Anda di halaman 1dari 13

JUDUL MAKLAH

METODOLOGI STUDI FIQIH ISLAM

Di Susun Oleh:

ANANDA FAQIH IBRAHIM

HAMIDA MAMULATY

Dosen Pengampuh

PROF. DR IDRUS SERE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN

AMBON 2022
A. Latar Belakang

Fiqh atau hukum islam merupakan salah satu bidang studi islam yang paling

dikenal oleh masyarakat. Hal ini di antara lain karena fiqih tekait langsung dengan

kehidupan masyarakat. Dari sejak lahir sampai dengan meninggal dunia manusia

selalu berhubungan dengan fiqih. karena sifat dan fungsinya yang demikian itu,

maka fiqih dikategorikan sebagai ilmu al-hal, yaitu ilmu yang berkaitan dengan

tingkah laku kehidupan manusia, dan termasuk ilmu yang wajib dipelajari, karena

dengan ilmu itu pula seseorang baru dapat melaksanakan kewajibannya mengabdi

kepada allah melalui ibadah shalat, puasa, haji, dan sebagainya. Dengan fungsinya

yang demikian itu tidak mengherankan jika fiqih termasuk ilmu yang pertama kali

diajarkan kepada anak-anak dari sejak di bangku taman kanak-kanak sampai di

Perguruan Tinggi.

Demikian besar fungsi yang dimainkan oleh fiqih, maka tidak mengherankan

jika Perguruan Tinggi atau Universitas terdapat Fakultas hukum yang didukung

oleh para ahlidi bidang hukum yang amat banyak jumlahnya. Keadaan fiqih yang

demikian itu nampak inheren atau menyatu dengan misi agama Islam yang

kehadirannya untuk mengatur kehidupan manusia agar tercapai ketertiban dan

keteraturan, dengan Rasulullah saw. Berdasarkan pada pengamatan terhadap fungsi

hukum Islam atau fiqih tersebut, muncullah serangkaian penelitian dan

pengembangan hukum Islam,yaitu penelitian yang ingin melihat seberapa jauh

produk-produk hukum Islam tersebut masih sejalan dengan tuntunan zaman, dan

bagaimana seharusnya hukum Islam itu dikembangkan dalam rangka merespon dan
menjawab secara konkrit berbagai masalah yang timbul di masyarakat. Penelitian

ini dinilai penting untuk dilakukan agar keberadaan hukum islam (fiqih) tetap akrab

dan fungsional dalam membantu dan membimbing perjalanan umat.

B. Pembahasan.

1. Pengertian Dan Karakteristik Hukum Islam

Pengertian hukum islam hingga saat ini masih rancu dengan pengertian

syariah. Untuk itu dalam pengertian hukum islam di sini dimaksudkan di dalamnya

pengertian syariat. Dalam kaitan ini dijumpai pendapat yang mengatakan bahwa

hukum islam atau fiqih adalah sekelompok dengan syariat yaitu hukum ilmu yang

berkaitan dengan amal perbuatan manusia yang diambil dari nash al-quran atau as-

sunnah. Bila ada nash dari al-quran atau as-sunnah yang berhubungan dengan

perbuatan tersebut, atau yang dambil dari sumber-sumber lain,bila tidak ada

nashdari al-quran dan as-sunnah dibentuklah satu ilmu yang disebut dengan ilmu

fiqh.

Dengan demikian yang disebut dengan ilmu fiqih adalah sekelompok

hukum tentang amal perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil terperinci.

Yang dimaksud dengan amal perbuatan manusia adalah semua perbuatan orang

mukallaf yang berhubungan dengan bidang ibadat, muamalat kepidanaan dan lain

sebagainya; bukan yang berhubungan dengan aqidah (kepercayaan). Sebab yang

terakhir ini termasuk dalam pembahasan ilmu kalam. Adapun yang termasuk dalam

daili-dalil terperinci ialah satuan-satuan dalai yang masing-masing menunjuk

kepada suatu hukum tertentu. Berdasarkan batasan tersebut diatas sebenarnya dapat
dibedakan antara syariah dan hukum islam fiqih. Perbedaan tersebut terlihat pada

dasar atau dalil yang di gunakan. Jika syariat dibedakan pada nash al-qur’an atau

as-sunnha secara langsung, tanpa memerlukan penalaran,sedangkan hukum islam

didasarkan pada dalil-dalil yang dibangun oleh para ulama melalui penalaran atau

ijtihad dengan tetap berpegang pada semangat yang terdapat pada syariat. Dengan

demikian jika syariat bersifat permanen, kekal dan abadi, fiqh atau hukum islam

bersifat temporer, dan dapat berubah. Ketika kita mengkaji suatu masalah misalnya

kita gunakan nash al-quran dan assunnah , tapi bersamaan dengan itu kita juga

gunakan penalaran. Hal ini dimungkinkan karena nash-nash alquran dan assunnah

tersebut sungguhpun secara tekstual tidak dapat diubah namun interpretasi dan

penerapan nash alquran dan assunnah tersebut tetap memerlukan pilihan yang

menggunakan akal.

2. Model-Model Penelitian Hukum-Hukum Islam (Fiqih)

Pada uraian berikut akan kami sajikan beberapa model penelitian

a. Model Harun Nasution

Melalui penelitiannya yang secara ringkas namun mendalam terhadap

berbagai literatur tentang hukum islam dengan menggunakan pendekatan sejarah,

harun nasoyion sudah berhasil mendeskripsikan struktur hukum islam secara

komprehensif, yaitu mulai dari kajian ayat-ayat hukum yang ada dalam alquran,

latar belakang dan sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum islam sejak

zaman nabi sampai dengan sekarang, lengkap dengan beberapa madzhab yang ada
di dalamnya berikut sumber hukum yang digunakannya serta latar belakan hukum

yang timbulnya perbedaan pendapat. Harun nasution melaporkan bahwa di periode

nabi, karena segala persoalan dikembalikan kepada nabi untuk menyelesaikannya,

nabilah yang menjadi satu-satunya hukum. Secara langsung pembuat hukum adalah

nabi, tetapi secara tidak langsung tuhanlah pembuat hukum, karena hukum yang

keluar dari nabi berdasarkan pada wahyu dari tuhan. Periode ijtihad yang

disampaikan harun nasution sebagai periode kemajuan islam. Problema yang

dihadapi semakin beragam sebagai akibat dari bertambahnya daerah islam dengan

berbagai macam bangsa masuk islam dengan membawa berbagai macam adat

istiadat ,tradisi dan dan sistem kemasyarakatan. Dalam kaitan ini maka muncullah

ahli-ahli hukum mujtahid yang disebut dengan imam atau faqih (fuqaha)dalam

islam, dam pemuka-pemuka hukum ini mempunyai murid. Pada masa inilah

timbulnya empat madzhab dalam hukum islam, yaitu abu hanifah, imam malik ,

imam syafii, dan ahmad ibn hambal. Jika berbagai sumber hukum islam dari

madzhab-madzhab tersebut disatukan antara satu dan yang lainnya, maka sumber

hukum islam itu meliputi alquran, al-hadits, pendapat para sahabat, qiyas, istihsan,

mashlahat mursalah, atau mashlahat al-ummah, dan syariat sebelum islam. Sejarah

sebenarnya mengenal lebih dari empat madzhab tersebut,seperti madzhab sufyan

al-sauri, madzhab syuraih al-nakha’i, madzhab abi saur, madzhab al-auza’i,

madzhab al-tabari, madzhab al-zahiri.Dari uaraian tersabut terliahat bahwa model

penelitian hukum islam yang digunakan harun nassution adalah penelitian

eksploratif, deskriptif, dengan pendekatan kesejarahan. Interpretasi yang dilakukan

atas data-data historis tersebut selalu dikaitkan dengan konteks sejarahnya.


Melalui penelitian ini pembaca akan mengenal secara awal untuk

memasuki kajian hukum islam lebih lanjut.

b. Model Noel J. Coulson

Noel J. Coulson menyajikan hasil penelitiannya di bidang hukum islam

dalam karyanya berjudul hukum islam dalam persfektif sejarah.

Buku ini telah di terjemahkan oleh Hamid Ahmad dan diterbitkan oleh

perhimpunan pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) pada tahun1987.

Penelitian yang bersifat deskriptif analitis ini menggunakan pendekatan sejarah.

Seluruh informasi tentang perkembangan hukum pada setiap periode selalu dilihat

dari factor-faktor sosio kultular yang mempengaruhinya, sehingga tidak satu pun

produk hukum yang dibuat dari ruang yang hampa sejarah. Hasil penelitiannya itu

dituangkan dalam tiga bagian, yaitu :

a) Menjelaskan tentang terbentuknya hukum syariat, di dalamnya dibahas

tentang legalitas Al-qur’an, praktek hukum di abad pertama islam, akar

b) Berbicara tentang pemikiran dan praktek hukum islam di abad pertengahan.

Di dalamnya dibahas tentang teori hukum klasik, antara kesatuan dan

keragaman, dampak aliran dalam dalam system hukum syariat, masyarakat

islam dan hukum syariat.

c) Berbicara tentang penyerapan hukum eropa, hukum syariat kontemporer,

taklid dan pembaharuan hukum serta neo ijtihad. Pada bagian pendidikan ia

menyatakan bahwa problema yang mendasar ini ialah adanya pertentangan


antara ketentuan-ketentuan hukum tradisional yang dinyatakan secara kaku

di satu pihak. Ketika berbicara tentang legalitas Al-qur’an, Coulson

mengatakan bahwa prinsip Tuhan adalah satu-satunya pembentuk hukum

dan bahwa semua perintah-Nya harus dijadikan kendali utama atau segenap

aspek kehidupan sudahlah mapan. Hukum di abad pertama islam, Coulson

mengatakan bahwa di bidang hukum muncul keseragaman di satu pihak dan

perbedaan di pihak lain. Keseragaman kita temukan pada hukum publik

yang aturannya datang dari pemerintah pusat. Sedangkan keberagaman kita

dapati pada hukum perdata. Menurut Coulson ada dua alasan prinsip di

balik keberagaman atau perbedaan ini yaitu :

a) Lazim bahwa masing-masing qadi cenderung menerapkan aturan setempat

yang tentu berbeda-beda antara satu daerah dan lainnya.

b) Wewenang hakim untuk memutuskan perkara sesuai pendapatnya sendiri

(ra’y) untuk maksud apapun, tidak dibatasi. Selanjutnya ketika berbicara

c. Model Mohammad Atho Mudzbar

Dalam rangka penyelesaian doktornya di universitas California,Amerika

serikat, di tahun 1990, Model Mohammad Atho Mudzbar menulis disertasi yang

isinya berupa penelitian terhadap produk fatwa majelis ulama Indonesia tahun

1975-1988. Penelitian desertasinya itu berjudul “ fatwas of the council of Indonesia

Ulama a study of Islamic legalthought in Indonesia 1975-1988”.


Tujuannya yaitu untuk mengetahui materi fatwa yang di kemukakan Majelis Ulama

Indonesia serta latar belakang social politik yang melatarbelakangi timbulnya fatwa

tersebut. Hasil penelitian tersebut dituangkan ke dalam 2 bab yaitu:

1) Bab pertama mengemukakan latar belakang dan karakteristik islam di

Indonesia serta pengaruhnya terhadap corak hukum islam. Karakteristik

tersebut dilihat dari 3 aspek yaitu. Latar belakang kultur, Doktrin teologi,

Struktur social.

2) Bab kedua disertasi tersebut mengemukakan tentang majelis

ulamaindosnesia dari segi latar belakang didirikannya sosio poliitik yang

mengitariny, hubungan majelis ulama dengan pemerintah danorganisasi

islam, serta organisasi non-Islam lainnya dan berbagai fatwa yang

dikeluarkannya.

3) Bab ketiga disertasi tersebut mengemukakan tentang isi produk fatwa yang

dikeluarkan majelis ulama Indonesia serta metode yang digunakannya.

Fatwa-fatwa tersebut meliputi :1) Bidang ibadah ritual 2) Masalah keluarga

dan perkawinan 3) Kebudayaan 4) Makanan 5) Perayaan hari-hari besar

Nasrani 6) Masalah kedokteran 7) Keluarga berencana 8) Aliran minoritas

dalam islam

4) Pada bab keempat adalah berisi kesimpulan yang dihasilkan dari studi

tersebut. Dalam kesimpulan tersebut, dinyatakan bahwa fatwa majelis

ulama indonesia dalam kenyataannya tidak selalu konsisten mengikuti pola

metodologi dalam penetapan fatwa sebagaimana dijumpai dalam ilmu fiqih.

Secara teoritis setiap produk fatwa yang dikeluarkan majelis ulama


indonesia didasarkan pada landasan Al-qur’an, Al hadits, ijmadan qiyas

yang dianut oleh mazhab syafi’i. Namun dalam praktiknya

dasar-dasar hukum tersebut tidak diikuti. Ketidak konsistenan majelis ulama

indonesia dalam mematuhi metodologi penetapan hukum tersebut, menurut peneliti

disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti faktor politik. Di antara fatwa MUI yang

dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah antara lain mengenai :

 Fatwa pembelian binatang

 Keluarga berencana

 Ibadah ritual

bagi jamaah haji indonesia yang menggunakan pesawat terbang. Dengan melihat

uraian tersebut, terlihat bahwa bidang penelitian hukum islam yang dilakukan oleh

Atho Mudzhar termasuk penelitian uji teori atau uji asumsi (hipotesis) yang

dibangun dari berbagai teoriyang terdapat dalam ilmu sosiologi hukum. Penelitian

ini semakin memperjelas tesis dari schacht yang mengatakan bahwa ciri khas

pertama perkembangan hukum islam adalah penerimaan secara luas terhadap

unsur-unsur yang amat beragam; lapisan bawah dan atas,hukum itu hingga saat

tertentu tidak berasal dari islam atau tinggl semata-mata Al-qur’an.

Hasil penelitian tersebut terasa mengejutkan sebagian ulama fiqh

tradisional. Hal ini di nalai akan menghilangkan unsur kesakralan atau kekudusan

hukum islam. Para ulama tradisional khawatir penelitian tersebut akan

menempatkan hukum islam sebagai hukum skuler yang dapat diubah seenaknya.
Para ulama yang mempelajari fiqih pada umumnya tidak mengetahui berbagai

faktor sosial kultural, politik serta lainnya yang ikut serta mempengaruhi

terbentuknya hukum tersebut. Dari keadaan demikian sulit sekali diterimanya

upaya reformasi dan pembaharuan dalam hukum islam. Dan jika keadaan tersebut

terus berlanjut, akan banyak sekali produk hukum yang tidak lagi sesuai dengan

tuntutan zaman, karena produk hukum tersebut dengan tuntutan sosial sudah

terdapat ketidakcocokan atau telah terjadi kesenjangan antara keduanya. Namun,

tidak sepenuhnya menerima pendapat yang menyatakan bahwa seluruh produk

hukum islam harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Hukum islam yang

berkaitan dengan masalah ibadah ritual misalnya, jelas tidak dipengaruhi oleh

perubahan zaman. Rukun shalat serta berbagai ketentuan lainnya tentang ibadah

jelas tidak mengalami perubahan. Tetapi bagaimana cara seseorang memahami

makna ibadah dalam kehidupan jelas dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan,

lingkungan dan lain sebagainya. Produk-produk hukum sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor lingkungan sosial banyak terjadi pada masalah-masalah yang

berkaitan dengan kehidupan sosial, ekonomi, kriminalitas, masalah perkawinan dan

lain sebagainya. Dengan demikian, hukum islam baik langsung maupun tidak

langsung masuk ke dalam kategori ilmu sosial. Hal ini sama sekali tidak

mengganggu kesucian al-qur’an yang menjadi sumber hukum islam tersebut. Sebab

yang dipersoalkan di sini bukan mempertanyakan relevan dan tidaknya Al-qur’an

tersebut, te pi yang dipersoalkan adalah apakah hasil pemahaman ayat-ayat al-

qur’an, khususnya mengenai ayat-ayat ahkam tersebut masih sejalan dengan

tuntutan zaman’ atau tidak. Keharusan menyesuaikan hasil pemahaman ayat-ayat


al-qur’an yang berkenaan dengan hukum tersebut dengan perkembangan zaman

perlu dilakukan. Karena dengan cara inilah makna kehadiran al-quran secara

fungsional dapat dirasakan. Materi pemikiran islam sempat menjadi perdebatan.

Secara garis besar, kita dapat membedakan tiga bidang pemikiran islam, yaitu

aliran kalam (teologi), aliran fiqih, dan aliran tasawuf. Pada kesempatan ini kita

membicarakan aliran fiqih dengan pendekatan kronologis yang terdapat dalam

sejarah islam.

d. Aliran-Aliran

Secara historis, hukum islam telah menjadi dua aliran pada zaman sahabat

nabi muhammad saw. Dua aliran tersebut adalah Madrasat al- Madinah dan

Madrasat al-Baghdad atau Madrasat al-Hadits dan Madrasat al-Ra’y. Sedangkan

ibnu al-qayim al-jauziyyah menyebutnya sebagai Ahl al-Ma’na dan Ahl al-Zhahir.

Aliran madinah terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di madinah, dan

aliran bagdad atau kuffah juga terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di kota

tersebut. Atas jasa sahabat nabi muhammad saw yang tinggal di madinah,

terbentuklah Fuqaha sab’ah yang juga mengajarkan dan mengembangkan gagasan

guru-gurunya dari kalangan sahabat. Di antara Fuqaha sab’ah adalah sa’id bin al-

musayyab. Salah satu murid sa’id bin al-musayyabadalah ibnu syihab al-zuhri.

Sedangkan di antara murid ibnu syihab al-zuhri adalah imam malik yang paling

terkenal, pendiri aliran maliki. Di antara ajaran imam malik yang paling terkenal

adalah ia menjadikan ijmak dan amal ulama madinah sebagai hujah. Atas jasa

sahabat nabi muhammad saw yang tinggal di bagdad, terbentuklah aliran ra’y. Di
antara sahabat yang di kufah adalah abdullah bin mas’ud; salah satu muridnya

adalah al-aswad bin yazid al-nakha’i; salah satu muridnya adalah amir bin syarahil

al-sya’bi; dan salah satu murid beliau adalah abu hanifah yang mendirikan aliran

hanafi. Salah satu ciri fikih abu hanifah adalah sangat ketat dalam penerimaan

hadits dan banyak menggunakan ra’y Di antara pendapatnya.

e. Kesimpulan

1. Hukum islam atau fiqih adalah sekelompok dengan syariat yaitu hukum

ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia yang diambil dari nash

al-quran atau as-sunnah.

2. Model-model penelitian hukum-hukum islam (fiqh)

a) Model Harun Nasution penelitiannya menggunakan pendekatan

sejarah.

b) Model Noel J. Coulson penelitiannya dengan menggunakan

pendekatan historis.

c) Model Mohammad Atho Mudzbar penelitiannya yaitu dengan uji

teori atau uji asumsi (hipotesis) yang dibangun dari berbagai teori

yang terdapat dalam ilmu sosiologi hukum.

3. Aliran fiqih secara historis hukum islam telah menjadi dua aliran, yaitu

Madrasat al-Madinah dan Madrasat al-Baghdad atau Madrasat al-Hadits

dan Madrasat al- Ra’y


f. Saran

Aliran islam yang masih terkenal dan ada pengikutnya sampai sekarang

hanya beberapa aliran, di antaranya hanafiyah, malikiyah, syafi’iyyah, dan

hambaliyah. Akan tetapi yang sering dilupakan dalam hukum islam adalah bahwa

buku-buku sejarah hukum islam cenderung memunculkan aliran-aliran hukum yang

berafiliasi dengan aliran sunni, sehingga para penulis sejarah hukum islam

cenderung mengabaikan pendapat khawarij dan syiah dalam bidang hukum islam.

Anda mungkin juga menyukai