Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH:

DESKRIPSI GENERIC USHUL FIQIH DAN SEJARAH


PERKEMBANGAN

DOSEN PENGAMPU:
MIFTAHUL KHAIRAT S.H, I M.S, Y

DISUSUN OLEH:
INDRA WARDANA (202341079)
MUHAMMAD PUTRA TAQI SIDDIQ (202341068)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHKSEUMAWE
TAHUN 2024/2025
A. Latar Belakang
Ushul fiqih, yang secara harfiah berarti "prinsip-prinsip hukum Islam",
adalah cabang ilmu dalam studi keagamaan Islam yang membahas prinsip-prinsip
dasar yang menjadi landasan bagi pengambilan hukum dalam agama Islam.
Deskripsi generic ushul fiqih melibatkan penelusuran terhadap akar-akar pemikiran
dan prinsip-prinsip yang membentuk landasan hukum Islam. Sejarah
perkembangannya mencakup proses panjang di mana para ulama dan cendekiawan
Islam bekerja keras untuk memahami dan menetapkan prinsip-prinsip ini. Prinsip-
prinsip ini berakar dalam Al-Quran dan Sunnah (tradisi Nabi Muhammad), serta
dalam metodologi ijtihad (penafsiran hukum) yang berkembang seiring waktu.
Awalnya, pada masa awal Islam, prinsip-prinsip ini diperkuat dan dirumuskan lebih
lanjut oleh para ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i,
dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Pada masa khulafaurrasyidin dan masa kepemimpinan para ulama tersebut,
terjadi pembentukan metodologi dan prinsip-prinsip penting dalam ushul fiqih yang
kemudian diwariskan dan dikembangkan oleh para ulama selanjutnya. Para ulama
tersebut tidak hanya merumuskan prinsip-prinsip hukum Islam, tetapi juga
menetapkan metode penafsiran yang menjadi dasar bagi pengambilan keputusan
hukum dalam berbagai situasi kehidupan. Pengaruh dari pemikiran filosofis dan
logis dari dunia Yunani klasik, terutama Aristoteles, juga memberikan kontribusi
penting dalam pembentukan metodologi ushul fiqih. Para ulama Islam mengadopsi
dan mengadaptasi metode penalaran logis Aristoteles dalam proses ijtihad,
sehingga memperkaya dan memperluas cakupan studi ushul fiqih.1
Selanjutnya, selama periode kejayaan kekhalifahan Islam dan kemudian
periode peradaban Islam, studi ushul fiqih terus berkembang melalui kontribusi
ulama-ulama besar seperti Imam al-Ghazali, Ibn Taymiyyah, dan Ibn Qayyim al-
Jawziyyah. Mereka memperkaya disiplin ini dengan penelitian mendalam dalam
bidang teologi, hukum, dan filsafat, yang pada gilirannya memperluas cakupan dan
aplikasi ushul fiqih. Karya-karya mereka tidak hanya menguatkan landasan teoritis

Amrullah Hayatudin, S. H. I. Ushul fiqh: jalan tengah memahami Hukum Islam. Amzah
1

(Bumi Aksara), 2021.

1
ushul fiqih, tetapi juga memberikan pandangan baru dan pendekatan yang inovatif
dalam menghadapi perubahan zaman. Imam al-Ghazali, misalnya, dengan karyanya
yang monumental seperti "Al-Mustasfa", menggali lebih dalam prinsip-prinsip
penalaran dan metodologi dalam hukum Islam.
Hingga saat ini, studi ushul fiqih terus berkembang sejalan dengan tuntutan
zaman dan perkembangan konteks sosial, politik, dan teknologi yang semakin
kompleks. Para ulama dan cendekiawan Islam terus berupaya menghadirkan
interpretasi yang relevan dan komprehensif terhadap prinsip-prinsip hukum Islam
dalam konteks kontemporer. Dengan demikian, deskripsi generic ushul fiqih tidak
hanya melibatkan pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasarnya, tetapi juga
pemahaman terhadap sejarah dan perkembangannya sebagai sebuah disiplin ilmu
yang vital dalam tradisi intelektual Islam. Keseluruhan, ushul fiqih bukan hanya
merupakan warisan intelektual berharga dari masa lampau, tetapi juga merupakan
sumber inspirasi dan panduan dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman.2

B. Pengertian Ushul Fiqih


Ushul fiqih, yang secara harfiah berarti "prinsip-prinsip hukum Islam",
adalah cabang ilmu dalam studi keagamaan Islam yang mempelajari prinsip-prinsip
dasar yang menjadi landasan bagi pengambilan hukum dalam agama Islam. Dalam
konteksnya, "fiqih" merujuk pada aplikasi hukum Islam yang mencakup berbagai
aspek kehidupan, mulai dari ibadah hingga muamalah, atau hukum-hukum perdata
dan pidana. Sedangkan "ushul" berasal dari kata dasar "asal" atau "prinsip", yang
menunjukkan bahwa ushul fiqih mengkaji prinsip-prinsip atau metodologi yang
digunakan untuk menghasilkan hukum-hukum tersebut.
Studi ushul fiqih mencakup beberapa aspek penting. Pertama, pengenalan
terhadap sumber-sumber hukum Islam. Sumber-sumber utama dalam Islam adalah
Al-Quran, Sunnah (tradisi Nabi Muhammad), Ijma (kesepakatan para ulama), dan
Qiyas (analogi hukum). Ushul fiqih mempelajari bagaimana mengambil hukum
dari sumber-sumber ini, serta metode-metode penafsiran yang digunakan untuk

2
Arif, Mahmud. Pendidikan Islam Transformatif. LKIS Pelangi Aksara, 2008.

2
memahami dan mengaplikasikan hukum-hukum tersebut dalam konteks kehidupan
sehari-hari.3
Selain empat sumber utama tersebut, terdapat juga sumber-sumber
tambahan yang digunakan dalam hukum Islam, seperti Istihsan (penyimpangan dari
hukum yang lebih adil), Maslahah Mursalah (kepentingan umum yang
diperhitungkan oleh ulama dalam membuat keputusan), Sadd al-Dzari'ah
(mencegah segala sesuatu yang berujung pada hal yang haram), dan Urf (kebiasaan
atau adat istiadat yang diakui oleh syariat Islam). Pengenalan terhadap sumber-
sumber ini merupakan bagian penting dalam studi ushul fiqih karena mereka
memberikan kerangka kerja bagi proses ijtihad (penafsiran hukum) oleh para
fuqaha (ahli hukum).
Ushul fiqih juga mempelajari prinsip-prinsip penafsiran hukum. Proses
ijtihad merupakan inti dari aktivitas hukum dalam Islam, di mana para ulama
menggunakan prinsip-prinsip tertentu untuk menafsirkan teks-teks hukum dan
menghasilkan keputusan hukum yang relevan dengan konteks zaman mereka.
Beberapa prinsip penafsiran yang penting dalam ushul fiqih antara lain adalah
istinbat (deduksi hukum dari sumber-sumber), istidlal (argumentasi), ta'wil
(penafsiran), tafsir (eksplanasi), dan takhrij (mengeluarkan hukum dari
sumbernya). Pemahaman terhadap prinsip-prinsip ini memungkinkan para fuqaha
untuk menyelesaikan masalah-masalah hukum yang kompleks dengan cara yang
konsisten dan sesuai dengan prinsip-prinsip agama.
Ushul fiqih juga membahas tentang peran dan kewenangan para fuqaha
dalam membuat keputusan hukum. Para fuqaha, atau ahli hukum Islam, memiliki
tanggung jawab besar dalam menafsirkan dan mengaplikasikan hukum Islam dalam
masyarakat. Mereka menggunakan pengetahuan mereka tentang sumber-sumber
hukum dan prinsip-prinsip penafsiran untuk memberikan fatwa atau pendapat
hukum tentang berbagai masalah yang dihadapi umat Islam. Studi ushul fiqih
membantu memahami batasan dan kriteria yang digunakan oleh para fuqaha dalam
proses pengambilan keputusan hukum ini.

3
Fitriyah, Fitriyah, Elly Purwanti, and Laila Nursafitri. "USHUL FIQH." (2023).

3
Ushul fiqih juga menyoroti masalah-masalah teoritis dalam studi hukum
Islam. Ini termasuk diskusi tentang sifat hukum Islam, hubungan antara syariat
(hukum Islam) dan akal, serta pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan
hukum. Diskusi-diskusi ini membantu memperdalam pemahaman tentang landasan
filosofis dan teologis dari hukum Islam, serta relevansinya dengan tantangan-
tantangan kontemporer yang dihadapi umat Islam.
Ushul fiqih juga memperhitungkan konteks sosial dan budaya dalam
pengambilan keputusan hukum. Meskipun prinsip-prinsip hukum Islam bersifat
universal, aplikasinya dapat bervariasi tergantung pada situasi dan kondisi
masyarakat tempat mereka berlaku. Oleh karena itu, para fuqaha perlu
memperhitungkan faktor-faktor sosial, budaya, dan politik dalam menafsirkan dan
mengaplikasikan hukum Islam. Studi ushul fiqih membantu para fuqaha untuk
mengembangkan pemahaman yang sensitif terhadap konteks sosial dan budaya ini,
sehingga mereka dapat memberikan fatwa yang relevan dan bermanfaat bagi umat
Islam.4
Secara keseluruhan, ushul fiqih merupakan cabang ilmu yang sangat
penting dalam tradisi intelektual Islam karena memberikan kerangka kerja dan
metodologi untuk memahami dan mengaplikasikan hukum Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui studi ushul fiqih, para ulama dan cendekiawan Islam dapat
terus mengembangkan pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip hukum Islam
dan relevansinya dengan konteks zaman yang terus berubah. Dengan demikian,
ushul fiqih tidak hanya membantu menjaga keberlanjutan dan keberlakuan hukum
Islam, tetapi juga memungkinkan adaptasi yang fleksibel terhadap tantangan dan
perubahan zaman.

C. Klasifikasi Sejarah Ushul Fiqih


Klasifikasi sejarah ushul fiqih menggambarkan perkembangan dan evolusi
disiplin ini dari masa ke masa, mengidentifikasi periode-periode penting yang
mencerminkan perkembangan konseptual dan metodologis.

4
Nurhayati, M. Ag, and Ali Imran Sinaga. Fiqh dan ushul fiqh. Kencana, 2018.

4
Pertama, terdapat Masa Awal Islam yang mencakup zaman Rasulullah
Muhammad dan masa khulafaurrasyidin. Pada periode ini, landasan utama ushul
fiqih ditetapkan. Para sahabat Nabi, seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman,
memainkan peran kunci dalam merumuskan prinsip-prinsip awal ushul fiqih.
Metode ijtihad dan prinsip-prinsip penafsiran Al-Quran dan Sunnah mulai dibentuk
dalam konteks masyarakat awal Islam.
Kemudian, terdapat Periode Klasik yang meliputi kurun waktu sekitar abad
ke-2 hingga ke-5 Hijriyah. Pada masa ini, terjadi pengembangan lebih lanjut dalam
metodologi ijtihad dan prinsip-prinsip penafsiran. Ulama besar seperti Imam Malik,
Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal memainkan peran
penting dalam merumuskan metode-metode penafsiran yang menjadi landasan bagi
ushul fiqih. Karya-karya mereka menjadi panduan bagi generasi-generasi
berikutnya dalam memahami dan mengembangkan prinsip-prinsip hukum Islam.
Selanjutnya, ada Periode Post-Klasik yang meliputi kurun waktu setelah
abad ke-5 Hijriyah. Pada periode ini, disiplin ushul fiqih terus berkembang dengan
adanya upaya-upaya baru dalam memahami dan mengaplikasikan hukum Islam.
Ulama seperti Imam al-Ghazali, Ibn Taymiyyah, dan Ibn Qayyim al-Jawziyyah
memberikan kontribusi penting dalam memperkaya dan memperluas cakupan studi
ushul fiqih. Mereka tidak hanya memperdalam pemahaman tentang metodologi
ijtihad, tetapi juga membahas masalah-masalah teoritis dalam studi hukum Islam.
Terakhir, terdapat Periode Modern dan Kontemporer yang mencakup
zaman setelah akhir periode klasik. Pada masa ini, studi ushul fiqih terus berlanjut
dengan respons terhadap tantangan-tantangan zaman dan perubahan sosial, politik,
dan teknologi. Para ulama dan cendekiawan Islam terus berupaya menghadirkan
interpretasi yang relevan dan komprehensif terhadap prinsip-prinsip hukum Islam
dalam konteks kontemporer. Penggunaan metode-metode baru dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi tantangan baru yang harus dihadapi oleh para
ahli ushul fiqih dalam menjaga keberlanjutan dan keberlakuan hukum Islam.

5
D. Identifikasi Sejarah Dan Perkembangan Ushul Fiqih
Sejarah dan perkembangan usul fiqih merupakan cerminan dari perjalanan
panjang pemikiran dan metodologi yang melandasi pengembangan hukum Islam.
Dari masa awal Islam hingga zaman kontemporer, disiplin ini terus berkembang
dan menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, serta berbagai perubahan dalam
masyarakat dan lingkungan intelektual. Identifikasi sejarah dan perkembangan usul
fiqih memungkinkan kita untuk memahami evolusi konsep-konsep hukum Islam
dan bagaimana pengaruhnya terhadap praktik hukum dalam kehidupan umat Islam.
Masa awal Islam menandai titik tolak bagi pengembangan usul fiqih. Pada
periode ini, ketika Islam sedang berkembang pesat di Semenanjung Arab, para
sahabat Nabi Muhammad menjadi sumber utama pengetahuan dan pemahaman
tentang ajaran Islam. Mereka, yang hidup bersama Nabi dan menjadi saksi langsung
terhadap ajaran-ajarannya, adalah tokoh-tokoh utama dalam merumuskan prinsip-
prinsip awal usul fiqih. Di bawah kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan Utsman,
prinsip-prinsip penting dalam metodologi ijtihad dan penafsiran hukum Islam mulai
dibentuk. Para sahabat ini juga mengembangkan metode pengambilan keputusan
hukum yang didasarkan pada Al-Quran dan Sunnah.5
Selanjutnya, masa klasik Islam menandai puncak pengembangan usul fiqih.
Pada masa ini, terutama antara abad ke-2 hingga ke-5 Hijriyah, ulama-ulama besar
seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin
Hanbal memainkan peran penting dalam merumuskan prinsip-prinsip usul fiqih
yang lebih sistematis. Mereka mengembangkan metodologi ijtihad yang lebih
terperinci dan memperluas cakupan studi hukum Islam. Karya-karya mereka,
seperti "Muwatta" oleh Imam Malik, "Al-Muwatta" oleh Imam Abu Hanifah, "Al-
Risalah" oleh Imam Syafi'i, dan "Musnad" oleh Imam Ahmad bin Hanbal, menjadi
panduan bagi generasi-generasi berikutnya dalam memahami dan mengembangkan
prinsip-prinsip hukum Islam.6
Periode post-klasik Islam melihat upaya-upaya baru dalam memahami dan
mengaplikasikan hukum Islam. Pada periode ini, terutama setelah abad ke-5

5
Sanusi, Ahmad. "Ushul Fiqh." (2015).
6
Shidiq, Sapiudin. Ushul fiqh. Kencana, 2017.

6
Hijriyah, ulama seperti Imam al-Ghazali, Ibn Taymiyyah, dan Ibn Qayyim al-
Jawziyyah memberikan kontribusi penting dalam memperkaya dan memperluas
cakupan studi usul fiqih. Mereka tidak hanya memperdalam pemahaman tentang
metodologi ijtihad, tetapi juga membahas masalah-masalah teoritis dalam studi
hukum Islam. Karya-karya mereka menggali lebih dalam prinsip-prinsip hukum
Islam dan relevansinya dengan konteks sosial dan budaya yang berubah.
Masa modern dan kontemporer menandai tantangan dan perubahan dalam
studi usul fiqih. Pada masa ini, studi usul fiqih terus berlanjut dengan respons
terhadap tantangan-tantangan zaman dan perubahan sosial, politik, dan teknologi.
Para ulama dan cendekiawan Islam terus berupaya menghadirkan interpretasi yang
relevan dan komprehensif terhadap prinsip-prinsip hukum Islam dalam konteks
kontemporer. Penggunaan metode-metode baru dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi tantangan baru yang harus dihadapi oleh para ahli usul fiqih
dalam menjaga keberlanjutan dan keberlakuan hukum Islam.
Secara keseluruhan, sejarah dan perkembangan usul fiqih mencerminkan
perjalanan panjang pemikiran dan metodologi dalam pengembangan hukum Islam.
Dari masa awal Islam hingga zaman kontemporer, disiplin ini terus berkembang
dan menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, serta berbagai perubahan dalam
masyarakat dan lingkungan intelektual. Melalui identifikasi sejarah dan
perkembangan usul fiqih, kita dapat memahami evolusi konsep-konsep hukum
Islam dan bagaimana pengaruhnya terhadap praktik hukum dalam kehidupan umat
Islam.7

E. Kesimpulan
Deskripsi generic ushul fiqih dan sejarah perkembangannya memberikan
pemahaman yang mendalam tentang landasan hukum Islam dan evolusinya dari
masa ke masa. Ushul fiqih, sebagai cabang ilmu dalam studi keagamaan Islam,
membahas prinsip-prinsip dasar yang menjadi fondasi bagi pengambilan keputusan
hukum dalam agama Islam. Ini mencakup pengenalan terhadap sumber-sumber

Sodiqin, Ali. "Fiqh, Dan Ushul Fiqh Sejarah, Metodologi Dan Implementasinya Di
7

Indonesia." (2012).

7
hukum Islam seperti Al-Quran, Sunnah, Ijma, dan Qiyas, serta metodologi ijtihad
dalam menafsirkan dan mengaplikasikan hukum-hukum tersebut.
Sejarah perkembangan ushul fiqih menyoroti peran penting para ulama dan
cendekiawan Islam dalam merumuskan prinsip-prinsip ushul fiqih. Dari masa awal
Islam, para sahabat Nabi Muhammad menjadi sumber utama pengetahuan tentang
ajaran Islam, dan melalui kepemimpinan mereka, prinsip-prinsip awal ushul fiqih
mulai terbentuk. Masa klasik Islam, khususnya antara abad ke-2 hingga ke-5
Hijriyah, menandai puncak pengembangan ushul fiqih dengan kontribusi besar dari
ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, dan
Imam Ahmad bin Hanbal. Mereka tidak hanya merumuskan metodologi ijtihad
yang lebih terperinci, tetapi juga memperluas cakupan studi hukum Islam.
Periode post-klasik Islam melihat upaya-upaya baru dalam memahami dan
mengaplikasikan hukum Islam. Ulama-ulama seperti Imam al-Ghazali, Ibn
Taymiyyah, dan Ibn Qayyim al-Jawziyyah memberikan kontribusi penting dalam
memperkaya dan memperluas cakupan studi ushul fiqih. Sementara masa modern
dan kontemporer menandai tantangan dan perubahan dalam studi ushul fiqih,
dengan para ulama dan cendekiawan Islam terus berupaya menghadirkan
interpretasi yang relevan dan komprehensif terhadap prinsip-prinsip hukum Islam
dalam konteks kontemporer.

F. Saran
Deskripsi generic tentang ushul fiqih dan sejarah perkembangannya dapat
mengawali dengan penjelasan singkat bahwa ushul fiqih adalah cabang ilmu dalam
studi keagamaan Islam yang mempelajari prinsip-prinsip dasar dan metodologi
dalam pengambilan keputusan hukum. Sementara itu, sejarah perkembangan ushul
fiqih mencerminkan evolusi pemikiran dan pendekatan metodologis dari masa awal
Islam hingga zaman kontemporer, melalui kontribusi-kontribusi ulama besar
seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin
Hanbal, serta tantangan-tantangan yang dihadapi dan adaptasi yang dilakukan
dalam menjawab tuntutan zaman.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah Hayatudin, S. H. I. Ushul fiqh: jalan tengah memahami Hukum Islam.


Amzah (Bumi Aksara), 2021.
Arif, Mahmud. Pendidikan Islam Transformatif. LKIS Pelangi Aksara, 2008.
Fitriyah, Fitriyah, Elly Purwanti, and Laila Nursafitri. "USHUL FIQH." (2023).
Nurhayati, M. Ag, and Ali Imran Sinaga. Fiqh dan ushul fiqh. Kencana, 2018.
Sanusi, Ahmad. "Ushul Fiqh." (2015).
Shidiq, Sapiudin. Ushul fiqh. Kencana, 2017.
Sodiqin, Ali. "FIQH, DAN USHUL FIQH Sejarah, Metodologi dan
Implementasinya di Indonesia." (2012).

Anda mungkin juga menyukai