Disusun Oleh
RIJAL IMANULLAH, S.HI
NIM. 1620400010
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA
2016
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hukum Islam merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang
merefleksi secara menyeluruh ciri-ciri ajaran Islam. Dengan demikian Hukum
Islam akan menampilkan diri sebagai suatu sistem hukum yang mandiri di
samping sistem hukum lainnya yang ada di dunia. Dalam konsepsi pemikiran
(Islam), aspek hukum ditempatkan secara lebih menonjol bila dibandingkan
dengan aspek-aspek lainnya. Agama Islam adalah suatu agama yang sudah
disempurnakan sehingga mempunyai ruang lingkup yang mencakup semua
aspek kehidupan manusia baik pribadi maupun interpribadi. Terhadap
keseluruhan aspek ajaran Islam, umat Islam diperintahkan untuk tunduk dan
taat dan harus menerima ajaran sebagai suatu sistem yang utuh dan bulat.
Dari sini kemudian muncul anggapan bahwa apapun yang terkait dengan
label Islam lalu harus dianggap mutlak dalam kebenarannya. Padahal
banyak diantaranya yang dihasilkan melalui proses metodologi keilmuan,
termasuk diantaranya ushul fiqh dan filsafat hukum islam yang akan di bahas
dalam makalah ini.
Pada saat ini, banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam
memahami Islam. Dengan adanya persatuan akan terjadi pendekatan Islam
komprehensif. Agama Islam juga memiliki banyak hal, bukan hanya sebagai
pesan simbolik saja. Berbagai pendekatan yang dimulai dari pendekatan
utama meliputi ilmu tafsir, ilmu al-quran, ilmu hadits, ilmu fiqh/ushul fiqh,
filsafat hukum islam dan lainnya yang masih dalam lingkup studi Islam, dan
pendekatan yang terbaru dengan menggunakan ilmu sosial dan humaniora.
Dengan mengombinasikan beberapa pendekatan, pengajaran Islam lebih
fungsional dan aplikatif untuk memberikan jawaban terhadap masalah
sepanjang periode dan tantangan studi Islam itu sendiri dalam waktu ini.
Dalam makalah ini yang menjadi pembahasan adalah disiplin ilmu
ushul fiqh dan filsafat hukum islam. Walaupun kedua disiplin ilmu ini
berbeda bukan berarti tidak berhubungan sama sekali, bila ditelusuri ushul
fiqh dan filsafat hukum islam memiliki kesesuai/ saling berhubungan dalam
mengkaji hukum islam, bahkan bila dihubungakan dengan disiplin ilmu
2
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
II.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah yang
ingin dijelaskan oleh pemakalah yaitu:
1. Pengertian dari Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam ?
2. Apa korespondensi antara Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam ?
2 Imam Sutomo, et.al., Pedoman Penulisan Skripsi, (Salatiga: STAIN Salatiga, 2000), h. 20.
3 Tim Penyusun, Pedoman Karya Tulis Ilmiah, (Samarinda: P2M STAIN Samarinda, 2014), h. 4.
3
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
IV. Pembahasan
A. Ushul Fiqh
Kata ushul fiqh berasal dari Bahasa arab ushul al-fiqh, menurut Bahasa
ushul berarti landasan tempat membangun sesuatu, sedangkan al-fiqh berarti
pemahaman.8 Maka jika kedua kata ini digabungkan berarti landasan dalam
memahami sesuatu. Secara bahasa ushul fiqh adalah tata cara atau dasar-dasar
atau aturan-aturan untuk mengeluarkan hukum syariat dari dalilnya atau
disebut juga sebagai asas/dasar hukum fikih.9 Sedangkan menurut istilah ushul
4 Sofyan A.P. Kau, Metode Penelitian Hukum Islam : Penuntun Praktis untuk Penulisan Skripsi
dan Tesis, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013), h. 155.
5 Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 143.
4
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
11 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Pejanten Barat: Pustaka Firdaus, 1997), h. 3.
12 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh Jilid I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 35
5
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
14 Suyatno, Dasar-dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, cet.1 (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) h.
23.
17 Sapiudin Shidiq, Ushul , h. 9. Sebagaimana dikutip dari Satria Effendi, Ushul ..., h. 14-15.
6
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
18 Syahrul Anwar, Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 77.
19 Perngetian cinta yang dimaksud disini adalah dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan
dengan rasa keinginan itulah ia berusaha mencapai atau mendalami hal yang diinginkan. Demikian
juga yang dimaksud dengan pengetahun, yaitu tahu dengan mendalam sampai ke akar-akarnya
atau sampai ke dasar segalanya. Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Filososf dan Filsafatnya, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 2-3.
20 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 12.
22 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 14
7
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
23 Asmawi, Filsafat , h. 5.
24 Asmawi, Filsafat , h. 19
25 Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 62-63.
8
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
27 Menurut Betrand Russel teori korespondensi yaitu suatu pernyataan benar jika materi
pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan/cocok) dengan
objek yang dituju oleh pernyataan itu. Amsal Bakhtiar, Filsafat , h. 33. Sebagaimana dikutip
dari Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan,
1984), h. 57
28 Ahmad Ghazali HB, Arti dan Makna Kebenaran Ilmiah dalam Telaah Hukum Islam, dalam
Jurnal Syariah, No. 2, Vol. 13, 2013, h. 5.
9
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
Filsafat Hukum Islam terletak pada objeknya. Filsafat meneliti segala sesuatu,
sedangkan Filsafat Hukum Islam hanya meneliti Hukum Islam. 30 Filsafat
Hukum Islam menganalisa secara metodis dan sistematis sehingga
mendapatkan keterangan yang mendasar tentang Hukum Islam. Filsafat
Hukum Islam menganalisa Hukum Islam secara ilmiah dengan menggunakan
filsafat sebagai alatnya (Philosophical Approach), sistematis dapat
dipertanggungjawabkan dan radikal tentang Hukum Islam.31
Sesuai dengan watak filsafat, filsafat Hukum Islam berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental secara logik-rasional dan
bertanggung jawab. Pertanggungjawaban secara rasional pada hakikatnya
bahwa langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sanggahan dan
harus mempertahankan secara argumentatif dengan landasan yang objektif
yang dapat dimengerti secara intersubjektif. Pada hakikatnya filsafat Hukum
Islam bersikap kritis terhadap persoalan-persoalan hukum, dalam arti bahwa ia
tak pernah puas diri, tidak menganggap bahwa suatu jawaban itu sudah final,
tetapi selalu bersedia untuk membuka perdebatan atau diskursus-diskursus
ilmiah.32
Menurut Riza Zahriyal Falah, terdapat unsur filsafat islam dalam ushul
fiqh.33 Menurut para pakar, ushul fiqh tersusun dari gabungan berbagai disiplin
30 Ahmad Ghazali HB, Arti , h. 5. Sebagaimana dikutip dari O. Notohamidjojo, Soal-Soal
Pokok Filsafat Hukum, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1975), h. 9
31 Ahmad Ghazali HB, Arti , h. 6. Sebagaimana dikutip dari Ahmad Azhar Basyir, Pokok-
Pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta : Fakultas Hukum UII, 1984), h. 4
32 Metode berpikir tersebut dinamakan metode kritis atau dialektis, yaitu kritik yang berulang-
ulang dan yang teliti tentang pendapat-pendapat. Metode dialektis adalah suatu percobaan untuk
bersikap adil terhadap pendirian-pendirian yang bertentangan, tidak dengan menghargai pendirian
itu menurut cara yang kaku, tetapi dengan bertanya dalam menghadapi setiap problema, apakah
akibat-akibat problema-problema itu. Sesuatu pendirian mungkin kelihatannya baik dan masuk
akal, tetapi bila kita teliti secara mendalam kadang terdapat paradoks-paradoks. Cara yang baik
adalah dengan menunjukkan bahwa sesuatu itu salah ialah dengan cara dialektis yang membawa
kepada Self-Contradiction dengan dirinya sendiri. Ahmad Ghazali HB, Arti , h. 6.
Sebagaimana dikutip dari M. Rasyidi, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulang Bintang, 1970), h. 12-13.
33 Riza Zahriyal Falah, Filsafat Islam dalam Ilmu Ushul Fiqh, dalam Jurnal Yudisia, No. 2,
Vol. 6, 2015, h. 424. Filsafat Hukum Islam merupakan bagian dari filsafat Islam yang dapat
dianggap bahwa filsafat Hukum Islam merupakan anak sulung dari Filsafat Islam. Ahmad Ghazali
HB, Arti , h. 6.
10
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
34 Riza Zahriyal Falah, Filsafat , h. 425. Sebagaimana dikutip dari Mohammed Arkoun,
Nalar Islam dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan Baru, (Jakarta: INIS, 1994), h. 81
35 Riza Zahriyal Falah, Filsafat , h. 427. Sebagaimana dikutip dari Hamid Thahir, Madkhal li
Dirasat al-Falsafah al-Islamiyyah, (Kairo: Hajar. 1985), h. 31.
36 Suhairi Yusuf, Filsafat Hukum Islam: Urgensi Dan Keterkaitannya Dengan Ushul Fiqh,
dalam Jurnal Istinbath, No. 1, Vol. 9, 2012, h. 10.
11
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
37 Suhairi Yusuf, Filsafat , h. 10. Sebagaimana dikutip dari Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah
Hukum Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 3.
38 Suhairi Yusuf, Filsafat , h. 11. Sebagaimana dikutip dari Fathurrahman Djamil, Filsafat
Hukum Islam, (Jakarta: LOGOS, 1999), h. 5.
12
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
atau studi pada tataran filsafat hukum. Termasuk ke dalam kategori ini adalah
semua topik atau pertanyaan yang tercakup dalam kajian ushul al-fiqh, baik
ushul al-fiqh sebagai filsafat hukum maupun ushul al-fiqh sebagai teori
hukum. Dalam bahasa Inggris memang ushul al-fiqh diterjemahkan sebagai
philosophy of Islamic law atau Islamic legal theories. Kajian terhadap konsep-
konsep dalam ushul al-fiqh seperti apa itu keadilan (al-adallah), apa itu
tujuan Syariat Islam (al-maqasid al-shariah), apa itu al-maslahah al-
mursalah, dan apa itu al-sadd al-dhariah (precautionary procedures)
termasuk ke dalam studi hukum Islam sebagai filsafat hukum (philosophy
of Islamic law), sedangkan kajian terhadap konsep-konsep seperti metode
istinbat hukum, penerapan istinbat} hukum terhadap sesuatu masalah, kajian
tentang qaidah usuliyyah, dan kajian qaidah fiqhiyyah termasuk ke dalam
studi hukum Islam sebagai teori hukum (Islamic legal theories).40
Dari beberapa pendapat di atas, penulis juga memiliki pendapat bahwa
antara ushul fiqh dan filsafat memiliki kesamaan dalam mengkaji hukum
islam. Ushul fiqh merupakan pendekatan untuk menemukan dasar hukum-
hukum syari yang bersifat amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci.
Dalam filsafat hukum islam terdapat jalan untuk memahami filsafat hukum
islam yaitu dengan falsafah al-tasyri yang berarti pengetahuan yang medalam
dan kokoh dalam menciptakan undang-undang41 dari sumber hukumnya.42
Yang mana falsafah al-tasyri tersebut terbagi menjadi beberapa bagian, antara
lain Da`im al-ahkm (dasar-dasar hukum Islam), Mabdi al-ahkm (prinsip-
prinsip hukum Islam), Usl al-ahkm (pokok-pokok hukum Islam) atau
masdir al-ahkm (sumber-sumber hukum Islam), Maqsid al-ahkm (tujuan-
tujuan hukum Islam), dan Qaw`id al-ahkm (kaidah-kaidah hukum Islam).
Berkaitan dengan pembagian falsafah tasyr` lebih lanjut Hasbi asy-Syiddieqy
memberikan penjelasan Qaw`id al-ahkm yang dimaksudkan oleh Hasbi ash-
40 M. Atho Mudzhar, Tantangan Studi Hukum Islam di Indonesia Dewasa Ini, dalam jurnal
Indo-Islamika, Vol. 2, No. 1, 2012, h. 95
13
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
V. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menarik kesimpulan walaupun
displin ilmu antara ushul fiqh dan filsafat hukum islam berbeda, namun kedua
disiplin ilmu tersebut memiliki kesamaan yaitu mengkaji hukum islam. Sudah
ada beberapa peneliti yang meneliti hubungan antara ushul fiqh dan filsafat
hukum, namun penulis tertarik mencari hubungan lain antara ushul fiqh dan
45 Dharuriyat yaitu segala hal yang mejadi sendi eksistensi kehidupan manusia harus ada demi
kemaslahatan mereka. Hal-hal ini tersimpul kepada lima sendi utama yaitu agama, nyawa atau
jiwa, akal, keturunan, dan harta. Apabila sendi itu tidak ada atau tidak terpelihara secara baik,
kehidupan manusia akan kacau, kemaslahatannya tidak terwujud, baik di dunia maupun di akhirat.
Alaiddin Koto, Ilmu , h. 122.
46 Hajiyat yaitu segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk menghilangkan kesulitan dan
menolak segala halangan,bilamana tidak terwujud tidak sampai mengancam eksistensi kehidupan
manusia, melaikan hanya sekedar menimbulkan kesulitan dan kesukaran saja. Alaiddin Koto,
Ilmu, h. 123.
47 Tahsiniyat yaitu segala sesuatu yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi
kehidupan manusia dan tidak pula menimbulkan kesulitan. Satria Effendi, Ushul, h. 236.
14
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Syahrul, Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Arkoun, Mohammed, Nalar Islam dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan
Jalan Baru, Jakarta: INIS, 1994.
Falah, Riza Zahriyal, Filsafat Islam dalam Ilmu Ushul Fiqh, dalam Jurnal
Yudisia, No. 2, Vol. 6, 2015, h. 424.
15
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
HB, Ahmad Ghazali, Arti dan Makna Kebenaran Ilmiah dalam Telaah Hukum
Islam, dalam Jurnal Syariah, No. 2, Vol. 13, 2013, h. 5.
Kau, Sofyan A.P., Metode Penelitian Hukum Islam : Penuntun Praktis untuk
Penulisan Skripsi dan Tesis, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013.
Koto, Alaiddin, Ilmu fiqh dan Ushul fiqh, Jakarta:PT Raja Grafindo,2004.
Saebani, Beni Ahmad, Filsafat Hukum Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2007.
Suyatno, Dasar-dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, cet.1 Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
16
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)
Syah, Ismail Muhammad, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Syarifudin, Amir, Ushul Fiqh Jilid I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Tim Penyusun, Pedoman Karya Tulis Ilmiah, Samarinda: P2M STAIN Samarinda,
2014.
Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Fiqh, Pejanten Barat: Pustaka Firdaus, 1997.
Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam: Filososf dan Filsafatnya, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.
17