Anda di halaman 1dari 17

Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

USHUL FIQH DAN FILSAFAT HUKUM ISLAM


MELACAK KORESPONDENSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Ushul Fiqh dan Qawaidul Fiqhiyyah
Dosen : Dr. Amir Tajrid, M.Ag

Disusun Oleh
RIJAL IMANULLAH, S.HI
NIM. 1620400010

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA
2016
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hukum Islam merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang
merefleksi secara menyeluruh ciri-ciri ajaran Islam. Dengan demikian Hukum
Islam akan menampilkan diri sebagai suatu sistem hukum yang mandiri di
samping sistem hukum lainnya yang ada di dunia. Dalam konsepsi pemikiran
(Islam), aspek hukum ditempatkan secara lebih menonjol bila dibandingkan
dengan aspek-aspek lainnya. Agama Islam adalah suatu agama yang sudah
disempurnakan sehingga mempunyai ruang lingkup yang mencakup semua
aspek kehidupan manusia baik pribadi maupun interpribadi. Terhadap
keseluruhan aspek ajaran Islam, umat Islam diperintahkan untuk tunduk dan
taat dan harus menerima ajaran sebagai suatu sistem yang utuh dan bulat.
Dari sini kemudian muncul anggapan bahwa apapun yang terkait dengan
label Islam lalu harus dianggap mutlak dalam kebenarannya. Padahal
banyak diantaranya yang dihasilkan melalui proses metodologi keilmuan,
termasuk diantaranya ushul fiqh dan filsafat hukum islam yang akan di bahas
dalam makalah ini.
Pada saat ini, banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam
memahami Islam. Dengan adanya persatuan akan terjadi pendekatan Islam
komprehensif. Agama Islam juga memiliki banyak hal, bukan hanya sebagai
pesan simbolik saja. Berbagai pendekatan yang dimulai dari pendekatan
utama meliputi ilmu tafsir, ilmu al-quran, ilmu hadits, ilmu fiqh/ushul fiqh,
filsafat hukum islam dan lainnya yang masih dalam lingkup studi Islam, dan
pendekatan yang terbaru dengan menggunakan ilmu sosial dan humaniora.
Dengan mengombinasikan beberapa pendekatan, pengajaran Islam lebih
fungsional dan aplikatif untuk memberikan jawaban terhadap masalah
sepanjang periode dan tantangan studi Islam itu sendiri dalam waktu ini.
Dalam makalah ini yang menjadi pembahasan adalah disiplin ilmu
ushul fiqh dan filsafat hukum islam. Walaupun kedua disiplin ilmu ini
berbeda bukan berarti tidak berhubungan sama sekali, bila ditelusuri ushul
fiqh dan filsafat hukum islam memiliki kesesuai/ saling berhubungan dalam
mengkaji hukum islam, bahkan bila dihubungakan dengan disiplin ilmu

2
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

lainnya tidak menutup kemungkinan saling berhubungan. Berdasarkan hal


tersebut penulis mencoba mencari tau hubungan antara ushul fiqh dan filsafat
hukum islam.

II.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah yang
ingin dijelaskan oleh pemakalah yaitu:
1. Pengertian dari Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam ?
2. Apa korespondensi antara Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam ?

III. Metode Penelitian


Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi
penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang
merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah (cara)
sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah-
masalah tertentu. Metode ialah suatu prosedur tata cara untuk mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Secara umum metode
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.1 Dalam versi lain dijelaskan bahwa metode
penelitian adalah prosedur atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan.2 Berdasarkan hal tersebut, pemakalah menggunakan metode kualitatif
yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berasal dari naskah-naskah
maupun dokumen resmi.
Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan beberapa teknik,
yaitu sebagai berikut :
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan merupakan library research atau
penelitian melalui studi kepustakaan yang bersumber dari buku-buku
literature, baik berupa buku, majalah, jurnal, dan makalah hasil seminar
yang relevan.3
B. Sumber Data

1 Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 3.

2 Imam Sutomo, et.al., Pedoman Penulisan Skripsi, (Salatiga: STAIN Salatiga, 2000), h. 20.

3 Tim Penyusun, Pedoman Karya Tulis Ilmiah, (Samarinda: P2M STAIN Samarinda, 2014), h. 4.

3
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

Dalam penyusunan makalah ini, pemakalah hanya menggunakan


sumber data primer yaitu data-data yang terkait langsung dengan objek
penelitian.4 Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian pemakalah
adalah displin ilmu ushul fiqh dan filsafat hukum islam.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, pemakalah menggunakan teknik
dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan cara mengalir atau
mengambil data-data dari catatan, dokumentasi yang sesuai dengan
masalah yang diteliti.5 Pemakalah mencatat semua data secara obyektif
dan apa adanya sesuai dengan hasil yang didapat.
D. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar. 6
Dalam menganalisi data, pemakalah menggunakan metode analisis
deskriptif kualitatif, yaitu menganalisis menggunakan kata-kata untuk
menjelaskan fenomena ataupun data yang didapatkan.7

IV. Pembahasan
A. Ushul Fiqh
Kata ushul fiqh berasal dari Bahasa arab ushul al-fiqh, menurut Bahasa
ushul berarti landasan tempat membangun sesuatu, sedangkan al-fiqh berarti
pemahaman.8 Maka jika kedua kata ini digabungkan berarti landasan dalam
memahami sesuatu. Secara bahasa ushul fiqh adalah tata cara atau dasar-dasar
atau aturan-aturan untuk mengeluarkan hukum syariat dari dalilnya atau
disebut juga sebagai asas/dasar hukum fikih.9 Sedangkan menurut istilah ushul

4 Sofyan A.P. Kau, Metode Penelitian Hukum Islam : Penuntun Praktis untuk Penulisan Skripsi
dan Tesis, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013), h. 155.

5 Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 143.

6 Lexy J Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 103.

7 Drajat Suhardjo, Metodologi Penelitian Interdisipliner dan Penulisan Karya Ilmiah,


(Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2008), h. 15.

8 Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 1-2.

9 Zen Amiruddin,Ushul Fiqh, (Yogyakarta:Teras,2009),h. 9

4
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

fiqh adalah ilmu tentang kaidah dan pembahasan-pembahasan yang dijadikan


sarana untuk memperoleh hukum-hukum syara mengenai perbuatan dan dalil-
dalilnya yang terperinci.10
Menurut Muhammad Abu Zahrah, ushul fiqh adalah kaidah-kaidah
yang menjelaskan tentang cara (metode) pengambilan atau penggalian hukum-
hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dari dalil-dalil syari. 11 Amir
Syarifudin berpendapat bahwa ushul fiqh adalah ilmu tentang kaidah-kaidah
yang membawa kepada usaha merumuskan hukum syara dari dalilnya yang
terperinci, atau dalam artian sederhana adalah kaidah-kaidah yang
menjelaskan cara-cara mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalilnya.12
Dari beberapa pengertian ushul fiqh diatas di atas penulis menarik
kesimpulan yaitu ushul fiqh terdiri dari dua kata yaitu ushul dan fiqh. Ushul
berarti dasar segala sesuatu, pondasi, atau asas, sedangkan fiqh berarti ilmu
hukum-hukum syari yang bersifat amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil
terperinci. Maka ketika kedua kata ini digabungkan berarti dasar untuk
menemukan hukum-hukum syari yang bersifat amaliyah yang diperoleh dari
dalil-dalil terperinci. Berdasarkan pengertian tersebut pemakalah
mencontohkan sebagai berikut:

Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.(Q.S. Al-Maidah: 90)
Berdasarkan ayat di atas, hukum dari meminum khamar, berjudi,
berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah
haram berdasarkan dalil al-quran surah Al-Maidah ayat 90. Kata , ,
, merupakan amaliyah, sedangkan kata merupakan sebuah

10 Alaiddin Koto,Ilmu fiqh dan Ushul fiqh, (Jakarta:PT Raja Grafindo,2004),h. 3

11 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Pejanten Barat: Pustaka Firdaus, 1997), h. 3.

12 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh Jilid I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 35

5
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

larangan yang pada dasarnya suatu larangan menunjukkan hukum haram


berdasarkan kaidah .13
Yang menjadi objek ushul fiqh antara lain pembahasan mengenai
hokum syara dan yang berhubungan dengannya, seperti hakim, mahkum fiqh,
dan mahkum alaih, pembahasan tentang sumber-sumber dan dalil-dalil
hukum, pembahasan tentang cara menggali dan menarik hukum dari sumber-
sumber dan dalil-dalil itu, pembahasan tentang ijtihad. 14 Menurut Satria Efendi
objek pembahasan ushul fiqh adalah sifat-sifat esensial dari berbagai macam
dalil dalam kaitannya dengan penetapan sebuah hukum dan sebaliknya segi
bagaimana tetapnya suatu hukum dengan dalil.15 Menurut Sapiudin Shidiq,
yang menjadi objek pembahasan ushul fiqh adalah dalil-dalil yang masih
bersifat umum dilihat dari ketetapan hukum yang umum pula.16
Sedikitnya terdapat tiga tujuan penting mempelajari ushul fiqh, antara
lain:
1. Mengetahui dasar mujtahid masa silam dalam membentuk fiqhnya,
sehingga dapa diketahui kebenaran pendapat fiqh yang berkembang.
Dengan pengetahuan ini akan memberi ketenangan dalam mengamalkan
pendapat meraka.
2. Memahami ayat-ayat ahkam dan hadis ahkam dan mampu
mengistinbat suatu hukum yang berdasarkan kepada keduanya. Begitu
pentingnya ilmu ushul fiqh, maka pantas dan wajar jika ulama terdahulu
lebih mengutamakan studi ushul fiqh disbanding fiqh. Karena ushul fiqh
seorang mampu memproduk fiqh.
3. Mampu secara benar melakukan perbandingan mazhab fiqh, studi
komperatif diantara pendapat ulama fiqh dari berbagai mazhab. Karena
ushul fiqh merupakan alat untuk melakukan perbandingan mazhab fiqh.17

13 Satria Effendi, Ushul, h. 192.

14 Suyatno, Dasar-dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, cet.1 (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) h.
23.

15 Satria Effendi, Ushul , h. 13.

16 Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 7.

17 Sapiudin Shidiq, Ushul , h. 9. Sebagaimana dikutip dari Satria Effendi, Ushul ..., h. 14-15.

6
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

Menurut Syahrul Anwar, tujuan mempelajari ushul fiqh yaitu untuk


menerapkan kaidah-kaidah, teori, pembahasan dalil-dalil secara terperinci,
dalam menghasilkan hukum syariat islam, yang diambil dari dalil-dalil
tersebut.18

B. Filsafat Hukum Islam


Filsafat adalah kata majemak yang berasal dari Bahasa Yunani, yakni
philosophia dan philosophos. Philo berarti cinta, sedangkan sophia atau
Sophos berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Jadi, filsafat secara sederhana
berarti cinta pada pengetahuan atau kebijaksanaan.19 Sedangkan hukum islam
adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah swt dan sunnah rasul
tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan
mengikat untuk semua umat yang beragama islam.20 Maka ketika
digabungkan, filasafat hukum islam berarti kajian ilmu untuk mencari tau
dasar munculnya seperangkat peraturan hukum. Menurut Asmawi, Filsafat
hukum islam adalah setiap kaidah, asas, aturan-aturan pengendali masyarakat
pemeluk agama Islam.21 Menurut Fathurrahman Djamil, filsafat hukum islam
adalah filsafat yang menganalisis hukum islam secara metodis dan sistematis
sehingga mendapatkan keterangan yang mendasar, atau menganalisis hukum
islam secara ilmiah dengan filsafat sebagai alatnya.22
Obyek filsafat hukum islam adalah hukum islam itu sendiri. Menurut
Asmawi, yang menjadi obyek filsafat hukum islam antara lain sendi-sendi
hukum, prinsip-prinsip hukum, sumber-sumber hukum, tujuan hukum, rahasi-

18 Syahrul Anwar, Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 77.

19 Perngetian cinta yang dimaksud disini adalah dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan
dengan rasa keinginan itulah ia berusaha mencapai atau mendalami hal yang diinginkan. Demikian
juga yang dimaksud dengan pengetahun, yaitu tahu dengan mendalam sampai ke akar-akarnya
atau sampai ke dasar segalanya. Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Filososf dan Filsafatnya, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 2-3.

20 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 12.

21 Asmawi, Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 1.

22 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 14

7
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

rahasia hukum, ciri-ciri hukum, keindahan dan keistimewaan hukum, serta


tabiat dan watak-watak hukum.23
Tujuan memperlajari filsafat hukum islam antara lain24:
1. Untuk menolak pandangan bahwa hukum islam sudah tidak
relevan lagi untuk diterapkan dalam masyarakat modern sekarang ini.
2. Untuk memberikan argumentasi yang kuat dan kokoh bahwa
hukum islam diterapkan dalam suatu masyarakat maka mereka akan dapat
merasakan kebenaran, kebaikan, keadilan, kesamaan dan kemaslahatan
dalam hidup di dunia.
3. Untuk memberikan jawaban bahwa hukum islam adalah hukum
yang terbaik dan mampu memberikan jawaban terhadap perkembangan
zaman karena hukum islam adalah hukum yang solihin li kulli al-zaman
wa al-makan.
Diantara kegunaan memempelajari Filsafat Hukum Islam25:
1. Menjadikan filsafat sebagai pendekatan dalam menggali hakikat,
sumber dan tujuan hukum Islam.
2. Dapat membedakan kajian ushul fiqih dengan filsafat terhadap
hukum Islam.
3. Mendudukan Filsafat Hukum Islam sebagai salah satu bidang
kajian yang penting dalam memahami sumber hukum Islam yang berasal
dari wahyu maupun hasil ijtihad para ulama.
4. Menemukan rahasia-rahaisa syariat diluar maksud lahiriahnya.
5. Memahami ilat hukum sebagai bagian dari pendekatan analitis
tentang berbagai hal yang membutuhkan jawaban hukumiyahnya sehingga
pelaksanaan hukum Islam merupakan jawaban dari situasi dan kondisi
yang terus berubah dinamis.
6. Membantu mengenali unsur-unsur yang mesti dipertahankan
sebagai kemapanan dan unsur-unsur yang menerima perubahan sesuai
dengan tuntunaan situasional.

C. Korespondensi antara Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam

23 Asmawi, Filsafat , h. 5.

24 Asmawi, Filsafat , h. 19

25 Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 62-63.

8
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

Dalam filsafat kajian tentang standar kebenaran amat penting, karena


salah satu definisi filsafat adalah cinta pada kebenaran. Dalam kajian filsafat
teori kebenaran terbagi menjadi empat macam yaitu korespondensi, koherensi,
pragmatism, dan hudhuri.26 Dari keempat macam teori kebenaran tersebut,
penulis hanya menggunakan teori korespondensi. Inti dari teori korespondensi
yaitu adanya kesesuaian/ kecocokan antara pernyataan dengan kenyataan. 27
Berdasarkan hal tersebut, korespondensi antara ushul fiqh dan filsafat hukum
islam berarti antara ushul fiqh dan filsafat hukum islam memiliki kesesuaian,
kecocokan, atau saling behubungan.
Menurut Ahmad Ghazali HB, ushul fiqh sebagai filsafat hukum
islam.28 Hukum Islam sebagai salah satu sistem hukum di antara berbagai
sistem hukum di dunia dan diakui sebagai suatu disiplin ilmu, harus ada
kejelasan tentang bagaimana filsafat hukumnya. Pandangan ini muncul setelah
terbitnya beberapa karya tulis yang membahas filsafat Hukum Islam seperti
Sobhi Mahmasani dengan Filsafat al Tasyri Fi al Islam, Muhammad Khalid
Masud dengan karyanya Islamic Legal Philosophy dan T. M. Hasby ash-
Shidiqy dengan Filsafat Hukum Islamnya. Para ahli kemudian sepakat
menyebutkan bahwa Ushul Fiqh sebagai Filsafat Hukum Islam. Pemikiran
kefilsafatan ini muncul dalam sistem kajian Hukum Islam pada abad 2 H dari
era perkembangan Hukum Islam dengan Imam Asy Syafii sebagai
konseptornya dengan karyanya Ar-Risalah. Dengan karya inilah lahir
metode pengambilan Hukum Islam dan juga metode penerapannya.29
Filsafat Hukum Islam ialah filsafat yang diterapkan pada Hukum
Islam, dan ia merupakan filsafat khusus. Perbedaan antara Filsafat dengan

26 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007), h. 27

27 Menurut Betrand Russel teori korespondensi yaitu suatu pernyataan benar jika materi
pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan/cocok) dengan
objek yang dituju oleh pernyataan itu. Amsal Bakhtiar, Filsafat , h. 33. Sebagaimana dikutip
dari Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan,
1984), h. 57

28 Ahmad Ghazali HB, Arti dan Makna Kebenaran Ilmiah dalam Telaah Hukum Islam, dalam
Jurnal Syariah, No. 2, Vol. 13, 2013, h. 5.

29 Ahmad Ghazali HB, Arti , h. 5.

9
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

Filsafat Hukum Islam terletak pada objeknya. Filsafat meneliti segala sesuatu,
sedangkan Filsafat Hukum Islam hanya meneliti Hukum Islam. 30 Filsafat
Hukum Islam menganalisa secara metodis dan sistematis sehingga
mendapatkan keterangan yang mendasar tentang Hukum Islam. Filsafat
Hukum Islam menganalisa Hukum Islam secara ilmiah dengan menggunakan
filsafat sebagai alatnya (Philosophical Approach), sistematis dapat
dipertanggungjawabkan dan radikal tentang Hukum Islam.31
Sesuai dengan watak filsafat, filsafat Hukum Islam berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental secara logik-rasional dan
bertanggung jawab. Pertanggungjawaban secara rasional pada hakikatnya
bahwa langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sanggahan dan
harus mempertahankan secara argumentatif dengan landasan yang objektif
yang dapat dimengerti secara intersubjektif. Pada hakikatnya filsafat Hukum
Islam bersikap kritis terhadap persoalan-persoalan hukum, dalam arti bahwa ia
tak pernah puas diri, tidak menganggap bahwa suatu jawaban itu sudah final,
tetapi selalu bersedia untuk membuka perdebatan atau diskursus-diskursus
ilmiah.32
Menurut Riza Zahriyal Falah, terdapat unsur filsafat islam dalam ushul
fiqh.33 Menurut para pakar, ushul fiqh tersusun dari gabungan berbagai disiplin
30 Ahmad Ghazali HB, Arti , h. 5. Sebagaimana dikutip dari O. Notohamidjojo, Soal-Soal
Pokok Filsafat Hukum, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1975), h. 9

31 Ahmad Ghazali HB, Arti , h. 6. Sebagaimana dikutip dari Ahmad Azhar Basyir, Pokok-
Pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta : Fakultas Hukum UII, 1984), h. 4

32 Metode berpikir tersebut dinamakan metode kritis atau dialektis, yaitu kritik yang berulang-
ulang dan yang teliti tentang pendapat-pendapat. Metode dialektis adalah suatu percobaan untuk
bersikap adil terhadap pendirian-pendirian yang bertentangan, tidak dengan menghargai pendirian
itu menurut cara yang kaku, tetapi dengan bertanya dalam menghadapi setiap problema, apakah
akibat-akibat problema-problema itu. Sesuatu pendirian mungkin kelihatannya baik dan masuk
akal, tetapi bila kita teliti secara mendalam kadang terdapat paradoks-paradoks. Cara yang baik
adalah dengan menunjukkan bahwa sesuatu itu salah ialah dengan cara dialektis yang membawa
kepada Self-Contradiction dengan dirinya sendiri. Ahmad Ghazali HB, Arti , h. 6.
Sebagaimana dikutip dari M. Rasyidi, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulang Bintang, 1970), h. 12-13.

33 Riza Zahriyal Falah, Filsafat Islam dalam Ilmu Ushul Fiqh, dalam Jurnal Yudisia, No. 2,
Vol. 6, 2015, h. 424. Filsafat Hukum Islam merupakan bagian dari filsafat Islam yang dapat
dianggap bahwa filsafat Hukum Islam merupakan anak sulung dari Filsafat Islam. Ahmad Ghazali
HB, Arti , h. 6.

10
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

ilmu, yakni logika Aristoteles, kaidah bahasa Arab (logika kebahasaan),


teologi (ilmu kalam), ilmu fiqh, dan ilmu-ilmu al-Quran dan Hadist. 34 Bahkan
menurut al-Ghazali, ilmu ushul fiqh merupakan ilmu yang paling tinggi
derajatnya, karena merupakan gabungan dari dua jenis ilmu yakni ilmu naql
murni seperti al-Quran, Hadits, dan ilmu aql murni seperti logika.
epistemologi ushul fiqh berbeda dengan epistemologi hukum Islam.
Epistemologi ushul fiqh berbicara tentang sumber, watak pengetahuan, dan
kriteria kebenaran dari sebuah ilmu yang bernama ilmu ushul fiqh, sementara
epistemologi hukum Islam berbicara tentang sumber-sumber hukum Islam.
Mengingat ilmu ushul adalah ilmu tentang kaidah (dalil kulli), maka
epistemologi ushul fiqh tiada lain adalah sumber, watak pengetahuan, dan
kriteria kebenaran yang dipergunakan oleh kaidah (dalil kulli fiqh).
Syaikh Musthafa Abdul Raziq pertama kali melontarkan pikiran bahwa
ilmu ushul fiqh adalah bagian dari filsafat Islam. Dialah orang yang pertama
kali berpandangan demikian, yang ia tulis dalam bukunya, Tamhid li Tarikh
al-Falsafah al-Islamiyah.35 Alasannya, kalau ilmu kalam dan tasawuf
dianggap sebagai bagian dari filsafat Islam, maka ilmu ushul fiqh harus
dianggap juga. Sebab metodologi pembahasannya mirip dengan ilmu kalam.
Bahkan ushul fiqh juga membahas dasar-dasar kalam, yang sebenarnya
wilayah kajian ilmu kalam.
Menurut Suhairi, terdapat keterkaitan antara filsafat hukum islam dan
ushul fiqh.36 Dalam pembahasan pengertian filsafat dinyatakan bahwa salah
satu maknanya adalah phila berarti mengutamakan, lebih dan sophia berarti
kebijaksanaan atau hikmah. Maka philosophia berarti mengutamakan hikmah.
Fuad al-Ahwn dalam bukunya Mabdi al-Falsafah, kemudian `Abd al-
Halm Mahmd dalam bukunya at-Tafkr al-Falsaf f al-Islm, telah

34 Riza Zahriyal Falah, Filsafat , h. 425. Sebagaimana dikutip dari Mohammed Arkoun,
Nalar Islam dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan Baru, (Jakarta: INIS, 1994), h. 81

35 Riza Zahriyal Falah, Filsafat , h. 427. Sebagaimana dikutip dari Hamid Thahir, Madkhal li
Dirasat al-Falsafah al-Islamiyyah, (Kairo: Hajar. 1985), h. 31.

36 Suhairi Yusuf, Filsafat Hukum Islam: Urgensi Dan Keterkaitannya Dengan Ushul Fiqh,
dalam Jurnal Istinbath, No. 1, Vol. 9, 2012, h. 10.

11
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

menerangkan penjelasan al-Farab tentang kata falsafah, sebagaimana yang


dikutip oleh Hasbi ash-Shiddieqy. Al-Farab berkata:
Nama falsafah berasal dari bahasa Yunani. Dia adalah kata yang
dimasukkan ke dalam bahasa Arab. Dia menurut bahasa Yunani berasal
dari Vila Sofi, maknanya: mengutamakan hikmat. Dan dia dari bahasa
mereka tersusun dari kata-kata Vila dan Sofia. Vila maknanya
mengutamakan dan Sofia maknanya hikmat. Filosof diambil dari kata
falsafah. Dan maknanya; orang yang mengutamakan hikmat. Orang
yang mengutamakan hikmat, menurut mereka ialah orang yang
menggunakan seluruh kehidupannya dari seluruh umurnya untuk
memperoleh hikmat.37

Apabila para filosof muslim menggunakan kata hikmah sebagai


sinonim dari kata falsafah, para ahli hukum Islam menggunakan kata hikmah
sebagai julukan bagi asrr al-ahkm (rahasia-rahasia hukum). Demikian pula
yang terjadi pada muhaqqiq dan mufassir, mereka menganggap sepadan antara
kata hikmah dengan kata falsafah. Ar-Rgib berkata: hikmah ialah
memperoleh kebenaran dengan perantara ilmu dan akal.38
Dari pemahaman di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kata
falsafah identik dengan hikmah. Sehingga apabila dikatakan falsafah hukum
Islam, maka terberistilah dalam pikiran tentang hikmah hukum Islam.
Dalam ushul fiqh terkandung asrr al-ahkm, ushl al-ahkm, qaw`id al-
ahkm, hikmah-hikmah hukum Islam, dan lain-lain yang kesemuanya
termasuk dalam pembahasan filsafat. Sendi-sendi hukum, prinsip-prinsip
hukum, pokok-pokok hukum (sumber-sumber hukum), kaidah-kaidah hukum
yang merupakan fondasi undang-undang Islam, itulah yang dimaksudkan
dengan filsafat hukum Islam. Di samping itu pula maqsid al-ahkm atau
tujuan-tujuan hukum.39
Menurut M. Atho Mudzar, bahwa kajian dalam filsafat hukum islam
merupakan kajian yang dicakup dalam ushul fiqh. Studi filsafat hukum Islam

37 Suhairi Yusuf, Filsafat , h. 10. Sebagaimana dikutip dari Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah
Hukum Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 3.

38 Suhairi Yusuf, Filsafat , h. 11. Sebagaimana dikutip dari Fathurrahman Djamil, Filsafat
Hukum Islam, (Jakarta: LOGOS, 1999), h. 5.

39 Suhairi Yusuf, Filsafat , h. 11.

12
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

atau studi pada tataran filsafat hukum. Termasuk ke dalam kategori ini adalah
semua topik atau pertanyaan yang tercakup dalam kajian ushul al-fiqh, baik
ushul al-fiqh sebagai filsafat hukum maupun ushul al-fiqh sebagai teori
hukum. Dalam bahasa Inggris memang ushul al-fiqh diterjemahkan sebagai
philosophy of Islamic law atau Islamic legal theories. Kajian terhadap konsep-
konsep dalam ushul al-fiqh seperti apa itu keadilan (al-adallah), apa itu
tujuan Syariat Islam (al-maqasid al-shariah), apa itu al-maslahah al-
mursalah, dan apa itu al-sadd al-dhariah (precautionary procedures)
termasuk ke dalam studi hukum Islam sebagai filsafat hukum (philosophy
of Islamic law), sedangkan kajian terhadap konsep-konsep seperti metode
istinbat hukum, penerapan istinbat} hukum terhadap sesuatu masalah, kajian
tentang qaidah usuliyyah, dan kajian qaidah fiqhiyyah termasuk ke dalam
studi hukum Islam sebagai teori hukum (Islamic legal theories).40
Dari beberapa pendapat di atas, penulis juga memiliki pendapat bahwa
antara ushul fiqh dan filsafat memiliki kesamaan dalam mengkaji hukum
islam. Ushul fiqh merupakan pendekatan untuk menemukan dasar hukum-
hukum syari yang bersifat amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci.
Dalam filsafat hukum islam terdapat jalan untuk memahami filsafat hukum
islam yaitu dengan falsafah al-tasyri yang berarti pengetahuan yang medalam
dan kokoh dalam menciptakan undang-undang41 dari sumber hukumnya.42
Yang mana falsafah al-tasyri tersebut terbagi menjadi beberapa bagian, antara
lain Da`im al-ahkm (dasar-dasar hukum Islam), Mabdi al-ahkm (prinsip-
prinsip hukum Islam), Usl al-ahkm (pokok-pokok hukum Islam) atau
masdir al-ahkm (sumber-sumber hukum Islam), Maqsid al-ahkm (tujuan-
tujuan hukum Islam), dan Qaw`id al-ahkm (kaidah-kaidah hukum Islam).
Berkaitan dengan pembagian falsafah tasyr` lebih lanjut Hasbi asy-Syiddieqy
memberikan penjelasan Qaw`id al-ahkm yang dimaksudkan oleh Hasbi ash-

40 M. Atho Mudzhar, Tantangan Studi Hukum Islam di Indonesia Dewasa Ini, dalam jurnal
Indo-Islamika, Vol. 2, No. 1, 2012, h. 95

41 Yang di maksud undang-undang di sini menurut pemakalah adalah dasar hukum.

42 Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 17.

13
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

Shiddieqy adalah Kaidah-kaidah istinbth menyangkut amr, nahy, m,


khshsh, muthlaq, muqayyad, mujmal dan muffashshal, atau segala kaidah
yang berpautan dengan bahasa yang dipetik dari kaidah-kaidah Arabiyah 43
yang mana pembahasan tersebut merupakan metode istinbath hukum dari segi
Bahasa dalam displin ilmu ushul fiqh.44
Tujuan pokok di syariatkan hukum Islam adalah untuk kemaslahatan
umat manusia di dunia dan akhirat. Dalam kajian ushul fiqh kemaslahatan
umat manusia terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu yang bersifat dharuriyat,45
hajiyat,46 dan tahsiniyat.47 Begitupun dalam kajian filsafat hukum islam
tingkat kebutuhan akan maslahah terbagi menjadi tiga kategori yaitu al-
maslahah al-dharuriyyah (kemaslahatan primer), al-maslahah al-hajiyyah,
(kemaslahatan sekunder) dan al-maslahah al-tahsiniyyah (kemaslahatan
tersier).48

V. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menarik kesimpulan walaupun
displin ilmu antara ushul fiqh dan filsafat hukum islam berbeda, namun kedua
disiplin ilmu tersebut memiliki kesamaan yaitu mengkaji hukum islam. Sudah
ada beberapa peneliti yang meneliti hubungan antara ushul fiqh dan filsafat
hukum, namun penulis tertarik mencari hubungan lain antara ushul fiqh dan

43 Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah , h. 27. Lihat Satria Effendi, Ushul, h. 178.

44 Lihat Satria Effendi, Ushul, h. 178

45 Dharuriyat yaitu segala hal yang mejadi sendi eksistensi kehidupan manusia harus ada demi
kemaslahatan mereka. Hal-hal ini tersimpul kepada lima sendi utama yaitu agama, nyawa atau
jiwa, akal, keturunan, dan harta. Apabila sendi itu tidak ada atau tidak terpelihara secara baik,
kehidupan manusia akan kacau, kemaslahatannya tidak terwujud, baik di dunia maupun di akhirat.
Alaiddin Koto, Ilmu , h. 122.

46 Hajiyat yaitu segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk menghilangkan kesulitan dan
menolak segala halangan,bilamana tidak terwujud tidak sampai mengancam eksistensi kehidupan
manusia, melaikan hanya sekedar menimbulkan kesulitan dan kesukaran saja. Alaiddin Koto,
Ilmu, h. 123.

47 Tahsiniyat yaitu segala sesuatu yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi
kehidupan manusia dan tidak pula menimbulkan kesulitan. Satria Effendi, Ushul, h. 236.

48 Asmawi, Filsafat , h. 69.

14
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

filsafat hukum islam yang pada akhirnya menemukan beberapa korespondensi


antara ushul fiqh dengan filsafat hukum islam. Namun tidak menutup
kemungkinan peneliti lain akan menemukan hubungan lain antara ushul fiqh
dan filsafat hukum islam.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Zen,Ushul Fiqh, Yogyakarta:Teras,2009.

Anwar, Syahrul, Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Arkoun, Mohammed, Nalar Islam dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan
Jalan Baru, Jakarta: INIS, 1994.

Ash-Shiddieqy, Hasbi, Falsafah Hukum Islam, Semarang: PT. Pustaka Rizki


Putra, 2001.

Asmawi, Filsafat Hukum Islam, Yogyakarta: Teras, 2009.

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Agama, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007.

Basyir, Ahmad Azhar, Pokok-Pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam,


Yogyakarta : Fakultas Hukum UII, 1984.

Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: LOGOS, 1999.

Effendi, Satria, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2009.

Falah, Riza Zahriyal, Filsafat Islam dalam Ilmu Ushul Fiqh, dalam Jurnal
Yudisia, No. 2, Vol. 6, 2015, h. 424.

15
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

HB, Ahmad Ghazali, Arti dan Makna Kebenaran Ilmiah dalam Telaah Hukum
Islam, dalam Jurnal Syariah, No. 2, Vol. 13, 2013, h. 5.

Kau, Sofyan A.P., Metode Penelitian Hukum Islam : Penuntun Praktis untuk
Penulisan Skripsi dan Tesis, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013.

Koto, Alaiddin, Ilmu fiqh dan Ushul fiqh, Jakarta:PT Raja Grafindo,2004.

Moleong, Lexy J, Metode Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Mudzhar, M. Atho, Tantangan Studi Hukum Islam di Indonesia Dewasa Ini,


dalam jurnal Indo-Islamika, Vol. 2, No. 1, 2012

Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Notohamidjojo, O., Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, Jakarta: BPK Gunung


Mulia, 1975.

Rasyidi, M., Filsafat Agama, Jakarta: Bulang Bintang, 1970.

Saebani, Beni Ahmad, Filsafat Hukum Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Shidiq, Sapiudin, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2011.

Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2006.

Suhardjo, Drajat, Metodologi Penelitian Interdisipliner dan Penulisan Karya


Ilmiah, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2008.
Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1989.

Suriasumantri Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar


Harapan, 1984.

Sutomo, Imam, et.al., Pedoman Penulisan Skripsi, Salatiga: STAIN Salatiga,


2000.

Suyatno, Dasar-dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, cet.1 Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.

16
Ushul Fiqh dan Filsafat Hukum Islam (Edisi Revisi)

Syah, Ismail Muhammad, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Syarifudin, Amir, Ushul Fiqh Jilid I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Thahir, Hamid, Madkhal li Dirasat al-Falsafah al-Islamiyyah, Kairo: Hajar. 1985.

Tim Penyusun, Pedoman Karya Tulis Ilmiah, Samarinda: P2M STAIN Samarinda,
2014.

Yusuf, Suhairi, Filsafat Hukum Islam: Urgensi Dan Keterkaitannya Dengan


Ushul Fiqh, dalam Jurnal Istinbath, No. 1, Vol. 9, 2012.

Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Fiqh, Pejanten Barat: Pustaka Firdaus, 1997.

Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam: Filososf dan Filsafatnya, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.

17

Anda mungkin juga menyukai