukah keadilan takkan mampu bertuju

kepada kaum lemah, minoritas, dan yang selalu tersisihkan oleh persoalan duniawi. Sejauh

ini, keadilan tak pernah berpihak kepada golongan masyarakat bawah, lemah dan kaum

minoritas. Inikah yang disebut dengan keadilan yang hakiki sebenarnya.

Pada hakikatnya, keadilan adalah suatu sikap untuk memperlakukan seseorang

sesuai dengan haknya. Dan yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan diperlakukan

sesuai dengan harkat dan martabatnya, yang sama derajatnya, yang sama hak dan

kewajibannya, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, dan golongan. Keadilan

merupakan suatu bentuk kondisi kebenaran ideal secara moral akan sesuatu hal, baik itu

menyangkut benda ataupun orang. Menurut dari sebagian besar teori, keadilan memiliki

tingkat kepentingan yang besar. Kebanyakan orang percaya jika ketidak adilan harus segera

dilawan dan dihukum, serta banyak gerakan sosial dan politis yang ada di seluruh dunia

memperjuangkan menegakkan keadilan. Namun, dengan banyaknya jumlah dan variasi teori

keadilan ini memberikan pemikiran jika tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan

realita ketidakadilan, karena definisi keadilan itu sendiri masih belum jelas. Namun pada

intinya, keadilan ialah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut:

Bagaimana konsep adil dalam Al-Qur`an?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini di antaranya:

Untuk mengetahui konsep adil dalam Al-Qur`an.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai konsep adil dalam Al-Qur`an telah banyak di teliti oleh

peneliti sebelumnya. Penelitian yang akan di lakukan oleh penulis juga terkait dengan

konsep adil dalam Al-Qur`an. Oleh karena itu, beberapa peneliti yang telah di

mengkaji tema terkait dengan terkait dengan konsep adil dalam Al-Qur`an telah di

teliti oleh Arifa Rangkuti, SH.M.HUM tahun 2017, dalam jurnalnya yang berjudul

konsep keadilan dalam perspektif islam. Hasil dari penelitian ini dapat di simpulkan

bahwa keadilah adalah suatu hal yang penting dalam agama islam, keadilan

merupakan pilar bagi tegaknya sebuah masyarakat yang Makmur dan sejahtera.

Penelitian yang di lakukan oleh Agus Romdlon Saputra dalam jurnalnya. Hasil

dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa keadilan banyak di kemukakan oleh para

filosofis muslim yang mengemukakan bahwa keadilan akan mendorong seseorang

untuk bertindak benar, keadilan juga suatu kebajikan yang merupakan kuantitas dari

kejujuran dan pengendalian diri

Penelitian yang di lakukan oleh Tazkiya, tahun 2017, dalam jurnalnya. Hasil dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penulis menjelaskan enam bidang-bidang

keadilan yaitu: keadilan hukum, keadilan ekonomi, keadilan politik, keadilan

berteologi, keadilan Kesehatan, keadilan Pendidikan.


Penelitian yang dilakukan oleh winarto tahun 2017, dalam jurnalnya. Hasil

dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam al-qur’an, dapat ditemukan

pembicaraan tentang keadilan, dari tauhid sampai keyakinan. Keadilan adalah syarat

bagi terciptanya kesempurnaan pribadi. Keadilan dalam al-qur’an tidak membedakan

satu individu dengan individu lainya atau kelompok satu dengan kelompok lainya.

Penelitian yang dilakukan oleh H. Saeful anwar tahun 2002, keadilan dalam

konsep al-qur’an adalah “meletakan sesuatu pada tempatnya”, atau memperlakukan

sesuatu sesuai realitasnya sendiri secara objektif yang dalam dimensi rasional adalah

menyamakan, menyebandingkan, menyejajarkan dan menyeimbangkan dua objek

atau lebih yang memang sama, dan membedakan dua objek atau lebih yang memang

berbeda. Keadilan ini merupakan asas fundamental dalam islam dan telah

terefleksikan dalam kultur keilmuan islami.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk kategori kepustakaan ( library research ), yakni sebuah

penelitian yang fokus penelitianya menggunakan sumber data dan informasi yang berasal dari

literatur tertulis seperti buku-buku, jurnal, naskah-naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-

dokumen yang terkait dengan tema penelitian yang akan diteliti ( kartini, 1996: 33). Oleh

karena itu, penelitian ini tergolong sebagai penelitian kualitatif, yang mana lebih

memfokuskan pada eksplorasi dan analisi terhadap data Pustaka yang terkait.

B. Sumber Penelitian

Dalam penelitian ini, sumber data terbagi menjadi dua yaitu, sumber data primer dan

sumber data sekunder.

1. Sumber data primer

Sumber data primer yang digunakan adalah kitab tafsir jalalain, baik dari

dokumen yang berbentuk buku maupun dokumen yang berbentuk software aplikasi

atau sumber dalam bentuk data lainya yang sekiranya dapat menunjang penelitian ini.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku dengan tema

penafsiran adil, karya-karya orang lain dengan tema konsep adil dalam al-qur’an,

ensiklopedi buku-buku terkait tema tersebut, jurnal, artikel, majalah, website resmi

dan lain-lain.
C. Teknik Pengumpulan Data

Pertama-tama, penulis akan menghimpun ayat-ayat terkait dengan penafsiran adil.

Kemudian Langkah selanjutnya, guna memperoleh penjelasan dan pemaparan yang

komprehensif penafsiran ayat-ayat tersebut perspektif jalaludin al-mahali dan jalaludin as-

suyuti, penulis akan menggunakan kitab tersebut sebagai sumber primer untuk mengeksplor

data.

Sumber pendukung lain dari penelitian ini diambil dari berbagai literatur kepustakaan

yang terkait dengan tema penelitian, serta literatur lain yang membahas tema penafsiran adil

yang berangkat dari penafsiran atas ayat-ayat al-qur’an.

D. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, maka data tersebut dianalisis secara deskriptif,

analisis. Metode deskriptif berguna untuk mengungkap latar belakang kehidupan muffasir

sekaligus memberikan gambaran umum mengenai kitab tafsirnya (Barker dan Zubair, 1990:

4). Kemudian untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif kaitanya dengan penafsiran

jalaludin al-mahali dan jalaludin as-suyuti terhadap ayat-ayat adil, penulis menggunakan

metode analitis. Lalu, untuk mendapatkan pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut, penulis

akan menggunakan metode analisis.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Pengarang Kitab Tafsir Jalalain

1. Biografi Pengarang Dan Kitab Tafsir Jalalain

Kitab tafsir jalalain adalah tafsir yang ditulis oleh dua orang pengarang yaitu

Jalaludin Al-mahali Dan Jalaludin As-Suyuthi.

a. Biografi Jalaludin Al-Mahali

Nama lengkap Muhammad bin ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin

Ahmad Al-Imam Al-Allamah Ahmad Jalaluddin Al-Mahili. Lahir pada tahun

791 H/ 1398 M kairo, mesir. Ia lebih dikenal dengan sebutan Al-Mahali yang

di nisbahkan kepada kampung kelahiranya. Lokasinya terletak disebelah barat

kairo, tak jauh dari sungai nil.

Sejak kecil, tanda-tanda kelahiranya sudah terlihat pada diri al-mahili,

ia belajar berbagai ilmu diantaranya tafsir, ushul fiqih, teologi, nahwu, dan

logika. Riwayat hidup al-mahili tidak terdokumentasikan secara rinci. Hal ini

disebabkan ia hidup dalam masa kemunduran dunia islam. Lagi pula, ia tidak

memiliki banyak murid, sehingga aktivitasnya tidak terekam dengan jelas.

Walaupun begitu, al-mahili dikenal sebagai orang yang berkepribadian mulia

dan hidup sangat pas-pasan. Untuk tidak mengatakan miskin. Guna memenuhi

kebutuhan sehari-hari, ia bekerja sebagai pedagang. Meski demikian, kondisi

tersebut tidak menurunkan tekatnya untuk terus menuntut ilmu.


As-Syakhwi, seorang ulama yang hidup semasa menuturkan dalam

mu’jam al-mufassirin bahwa al-mahili adalah sosok imam yang sangat

pandai dan berfikir jernih kecerdasanya mengatasi orang kebanyakan. Tak

berlebihan jika daya ingatnya laksana berlian. Al-mahili wafat pada tahun

864 H, bertepatan dengan tahun 1455 M.

Al-Mahili menulis sejumlah buku yang berkualitas tinggi, pikiran-pikiran

yang jernih, isi kitab padat dan bahwasanya mudah difahami. Beberapa

diantaranya:

1) Syarah jam’ al jawawi’(ushul fiqih).

2) Syarah al minhaj (fiqih).

3) Syarah al-burda al-madih.

4) Manasik al-hajja.

5) Kitab fi al-jihad.

6) Tafsir al-qur’an al-alkarim, yang tulisanya awal surat al-kahfi sampai akhir

al-qur’an.

7) Syarah al-waraqat si al-ushul.

8) Syarah al-qawaid.

9) Syarah tashil.

10) Syarah hasyiyah ‘ala jawahir al-asnawi.

11) Tafsir Jalalain dll.

b. Biografi Jalaludin As-Suyuthi

Nama lengkap Abdurrahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq

al-Din Abu Bakar bin Usman ibnu Muhammad bin Khidhir bin Ayyub bin

Muhammad bin Syeikh Hamam al-Din al-Khudairi al-Suyuthi al-Syafi’i, lahir

di Kairo, sesudah maghrib, malam ahad, awal Rajab 849 H. pada usia 5 tahun
ia sudah menjadi anak yatim, kemudian ia sudah hafal al-qur’an sampai surat

al-Tarim. Ia selanjunya diasuh dengan penuh perhatian dari al-Kamal bin

Hummam sampai hafal al-qur’an dengan sempurna. Disamping itu ia juga

menghafal beberapa kitab antara lain Umdah al-Hakim, karya An-Nawawi,

Alfiyah Ibnu Malik dan Minhaj al-Baidawi.

Abdurrahman atau yang bergelar jalaludin dan yang akrab dipanggil

fadil nama panggilan ini adalah nama yang diberikan gurunya, al-Izzu al-

kanani al-Hanbali. Namun seiring berjalanya masa jalaludin as-suyuthi lebih

dikenal dengan sebutan as-suyuthi. Sebuah nama yang dinisbahkan pada

ayahnya yang dilahirkan di as-Suyuth. Nama suatu negri makmur, terletak di

dataran tinggi dan merupakan lokasi perniagaan yang strategis.

Sejak kecil As-Suyuthi menunjukkan semangat tinggi dan kecerdasan

luar biasa dalam menuntut ilmu. Setidaknya pengakuan as-Suyuthi dalam

asbab wurud al-Hadis bisa menjadi bukti. Ujianya, “aku telah hafal Al-Qur’an

sebelum usia 8 tahun.” As-Suyuthi menuntut ilmu di beberapa negara seperti

Syam, Hijaz, Yaman, India, dan Maroko. Tidak sekalipun As-Suyuthi

membuang waktu ketika menuntut ilmu. Selain tekun belajar, ia rajin berdo’a.

Syahdan, ketika menunaikan ibadah haji dan meminum air zam-zam, ia

berdo’a agar ilmunya dalam bidang fiqih setingkat al-Baqillani dan dalam

bidang hadis sekalipun Ibnu Hajar al-Asqalani.

As-Suyuthi mulai disibukkan dengan kegiatan keilmuan ketika

dipercaya sebagai pengajar bahasa arab pada tahun 864 H di Mesir. Ditahun

873 H, ia mulai mendiktekan hadis. Setahun sebelumnya, 871 H, ia percaya

menerbitkan fatwa-fatwa yang didasarkan pada mazhab Syafi’i.


Ia sendiri mengaku hafal dua ratus ribu hadis. Katanya: “andai kata

saya menemukan lebih banyak dari itu, niscaya aku hafal, tetapi saya kira

tidak ada lagi.” Sejumlah besar karya al-Asuyuthi yang sudah dicetak antara

lain:

1) Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an.

2) Iman al-Dirayah li Tamrah al-Nuqoyah.

3) Al Asybah wa Al-Nazair (Nahwu).

4) Al Asybah wa al-Nazair (kaedah fiqih).

5) Alfiyah (ilmu hadis).

6) Al-Iqtirah fi Ilm Usul al-Nahwi.

7) Bughyah al-Wi’ah fi Tabaqat al-Nuhat (biografi para tokoh nahwu).

8) Tarikh al-Khulafa (sejarah para khalifah).

9) Tabyin al Sahifah fi Manaqib Abi Hanifah (biografi Abu Hanifah).

10) Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi (ilmu hadis).

11) Tazyin al-Mamalik bi Manaqib al-imam Malik.

12) Tafsir jalalain dll.

As-Suyuthi wafat malam jum’at 19 Junaidil ula 911 H diusia 61 tahun,

dirumahnya Raudah al-Miqbas, menyusul sakitnya selama tujuh hari akibat

pembengkakan pada lengan kirinya. Jenazahnya di makamkan di Hussy

Qausun di luar bab al-Qarafah, Mesir.

B. Adil Dalam Al-Qur’an

Adil berarti sama. Sama berarti tidak membedakan seseorang dengan yang lain.

Persamaan yang dimaksud dalam konteks ini adalah persamaan hak.

Allah SWT berfurman :

Anda mungkin juga menyukai